Anda di halaman 1dari 13

Unsur – Unsur Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Perdata

Oleh :

Nama : Aldi Pantoni


Kelas : 4B
NIM : 20310037
Dosen Pengasuh : Harab Zafrullah, S.H, MH.

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTI
PALEMBANG
2022
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Wanprestasi..................................................................................3

B. Bentuk – Bentuk Wanprestasi......................................................4

C. Perbuatan Melawan Hukum.........................................................4

D. Perbedaan Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum...........5

BAB III PEMBAHASAN

A. Unsur – unsur Wanprestasi..........................................................7

B. Unsur – unsur Perbuatan Melawan Hukum.................................7

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................12

B. Saran..........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum adalah rangkaian mengenai tingkah laku orang – orang sebagai


suatu anggota masyarakat dan tujuan untuk mengadakan tata tertib diantara
anggota masyarakat. Hukum juga sebagai jaminan serta perlindungan yang nyata
terhadap kepentingan setiap individu. Dan tidak jarang dalam kehidupan social
terjadi perbuatan melawan hukum.

Kepentingan hukum dapat menimbulkan benturan yang tidak dapat


diselesaikan secara damai akan tetapi dapat saja berakhir dengan penyelesaian di
persidangan pengadilan melalui suatu keputusan Hakim.

Perbuatan melawan hukum tersebut tentunya merugikan salah satu pihak,


sehingga pihak yang merasa dirugikan kepentingannya akan mempertahankan
hak-haknya sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dengan melakukan suatu
upaya hukum untuk mendapatkan ganti kerugian, dimana upaya hukum yang
dilakukan tersebut tentunya harus berdasarkan aturan-aturan hukum materiil yang
berlaku.

Gugatan ganti rugi dapat dilakukan dengan mengajukan gugatan ke


Pengadilan Negeri, tentunya harus melalui suatu proses yang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku yaitu hukum acara perdata (hukum perdata
formil), dimana hukum perdata formil tersebut merupakan suatu peraturan hukum
yang berfungsi untuk mempertahankan hak seseorang, oleh karena hak tersebut
dilanggar oleh orang lain sehingga menimbulkan kerugian. Disini pihak yang
dirugikan dapat minta perlindungan hukum, yaitu dengan memintakan keadilan
lewat hakim (pengadilan) sejak dimajukanya gugatan sampai dengan pelaksanaan
putusan hakim.

1
Sengketa ataupun gugatan perdata pada prinsipnya hanya ada dua jenis,
yaitu Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum (PMH). Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka penulis mengambil judul Unsur – Unsur Wanprestasi
dan Perbuatan Melawan Hukum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka Rumusan Masalah nya sebagai


berikut:

1. Perbedaan antara Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum?

2. Unsur – unsur Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Wanprestasi

Wanprestasi adalah sebuah istilah dari bahasa Belanda "wanprestatie"


berarti tidak dipenuhi prestasi atau kewajiban dalam suatu perjanjian. Menurut
KBBI, pengertian wanprestasi artinya salah satu pihak bersepakat dalam
perjanjian memiliki prestasi buruk akibat dari kelalaiannya.

Pasal wanprestasi 1234 dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata


menyebutkan bahwa, “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tidak
dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah
dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang
harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam
waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan”. Sementara gugatan
wanprestasi dapat diajukan sesuai aturan KUHP pasal wanprestasi 1267.

Terdapat pasal pasal wanprestasi lainnya diantaranya:

1. Pasal 1243 BW mengenai kewajiban mengganti kerugian yang diderita oleh


salah satu pihak
2. Pasal 1267 BW mengatur pemutusan kontrak perjanjian bersamaan dengan
pembayaran ganti kerugian
3. Pasal 1237 ayat (2) BW terkait penerimaan peralihan resiko sejak wanprestasi
4. Pasal 181 ayat (2) HIR tentang penanggungan biaya perkara di pengadilan

Contoh kasus wanprestasi sering kali dijumpai dalam utang-piutang, kerja


sama suatu proyek/bisnis, dan sebagainya. Biasanya pada utang-piutang sering
dijumpai kasus dimana kreditur tidak sanggup membayar kewajibannya dengan
berbagai alasan. Akibatnya merugikan pihak debitur.

B. Bentuk-Bentuk Wanprestasi

 Janji Melakukan Sesuatu, Tapi Tidak Dilaksanakan

Sesuai dengan pengertian wanprestasi adalah penyelewengan akan suatu


kesepakatan. Ketika suatu pihak telah berjanji di kesepakatan awal, kemudian

3
praktiknya pihak tersebut tidak melaksanakannya, maka kondisi demikian
merupakan bentuk wanprestasi. Kasus seperti ini banyak sekali ditemui dalam
masyarakat. Biasanya mereka tidak melakukan ingkar janji karena tidak sanggup
memenuhi kewajibannya, berubah pikiran, tidak mau mengambil risiko dan
sejenisnya.

 Melakukan Janji Tapi Terlambat

Bentuk lain dari wanprestasi adalah melakukan janji tapi terlambat dalam
memenuhi kesepakatan tersebut. Salah pihak yang berjanji baru melakukan
perjanjian di luar batas waktu kesepakatan. Meskipun kewajiban terpenuhi, namun
hal ini juga merugikan salah satu pihak atas keterlambatan pemenuhan perjanjian.

 Melakukan Janji, Tapi Tidak Sesuai Kesepakatan

Bila salah satu pihak melaksanakan kewajibannya tepat waktu tetapi


pelaksanaannya tidak sesuai kesepakatan awal. Sehingga kondisi demikian masuk
dalam bentuk wanprestasi. Hal tersebut juga bisa merugikan salah satu pihak,
pemenuhan kewajiban tidak sesuai porsinya. Dalam hal ini, contoh kasus
wanprestasi adalah saat kreditur membayar kewajiban hutangnya tapi besaran
nominalnya tidak sesuai dengan jumlah hutangnya. Maka pihak debitur merasa
dirugikan karena uang yang dipinjamkan tidak kembali sesuai besaran di awal.

 Melakukan Sesuatu yang Dilarang dalam Perjanjian

Bentuk lain wanprestasi adalah adanya pelanggaran perjanjian. Ketika salah satu
pihak berani melakukan suatu tindakan dilarang dalam perjanjian. Contoh kasus
wanprestasi dalam hal ini yaitu pelanggaran perjanjian sewa rumah. Penyewa
rumah berani menjadikan rumah tersebut sebagai markas kriminalitas. Hal
tersebut telah dilarang oleh pemilik rumah dan tertuang dalam kesepakatan.

C. Perbuatan Melawan Hukum

Dalam Hukum Perdata, perbuatan melawan hukum adalah segala perbuatan yang
menimbulkan kerugian yang membuat korbannya dapat melakukan tuntutan terhadap
orang yang melakukan perbuatan tersebut. Kerugian yang ditimbulkan dapat bersifat
material ataupun imaterial.

Perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-


Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), berbunyi: “Tiap perbuatan yang
melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan
kerugian tersebut.”

4
Dalam konteks Hukum Perdata, perbuatan melawan hukum dikenal dengan
istilah onrechtmatige daad. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata,
perbuatan melawan hukum adalah:

“Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut.”

Menurut Rosa Agustina, dalam bukunya Perbuatan Melawan Hukum dipaparkan bahwa


dalam menentukan suatu perbuatan dapat dikualifisir sebagai melawan hukum,
diperlukan 4 syarat:

1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;


2. Bertentangan dengan hak subjektif orang lain;
3. Bertentangan dengan kesusilaan;
4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian.

Dari bunyi Pasal tersebut, maka dapat ditarik unsur-unsur PMH sebagai berikut:

1. ada perbuatan melawan hukum;


2. ada kesalahan;
3. ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan;
4. ada kerugian.

D. Perbedaan Antara Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum

Menurut Yahya Harahap, gugatan wanprestasi dan PMH terdapat


perbedaan prinsip yaitu:

1. Gugatan wanprestasi (ingkar janji)

Ditinjau dari sumber hukumnya, wanprestasi menurut Pasal 1243 Kitab


Undang-undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”) timbul dari perjanjian
(agreement). Oleh karena itu, wanprestasi tidak mungkin timbul tanpa adanya
perjanjian yang dibuat terlebih dahulu diantara para pihak. Hak menuntut ganti
kerugian karena wanprestasi timbul dari Pasal 1243 KUH Perdata, yang pada
prinsipnya membutuhkan penyataan lalai dengan surat peringatan (somasi). KUH
Perdata juga telah mengatur tentang jangka waktu perhitungan ganti kerugian
yang dapat dituntut, serta jenis dan jumlah ganti kerugian yang dapat dituntut
dalam wanprestasi.

2. Gugatan PMH

Menurut Pasal 1365 KUH Perdata, PMH timbul karena perbuatan


seseorang yang mengakibatkan kerugian pada orang lain. Hak menuntut ganti
kerugian karena PMH tidak perlu somasi. Kapan saja terjadi PMH, pihak yang

5
dirugikan langsung mendapat hak untuk menuntut ganti rugi tersebut. KUH
Perdata tidak mengatur bagaimana bentuk dan rincian ganti rugi. Dengan
demikian, bisa digugat ganti kerugian yang nyata-nyata diderita dan dapat
diperhitungkan (material) dan kerugian yang tidak dapat dinilai dengan uang
(immaterial).

Agar Pengugat dapat menuntut ganti kerugian berdasarkan PMH, maka harus
dipenuhi unsur-unsur yaitu:

1. Harus ada perbuatan, yang dimaksud perbuatan ini baik yang bersifat positif
maupun bersifat negatif, artinya setiap tingkah laku berbuat atau tidak
berbuat;
2. Perbuatan tersebut harus melawan hukum.Istilah Melawan Hukum telah
diartikan secara luas, yaitu tidak hanya melanggar peraturan perundang-
undangan tetapi juga dapat berupa:
1. Melanggar hak orang lain.
2. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku.
3. Bertentangan dengan kesusilaan.
4.  Bertentangan dengan kepentingan umum.
3. Adanya kesalahan;
4. Ada kerugian, baik materil maupun immaterial;
5. Adanya hubungan sebab-akibat antara perbuatan ,melawan hukum tersebut
dengan kerugian.

6
BAB III

PEMBAHASAN

A. Unsur - Unsur Wanprestasi

- Terdapat Perjanjian di Atas Materai Oleh Para Pihak


Pertama, unsur unsur wanprestasi adalah adanya perjanjian di atas materai oleh
para pihak. Suatu kesepakatan di atas hitam dan putih disertai materai
memberikan kekuatan hukum tersendiri bagi seluruh pihak perjanjian. Apabila
salah satu pihak melakukan pelanggaran atau tindakan di luar perjanjian di atas
materai, maka hal tersebut masuk dalam kategori wanprestasi.

- Ada Pihak Melakukan Pelanggaran Kesepakatan


Timbulnya wanprestasi adalah saat terdapat pihak yang melanggar kesepakatan.
Kondisi demikian merupakan unsur unsur wanprestasi. Karena ada pihak
dirugikan atas perbuatan pelanggaran tersebut.

- Sudah Dinyatakan Bersalah Tapi Tetap Melanggar Perjanjian


Terakhir, unsur unsur wanprestasi adalah salah satu pihak perjanjian sudah
dinyatakan bersalah karena suatu tindakan pelanggaran. Meskipun demikian,
pihak tersebut masih melanggar kesepakatan dan tidak jera atas kesalahan yang
telah dituduhkan.

B. Unsur – Unsur Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-


Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), berbunyi: “Tiap perbuatan yang
melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan
kerugian tersebut.”
Dari bunyi Pasal tersebut, maka dapat ditarik unsur-unsur PMH sebagai berikut:
1. ada perbuatan melawan hukum;
2. ada kesalahan;
3. ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan;
4. ada kerugian.
 

7
 Unsur ada perbuatan melawan hukum
Perbuatan melawan hukum berarti adanya perbuatan atau tindakan dari pelaku
yang melanggar/melawan hukum. Dulu, pengertian melanggar hukum ditafsirkan
sempit, yakni hanya hukum tertulis saja, yaitu undang-undang. Jadi seseorang
atau badan hukum hanya bisa digugat kalau dia melanggar hukum tertulis
(undang-undang).
Tapi sejak tahun 1919, ada putusan Mahkamah Agung Belanda dalam kasus
Arrest Cohen-Lindenbaum (H.R. 31 Januari 1919), yang kemudian telah
memperluas pengertian melawan hukum tidak hanya terbatas pada undang-
undang (hukum tertulis saja) tapi juga hukum yang tidak tertulis, sebagai berikut:
1. Melanggar Undang-Undang, artinya perbuatan yang dilakukan jelas-jelas
melanggar undang-undang.
2. Melanggar hak subjektif orang lain, artinya jika perbuatan yang dilakukan
telah melanggar hak-hak orang lain yang dijamin oleh hukum (termasuk tapi
tidak terbatas pada hak yang bersifat pribadi, kebebasan, hak kebendaan,
kehormatan, nama baik ataupun hak perorangan lainnya.
3. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, artinya kewajiban hukum
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk hukum publik.
4. Bertentangan dengan kesusilaan, yaitu kaidah moral (Pasal 1335 Jo Pasal
1337 KUHPerdata)
5. Bertentangan dengan sikap kehati-hatian yang sepatutnya dalam masyarakat.
Kriteria ini bersumber pada hukum tak tertulis (bersifat relatif). Yaitu
perbuatan yang dilakukan bertentangan dengan sikap yang baik/kepatutan
dalam masyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain.

 Unsur adanya kesalahan


Kesalahan ini ada 2(dua), bisa karena kesengajaan atau karena kealpaan.
Kesengajaan maksudnya ada kesadaran yang oleh orang normal pasti tahu
konsekuensi dari perbuatannya itu akan merugikan orang lain. Sedang, Kealpaan
berarti ada perbuatan mengabaikan sesuatu yang mestinya dilakukan, atau tidak
berhati-hati atau teliti sehingga menimbulkan kerugian bagi orang lain. Namun
demikian adakalanya suatu keadaan tertentu dapat meniadakan unsur kesalahan,
misalnya dalam hal keadaan memaksa (overmacht) atau si pelaku tidak sehat
pikirannya(gila).

8
 Unsur adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan
(Hubungan Kausalitas)
Yang dimaksud adalah adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan yang
dilakukan dengan akibat yang muncul. Misalnya, kerugian yang terjadi
disebabkan perbuatan si pelaku atau dengan kata lain, kerugian tidak akan terjadi
jika pelaku tidak melakukan perbuatan melawan hukum tersebut.

 Unsur adanya kerugian


Akibat perbuatan pelaku menimbulkan kerugian. Kerugian di sini dibagi jadi 2
(dua) yaitu Materil dan Imateril. Materil misalnya kerugian karena tabrakan
mobil, hilangnya keuntungan, ongkos barang, biaya-biaya, dan lain-lain. Imateril
misalnya ketakutan, kekecewaan, penyesalan, sakit, dan kehilangan semagat
hidup yang pada prakteknya akan dinilai dalam bentuk uang.
Adapun pemberian ganti kerugian menurut KUHPerdata sebagai berikut: 
1. Ganti rugi untuk semua perbuatan melawan hukum (Pasal 1365
KUHPerdata);
2. Ganti rugi untuk perbuatan yang dilakukan oleh orang lain (Pasal 1367
KUHPerdata). Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata, seseorang tidak hanya
bertanggungjawab atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri,
melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang
menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada dalam
pengawasannya (vicarious liability)
3. Ganti rugi untuk pemilik binatan (Pasal 1368 KUHPerdata)
4. Ganti rugi untuk pemilik gedung yang ambruk (Pasal 1369 KUHPerdata)
5. Ganti rugi untuk keluarga yang ditinggalkan oleh orang yang dibunuh (Pasal
1370 KUHPerdata)
6. Ganti rugi karena telah luka tau cacat anggota badan (Pasal 1371
KUHPerdata)
7. Ganti rugi karena tindakan penghinaan (Pasal 1372 KUHPerdata)

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perbedaan antara Wanprestasi dan PMH adalah seseorang dikatakan
Wanprestasi apabila ia melanggar suatu perjanjian yang telah disepakati dengan
pihak lain. Tiada wanprestasi apabila tidak ada perjanjian sebelumnya.

2. Sedangkan seseorang dikatakan melakukan perbuatan melawan hukum apabila


perbuatannya bertentangan dengan hak orang lain, atau bertentangan dengan
kewajiban hukumnya sendiri, atau bertentangan dengan kesusilaan.
3. Unsur – unsur Wanprestasi terdiri atas :
- Terdapat perjanjian di atas materai oleh para pihak
- Ada pihak melakukan pelanggaran kesepakatan
- Sudah dinyatakan bersalah tapi tetap melanggar perjanjian

4. Unsur – Unsur Perbuatan Melawan Hukum :


- Ada perbuatan hukum
- Ada nya kesalahan
- Ada nya hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan
- Ada nya kerugian

B. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah agar selalu menepati apa yang telah
diperjanjikan, baik perjanjian jual beli maupun perjanjian-perjanjian lain
sepanjang menyangkut permasalahan hukum perdata.

10
DAFTAR PUSTAKA

A Moegni Djojodirdjo. 1982.  Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta: Pradnya


Paramita.

Widyana, Sofie P. 2015. Perbedaan Wanprestasi dan Perbuatan Melawan


(hukumacaraperdata.com, diakses pada 9 April 2022)

Tampubolon, Boris. 2017. Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum.


(https://konsultanhukum.web.id/unsur-unsur-perbuatan-melawan-hukum/, diakses
pada 9 April 2022).

11

Anda mungkin juga menyukai