Anda di halaman 1dari 8

PERBANDINGAN WANPRESTASI DENGAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM

BERDASARKAN KUHPERDATA

Disusun Oleh:

Stanly Setiawan (2274201043)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

PEKANBARU

TAHUN 2023

dia
BAB I

PEMBAHASAN

Dalam konteks hukum acara perdata, terdapat perbandingan wanprestasi dengan

perbuatan melawan hukum berdasarkan kuhperdata.Oleh karena itu, sebelum menjawab pokok

pertanyaan Anda mengenai perbedaan wanprestasi dan perbuatan melawan hukum, sebaiknya

kita pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan wanprestasi.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan konsep

perbuatan melawan hukum dan bagaimana persamaan dan perbedaan wanprestasi dengan

perbuatan melawan hukum. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif,

disimpulkan:

1. Perbuatan melawan hukum (Onrechtmatigedaad) adalah suatu ketentuan yang diatur dalam

Pasal 1365 KUHPerdata yang banyak terjadi dalam masyarakat. Berdasarkan Pasal 1365

KUHPerdata, maka terdapat sejumlah unsurnya, yakni:

a. Adanya suatu perbuatan;

b. Perbuatan itu melawan hukum;

c. Adanya kesalahan dari pihak pelaku;

d. Adanya kerugian bagi korban; dan

e. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.

2. Perbuatan hukum mengalami perkembangannya melalui yurisprudensi baik yang terjadi di

negeri Belanda maupun di Indonesia, yang memperluas arti perbuatan hukum tidak hanya

melanggar undang-undang, melainkan juga melanggar kesusilaan dan kepatutan yang hidup

dan berlaku dalam masyarakat.


A. Wanprestasi

Ketentuan wanprestasi dapat Anda temukan dalam Pasal 1243 KUH Perdata yang

selengkapnya berbunyi sebagai berikut:

Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak

dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur,

walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi

perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau

dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam

waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan.

Melalui isi pasal tersebut, setidaknya ada 3 unsur wanprestasi, antara lain:

1. Ada perjanjian;

2. Ada pihak yang ingkar janji atau melanggar perjanjian; dan

3. Telah dinyatakan lalai, namun tetap tidak melaksanakan isi perjanjian.

Sehingga, hal yang menyebabkan timbulnya wanprestasi adalah karena adanya cidera janji dalam

perjanjian yang menyebabkan salah satu pihak ingkar akan janjinya atau melanggar janji. Maka,

pihak yang cidera janji harus bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan.

B. Perbuatan Melawan Hukum


Ketentuan terkait perbuatan melawan hukum tercantum dalam Pasal 1365 KUH Perdata, yang

berbunyi:

Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa

kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang

menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk

menggantikan kerugian tersebut.

Mariam Darus Badrulzaman dalam bukunya KUH

Perdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan,

seperti dikutip Rosa Agustina menyatakan yang

dimaksud dengan perbuatan melawan hukum adalah

1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;

2. Bertentangan dengan hak subjektif orang lain;

3. Bertentangan dengan kesusilaan;

4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian.

Disarikan dari Merasa Dirugikan Tetangga yang Menyetel Musik Keras-keras, menjabarkan

4 unsur perbuatan melawan hukum, antara lain:

a. Harus ada perbuatan (positif maupun negatif);

b. Perbuatan itu harus melawan hukum;

c. Ada kerugian;

d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian;

e. Ada kesalahan.
Sebagai informasi tambahan, dalam perbuatan melawan hukum si penggugat harus dapat

membuktikan semua unsur-unsur kesalahan pada si tergugat. Sedangkan, dalam wanprestasi si

penggugat cukup menunjukkan adanya wanprestasi, sementara pembuktian, dalil bahwa tidak

adanya wanprestasi dibebankan pada si tergugat.

Tuntutan pengembalian pada keadaan semula (reestitutio in integrum) hanyalah dapat dilakukan

jika terjadi gugatan perbuatan melawan hukum, sedangkan dalam gugatan wanprestasi tidak

dapat dituntut pengembalian pada keadaan semula.

Bilamana terdapat beberapa orang debitur yang bertanggung gugat, maka dalam hal

terjadi tuntutan ganti kerugian pada gugatan perbuatan melawan hukum, masing-masing debitur

dapat bertanggung gugat untuk keseluruhan ganti kerugian tersebut, sekalipun tidak berarti

bahwa tanggung gugat tersebut sama dengan tanggung renteng. Kalau dalam gugatan

wanprestasi, maka tuntutan pada masing-masing orang untuk keseluruhannya hanya mungkin

diajukan apabila sifat tanggung rentengnya dicantumkan dalam kontraknya atau apabila

prestasinya tidak dapat dibagi-bagi.

Terminologi dari “Perbuatan Melawan Hukum” merupakan terjemahan dari kata

onrechtmatigedaad, yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III tentang

Perikatan, Pasal 1365 sampai dengan Pasal 1380. Beberapa sarjana ada yang mempergunakan

istilah “melanggar” dan ada yang mempergunakan istilah “melawan”. Wirjono Prodjodikoro

menggunakan istilah “perbuatan melanggar hukum”, dengan mengatakan: “Istilah

onrechtmatigedaad dalam bahasa Belanda lazimnya mempunyai arti yang sempit, yaitu arti yang

dipakai dalam Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek dan yang hanya berhubungan dengan penafsiran

dari pasal tersebut, sedang kini istilah perbuatan melanggar hukum ditujukan kepada hukum
yang pada umumnya berlaku di Indonesia dan yang sebagian terbesar merupakan Hukum Adat”.

Subekti juga menggunkan istilah Perbuatan Melanggar Hukum.

Terminologi “Perbuatan Melawan Hukum” antara lain digunakan oleh Mariam Darus

Badrulzaman, dengan mengatakan: “Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

menentukan bahwa setiap perbuatan yang melawan hukum yang membawa kerugian kepada

seseorang lain mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan kerugian ini mengganti kerugian

tersebut”. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan8 dan ISAdiwimarta9 dalam menerjemahkan buku

H.F.A. Vollmar juga mempergunakan istilah perbuatan melawan hukum. Selain itu, istilah yang

sama juga digunakan oleh MAMoegni Djojodirdjo10 dan Setiawan. 11 MA Moegni Djojodirdjo

mengatakan: “Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidaklah memberikan

perumusan melainkan hanya mengatur bilakah seseorang yang mengalami kerugian karena

perbuatan melawan hukum, yang dilakukan oleh orang lain terhadap dirinya, akan dapat

mengajukan tuntutan ganti kerugian pada Pengadilan Negeri dengan succes” Berdasarkan

rumusan di atas maka dapat dikatakan bahwa perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang

melanggar hak (subyektif) orang lain atau perbuatan (atau tidak berbuat) yang bertentangan

dengan kewajiban menurut undang-undang atau bertentangan dengan apa yang menurut hukum

tidak tertulis. seharusnya dijalankan oleh seorang dalam pergaulannya dengan sesama warga

masyarakat dengan mengingat adanya alasan pembenar menurut hokum Pasal 1233 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan sumber perikatan adalah perjanjian dan

undangundang. Perikatakn adalah suatu hubungan hukum di bidang hukum kekayaan di mana

satu pihak berhak menuntut suatu prestasi dan pihak lainnya berkewajiban untuk melaksanakan

suatu prestasi. Sedangkan perjanjian menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih. Definisi ini mendapat kritik dari Prof. R. Subekti, karena hanya meliputi

perjanjian sepihak padahal perjanjian pada umumnya bersifat timbal balik, seperti perjanjian jual

beli, perjanjian sewa menyewa, perjanjian tukar menukar dan sebagainya. Sedangkan perikatan

yang lahir dari undang-undang terdiri atas perikatan yang lahir dari undangundang saja dan

perikatan yang lahir dari undang-undang yang berhubungan dengan perbuatan manusia.

Perikatan yang lahir dari undang-undang yang berhubungan dengan perbuatan manusia dapat

dibagi atas perikatan yang halal dan perikatan yang tidak halal, yaitu perbuatan melawan hukum.

Wanprestasi atau juga disebut dengan cidera janji atau ingkar janji merupakan

konsekuensi atau akibat tidak dipenuhinya suatu prestasi. Kamus Hukum,12 mengartikan

prestasi sebagai hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dikerjakan. Menurut Pasal 1234

KUHPerdata, disebutkan bahwa “Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk

berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.”Dari keterangan tersebut ada tiga

kemungkinan wujud prestasi, yaitu:

a. Memberikan sesuatu, misalnya menyerahkan benda, membayar harga benda, dan

memberikan hibah penelitian;

b. Melakukan sesuatu, misalnya membuat pagarpekarangan rumah, mengangkut barang

tertentu, dan menyimpan rahasia perusahaan;

c. Tidak melakukan sesuatu, misalnya tidak melakukan persaingan curang, tidak melakukan

dumping, dan tidak menggunakan merek orang lain.


C. Kesimpulan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata membedakan antara gugatan wanprestasi yang

didasarkan pada hubungan kontraktual antara Penggugat dan Tergugat dan gugatan perbuatan

melawan hukum di mana tidak ada hubungan kontraktual antara Penggugat dan Tergugat.

Perkembangan dalam praktik putusan-putusan pengadilan menunjukkan bahwa terjadi

pergeseran teori tersebut karena hubungan kontraktual antara Penggugat dan Tergugat tidak

menghalangi diajukannya gugatan perbuatan melawan hukum.

Anda mungkin juga menyukai