HUKUM PERIKATAN

PROF.DR.TAN KAMELLO,S.H.,M.S
(GURU BESAR HUKUM PERDATA)
DALAM RANGKA KULIAH UMUM DI UNIVERSITAS PANCA BUDI
MEDAN, 10 DESEMBER 2010

1
 DEFENISI PERIKATAN
 DALAM ILMU HUKUM PERDATA, ISTILAH PERIKATAN BERASAL
DARI BAHASA BELANDA “VERBINTENIS”. DALAM BAHASA
INGGRIS “TRANSACTION”. ISTILAH INI HARUS DIBEDAKAN
DENGAN PERJANJIAN YANG DALAM BAHASA BELANDA
DISEBUT “OVEREENKOMST”, BAHASA INGGRIS “CONTRACT”
ATAU “AGREEMENT”.
 K.U.H.PERDATA TIDAK MEMBERIKAN RUMUSAN TENTANG
PERIKATAN, SEHINGGA PERLU UNTUK DIJELASKAN
PENGERTIANNYA.
 PERIKATAN DIARTIKAN SEBAGAI HUBUNGAN HUKUM
(RECHTSVERHOUDING) ANTARA DUA ORANG ATAU LEBIH
YANG TERLETAK DALAM LAPANGAN HUKUM HARTA
KEKAYAAN (VERMOGENSRECHT), YANG MENIMBULKAN HAK
(RECHT) KREDITUR ATAS PRESTASI DI SATU PIHAK DAN
KEWAJIBAN (VERPLICHT) DEBITUR UNTUK MELAKSANAKAN
KONTRA PRESTASI DI LAIN PIHAK.

2
 UNSUR-UNSUR DARI PENGERTIAN
PERIKATAN ADALAH :
1. ADANYA SUBJEK HUKUM YAITU
KREDITUR DAN DEBITUR;
2. ADANYA HUBUNGAN HUKUM YANG
MELAHIRKAN HAK DAN KEWAJIBAN;
3. ADANYA OBJEK HUKUM YAITU
PRESTASI;
4. TERLETAK DALAM LAPANGAN HUKUM
HARTA KEKAYAAN.
3
 UNSUR PERTAMA
 ADANYA SUBJEK HUKUM YAITU KREDITUR
DAN DEBITUR.
 SUBJEK PERIKATAN YAITU KREDITUR DAN
DEBITUR.
 KREDITUR DALAM ARTI YURIDIS ADALAH
ORANG YANG BERHAK ATAS PRESTASI
YAITU PIHAK YANG AKTIF DALAM
PERIKATAN, SEDANGKAN DEBITUR ADALAH
ORANG YANG BERKEWAJIBAN
MELAKSANAKAN PRESTASI YAITU PIHAK
YANG PASIF DALAM PERIKATAN.
4
 UNSUR KEDUA
 UNSUR KEDUA ADALAH HAK DAN KEWAJIBAN. HAK DALAM ARTI
YURIDIS ADALAH WEWENANG YANG DIBERIKAN OLEH HUKUM
(UNDANG-UNDANG) KEPADA SUBJEK HUKUM UNTUK MELAKUKAN
SESUATU ATAU TIDAK MELAKUKAN SESUATU, SEDANGKAN
KEWAJIBAN ADALAH PEMBEBANAN YANG DIBERIKAN OLEH HUKUM
(UNDANG-UNDANG) KEPADA SUBJEK HUKUM UNTUK
MELAKSANAKAN SESUATU.

 DALAM HUKUM PERIKATAN, HAK DAN KEWAJIBAN (RECHT EN

PLICHT) DARI SUBJEK HUKUM HARUS DILETAKKAN SECARA
SEIMBANG DAN TIDAK BOLEH TIMPANG ATAU MEMBERATKAN
SALAH SATU PIHAK (UNEQUAL CONTRACT).

 SETIAP DEBITUR MEMPUNYAI KEWAJIBAN UNTUK MELAKSANAKAN

PRESTASI KEPADA KREDITURNYA, YANG DISEBUT “SCHULD” ATAU
“OBLIGATIO”. SELAIN ITU DEBITUR JUGA MEMPUNYAI TANGGUNG
JAWAB UNTUK MENJAMIN AKAN MEMENUHI PRESTASI ATAU
HUTANGNYA DENGAN HARTA KEKAYAANNYA, YANG DISEBUT
“HAFTUNG”.
5
 SETIAP KREDITUR MEMPUNYAI PIUTANG TERHADAP
DEBITUR DAN BERHAK UNTUK MENAGIHNYA. HAK MENAGIH
DISEBUT “VORDERINGSRECHT”. JIKA DEBITUR TIDAK
MEMENUHI KEWAJIBANNYA MAKA KREDITUR MEMPUNYAI
HAK MENAGIH ATAS HARTA KEKAYAAN DEBITUR SEBESAR
PIUTANG TERSEBUT. HAK INI DISEBUT “VERHAALSRECHT”.

 PADA PRINISPNYA SCHULD DAN HAFTUNG DAPAT

DIBEDAKAN NAMUN TIDAK DAPAT DIPISAHKAN. PRINSIP
HAFTUNG TERCANTUM DALAM PASAL 1131 KUH PERDATA
BAHWA SEMUA HARTA KEKAYAAN DEBITUR TERIKAT UNTUK
PEMENUHAN HUTANG (NAKOMEN) BAIK BARANG YANG
BERGERAK (ROERENDE ZAAK) MAUPUN BARANG TIDAK
BERGERAK (ONROERENDE ZAAK), BAIK HARTA KEKAYAAN
YANG SUDAH ADA MAUPUN HARTA KEKAYAAN YANG AKAN
ADA (TOEKOMSTIGE), BERTANGGUNG JAWAB ATAS
PEMENUHAN PRESTASI YANG TELAH DALAM SUATU
KONTRAK.

6
 UNSUR KETIGA
 UNSUR KETIGA ADALAH OBJEK HUKUM. OBJEK HUKUM
ADALAH SEGALA SESUATU YANG MENJADI OBJEK DALAM
HUBUNGAN HUKUM DAN HARUS DITUNAIKAN OLEH SUBJEK
HUKUM YAITU BERUPA PRESTASI. PRESTASI DIARTIKAN
SEBAGAI OBJEK PERIKATAN YANG DIATUR DALAM PASAL
1234 KUH PERDATA YAITU UNTUK MEMBERIKAN SESUATU
(TE GEVEN), UNTUK BERBUAT SESUATU (TE DOEN) DAN
UNTUK TIDAK BERBUAT SESUATU (NIET TE DOEN). DALAM
ARTI SEMPIT OBJEK HUKUM ADALAH BENDA YANG MELIPUTI
BARANG DAN HAK.

 AGAR OBJEK PERIKATAN ITU SAH DIPERLUKAN BEBERAPA

PERSYARATAN YAITU :
1. OBJEK ITU HARUS LAHIR DARI PERJANJIAN ATAU UNDANG-
UNDANG;
2. OBJEKNYA HARUS TERTENTU DAN DAPAT DITENTUKAN;
3. OBJEK ITU MUNGKIN UNTUK DILAKSANAKAN
4. OBJEK ITU DIPEROBOLEHKAN OLEH HUKUM.
7
 UNSUR KEEMPAT
 UNSUR KEEMPAT ADALAH HARTA KEKAYAAN.

 LAPANGAN HUKUM HARTA KEKAYAAN

MAKSUDNYA SEGALA SESUATU YANG DAPAT
DINILAI DENGAN UANG.

 HAK-HAK KEKAYAAN MELIPUTI HAK YANG

BERLAKU TERHADAP ORANG TERTENTU YANG
DINAMAKAN HAK PERSEORANGAN DAN MEMILIKI
SIFAT RELATIF, DAN HAK YANG BERLAKU
TERHADAP TIAP-TIAP ORANG YANG DINAMAKAN
HAK KEBENDAAN DAN MEMILIKI SIFAT ABSOLUT.
8
 SUMBER PERIKATAN
 SUMBER PERIKATAN ADA 2 (DUA) YAITU
1. PERIKATAN YANG LAHIR KARENA KONTRAK (CONTRACT) DAN;
2. PERIKATAN YANG LAHIR KARENA UNDANG-UNDANG (WET). HAL
INI DIATUR DALAM PASAL 1233 KUH PERDATA.

 BERDASARKAN PASAL 1352 KUH PERDATA, PERIKATAN

YANG LAHIR DARI UNDANG-UNDANG ADALAH PERIKATAN
YANG BESUMBER DARI UNDANG-UNDANG SAJA, DAN
PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI UNDANG-UNDANG
SEBAGAI AKIBAT PERBUATAN MANUSIA.

 PERIKATAN YANG LAHIR DARI UNDANG-UNDANG SEBAGAI

AKIBAT PERBUATAN MANUSIA DIBAGI 2 (DUA) YAITU
PERIKATAN YANG TERBIT DARI PERBUATAN YANG HALAL
(RECHTMATIG) DIATUR DALAM PASAL 1357 KUH PERDATA
DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM
(ONRECHTMATIGEDAAD) DIATUR DALAM PASAL 1365 KUH
PERDATA.
9 9
 PEMBENTUK UNDANG-UNDANG MENENTUKAN FIGUR DARI
PERIKATAN YANG LAHIR DARI UNDANG-UNDANG KARENA
PERBUATAN MANUSIA YANG HALAL, ANTARA LAIN
PERBUATAN MEWAKILIKI ORANG LAIN (ZAAKWAARNEMIN
DIATUR DALAM PASAL 1354 KUH PERDATA), PEMBAYARAN
HUTANG YANG TIDAK DIWAJIBKAN (ONVERSCHULDIGDE
BETALING DIATUR DALAM PASAL 1359 AYAT 1 KUH
PERDATA), PERIKATAN WAJAR (NATUURLIJKE VERBINTENIS
DIATUR DALAM PASAL 1359 AYAT 2 KUH PERDATA).

 PERIKATAN YANG LAHIR DARI UNDANG-UNDANG SEBAGAI

PERBUATAN MANUSIA YANG MELAWAN HUKUM DITETAPKAN
BUKAN SAJA KARENA SALAHNYA ORANG MELAKUKAN
PERBUATAN YANG BERTENTANGAN DENGAN UNDANG-
UNDANG JUGA KARENA PERBUATAN DARI ORANG TERSEBUT
BERTENTANGAN DENGAN HUKUM TIDAK TERTULIS
(UNWRITTEN LAW).

10
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
(ONRECHTMATIGEDAAD)
 PERSYARATAN PERBUATAN MELAWAN
HUKUM MENURUT PASAL 1365 KUH
PERDATA ADALAH :
1. HARUS TERDAPAT PERBUATAN SUBJEK HUKUM
BAIK YANG BERSIFAT POSITIF ATAU NEGATIF;
2. PERBUATAN ITU HARUS BERSIFAT MELAWAN
HUKUM;
3. HARUS ADA KERUGIAN;
4. HARUS ADA HUBUNGAN KAUSAL ANTARA
PERBUATAN MELAWAN HUKUM DENGAN GANTI
KERUGIAN;
5. HARUS ADA KESALAHAN.

11
 DALAM PERKEMBANGANNYA, PERBUATAN MELAWAN HUKUM
TERSEBUT TIDAK SAJA MELANGGAR KETENTUAN HUKUM TERTULIS
TETAPI JUGA HUKUM TIDAK TERTULIS.

 PADA AWALNYA DENGAN ARREST JUFFROUW ZUTPHEN,

PERBUATAN MELAWAN HUKUM HANYA SUATUI PERBUATAN YANG
BERTENTANGAN DENGAN PASAL 1365 KUH PERDATA SAJA,
KEMUDIAN TERJADI PERUBAHAN DENGAN MUNCULNYA KASUS
LINDEN BAUM – COHEN TAHUN 1919. SETELAH TAHUN 1919
PENGERTIAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM DIPERLUAS YAITU
MELANGGAR KESUSILAAN DAN KEPATUTAN YANG TERDAPAT
DALAM MASYARAKAT SERTA KURANG BERSIKAP HATI-HATI YANG
MENIMBULKAN KERUGIAN BAGI ORANG LAIN.

 JADI, KERUGIAN YANG DIALAMI SESEORANG ATAU KELOMPOK

OLEH AKIBAT PERBUATAN ORANG LAIN BUKAN KARENA
DIPERJANJIKAN TERLEBIH DAHULU. KALAU DIPERJANJIKAN
BERARTI KESALAHAN ITU TERMASUK DALAM KATEGORI
WANPRESTASI.
12
 JENIS-JENIS PERIKATAN
 MENURUT ILMU HUKUM PERDATA, PERIKATAN DAPAT DIBAGI
ATAS BEBERAPA JENIS SEBAGAI BERIKUT :
1. BERDASARKAN KUH PERDATA, PERIKATAN DAPAT
DIBEDAKAN ATAS :
a. PERIKATAN UNTUK MEMBERIKAN SESUATU, BERBUAT SESUATU
DAN TIDAK BERBUAT SESUATU (PASAL 1235 KUH PERDATA);
b. PERIKATAN BERSYARAT (PASAL 1253 KUH PERDATA);
c. PERIKATAN DENGAN KETETAPAN WAKTU (PASAL 1268 KUH
PERDATA);
d. PERIKATAN ALTERNATIF ATAU MANASUKA (PASAL 1272 KUH
PERDATA);
e. PERIKATAN TANGGUNG MENANGGUNG ATAU SOLIDER (PASAL
1278 KUH PERDATA);
f. PERIKATAN YANG DAPAT DIBAGI DAN TIDAK DAPAT DIBAGI
(PASAL 1296 KUH PERDATA);
g. PERIKATAN DENGAN ANCAMAN HUKUMAN (PASAL 1304 KUH
PERDATA).

13
 PASAL 1235 :
DALAM TIAP-TIAP PERIKATAN UNTUK MEMBERIKAN SESUATU
ADALAH TERMAKTUB KEWAJIBAN SI BERUTANG UNTUK
MENYERAHKAN KEBENDAAN YANG BERSANGKUTAN DAN UNTUK
MERAWATNYA SEBAGAI BAPAK RUMAH YANG BAIK, SAMPAI PADA
SAAT PENYERAHAN.

 PASAL 1253 :
SUATU PERIKATAN ADALAH BERSYARAT MANAKALA IA
DIGANTUNGKAN PADA SUATU PERISTIWA YANG MASIH AKAN
DATANG DAN YANG MASIH BELUM TENTU AKAN TERJADI, BAIK
SECARA MENANGGUHKAN PERIKATAN HINGGA TEJADINYA
PERISTIWA SEMACAM ITU, MAUPUN SECARA MEMBATALKAN
PERIKATAN MENURUT TERJADINYA PERISTIWA TERSEBUT.

 PASAL 1268 :
SUATU KETEPATAN WAKTU TIDAK MMENANGGUHKAN PERIKATAN,
MELAINKAN HANYA MENAGGUHKAN PELAKSANAANNYA.

 PASAL 1272 :
DALAM PERIKATAN-PERIKATAN MANASUKA SIBERUTANG
DIBEBASKAN JIKA IA MENYERAHKAN SALAH SATU DARI DUA
BARANG YANG DISEBUTKAN DALAM PERIKATAN, TETAPI IA TIDAK
DAPAT MEMAKSA SI BERPIUTANG UNTUK MENERIMA SEBAHAGIAN
DARI BARANG YANG SATU DAN SEBAHAGIAN DARI BARANG YANG14
LAIN.
 PASAL 1278 :
SUATU PERIKAAN TANGGUNG-MENANGGUNG ATAU
PERIKATAN TANGGUNG-RENTENG TERJADI ANTARA
BEBERAPA ORANG BERPIUTANG, JIKA DI DALAM
PERSETUJUAN SECARA TEGAS KEPADA MASING-MASING
DIBERIKAN HAK UNTUK MENUNTUT PEMENUHAN SELURUH
UTANG SEDANG PEMBAYARAN YANG DILAKUKAN KEPADA
SALAH SATU MENBEBASKAN ORANG YANG YANG BERUTANG
MESKIPUN PERIKATAN MENURUT SIFATNYA DAPAT DIPECAH
DAN DIBAGI ANTARA ORANG BERPIUTANG TADI.
 PASAL 1296 :
SUATU PERIKATAN DAPAT DIBAGI-BAGI ATAU TAK DAPAT
DIBAGI-BAGI SEKEDAR PERIKATAN TERSEBUT MENGENAI
SUATU BARANG YANG PENYERAHANNYA, ATAU SUATU
PERBUATAN YANG PELEKSANAANNYA DAPAT DIBAGI-BAGI
ATAU TAK DAPAT DIBAGI-BAGI, BAIK SECARA NYATA-NYATA ,
MAUPUN SECARA PERHITUNGAN.
 PASAL 1304 :
ANCAMAN HUKUMAN ADALAH SUATU KETENTUAN
SEDEMIKIAN RUPA SEORANG UNTUK JAMINAN
PELAKSANAAN SUATU PERIKATAN DIWAJIBKAN MELAKUKAN
SESUATU, MANAKALA PERIKATAN ITU TIDAK DIPENUHI.
15
 JENIS-JENIS PERIKATAN
2. DILIHAT DARI ILMU HUKUM PERDATA, PERIKATAN DAPAT
DIBAGI ATAS 3 (TIGA) MACAM YAITU PERIKATAN DILIHAT
DARI SUBJEK, OBJEK DAN DAYA KERJANYA. PERIKATAN.
a. DILIHAT DARI SUBJEKNYA, PERIKATAN DAPAT DIBAGI ATAS :
1) PERIKATAN TANGGUNG MENANGGUNG / TANGGUNG RENTENG;
2) PERIKATAN POKOK DAN TAMBAHAN

b. DILIHAT DARI OBJEKNYA, PERIKATAN DAPAT DIBAGI ATAS :

1) PERIKATAN POSITIF DAN NEGATIF;
2) PERIKATAN KUMULATIF (KONJUNGTIF);
3) PERIKATAN ALTERNATIF;
4) PERIKATAN SEPINTAS LALU DAN PERIKATAN TERUS MENERUS;
5) PERIKATAN GENERIK DAN SPESIFIK;
6) PERIKATAN YANG DAPAT DIBAGI DAN TAK DAPAT DIBAGI

c. DILIHAT DARI DAYA KERJANYA, PERIKATAN DAPAT DIBAGI

ATAS:
1) PERIKATAN DENGAN KETETAPAN WAKTU;
2) PERIKATAN BERSYARAT
16
 PERIKATAN TANGGUNG
MENANGGUNG
 PERIKATAN TANGGUNG MENANGGUNG ADALAH SUATU PERIKATAN
YANG PIHAKNYA TERDIRI DARI DUA ATAU LEBIH KREDITUR, ATAU
YANG PIHAKNYA TERDIRI DARI DUA ATAU LEBIH DEBITUR.
BERDASARKAN PENGERTIAN INI, DIKENAL PERIKATAN TANGGUNG
MENANGGUNG AKTIF DAN TANGGUNG MENANGGUNG PASIF.

 PADA PERIKATAN TANGGUNG MENANGGUNG AKTIF (ACTIEVE

HOOFDELIJK), YANG MEMILIKI HAK UNTUK MEMILIH ADALAH
DEBITURNYA. ARTINYA DEBITUR DAPAT MENENTUKAN KEPADA
KREDITUR YANG MANA AKAN MEMBAYAR HUTANGNYA. NAMUN JIKA
SALAH SATU KREDITUR TELAH MENEGURNYA UNTUK MENAGIH
HUTANG, MAKA HILANGLAH HAK MEMILIH TERSEBUT. MAKSUDNYA
SII DEBITUR HANYA DAPAT MEMENUHI PEMBAYARAN HUTANGNYA
KEPADA KREDITUR YANG MENEGUR TERSEBUT. WALAUPUN
DEMIKIAN, TIDAK MEMBEBASKAN DEBITUR UNTUK MENGHAPUSKAN
SELURUH PRESTASI MELAINKAN HANYA SEBESAR TAGIHAN DARI
KREDITUR TERSEBUT (PASAL 1279 KUH PERDATA).

17
 SEBALIKNYA PADA PERIKATAN TANGGUNG MENANGGUNG PASIF
(PASSIF HOOFDELIJK) YANG MEMILIKI HAK UNTUK MEMILIH ADALAH
KREDITURNYA. KREDITUR DAPAT MEMINTA UNTUK MENENTUKAN
DEBITUR MANA YANG AKAN MEMENUHI SELURUH PEMBAYARAN.
TIDAK ADA PEMISAHAN KEWAJIBAN DARI PARA DEBITUR DAN TIDAK
MENGHILANGKAN HAK DEBITUR UNTUK MENAGIH TEMAN DEBITUR
MENGENAII HUTANG YANG TELAH DIBAYARKAN KEPADA KREDITUR
(PASAL 1280, 1281, 1283 DAN 1293 KUH PERDATA).

 PERIKATAN TANGGUNG MENANGGUNG HARUS DINYATAKAN

DENGAN TEGAS KECUALII DITENTUKAN SEBALIKNYA OLEH
UNDANG-UNDANG (PASAL 1282 KUH PERDATA).

 DALAM PRAKTEK PERIKATAN JENIS INI SERING TERJADI DAN

MEMBERIKAN JAMINAN YANG KUAT BAHWA PIUTANGNYA AKAN
DIBAYAR OLEH DEBITUR.

 DALAM PERIAKATAN TANGGUNG MENANGGUNG TERDAPAT DUA

HUBUNGAN HUKUM YAITU HUBUNGAN HUKUM EKSTERNAL (ANTARA
KREDITUR DENGAN DEBITUR) DAN HUBUNGAN INTERNAL (ANTAR
DEBITUR).
18
 PERIKATAN POKOK DAN
TAMBAHAN
 PERIKATAN POKOK DAN TAMBAHAN
ADALAH SUATU PERIKATAN YANG DI
DALAMNYA TERDAPAT DUA HUBUNGAN
HUKUM YAITU PERIKATAN POKOK SEBAGAI
INDUKNYA (PRINSIPAL) DAN PERIKATAN
TAMBAHAN SEBAGAI ASSESOR DARII
PERIKATAN INDUK. JIKA PERIKATAN
POKOKNYA HAPUS ATAU BERAKHIR, MAKA
PERIKATAN TAMBAHAN JUGA HAPUS.

19
 PERIKATAN POSITIF DAN
NEGATIF
 PERIKATAN POSITIF ADALAH JIKA
PRESTASINYA MERUPAKAN SESUATU
PERBUATAN YANG POSITIF (POSITIEVE
HANDELING) YAITU MEMBERIKAN SESUATU
DAN BERBUAT SESUATU, SEDANGKAN
PERIKATAN NEGATIF ADALAH JIKA
PRESTASINYA MERUPAKAN SESUATU
PERBUATAN YANG NEGATIF (NEGATIEVE
HANDELING) YAITU TIDAK MELAKUKAN
SESUATU.
20
 PERIKATAN FAKULTATIF DAN
KUMULATIF
 PERIKATAN FAKULTATIF ADALAH PERIKATAN YANG
HANYA MEMILIKI SATU OBJEK PRESTASI, YANG DI
DALAMNYA DEBITUR MEMILIKI HAK UNTUK
MENGGANTI PRESTASI YANG SEMULA
DITENTUKAN DENGAN PRESTASI YANG LAIN.
MISALNYA DEBITUR DIWAJIBKAN MENYERAHKAN
RUMAH. KALAU TIDAK MUNGKIN, MAKA DAPAT
DIGANTIKAN DENGAN PEMBAYARAN SEJUMLAH
UANG.
 PERIKATAN KUMULATIF (KONJUNGTIF) ADALAH
PERIKATAN YANG DI DALAMNYA MENENTUKAN
KEWAJIBAN DEBITUR UNTUK MELAKUKAN
BERMACAM-MACAM PERBUATAN.
21
 PERIKATAN ALTERNATIF
 PERIKATAN ALTERNATIF ADALAH
PERIKATAN YANG MEMBERIKAN HAK
KEPADA DEBITUR UNTUK MEMILIH
SALAH SATU PRESTASI, KECUALI JIKA
DALAM PERJANJIAN DITENTUKAN
SECARA TEGAS HAK ITU ADA PADA
KREDITUR.

22
 PERIKATAN SEPINTAS LALU
DAN TERUS MENERUS
 PERIKATAN SEPINTAS LALU ADALAH
PERIKATAN YANG PEMENUHAN
PRESTASINYA BERLANGSUNG SEKALIGUS
DALAM WAKTU YANG RELATIF SINGKAT
DAN SEKALIGUS MENGAKHIRI PERJANJIAN,
MISALNYA JUAL BELI, SEDANGKAN
 PERIKATAN TERUS MENERUS ADALAH
PERIKATAN YANG PEMENUHAN
PRESTASINYA BERLANGSUNG DALAM
WAKTU YANG RELATIF LEBIH LAMA,
MISALNYA SEWA MENYEWA.
23
 PERIKATAN GENERIK DAN
SPESIFIK
 PERIKATAN GENERIK (SOORT
VERBINTENIS) ADALAH PERIKATAN YANG
BERISIKAN PENENTUAN ‘JENIS DAN
JUMLAH’ BENDA YANG AKAN DISERAHKAN
DEBITUR, SEDANGKAN

 PERIKATAN SPESIFIK ADALAH PERIKATAN

YANG DI DALAMNYA DITENTUKAN SECARA
KHUSUS CIRI-CIRI DARI BENDA YANG AKAN
DISERAHKAN OLEH DEBITUR.

24
 PERIKATAN YANG DAPAT DIBAGI DAN
PERIKATAN YANG TAK DAPAT DIBAGI
 PERIKATAN YANG DAPAT DIBAGI (DEELBAAR VERBINTENIS) ADALAH
PERIKATAN YANG BERKAITAN DENGAN PRESTASI BERUPA BARANG
YANG PENYERAHANNYA ATAU SUATU PERBUATAN YANG
PELAKSANAANNYA DAPAT DIBAGI-BAGI, SEDANGKAN

 PERIKATAN YANG TAK DAPAT DIBAGI (ONDEELBAAR VERBINTENIS)

ADALAH PERIKATAN YANG OBJEKNYA BARANG DIMANA
PENYERAHANNYA TAK DAPAT DIBAGI-BAGI.
 PEMBENTUK UNDANG-UNDANG MEMBAGI KEDUA PERIKATAN INI
SECARA TIDAK JELAS ATAU SAMAR-SAMAR. PEMBEDAAN KEDUA
PERIKATAN INI DIDASARKAN KEPADA SIFAT DAN MAKSUD
PERIKATAN TERSEBUT. PEMBEDAAN INI MEMILIKI ARTI PENTING
APABILA TERDAPAT DUA ATAU LEBIH SEORANG DEBITUR DAN
KREDITUR. ARTINYA APABILA PERIKATAN ITU MENURUT SIFATNYA
DAPAT DIBAGI TETAPI JUMLAH DEBITUR DAN KREDITURNYA HANYA
SATU ORANG, MAKA PERIKATAN TERSEBUT HARUS DIANGGAP
TIDAK DAPAT DIBAGI. DALAM PERIKATAN DAPAT DIBAGI, MASING-
MASING KREDITUR HANYA BERHAK MENUNTUT SUATU BAGIAN
MENURUT IMBANGAN DARI PRESTASI, SEDANGKAN MASING-
MASING DEBITUR DIWAJIBKAN MEMENUHI PRESTASI SECARA
MENYELURUH. 25
 PERIKATAN DENGAN
KETETAPAN WAKTU
 PERIKATAN DENGAN KETETAPAN WAKTU ADALAH
PERIKATAN YANG WAKTUNYA SUDAH
DITETAPKAN, DIMANA KREDITUR TIDAK BERHAK
UNTUK MENUNTUT PEMBAYARAN SEBELUM
WAKTU ITU TIBA.
 FUNGSI WAKTU DALAM PERIKATAN INI DIBUAT
UNTUK KEPENTINGAN DEBITUR KECUALI
DITENTUKAN SEBALIKNYA. JIKA DEBITUR
MEMBAYAR SEBELUM WAKTU ITU TIBA, MAKA
PEMBAYARAN TIDAK DAPAT DIMINTA KEMBALI.
JIKA DEBITUR MEMENUHI KEWAJIBANNYA PADA
SAAT WAKTU YANG DITENTUKAN TIBA MAKA DAYA
KERJA PERIKATAN TERSEBUT BERAKHIR.
26
 PERIKATAN BERSYARAT
 PERIKATAN BERSYARAT (VOORWAARDELIJK VERBINTENIS,
CONTRACT BEDING) ADALAH PERIKATAN YANG DI
DALAMNYA DIGANTUNGKAN PADA SUATU SYARAT
TERTENTU YAITU PERISTIWA YANG MASIH AKAN DATANG
DAN BELUM TENTU AKAN TERJADI.

 KALAU DALAM PERJANJIAN SUDAH DAPAT DIPASTIKAN AKAN

TERJADI, MAKA PERIKATAN ITU MENJADI BATAL.

 BANYAK SEKALI JENIS SYARAT YANG DICANTUMKAN DALAM

PERJANJIAN, SEHINGGA PERLU KECERMATAN UNTUK
MENGANALISISNYA. MISALNYA, JIKA SYARAT ITU TERJADI
SECARA NYATA MAKA DIKATAKAN SEBAGAI PERIKATAN
DENGAN SYARAT POSITIF (PASAL 1258 KUH PERDATA),
SEDANGKAN KALAU SYARAT ITU TIDAK TERPENUHI ATAU
TIDAK TERJADI MAKA PERIKATAN ITU MENGANDUNG SYARAT
NEGATIF (PASAL 1259 KUH PERDATA).
27
 UNTUK MENENTUKAN BAHWA PERIKATAN
ITU MERUPAKAN PERIKATAN BERSYARAT,
HARUS DILIHAT DARI ISI PERIKATAN
TERSEBUT ANTARA LAIN :
1. SYARAT ITU SECARA DIAM-DIAM MEMANG
TELAH DICANTUMKAN SESUAI DENGAN
KEADAAN DAN TUJUAN PERIKATAN YANG
DIKEHENDAKI ATAU HARUS DINYATAKAN
DENGAN TEGAS OLEH PARA PIHAK
(UITDRUKKELIJK);
2. SYARAT ITU BERLAKU SEBAGAI KEBIASAAN
YANG LAZIM (GEBRUIKELIJK VOORWAARDEN)
28
 BERAKHIRNYA PERIKATAN
 PEMBAYARAN, ARTINYA PEMENUHAN PRESTASI BAIK
BERUPA UANG ATAU BENDA. TEMPAT PEMBAYARAN
ADALAH TEMPAT YANG DITENTUKAN DALAM KONTRAK.
JIKA TIDAK DITENTUKAN, MAKA PEMBAYARAN MENGENAI
BARANG TERTENTU DILAKUKAN DITEMPAT BARANG
TERSEBUT KETIKA KONTRAK DIBUAT. SELAIN ITU,
PEMBAYARAN DAPAT DILAKUKAN DI TEMPAT KREDITUR
DAN DOMISILI DEBITUR.

 PENAWARAN PEMBAYARAN TUNAI DIKUTI DENGAN

PENYIMPANAN ATAU PENITIPAN, ARTINYA JIKA KREDITUR
MENOLAK PEMBAYARAN MAKA UANG ATAU BARANG
DITITIPKAN KEPADA PANITERA PENGADILAN NEGERI
DENGAN MEMBUAT BERITA ACARA. FIGUR INI DIKENAL
DENGAN KONSINYASI.

29
 PEMBAHARUAN HUTANG, ARTINYA PERGANTIAN PERIKATAN
LAMA DENGAN SUATU PERIKATAN BARU. FIGUR INI DIKENAL
DENGAN NOVASI. DI SINI PARA PIHAK MEMANG SENGAJA
MENGHENDAKINYA, OLEH KARENA ITU DALAM PEMBAHARUAN
HUTANG SELALU DIPERJANJIKAN. DILIHAT DARI JENIS
PERJANJIAN, MAKA PERIKATAN LAMA YANG DIHAPUSKAN
TERGOLONG DALAM KONTRAK LIBERATOIR, SEDANGKAN
PERIKATAN BARU TERMASUK DALAM KONTRAK OBLIGATOIR.

 PERJUMPAAN HUTANG, ARTINYA PERTEMUAN DUA HUTANG

YANG BERUPA BENDA-BENDA YANG DITENTUKAN JENISNYA
YANG DIMILIKI DUA ORANG SECARA TIMBAL BALIK, MASING-
MASING PIHAK BERKEDUDUKAN SEBAGAI KREDITUR DAN
DEBITUR TERHADAP YANG LAIN, SAMPAI JUMLAH YANG
TERKECIL YANG ADA DIANTARA KEDUA HUTANG TERSEBUT.
FIGUR INI DIKENAL DENGAN KOMPENSASI. DENGAN PERKATAAN
SEDERHANA BAHWA KOMPENSASI ADALAH SUATU CARA SALING
MEMPERHITUNGKAN HUTANG ANTARA KREDITUR DENGAN
DEBITUR. MAKSUDNYA, PADA POSISI HUBUNGAN HUKUM
TERTENTU KREDITUR MEMILIKI PIUTANG TERHADAP DEBITUR,
SEBALIKNYA PADA HUBUNGAN HUKUM LAINNYA KREDITUR
MEMILIKI HUTANG TERHADAP DEBITURNYA. HUTANG DAN
PIUTANG DARI KREDITUR DAN DEBITUR DILAKUKAN
KOMPENSASI.

30
 PERCAMPURAN HUTANG, ARTINYA SUATU KEADAAN DIMANA
KEDUDUKAN KREDITUR DAN DEBITUR BERKUMPUL PADA SATU
ORANG DAN DEMI HUKUM TERJADI PENGHAPUSAN PIUTANG.
YANG DIMAKSUD DENGAN KEDUDUKAN KREDITUR DAN DEBITUR
BUKAN TERLETAK DALAM KETERIKATAN DENGAN DUA KONTRAK
YANG BERLAINAN, MELAINKAN YANG SATU TERKADI KARENA
ADANYA KONTRAK, SADANGKAN YANG LAIN KARENA UNDANG-
UNDANG. PERISTIWA HUKUM YANG TERJADI BERDASARKAN
KONTRAK DAN UNDANG-UNDANG TERKUMPUL PADA SATU
ORANG, YANG MENGAKIBATKAN HAPUSNYA PIUTANG. SEBAGAI
ILLUSTRASI DAPAT DIKEMUKAKAN CONTOH BAHWA AHMAD
MEMPUNYAI TAGIHAN PIUTANG TERHADAP BADU BERDASARKAN
KOTRAK PINJAM UANG. AHMAD DAN BADU SALING MEWARISI.
SEBELUM BADU MELUNASI HUTANGNYA PADA AHMAD, AHMAD
MENINGGAL DUNIA DAN AHLI WARIS SATU-SATUNYA ADALAH
BADU. BERDASARKAN HUKUM WARIS, TAGIHAN AHMAD
TERHADAP BADU BERALIH KEPADA BADU SEBAGAI AHLI WARIS.
AKIBAT HUKUMNYA BADU SEMULA DEBITUR, KEMUDIAN
MERANGKAP JUGA SEBAGAI KREDITUR UNTUK DIRINYA SENDIRI.
KEDUDUKAN KREDITUR DAN DEBITUR BERSATU PADA BADU,
SEHINGGA TERJADI PERCAMPURAN. KONSEKUENSI YURIDISNYA
PIUTANG HAPUS DEMI HUKUM.

31
 PEMBEBASAN HUTANG, ARTINYA SUATU PERNYATAAN
KREDITUR SECARA TEGAS BAHWA KREDITUR TIDAK LAGI
MENGHENDAKI PRESTASI DARI DEBITUR DAN
MELEPASKAN HAKNYA ATAS PEMBAYARAN.

 MUSNAHNYA BARANG YANG TERHUTANG, ARTINYA SUATU

KEADAAN DIMANA BARANG YANG MENJADI OBJEK
KONTRAK TIDAK DAPAT LAGI DIPERDAGANGKAN, HILANG
ATAU LENYAP SAMA SEKALI TIDAK DIKETAHUI APAKAH
BARANG ITU MASIH ADA ATAU TIDAK. PENYEBAB
MUSNAHNYA BARANG BUKAN KARENA DISENGAJA OLEH
DEBITUR MELAINKAN KARENA SUATU DI LUAR SALAHNYA
ATAU DI LUAR KEKUASAANNYA.

 BATAL ATAU PEMBATALAN, ARTINYA SALAH SATU PIHAK

DALAM KONTRAK MENGAJUKAN TUNTUTAN BAHWA
KONTRAK TIDAK MEMENUHI SYARAT SUBJEKTIF ATAU
OBJEKTIF. BATALNYA KONTRAK BERHUBUNGAN DENGAN
SYARAT OBJEKTIF, SEDANGKAN PEMBATALAN KONTRAK
BERHUBUNGAN DENGAN SYARAT SUBJEKTIF.

32
 BERLAKUNYA SUATU SYARAT BATAL, ARTINYA
SUATU SYARAT YANG DICANTUMKAN DALAM
KONTRAK YANG APABILA PERISTIWA ITU
TERJADI MAKA KONTRAK MENJADI BERAKHIR.

 LEWATNYA WAKTU, ARTINYA SUATU CARA

MEMPEROLEH SESUATU ATAU DIBEBASKAN DARI
SESUATU BEBAN PRESTASI DENGAN
MENCANTUMKAN BATAS WAKTU TERTENTU DAN
SYARAT YANG DITENTUKAN UNDANG-UNDANG
DALAM KONTRAK. DENGAN LEWATNYA WAKTU,
MAKA PERIKATAN JADI HAPUS. DEBITUR TIDAK
DAPAT DITUNTUT UNTUK MEMENUHI PRESTASI
LAGI. APABILA KREDITUR MASIH MENUNTUTNYA
DI DEPAN PENGADILAN MAKA DEBITUR DAPAT
MENANGKISNYA (EKSEPSI) TERHADAP
TUNTUTAN TERSEBUT.

33
 DEFINISI PERJANJIAN
 SUBEKTI MEMBERIKAN RUMUSAN PERJANJIAN, YAITU:
PERJANJIAN ADALAH SUATU PERISTIWA DIMANA SESEORANG
BERJANJI KEPADA ORANG LAIN ATAU DIMANA DUA ORANG ITU
SALING BERJANJI UNTUK MELAKSANAKAN SESUATU HAL.

 SELANJUTNYA WIRJONO PRODJODIKORO, MEMBERIKAN RUMUSAN:

PERJANJIAN ADALAH SUATU PERHUBUNGAN HUKUM MENGENAI
HARTA BENDA ANTARA DUA PIHAK BERJANJI ATAU DIANGGAP
BERJANJI UNTUK MELAKUKAN SESUATU HAL, SEDANGKAN PIHAK
LAIN BERHAK MENUNTUT PELAKSANAAN PERJANJIAN ITU.

 ABDUL KADIR MUHAMMAD, MENGEMUKAKAN:

PERJANJIAN ADALAH SUATU PERSETUJUAN DENGAN MANA DUA
ORANG ATAU LEBIH MENGIKATKAN DIRI UNTUK MELAKSANAKAN
SESUATU DALAM LAPANGAN HARTA KEKAYAAN.

34
 PASAL 1313 KUH PERDATA MEMBERIKAN DEFENISI PERJANJIAN
ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
SUATU PERSETUJUAN ADALAH SUATU PERBUATAN DENGAN MANA
SATU ORANG ATAU LEBIH MENGIKATKAN DIRINYA TERHADAP SATU
ORANG LAIN ATAU LEBIH.

 PASAL INI MENDAPAT KRITIK DARI PARA AHLI HUKUM PERDATA

KARENA MEMBERIKAN PENGERTIAN KONTRAK YANG TIDAK JELAS
DAN MASIH KURANG LENGKAP SERTA RUANG LINGKUPNYA
TERLALU LUAS, LAGI PULA TIDAK BERNUANSA YURIDIS DALAM
BIDANG HUKUM KONTRAK. OLEH KARENA ITU PERLU MELAKUKAN
REVISI TERHADAP RUMUSAN TERSEBUT. TERHADAP KRITIK
TERSEBUT MELAHIRKAN DIVERSITAS PANDANGAN DARI AHLI
HUKUM KONTRAK.

 PENDAPAT PENULIS :
PERJANJIAN ADALAH SUATU HUBUNGAN HUKUM ANTARA DUA
ORANG ATAU LEBIH BERDASARKAN KESEPAKATAN UNTUK SALING
MENGIKATKAN DIRINYA MENGENAI SESUATU OBJEK DENGAN
TUJUAN TERTENTU YANG MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM.

35
 ELEMEN YANG TERDAPAT DALAM PERJANJIAN
ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

 HUBUNGAN HUKUM MENGANDUNG ARTI ADANYA DUA PERBUATAN

HUKUM, BUKAN SATU PERBUATAN HUKUM;
 DUA ORANG ATAU LEBIH MENUNJUKKAN SUBJEK YANG
BERKONTRAK, DAPAT DILAKUKAN SECARA INDIVIDUAL ATAU
KORPORASI;
 KESEPAKATAN MENUNJUKKAN ADANYA KEHENDAK DARI KEDUA
BELAH PIHAK SEBAGAI DASAR TERCIPTANYA SUATU PERJANJIAN;
 SALING MENGIKATKAN DIRINYA BERARTI PARA PIHAK SALING
TERIKAT DENGAN JANJI-JANJI YANG DISEPAKATI BUKAN SATU
PIHAK BERJANJI TETAPI PIHAK LAINNYA TIDAK MENGIKAT JANJI
TERSEBUT;
 OBJEK TERTENTU MENUNJUKKAN ADANYA KEJELASAN MENGENAI
BARANG YANG DIPERJANJIKAN DAPAT BERUPA BENDA, HAK ATAU
JASA;
 AKIBAT HUKUM BERARTI PEMBEBANAN SANKSI HUKUM JIKA SALAH
SATU PIHAK TIDAK MELAKSANAKAN JANJI YANG DISEPAKATI
BERUPA GANTI KERUGIAN. SECARA POSITIF AKIBAT HUKUM JUGA
DIMAKSUDKAN SEBAGAI PELAKSANAAN PERJANJIAN YANG
DILAKUKAN DENGAN IKTIKAD BAIK.

36
 KREDITUR DAN DEBITUR :
PRESTASI
 DALAM HUKUM PERIKATAN : PIHAK YANG
BERHAK ATAS PRESTASI ATAU PIHAK YANG
AKTIF DISEBUT KREDITUR, SEDANGKAN
PIHAK YANG WAJIB MENUNAIKAN PRESTASI
ATAU PIHAK YANG PASIF DISEBUT
DEBITUR;
 PRESTASI ADALAH OBJEK PERIKATAN
YANG MELIPUTI 3 (TIGA) HAL YAITU
MEMBERIKAN SESUATU, BERBUAT
SESUATU DAN TIDAK BERBUAT SESUATU.
37
 KARAKTER PRESTASI
 HARUS SUDAH DITENTUKAN ATAU DAPAT
DITENTUKAN;

 HARUS MUNGKIN DILAKSANAKAN;

 HARUS DIPERBOLEHKAN;

 HARUS MEMBERIKAN MANFAAT BAGI

KREDITUR
38
 SYARAT SAH PERJANJIAN
 SECARA YURIDIS FORMAL, UNTUK MEMBUAT
PERJANJIAN DIPERLUKAN PERSYARATAN YANG
MELIPUTI :
1. SYARAT SUBJEKTIF YAITU SYARAT YANG BERKAITAN
DENGAN SUBJEK PERJANJIAN. ISI PERSYARATANNYA
ADALAH ADANYA KATA SEPAKAT DARI PIHAK-PIHAK
YANG MENGADAKAN PERJANJIAN, DAN CAKAP
BERTINDAK DALAM HUKUM (RECHTSBEKWAAMHEID).
CAKAP BERTINDAK BELUM MELAHIRKAN ADANYA
KEWENANGAN HUKUM (RECHTSBEVOEGHEID).
2. SYARAT OBJEKTIF YAITU SYARAT YANG BERKAITAN
DENGAN OBJEK KONTRAK. ISI PERSYARATANNYA
ADALAH OBJEKNYA DAPAT DITENTUKAN, DAN CAUSA
YANG HALAL. CAUSA DI SINI TIDAK ADA HUBUNGANNYA
DENGAN AJARAN KAUSALITAS.
39
 PERKEMBANGAN SYARAT
SUBJEKTIF KONTRAK
 KATA SEPAKAT HARUS DIBERIKAN
TANPA ADA KEKHILAFAN (DWALING),
PAKSAAN (DWANG) DAN PENIPUAN
(BEDROG);
 DALAM PERKEMBANGAN, SELAIN 3
HAL TERSEBUT, ADA UNSUR LAIN
“UNDUE INFLUENCE ATAU MISBRUIK
VAN DE OMSTANDIGEHEDEN”.
 JIKA DILANGGAR, CACAT KEHENDAK.
40
UNSUR-UNSUR PERJANJIAN
 MENURUT ILMU HUKUM PERJANJIAN, UNTUK
MEMBUAT PERJANJIAN HARUS DIPENUHI 3 (TIGA)
UNSUR YAITU :
1. UNSUR ESSENSIALIA YAITU UNSUR YANG MUTLAK
HARUS ADA DALAM MEMBUAT SUATU PERJANJIAN, DAN
APABILA TIDAK DIPENUHI MAKA PERJANJIAN ITU
TERSEBUT TIDAK SAH.
2. UNSUR NATURALIA YAITU UNSUR YANG TANPA
DIPERJANJIKAN SECARA KHUSUS SUDAH DIANGGAP ADA
SECARA IMPLISIT DALAM PERJANJIAN, KARENA
MERUPAKAN SIFAT BAWAAN ATAU INHERENT DALAM
PERJANJIAN.
3. UNSUR AKSIDENTALIA YAITU UNSUR YANG SECARA
EKSPLISIT DIPERJANJIKAN PARA PIHAK.

41
 ASAS-ASAS HUKUM
PERJANJIAN
ASAS-ASAS YANG MENGUSAI HUKUM KONTRAK :
 KONSESUALISME
 KEBEBASAN BERKONTRAK
 KEKUATAN MENGIKAT

ASAS-ASAS YANG MENDUKUNG HUKUM KONTRAK:

 ASAS KEPERCAYAAN
 ASAS MORAL
 ASAS KEPATUTAN
 ASAS KEPASTIAN HUKUM
 ASAS PERSAMAAN HUKUM
 ASAS KESEIMBANGAN
 ASAS ITIKAD BAIK
 ASAS KEBIASAAN
 ASAS PERLINDUNGAN HUKUM

42
 JENIS-JENIS PERJANJIAN
1. PERJANJIAN SEPIHAK DAN PERJANJIAN TIMBAL
BALIK
2. PERJANJIAN KONSENSUIL DAN PERJANJIAN RIIL
3. PERJANJIAN CUMA-CUMA DAN PERJANJIAN ATAS
BEBAN
4. PERJANJIAN NOMINAT DAN PERJANJIAN
INNOMINAT
5. PERJANJIAN OBLIGATOIR DAN PERJANJIAN
KEBENDAAN
6. PERJANJIAN CAMPURAN (CONTRACTUS SUI
GENERIS)
7. PERJANJIAN- PERJANJIAN YANG ISTIMEWA
SIFATNYA ;
a. PERJANJIAN LIBERATOIR
b. PERJANJIAN PEMBUKTIAN
c. PERJANJIAN UNTUNG-UNTUNGAN 43
d. PERJANJIAN PUBLIK
 WANPRESTASI
 ARTI YURIDIS “WANPRESTATIE” ADALAH
TIDAK MEMENUHI KEWAJIBAN HUKUM
YANG DITENTUKAN DALAM PERIKATAN;
 KEWAJIBAN HUKUM DALAM PERIKATAN
ADALAH MENUNAIKAN PRESTASI;
 MASALAH : APAKAH KEWAJIBAN HUKUM
HANYA ADA PADA KONTRAK ATAU JUGA
PERIKATAN YANG LAHIR KARENA UNDANG-
UNDANG ?
 MASALAH LAIN : APAKAH WANPRESTASI ITU
DAPAT DIBEBANKAN KEPADA KREDITUR ?
44
 FAKTOR PENYEBAB
 PENYEBAB TIDAK MEMENUHI PRESTASI
ADALAH KARENA KESALAHAN BAIK KARENA
KESENGAJAAN MAUPUN KARENA
KELALAIAN;
 DAPAT JUGA TERJADI KARENA KEADAAN
MEMAKSA;
 MASALAH : BAGAIMANA PENGARUH
FAKTOR PENYEBAB TERHADAP AKIBAT
HUKUM ?
45
 BAGAIMANA KEADAAN
SENGAJA ATAU KELALAIAN
 DEBITUR SAMA SEKALI TIDAK MEMENUHI
ISI KONTRAK;
 DEBITUR MELAKSANAKAN ISI KONTRAK
TETAPI TIDAK PANTAS ATAU KELIRU
KUALITASNYA;
 DEBITUR TERLAMBAT ATAU TIDAK TEPAT
WAKTU;
 DEBITUR MELAKUKAN SESUATU YANG
MENURUT PERJANJIAN TIDAK BOLEH
DILAKUKANNYA.
46
 WANPRESTASI : BILAKAH
MOMENTUM ITU TERJADI
 MASALAH : APAKAH DIPERLUKAN
PERBUATAN HUKUM TERSENDIRI ATAU
SUDAH DEMI HUKUM TERJADI ?
 PENYELESAIAN : TERGANTUNG PADA
SUBSTANSI KONTRAK. JIKA SUDAH
DINYATAKAN DALAM TEGAS MAKA TIDAK
PERLU ADA PERBUATAN HUKUM UNTUK
MENYATAKAN DEBITUR WANPRESTASI.
KALAU TIDAK, MAKA MASIH DIPERLUKAN
PERBUATAN HUKUM YAITU SOMASI.
47
 INGEBREKE STELLING
 PENGATURAN : PASAL 1238 KUH PERDATA
“SI BERUTANG ADALAH LALAI, APABILA IA
DENGAN SURAT PERINTAH ATAU DENGAN
SEBUAH AKTA SEJENIS ITU TELAH
DINYATAKAN LALAI, ATAU DEMI
PERIKATANNYA SENDIRI, IALAH JIKA INI
MENETAPKANNYA, BAHWA YANG
BERUTANG AKAN HARUS DIANGGAP LALAI
DENGAN LEWATNYA WAKTU YANG
DITENTUKAN”.
48
 BENTUK PERINGATAN
INGEBREKE STELLING
1. SURAT PERINTAH (BEVEL) : EXPLOIT JURU SITA.
EXPLOIT ADALAH PERINTAH LISAN YANG
DISAMPAIKAN OLEH JURU SITA KEPADA
DEBITUR;
2. AKTA SEJENIS (SOORTGELIJKE ACTE). MENURUT
ILMU HUKUM PERDATA SOORTGELIJKE ACTE
ADALAH PERBUATAN HUKUM SEJENIS
(SOORTGELIJKE RECHTSHANDELING). MISALNYA
AKTE OTENTIK, SURAT BIASA YANG ISINYA
IMPERATIF PERINTAH DARI KREDITUR KEPADA
DEBITUR TENTANG BATAS WAKTU PEMENUHAN
PRESTASI;
3. DEMI PERIKATANNYA SENDIRI, TIDAK PERLU
PERINGATAN KARENA JANGKA WAKTU LEWAT.
49
 GANTI KERUGIAN DALAM
KONTRAK
 MENURUT MARIAM DARUS
BADRULZAMAN, APABILA UNDANG-
UNDANG MENYEBUTKAN “SCHADE”,
MAKA YANG DIMAKSUDKAN ADALAH
KERUGIAN NYATA (FEITELIJKNADEE)
YANG DAPAT DIDUGA ATAU
DIPERKIRAKAN PADA SAAT
PERIKATAN ITU DIADAKAN, YANG
TIMBUL SEBAGAI AKIBAT INGKAR
JANJI.
50
 BAGAIMANA MENENTUKAN
JUMLAH KERUGIAN ITU ?
 M.YAHYA HARAHAP SEORANG MANTAN HAKIM MEMBERIKAN
DESKRIPSI SEBAGAI BERIKUT :
KERUGIAN NYATA DITENTUKAN OLEH SUATU
PERBANDINGAN KEADAAN YANG TIDAK DILAKUKAN OLEH
PIHAK DEBITUR. KALAU BEGITU DASAR KITA AMBIL SUATU
RUMUSAN, BESARNYA JUMLAH GANTI KERUGIAN KIRA-KIRA
SEBESAR JUMLAH YANG “WAJAR” SESUAI DENGAN
BESARNYA NILAI PRESTASI YANG MENJADI OBJEK KONTRAK
DIBANDING DENGAN KEADAAN YANG MENYEBABKAN
TIMBULNYA WANPRESTASI ATAU SEBESAR KERUGIAN
NYATA YANG DIDERITA KREDITUR YANG MENYEBABKAN
TIMBULNYA KEKURANGAN NILAI KEUNTUNGAN YANG
DIPEROLEHNYA. SUATU HAL YANG TIDAK BISA DIPISAHKAN
DALAM MEMPERKIRAKAN BESARNYA JUMLAH GANTI
KERUGIAN IALAH PERBANDINGAN ANTARA KEADAAN
WANPRESTASI DENGAN KERUGIAN YANG SUNGGUH-
SUNGGUH NYATA TERJADI.

51
 KERUGIAN AKAN SANGAT MEMPENGARUHI
HARTA KEKAYAAN DEBITUR KARENA
BERARTI MEMINDAHKAN SEBAGIAN HARTA
BENDANYA KEPADA KREDITUR. OLEH
KARENA ITU SANGAT DIPERLUKAN SIKAP
CERMAT BAGI SEORANG KREDITUR UNTUK
MELIHAT HUBUNGAN WANPRESTASI YANG
TERJADI DALAM KONTRAK DENGAN
PEMENUHAN GANTI KERUGIAN. TIDAK
DAPAT DISANGKAL BAHWA KARENA
WANPRESTASI DEBITUR, MAKA KREDITUR
MENGALAMI KERUGIAN DAN KEUNTUNGAN
YANG DIHARAPKAN.
52
 KERUGIAN DAN KEUNTUNGAN YANG DIHARAPKAN
KREDITUR DARI TIDAK TERLAKSANAKAN KONTRAK
MERUPAKAN 2 (DUA) HAL YANG ESSENSIL YANG
DIGAMBARKAN SECARA NORMATIF DALAM PASAL 1248
K.U.H.PERDATA, YANG MENGATAKAN :
BAHKAN JIKA HAL TIDAK DIPENUHINYA PERIKATAN ITU
DISEBABKAN KARENA TIPU DAYA SI BERUTANG,
PENGGANTIAN BIAYA, RUGI DAN BUNGA SEKADAR
MENGENAI KERUGIAN YANG DIDERITANYA OLEH SI
BERUTANG DAN KEUNTUNGAN YANG TERHILANG BAGINYA
HANYALAH TERDIRI ATAS APA YANG MERUPAKAN AKIBAT
LANGSUNG DARI TAK DIPENUHINYA PERIKATAN.

53
 KEADAAN MEMAKSA
(FORCE MAJEUR)
 SEORANG DEBITUR YANG DIGUGAT DIDEPAN
HAKIM KARENA IA DIKATAKAN TELAH MELALAIKAN
KEWAJIBANNNYA, DAPAT MEMBELA DIRINYA
UNTUK MENGHINDARKAN DIRINYA DARI
PENGHUKUMAN YANG MERUGIKAN DENGAN
MENGAJUKAN KEADAAN-KEADAAN DI LUAR
KEKUASAANNYA YANG MEMAKSA HINGGA IA TIDAK
DAPAT MENEPATI PERJANJIAN. JIKA SI
BERHUTANG BERHASIL DALAM MEMBUKTIKAN
ADANYA KEADAAN YANG DEMIKIAN ITU, TUNTUTAN
SI BERHUTANG TERLUPUT DARI PENGHUKUMAN,
BAIK YANG BERUPA PENGHUKUMAN UNTUK
MEMENUHI PERJANJIAN, MAUPUN PENGHUKUMAN
UNTUK MEMBAYAR PENGGANTIAN KERUGIAN.

54
 MENURUT UNDANG-UNDANG ADA 3 (TIGA)
UNSUR YANG HARUS DIPENUHI UNTUK
KEADAAN MEMAKSA YAITU :
1. TIDAK MEMENUHI PERIKATAN;
2. ADA SEBAB YANG TERLETAK DI LUAR
KESALAHAN DEBITUR;
3. FAKTOR PENYEBAB ITU TIDAK DIDUGA
SEBELUMNYA DAN TIDAK DAPAT
DIPERTANGGUNGJAWABKAN KEPADA
DEBITUR.

55
 KEADAAN MEMAKSA ADA YANG BERSIFAT MUTLAK YAITU
DALAM HALNYA SAMA SEKALI TIDAK MUNGKIN LAGI
MELAKSANAKAN PERJANJIANNYA. MISALNYA BARANGNYA
SUDAH HAPUS KARENA BENCANA ALAM.

 KEADAAN MEMAKSA ADA JUGA YANG BERSIFAT TIDAK

MUTLAK YAITU BERUPA SUATU KEADAAN DIMANA
PERJANJIAN MASIH DAPAT JUGA DILAKSANAKAN, TETAPI
DENGAN PENGORBANAN-PENGORBANAN YANG SANGAT
BESAR DARI HAK SIBERHUTANG. MISALNYA HARGA BARANG
YANG MASIH HARUS DIDATANGKAN OLEH SI PENJUAL TIBA-
TIBA MEMBUMBUNG TINGGI ATAU TIBA-TIBA OLEH
PEMERINTAH DIKELUARKAN SUAU PERBUATAN UNTUK
MENGELUARKAN SUATU BARANG DARI SUATU DAERAH,
YANG MENYEBABKAN SI BERHUTANG TIDAK DAPAT
MENGIRIMKAN BARANG-BARANGNYA KEPADA SI
BERPITUANG.

56