Oleh :
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................1
A. Wanprestasi..................................................................................3
A. Kesimpulan................................................................................12
B. Saran..........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Sengketa ataupun gugatan perdata pada prinsipnya hanya ada dua jenis,
yaitu Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum (PMH). Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka penulis mengambil judul Unsur – Unsur Wanprestasi
dan Perbuatan Melawan Hukum.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Wanprestasi
B. Bentuk-Bentuk Wanprestasi
3
praktiknya pihak tersebut tidak melaksanakannya, maka kondisi demikian
merupakan bentuk wanprestasi. Kasus seperti ini banyak sekali ditemui dalam
masyarakat. Biasanya mereka tidak melakukan ingkar janji karena tidak sanggup
memenuhi kewajibannya, berubah pikiran, tidak mau mengambil risiko dan
sejenisnya.
Bentuk lain dari wanprestasi adalah melakukan janji tapi terlambat dalam
memenuhi kesepakatan tersebut. Salah pihak yang berjanji baru melakukan
perjanjian di luar batas waktu kesepakatan. Meskipun kewajiban terpenuhi, namun
hal ini juga merugikan salah satu pihak atas keterlambatan pemenuhan perjanjian.
Bentuk lain wanprestasi adalah adanya pelanggaran perjanjian. Ketika salah satu
pihak berani melakukan suatu tindakan dilarang dalam perjanjian. Contoh kasus
wanprestasi dalam hal ini yaitu pelanggaran perjanjian sewa rumah. Penyewa
rumah berani menjadikan rumah tersebut sebagai markas kriminalitas. Hal
tersebut telah dilarang oleh pemilik rumah dan tertuang dalam kesepakatan.
Dalam Hukum Perdata, perbuatan melawan hukum adalah segala perbuatan yang
menimbulkan kerugian yang membuat korbannya dapat melakukan tuntutan terhadap
orang yang melakukan perbuatan tersebut. Kerugian yang ditimbulkan dapat bersifat
material ataupun imaterial.
4
Dalam konteks Hukum Perdata, perbuatan melawan hukum dikenal dengan
istilah onrechtmatige daad. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata,
perbuatan melawan hukum adalah:
“Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut.”
Dari bunyi Pasal tersebut, maka dapat ditarik unsur-unsur PMH sebagai berikut:
2. Gugatan PMH
5
dirugikan langsung mendapat hak untuk menuntut ganti rugi tersebut. KUH
Perdata tidak mengatur bagaimana bentuk dan rincian ganti rugi. Dengan
demikian, bisa digugat ganti kerugian yang nyata-nyata diderita dan dapat
diperhitungkan (material) dan kerugian yang tidak dapat dinilai dengan uang
(immaterial).
Agar Pengugat dapat menuntut ganti kerugian berdasarkan PMH, maka harus
dipenuhi unsur-unsur yaitu:
1. Harus ada perbuatan, yang dimaksud perbuatan ini baik yang bersifat positif
maupun bersifat negatif, artinya setiap tingkah laku berbuat atau tidak
berbuat;
2. Perbuatan tersebut harus melawan hukum.Istilah Melawan Hukum telah
diartikan secara luas, yaitu tidak hanya melanggar peraturan perundang-
undangan tetapi juga dapat berupa:
1. Melanggar hak orang lain.
2. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku.
3. Bertentangan dengan kesusilaan.
4. Bertentangan dengan kepentingan umum.
3. Adanya kesalahan;
4. Ada kerugian, baik materil maupun immaterial;
5. Adanya hubungan sebab-akibat antara perbuatan ,melawan hukum tersebut
dengan kerugian.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Unsur ada perbuatan melawan hukum
Perbuatan melawan hukum berarti adanya perbuatan atau tindakan dari pelaku
yang melanggar/melawan hukum. Dulu, pengertian melanggar hukum ditafsirkan
sempit, yakni hanya hukum tertulis saja, yaitu undang-undang. Jadi seseorang
atau badan hukum hanya bisa digugat kalau dia melanggar hukum tertulis
(undang-undang).
Tapi sejak tahun 1919, ada putusan Mahkamah Agung Belanda dalam kasus
Arrest Cohen-Lindenbaum (H.R. 31 Januari 1919), yang kemudian telah
memperluas pengertian melawan hukum tidak hanya terbatas pada undang-
undang (hukum tertulis saja) tapi juga hukum yang tidak tertulis, sebagai berikut:
1. Melanggar Undang-Undang, artinya perbuatan yang dilakukan jelas-jelas
melanggar undang-undang.
2. Melanggar hak subjektif orang lain, artinya jika perbuatan yang dilakukan
telah melanggar hak-hak orang lain yang dijamin oleh hukum (termasuk tapi
tidak terbatas pada hak yang bersifat pribadi, kebebasan, hak kebendaan,
kehormatan, nama baik ataupun hak perorangan lainnya.
3. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, artinya kewajiban hukum
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk hukum publik.
4. Bertentangan dengan kesusilaan, yaitu kaidah moral (Pasal 1335 Jo Pasal
1337 KUHPerdata)
5. Bertentangan dengan sikap kehati-hatian yang sepatutnya dalam masyarakat.
Kriteria ini bersumber pada hukum tak tertulis (bersifat relatif). Yaitu
perbuatan yang dilakukan bertentangan dengan sikap yang baik/kepatutan
dalam masyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain.
8
Unsur adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan
(Hubungan Kausalitas)
Yang dimaksud adalah adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan yang
dilakukan dengan akibat yang muncul. Misalnya, kerugian yang terjadi
disebabkan perbuatan si pelaku atau dengan kata lain, kerugian tidak akan terjadi
jika pelaku tidak melakukan perbuatan melawan hukum tersebut.
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perbedaan antara Wanprestasi dan PMH adalah seseorang dikatakan
Wanprestasi apabila ia melanggar suatu perjanjian yang telah disepakati dengan
pihak lain. Tiada wanprestasi apabila tidak ada perjanjian sebelumnya.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah agar selalu menepati apa yang telah
diperjanjikan, baik perjanjian jual beli maupun perjanjian-perjanjian lain
sepanjang menyangkut permasalahan hukum perdata.
10
DAFTAR PUSTAKA
11