PANDANG LOGIKA
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Logika Hukum
Fakultas Hukum
Tangerang Selatan
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................................i
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
Logika Hukum.........................................................................................................................................2
Perbuatan Hukum....................................................................................................................................4
Perbuatan Hukum dengan Sudut Pandang Logika...................................................................................7
i
PENDAHULUAN
Hukum sebagai kaidah sosial, tidak berarti bahwa pergaulan antar manusia
dalam masyarakat hanya diatur oleh hukum. Selain oleh hukum, kehidupan
manusia dalam masyarakat selain dipedomani moral manusia itu sendiri, diatur
pula oleh agama, oleh kaidah-kaidah sosial, kesopanan, adat istiadat dan kaidah-
kaidah sosial lainnya. Antara hukum dan kaidah-kaidah sosial lainnya ini, terdapat
hubungan jalin menjalin yang erat, yang satu memperkuat yang lainnya.
Adakalanya hukum tidak sesuai atau serasi dengan kaidah-kaidah sosial lainnya.
Latar Belakang Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan
indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akat terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar. Selain penalaran bagian dari penalaran yaitu
penalaran deduktif dan induktif akan kita ketahui pada makalah ini serta
bagaimana cara menarik simpulan dengan cara langsung dan tidak langsung.
1
PEMBAHASAN
Logika Hukum
2
dalam arti sempit, berhubungan dengan kajian logika terhadap suatu putusan
hukum, yakni dengan melakukan penelaahan terhadap model argumentasi,
ketepatan dan kesahihan alasan pendukung putusan.
Munir Fuady menjelaskan bahwa logika dari ilmu hukum yang disusun oleh
hukum mencakup beberapa prinsip diantaranya; pertama, prinsip eksklusi, adalah
suatu teori yang memberikan pra anggapan bahwa sejumlah putusan independen
dari badan legislatif merupakan sumber bagi setiap orang, karenanya mereka dapat
mengidentifikasi sistem. Kedua, prinsip subsumption, adalah prinsip di mana
berdasarkan prisip tersebut ilmu hukum membuat suatu hubungan hierarkhis antara
aturan hukum yang bersumber dari legislatif superior dengan yang inferior. Ketiga,
prinsip derogasi, adalah prinsip-prinsip yang merupakan dasar penolakan dari teori
terhadap aturan-aturan yang bertentangan dengan aturan yang lain dengan sumber
yang lebih superior. Keempat, prinsip kontradiksi, adalah adalah prinsip-prinsip
yang merupakan dasar berpijak bagi teori hukum untuk menolak kemungkinan
adanya kontradiksi di antara peraturan yang ada.
Dapat dikatakan bahwa pengertian dari logika hukum (legal reasoning) adalah
penalaran tentang hukum yaitu pencarian “reason” tentang hukum atau pencarian
dasar tentang bagaimana seorang hakim memutuskan perkara/ kasus hukum,
seorang pengacara mengargumentasikan hukum dan bagaimana seorang ahli
hokum menalar hukum. Logika hukum dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk
mencari dasar hukum yang terdapat di dalam suatu peristiwa hukum, baik yang
merupakan perbuatan hukum (perjanjian, transaksi perdagangan, dll) ataupun yang
merupakan kasus pelanggaran hukum (pidana, perdata, ataupun administratif) dan
memasukkannya ke dalam peraturan hukum yang ada.
3
Perbuatan Hukum
a. Tertulis, yang dapat terjadi antara lain; ditulis sendiri, ditulis oleh pejabat
tertentu ditanda-tangani oleh pejabat itu, disebut juga akte otentik atau akte
resmi seperti mendirikan PT dan semacamnya.
b. Mengucapkan kata, pernyataan kehendak ini cukup dengan mengucapka
kata setuju, misalnya dengan mengucapkan ya, dan semacamnya.
2. Pernyataan kehendak secara diam-diam dapat diketahui dari sikap atau
perbuatan, misalnya; sikap diam yang ditunjukkan dalam rapat berarti setuju,
seseorang gadis yang ditanya oleh orang tuanya untuk dinikahkan dengan
seorang pemuda gadis itu diam berarti setuju[2][2].
Sedangkan yang dimaksud dengan kesalahan ialah apabila pada pelaku ada
kesengajaan atau kealpaan (kelalaian).Contohnya; Kasus pada tahun 1910
seorang nona menempati kamar atas di suatu rumah bertingkat di kota
Kutphendid Nederland. Di kamar bawahnya ada suatu gudang milik seorang
pengusaha. Di musim dingin dan udara sangat dingin telah memecahkan pipa
air di gudang, sehingga air membanjiri gudang tersebut. Berkenaan dengan
kejadian tersebut, pengusaha meminta kepada gadis tadi untuk menutur kran
6
air, tetapi sigadis itu menolaknya. Karena kran-kran yang berada di kamar
merupakan satu-satunya jalan untuk mengatasi banjir yang diakibatkan
pecahnya kran tersebut, sedang gadis tadi tidak mau menutup krannya, barang-
barang yang ada di gudang pengusaha tersebut basah dan rusak. Atas kerugian
tersebut pengusaha tersebut mengadukan hal tersebut kepada hakim.
Negara kita adalah Negara hukum yang semua diatur dalam undang-undang.
Adanya hokum di Indonesia bertujuan untuk mencapai keadilan dan tercipta
keadaan yang kondusif. Nah untuk itu maka dibutuhkan adanya kepastian
hokum. Hukum harus pasti karena dengan hal yang bersifat pasti dapat dijadikan
ukuran kebenaran dan demi tercapainya tujuan hukum yang menuntut kedamaian,
ketentraman, kesejahteraan dan ketertiban dalam masyaraka serta kepastian hukum
harus dapat menjadi jaminan kesejahteraan umum dan jaminan keadilan bagi
masyarakat.untuk mendukung terciptanya kepastian hukum digunakanlah Logika
Hukum. Logika hukum berfungsi sebagai suatu metode untuk meneliti kebenaran
7
atau ketepatan dari suatu penalaran hukum, sedangkan penalaran adalah suatu
bentuk dari pemikiran.
Dapat dikatakan bahwa pengertian dari logika hukum (legal reasoning) adalah
penalaran tentang hukum yaitu pencarian “reason” tentang hukum atau pencarian
dasar tentang bagaimana seorang hakim memutuskan perkara/ kasus hukum,
seorang pengacara mengargumentasikan hukum dan bagaimana seorang ahli
hukum menalar hukum. Logika hukum dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk
mencari dasar hukum yang terdapat di dalam suatu peristiwa hukum, baik yang
merupakan perbuatan hukum (perjanjian, transaksi perdagangan, dll) ataupun yang
merupakan kasus pelanggaran hukum (pidana, perdata, ataupun administratif) dan
memasukkannya ke dalam peraturan hukum yang ada.
Logika hukum berfungsi sebagai suatu metode untuk meneliti kebenaran atau
ketepatan dari suatu penalaran, sedangkan penalaran adalah suatu bentuk dari
pemikiran. Penalan tersebut bergerak dari suatu proses yang dimulai dari
penciptaan konsep (conceptus), diikuti oleh pembuatan pernyataan
(propositio),kemudian diikuti oleh penalaran (ratio cinium, reasoning)
Bagi para hakim logika hukum ini berguna dalam mengambil pertimbangan
untuk memutuskan suatu kasus. Sedangkan bagi para praktisi hukum logika hukum
ini berguna untuk mencari dasar bagi suatu peristiwa atau perbuatan hukum dengan
tujuan untuk menghindari terjadinya pelanggaran hukum di kemudian hari dan
untuk menjadi bahan argumentasi apabila terjadi sengketa mengenai peristiwa
ataupun perbuatan hukum tersebut. Bagi para penyusun undang-undang dan
peraturan, logika hukum ini berguna untuk mencari dasar mengapa suatu undang-
undang disusun dan mengapa suatu peraturan perlu dikeluarkan. Sedangkan bagi
8
pelaksanan, logika hukum ini berguna untuk mencari pengertian yang mendalam
tentang suatu undang-undang atau peraturan agar tidak hanya menjalankan tanpa
mengerti maksud dan tujuannya.