KUHAP

OLEH: DR. RAMLAN S.H., M.H.

1
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA
PIDANA (DIKENAL SEBAGAI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA, DISINGKAT KUH
ACARA PIDANA ATAU KUHAP) ADALAH UNDANG-UNDANG INDONESIA YANG MENGATUR
TENTANG PELAKSANAAN FORMAL DARI HUKUM PIDANA.

2
BEBERAPA SUMBER DASAR DARI HUKUM ACARA PIDANA SEBAGAI BERIKUT:18 1. UNDANG-
UNDANG DASAR 1945, KETENTUAN UUD 1945 YANG LANGSUNG MENGENAI HUKUM ACARA
PIDANA ADALAH PASAL 24 AYAT (1): KEKUASAAN KEHAKIMAN DILAKUKAN OLEH SEBUAH
MAHKAMAH AGUNG DAN LAIN-LAIN BADAN KEHAKIMAN MENURUT UNDANG-UNDANG.

3
 ASAS-ASAS HUKUM DALAM HUKUM ACARA
PIDANA
1. MERUPAKAN DASAR DALAM PEMBENTUKAN HUKUM ACARA PIDANA;

2. MEMPERLIHATKAN APAKAH HUKUM ACARA PIDANA YANG DILAKSANAKAN TERSEBUT MEMBERIKAN

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA DALAM PROSES PERADILAN
(CRIMINAL JUSTICE SYSTEM).

3. DIJADIKAN DASAR UNTUK MENGUKUR APAKAH TINDAKAN PENEGAK HUKUM DALAM MELAKSAKAN
HUKUM ACARA PIDANA TELAH SESUAI ATAU TIDAK.

4
 HUKUM ACARA PIDANA TERDIRI DARI :
1. ASAS LEGALITAS. ASAS LEGALITAS DALAM HUKUM PIDANA DAN HUKUM ACARA PIDANA ADALAH SESUATU YANG
BERBEDA. DALAM HUKUM PIDANA, ASAS LEGALITAS DAPAT DIARTIKAN “TIDAK ADA SUATU PERBUATAN YANG DAPAT
DIPIDANA TANPA ADA PERATURAN YANG MENGATURNYA (NULLUM DELICTUM NULLA POENA SINE LEGE POENALI).
NAMUN, DALAM HUKUM ACARA PIDANA, ASAS LEGALITAS MEMILIKI MAKNA SETIAP PENUNTUT UMUM WAJIB SEGERA
MUNGKIN MENUNTUT SETIAP PERKARA. ARTINYA, ASAS LEGALITAS LEBIH DIMAKNAI SETIAP PERKARA HANYA DAPAT
DIPROSES DI PENGADILAN SETELAH ADA TUNTUTAN DAN GUGATAN TERHADAPNYA.

2. ASAS OPORTUNITAS. ASAS OPORTUNITAS YANG BERARTI BAHWA DEMI KEPENTINGAN UMUM. JAKSA AGUNG DAPAT
MENGESAMPINGKAN PENUNTUTAN PERKARA PIDANA.

3. ASAS DIFERENSIASI FUNGSIONAL. ASAS INI MENYATAKAN SETIAP APARAT PENEGAK HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN
PIDANA MEMILIKI TUGAS DAN FUNGSINYA SENDIRI YANG TERPISAH ANTARA SATU DENGAN YANG LAIN;
4. ASAS LEX SCRIPTA. ASAS INI BERARTI HUKUM ACARA PIDANA YANG MENGATUR PROSES BERACARA DENGAN SEGALA
KEWENANGAN YANG ADA HARUS TERTULIS. SELAIN ITU, ASAS INI JUGA MENGAJARKAN BAHWA ATURAN DALAM
HUKUM ACARA PIDANA HARUS DITAFSIRKAN SECARA KETAT.

5
 ASAS DALAM HUKUM ACARA PIDANA
DALAM KUHAP INDONESIA, YAITU :
1. ASAS PERADILAN CEPAT, SEDERHANA DAN BIAYA RINGAN
PEMBERLAKUAN ASAS INI SEBENARNYA DIATUR DALAM HIR. SELAIN ITU, DIATUR JUGA DALAM UU NO. 48 TAHUN 2009
TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN YANG MENYEBUTKAN “PERADILAN DILAKUKAN DENGAN SEDERHANA, CEPAT, DAN
BIAYA RINGAN” “SEDERHANA”.

2. ASAS PRADUGA TAK BERSALAH (PRESUMPTION OF INNOCENCE)

ASAS INI MENGANDUNG MAKNA SETIAP ORANG YANG DISANGKA, DITANGKAP, DITAHAN, DITUNTUT, DAN DIHADAPKAN
DIPENGADILAN TIDAK BOLEH DIANGGAP BERSALAH SAMPAI ADA PUTUSAN PENGADILAN YANG MENYATAKAN BERSALAH
SERTA TELAH MEMPEROLEH KEKUATAN HUKUM TETAP. ASAS INI TERDAPAT DALAM PENJELASAN UMUM BUTIR 3 C KUHAP
YANG DISEBUTKAN SEBAGAI BERIKUT :
“SETIAP ORANG YANG DISANGKA, DITANGKAP, DITAHAN, DITUNTUT DAN ATAU DIHADAPKAN DI MUKA SIDANG
PENGADILAN, WAJIB DIANGGAP TIDAK BERSALAH SAMPAI ADANYA PUTUSAN PENGADILAN YANG MENYATAKAN
KESALAHANNYA DAN MEMPEROLEH KEKUATAN HUKUM TETAP.”

6
3. ASAS OPORTUNITAS
ASAS OPORTUNITAS MERUPAKAN SUATU ASAS DIMANA PENUNTUT UMUM TIDAK DIWAJIBKAN UNTUK
MENUNTUT SESEORANG JIKA PENUNTUTANNYA AKAN MERUGIKAN KEPENTINGAN UMUM. PADA
DASARNYA ASAS INI MERUPAKAN PENYIMPANGAN TERHADAP ASAS LEGALITAS. ARTINYA, DEMI
KEPENTINGAN UMUM, ASAS LEGALITAS TERSEBUT DIKECUALIKAN. DALAM PRAKTEK, ISTILAH ASAS
OPORTUNITAS DISEBUT DENGAN ISTILAH “DEPONERING”.

4. PEMERIKSAAN PENGADILAN TERBUKA UNTUK UMUM

ASAS PENGADILAN TERBUKA UNTUK UMUM MEMILIKI MAKNA YAITU MENGHENDAKI ADANYA BENTUK
TRANSPARANSI ATAU KETERBUKAAN DALAM SIDANG PERADILAN PIDANA. ASAS INI DIATUR DALAM
PASAL 153 AYAT (3) KUHAP.

7
5. ASAS DIPERLAKUKAN SAMA DIDEPAN HUKUM (EQUALITY BEFORE THE LAW) ADALAH BENTUK
PERLAKUAN YANG SAMA ATAS DIRI SETIAP ORANG DI MUKA HUKUM DENGAN TIDAK MEMBEDAKAN
LATAR BELAKANG SOSIAL, EKONOMI, KEYAKINAN POLITIK, AGAMA, GOLONGAN, DAN SEBAGAINYA.

6. PERADILAN DILAKUKAN OLEH HAKIM KARENA JABATANNNYA DAN TETAP

ASAS INI MEUNJUKKAN BAHWA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENYATAKAN SALAH
TIDAKNYA TERDAKWA DILAKUKAN OLEH HAKIM KARENA JABATANNYA YANG BERSIFAT TETAP. SISTEM
INI BERBEDA DENGAN SISTEM JURI YANG DIMANA KESALAHAN TERDAKWA DITENTUKAN OLEH SUATU
DEWAN YANG MEWAKILI GOLONGAN-GOLONGAN DALAM MASYARAKAT. PADA UMUMNYA
BIASANYA MEREKA AWAM TERHADAP ILMU HUKUM.
8
7. TERSANGKA/ TERDAKWA BERHAK MENDAPAT BANTUAN HUKUM
SALAH SATU ASAS YANG TERDAPAT DALAM KUHAP ADALAH BAHWA TERSANGKA DAN TERDAKWA BERHAK
MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM. ASAS INI DIATUR DALAM PASAL 64 S/D PASAL 74 KUHAP. BANTUAN HUKUM YANG
DIMAKSUD ADALAH HAK UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DARI SEORANG ADVOKAT/PENGACARA. BANTUAN
HUKUM TERSEBUT DIANGGAP PENTING, SEBAB DENGAN DIDAMPINGI SEORANG ADVOKAT/PENGACARA, MAKA
SEORANG TERSANGKA DAN TERDAKWA DAPAT DIBERIKAN PENJELASAN MENGENAI HAK-HAKNYA SECARA INDEPENDEN.
SELAIN ITU, MENURUT HUKUM APABILA DIANCAM HUKUMAN MATI ATAU PIDANA PENJARA DIATAS 5 (LIMA) TAHUN, MAKA
SEORANG TERSANGKA ATAU TERDAKWA WAJIB DIBERIKAN BANTUAN HUKUM DENGAN DIDAMPINGI OLEH SEORANG
ADVOKAT/PENGACARA.

8. ASAS AKUSATOR
ASAS AKUSATOR ADALAH ASAS YANG MENEMPATKAN KEDUDUKAN TERSANGKA/TERDAKWA SEBAGAI SUBJEK BUKAN
SEBAGAI OBJEK DARI SETIAP TINDAKAN PEMERIKSAAN. ASAS INI MERUPAKAN ASAS YANG DIANUT KUHAP YANG
BERBEDA DENGAN ASAS INKUISATOIR YANG MASIH MENEMPATKAN KEDUDUKAN TERSANGKA/TERDAKWA SEBAGAI
OBJEK PEMERIKSAAN SEBAGAIMANA DIATUR DALAM HIR.
9
9. PEMERIKSAAN HAKIM YANG LANGSUNG DAN LISAN
ASAS INI MENGHENDAKI DALAM PEMERIKSAAN SIDANG PERKARA PIDANA, PEMERIKSAAN
TERSEBUT DILAKSANAKAN SECARA LANGSUNG DAN LISAN. HAL TERSEBUT SANGAT BERBEDA
DENGAN ACARA PERDATA YANG DI MANA TERGUGAT DAPAT DIWAKILI OLEH KUASANYA.
PEMERIKSAAN OLEH HAKIM JUGA DILAKUKAN SECARA LISAN, ARTINYA BUKAN TERTULIS
SEBAGAIMANA ANTARA HAKIM DAN TERDAKWA.

10. ASAS PEMBERIAN GANTI RUGI DAN REHABILITASI ATAS SALAH TANGKAP, SALAH TAHAN, DAN
SALAH TUNTUT (REMEDY AND REHABILITATION).

10
 HUKUM PEMBUKTIAN

HUKUM PEMBUKTIAN ADALAH KUMPULAN KAIDAH,

ATURAN, TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN
PEMBUKTIAN PADA PERSIDANGAN PIDANA, PADA
PENGADILAN YANG BERWENANG DI INDONESIA.

11
 1. PEMBUKTIAN MENURUT KUHAP

• PEMBUKTIAN MENURUT KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM ACARA

PIDANA BERDASARKAN PASAL 183 KUHAP, SISTEM YANG DIANUT
OLEH KUHAP ADALAH SISTEM PEMBUKTIAN MENURUT UNDANG-
UNDANG SECARA NEGATIVE DIMANA DALAM ISINYA BERBUNYI:
HAKIM TIDAK BOLEH MENJATUHKAN PIDANA KEPADA SESEORANG
KECUALI APABILA DENGAN SEKURANG- KURANGNYA DUA ALAT
BUKTI.

12
 2. TUJUAN PEMBUKTIAN

• TUJUAN PEMBUKTIAN ADALAH UNTUK MEMPEROLEH

KEPASTIAN BAHWA SUATU PERISTIWA ATAU FAKTA
YANG DIAJUKAN ITU BENAR- BENAR TERJADI, GUNA
MENDAPATKAN PUTUSAN HAKIM YANG BENAR.

13
 3. APARAT YANG BERWENANG MEMBUKTIKAN
DAKWAAN

• PENUNTUT UMUM BERTINDAK SEBAGAI APPARAT YANG

DIBERI WEWENANG UNTUK MENGAJUKAN SEGALA
DAYA UPAYA MEMBUKTIKAN KESALAHAN YANG
DIDAKWAKAN KEPADA TERDAKWA, MENGENAI BEBAN
PEMBUKTIAN.
14
 4. SISTEM PEMBUKTIAN

a. SISTEM BERDASARKAN PEMBUKTIAN PADA KEYAKINAN HAKIM SAJA (CONVICTION INTIME)

ADALAH MENGUTAMAKAN PENILAIAN DAN KEYAKINAN HAKIM YANG DISADARI DENGAN
HATI NURANINYA SENDIRI UNTUK MENGHUKUM TERDAKWA (KEYAKINAN HAKIM TIDAK
PERLU DIDUKUNG DENGAN ALAT BUKTI).
b. SISTEM PEMBUKTIAN BERDASARKAN KEYAKINAN HAKIM ATAS ALAS AN YANG LOGIS (LA
CONVICTION IN RAISONE) ADALAH MENGUTAMAKAN KEYAKINAN HAKIM SAMPAI BATAS
TERTENTU, DAN KEYAKINAN TERSEBUT MENDASARI PULA PADA PEMBUKTIAN MENURUT
UNDANG-UNDANG SEHINGGA MENCAPAI SUATU KESIMPULAN (CONCELUISE).

15
C. SISTEM PEMBUKTIAN MENURUT UNDANG-UNDANG SECARA HUKUM POSITIF (POSITIEF WETTELIJK
BEWIJS THEORIE) ADALAH PEMBUKTIAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG SEHINGGA JIKA TELAH
TERBUKTI SESUAI ALAT BUKTI PADA UNDANG-UNDANG MAKA KEYAKINAN HAKIM TIDAK DIPERLUKAN
SAMA SEKALI DISEBUT JUGA PEMBUKTIAN FORMIL (FORMELE WETTELIJK).
D. SISTEM PEMBUKTIAN MENURUT UNDANG-UNDANG SECARA NEGATIF ( NEGATIEF WETTELIJK
BEWIJS THEORIE) ADALAH PEMBUKTIAN DUA SISTEM ANTARA PEMBUKTIAN POSITIEF WETTELIJK DAN
PEMBUKTIAN CONFICTION INTIME INI ADALAH PEMBUKTIAN SEBAGAI JALAN TENGAH DALAM
MENENTUKAN KESALAHAN TERDAKWA. SISTEM INI YANG DIANUT DALAM PEMBUKTIAN PERADILAN
PIDANA DI INDONESIA.

16
 5. ALAT BUKTI DAN BARANG BUKTI

A. ALAT BUKTI
ALAT BUKTI YANG SAH SEBAGAIMANA DI ATUR DALAM PASAL 184 KUHAP AYAT (1) ADALAH MELIPUTI :
1) KETERANGAN SAKSI;
2) KETERANGAN AHLI;
3) SURAT;

4) PETUNJUK
5) KETERANGAN TERDAKWA.

SISTEM PEMBUKTIAN DENGAN ALAT BUKTI INI DIKENA JUGA DENGAN SISTIM STELSEL NEGATIEF WETTELIJK.

17
B. BARANG BUKTI
YANG DIMAKSUDKAN DENGAN BARANG BUKTI ADALAH SEPERTI
YANG TERTUANG DALAM PASAL 39 AYAT (1) KUHAP
1) BENDA YANG SECARA LANGSUNG DIPERGUNAKAN
UNTUK MELAKUKAN SUATU PERBUATAN PIDANA;
2) BENDA ATAU TAGIHAN TERSANGKA ATAU TERDAKWA YANG
SELURUH ATAU SEBAGIAN DIPEROLEH DARI TINDAK PIDANA;
3) BENDA YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGHALANG-
HALANGI PENYIDIKAN TINDAK PIDANA TERSEBUT;
4) BENDA LAIN YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN LANGSUNG
ATAU TIDAK LANGSUNG DENGAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN;
5) BENDA YANG SECARA KHUSUS DIBUAT DAN DIGUNAKAN
UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN PIDANA .
- PERKA KAPOLRI NOMOR 10 TAHUN 2010
TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG
BUKTI, DISEBUTKAN DALAM PASAL 1 ANGKA 5
SEBAGAI BERIKUT :
➢ BARANG BUKTI ADALAH BENDA BERGERAK ATU
TIDAK BERGERAK, BERWUJUD ATAU TIDAK
BERWUJUD YANG TELAH DILAKUKAN PENYITAAN
OLEH PENYIDIK UNTUK KEPERLUAN PEMERIKSAAN
DALAM TINGKAT PENYIDIKAN, PENUNTUTAN, DAN
PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN.
18
 6. FUNGSI BARANG BUKTI

A. MENCARI KEBENARAN YANG HAKIKI ATAU KEBENARAN MATERIL

TERHADAP PERKARA YANG SEDANG BERLANGSUNG;
B. MENJADIKAN PERSESUAIAN DAN HUBUNGAN ANTARA BARANG
BUKTI DAN ALAT BUKTI YANG SAH (PASAL 184 KUHAP);
C. BARANG BUKTI YANG DIAJUKAN KE PERSIDANGAN TERSEBUT DAPAT
MENAMBAH KEYAKINAN HAKIM DENGAN DUA ALAT BUKTI (PASAL 183
KUHAP) DALAM MENJATUHKAN KESALAHAN KEPADA TERDAKWA.
19
 7. NILAI ALAT BUKTI
A. SAKSI

SEPERTI YANG TERDAPAT DALAM PASAL 1 ANGKA 27 KUHAP (YANG MENDENGAR SENDIRI, MELIHAT SENDIRI DAN
MENGALAMINYA SENDIRI) AGAR MEMPUNYAI NILAI SEBAGAI ALAT BUKTI, SAKSI HARUS DI SUMPAH TERLEBIH DAHULU (PASAL
160 AYAT (3) KUHAP, 185 AYAT (1) KUHAP)

B. KETERANGAN AHLI

KETERANGAN YANG DISAMPAIKAN SECARA KHUSUS BERDASARKAN KE AHLIANNYA TENTANG MASALAH YANG DIPERLUKAN
PEMERIKSAAN DALAM SATU PERKARA (PASAL 1 ANGKA 28 KUHAP)

C. SURAT

LIHAT PASAL 187 KUHAP.

D. PETUNJUK

ADALAH PERBUATAN, KEJADIAN, ATAU PUN KARNA KEADAAN YANG MEMPUNYAI PERSESUAIAN ANTARA SATU ALAT BUKTI
DENGAN ALAT BUKTI LAINNYA (PASALA 188 AYAT (1), AYAT (3) KUHAP)

E. TERDAKWA

DIATUR DALAM PASAL 189 AYAT (1) KUHAP. 20