Anda di halaman 1dari 42

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

RESUME
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Aspek Hukum Dalam Ekonomi
Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Supriyadi, S.Ag.M.Hum

Disusun oleh:
1. Maulina Shinta Muslim (1820210030)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2020
LATAR BELAKANG

Manusia merupakan makhluk sosial yang mana di dalamnya terdapat susunan


masyarakat sosial yang saling ketergantungan dan membutuhkan satu sama lain.
Seorang manusia tidak akan dapat hidup sendiri dan akan selalu membutuhkan orang
lain untuk mendampingi hidupnya. Berbicara mengenai kehidupan masyarakat tentu
tidak terlepas dari yang namanya kehidupan sosial, dalam struktur kehidupan
bermasyarakat tentu terdapat berbagai hal yang bersifat kekal, mengikat dan memiliki
sanksi yang tegas bagi para pelanggaranya.

Banyak orang yang menyalahgunakan aturan hukum ekonomi. Yang


seharusnya dijalankan sesuai dengan aturan yang ditentukan, tetapi karena ingin
kemudahan atau kelancaran yang lebih cepat sehingga ia mengubah aturan tersebut.
Disinilah sebenarnya bagaimana aturan dalam ekonom itu harus dilaksanakan.

Kondisi perekonomian Indonesia yang tumbuh dan berkembang akhir-akhir


ini serta kegiatan di sektor bisnis yang cenderung meningkat, lebih dimungkinkan
dengan berbagai macam tindakan deregulasi di bidang perekonomian yang terus
dilakukan pemerintah. Seperti diketahui kemudian ternyata kebijakan deregulasi
mempunyai dampak terhadap perkembangan hukum bisnis, misalnya dengan
berubahnya ketentuan tentang Perseroan Terbatas (PT), hukum kepailitan, regulasi
tentang HaKI dan hukum pertanggungan (asuransi) yang merupakan bagian dari
perkembangan perdagangan intrnasional (globalisasi) di mana Indonesia adalah
menjadi salah satu anggota organisasi perdagangan dunia tersebut (WTO).
DAFTAR ISI

Latar belakang ................................................................................................................. 1

Daftar isi........................................................................................................................... 2

Sistem hukum di Indonesia............................................................................................... 3

Hukum jaminan ................................................................................................................. 6

Kontrak bisnis..................................................................................................................... 9

Bentuk bentuk organisasi bisnis.......................................................................................... 11

Merger, konsolidasi, akuisisi, dan separasi......................................................................... 13

Kepailitan ........................................................................................................................... 15

Paten .................................................................................................................................... 16

Merek ................................................................................................................................... 18

Hak cipta ............................................................................................................................... 20

Rahasia dagang ..................................................................................................................... 21

Asuransi ................................................................................................................................. 22

Perlindungan konsumen dan antimonopoli..............................................................................


24

Pasar modal ........................................................................................................................... 28

Ketenagakerjaan .................................................................................................................... 34

Penyelesaian sengketa bisnis ................................................................................................. 38


SISTEM HUKUM DI INDONESIA
1. Pengertian sistem, sistem hukum, dan sistem hukum di indonesia
Sistem, system (dalam bahasa inggris) atau system (dalam bahasa yunani)
dapat diartikan sebagai keseluruhan yang terdiri dari macam macam bagian.
Menurut Friedman sistem hukum adalah suatu sistem yang meliputi
substansi, struktur, dan budaya hukum.
Pengertian lain sistem hukum dalam konteks Indonesia yang dinyatakan
oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional ( BPHN ), sistem hukum mempunyai
unsur unsur sebagai berikut :
a. Materi hukum yang di dalamnya meliputi perencanaan hukum, pembelian
hukum, penelitian hukum, dan pengembangan hukum. Untuk membentuk
hukum harus diperhatikan politik hukum yang telah ditetapkan, yang dapat
berbeda dari waktu ke waktu karena adanya kepentingan dan kebutuhan.
b. Aparatur hukum adalah mereka yang mempunyai tugas dan fungsi
penyuluhan hukum, penerapan hukum, penegakan hukum, dan pelayanan
hukum.
c. Sarana dan prasarana hukum, yang meliputi hal hal yang bersifat fisik.
d. Budaya hukum yang dianut oleh warga masyarakat, termasuk para
pejabatnya.
e. Pendidikan hukum.
2. Pengertian ilmu hukum, hukum, hukum bisnis, dan hubungan manajemen
dengan hukum bisnis.
Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya hukum. Adapun
hukum Indonesia adalah keseluruhan hukum positif Indonesia sebagai suatu
sistem hukum yang sedang berlaku di Indonesia dalam garis besarnya ( hukum
positif Indonesia sebagai objeknya ).
Menurut Meyers hukum adalah semua aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam
masyarakat yang menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melakukan
tugasnya. Adapun unsur hukum sebagai berikut :
a. Aturan tentang tingkah laku masyarakat
b. Dibuat oleh yang berwajib atau berwenang
c. Berisi perintah dan larangan
d. Bersifat memaksa
e. Terhadap pelanggaran ada sanksi yang tegas
Hukum bisnis atau business law adalah keseluruhan dari peraturan
peraturan hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur hak
dan kewajiban yang timbul dari perjanjian perjanjian maupun perikatan
perikatan yang terjadi dalam praktik bisnis. Adapun fungsi hukum bisnis
menurut Amirizal adalah sebagai sumber informasi yang berguna baik praktik
bisnis, untuk memahami hak hak dan kewajiban kewajibannya dalam praktik
bisnis, agar terwujud watak dan perilaku aktivitas di bidang bisnis yang
berkeadilan, wajar, sehat, dan dinamis ( yang dijamin oleh kepastian hukum ).
Dalam praktik bisnis yang menjadi sumber dari kontrak meliputi dua aspek
pokok yaitu :
a. Aspek kontrak ( perjanjian ) itu sendiri, yang menjadi sumber hukum
utama, di mana masing – masing pihak terikat untuk tunduk kepada
kontrak yang telah disepakatinya.
b. Aspek kebebasan berkontrak, di mana para pihak bebas untuk membuat
dan menentukan isi dari kontrak yang mereka sepakati.
Salah satu faktor yang memengaruhi efektivitas bisnis adalah
berhubungan dengan kemampuan institusi bisnis untuk menyesuaikan dengan
faktor atau sistem hukum bisnis yang berlaku, seperti menyangkut aspek
perizinan, keabsahan objek bisnis, hubungan industrial, dan lain lain.
3. Subjek hukum dan objek hukum
a. Subjek hukum
Adalah sesuatu yang menurut hukum dapat memiliki hak dan kewajiban
yang memiliki kewenangan untuk bertindak. Adapun yang menjadi subjek
hukum adalah Manusia atau orang pribadi yang sehat rohani atau jiwanya,
tidak di bawah pengampunan dan Badan hukum.
Adapun badan hukum sebagai subjek hukum yang berwenang melakukan
tindakan hukum, misalnya, mengadakan perjanjian dengan pihak lain,
mengadakan jual beli, yang dilakukan oleh pengurusnya atas nama suatu
badan hukum.
b. Objek hukum
Adalah segala sesuatu yang bisa berguna baik subjek hukum dan dapat
menjadi pokok suatu hubungan hukum, yang dilakukan oleh subjek
hukum, biasanya dinamakan benda atau hak yang dapat dimiliki dan
dikuasai oleh subjek hukum.
Menurut Pasal 503 KUH perdata, benda dibedakan menjadi dua yaitu
benda berwujud dan benda tidak berwujud. Adapun menurut Pasal 504
KUH Perdata, benda dibedakan menjadi dua, yaitu benda bergerak dan
benda tidak bergerak.
4. Hak kebendaan yang berkaitan dengan jaminan
Hak kebendaan adalah suatu hak yang memberikan kekuasaan langsung
atas suatu benda, yang dapat dipertahankan terhadap setiap orang. Hukum
perdata mengenal pembedaan tentang benda dalam beberapa macam, antara
lain:
a. Benda yang dapat diganti dan yang tidak dapat diganti
b. Benda yang dapat diperdagangkan dan yang tidak dapat diperdagangkan.
c. Benda yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi
d. Benda yang bergerak dan yang tidak bergerak.
5. Sumber sumber hukum
Sumber hukum, sering pula disebut sumber hukum formal adalah
sumber hukum dengan bentuk tertentu yang merupakan dasar berlakunya
hukum secara formal. Termasuk dalqm sumber hukum formal yaitu Undang
Undang, kebiasaan, yurispridensi ( keputusan pengadilan terdahulu yang
dijadikan pedoman dalam memutuskan perkara berikutnya ), traktat
( perjanjian antar negara ), perjanjian, doktrin ( pendapat para sarjana hukum
terkemuka yang besar pengaruhnya terhadap hakim dalam mengambil
keputusan perkara.
6. Sistematika hukum
Sistem hukum menurut J.B Daliyo adalah kesatuan utuh dari tatanan
tatanan yang terdiri dari bagian bagian atau unsur unsur yang satu sama lain
saling berhubungan dari kait mengait secara erat. Secara sederhana hukum
dapat digolongkan ke dalam hukum publik dan hukum privat, hukum privat
sering pula disebut hukum sipil.
HUKUM JAMINAN
1. Pengertian jaminan
Pada dasarnya istilah jaminan itu berasal dari kata “jamin” yang berarti
“tanggung”, sehingga jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan. Dalam
kitab UU Hukum Perdata Indonesia memang tidak secara tegas merumuskan
tentang apa yang dimaksud dengan jaaminan itu. Namun demikian, dari
ketentuan pasal 1131 dan pasal 1132 KUH perdata dapat diketahui arti dari
jaminan tersebut. Ketentuan pasal 1131 menyatakan bahwa, “ segala
kebendaan si berutang (debitur), baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari,
menjadi jaminan suatu segala perikatan pribadi debitur tersebut.
Adapun fungsi utama dari jaminan adalah untuk menyakinkan bank atau
kreditur, bahwa debitur mempunyau kemampuan untuk mengambalikan atau
melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan persyaratan dan
perjanjian kredit yang telah disepakati bersama.
2. Jenis jaminan
a. Jaminan perorangan (personal guaranty)
Jaminan perorangan adalah jaminan seseorang dari pihak ketiga yang
bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban kewajiban dari debitur.
Perjanjian perorangan ini juga bersifat accesoir,dalam arti bahwa perjanjian
penanggungan itu baru timbul setelah dilahirkanya perjanjian pokoknya
berupa perjanjian utang piutang. Oleh karena itu jaminan perorangan ini
tidak ada hak privilege atau hak yang diistimewakan terhadap krèditur
kreditur lainnya, maka jaminan itu hampir tidak berarti bagi bankbsebagai
pihak pemberi kredit. Tentunya bagi pihak kreditur mengingibkan jaminan
yang lebih kuat dan bersifat khusus. Sehingga bila suatu saat debitur tidak
memenuhi utangnya, maka dapat dengan mudah menyita dan melelang
barang yang dijadikan jaaminan tersebut.
b. Jaminan kebendaan
Jaminan kebendaan adalah suatu tindakan beruapa suatu penjaminan
yang dilakukan oleh di berpiutang (kreditur) terhadapa debitornya, atau
antara si berpiutang deng seorang pihak ketiga guna memenuhi kewajiban
kewajiban dari si berutanh (debitur).

3. Lembaga lembaga jaminan di Indonesia


a. Hak tanggungan
Hak tangunggan adalah hak yang dibebankan pada hak atas tanah
beserta benda benda lain yang merupakan kesatuan dengan tanah. Benda
benda lain tersebut berupa bangunan, tanaman, dan hasil karya yang
melekat secara tetap pada bangunan. Hak tangunggan diatur oleh UU No 5
Tahun 1960 tentang hak yang memberikaan jaminan atas tanah dan benda
benda yang berada diatasnya. Adpun ciri ciri hak tanggungan itu sebagai
berikut :
1) Hak tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan atau
mendahului kepada pemegangnya.
2) Hak tanggungan selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan
siapa pun objek itu berada.
3) Hukum tangubggan memnuhi asa spesialitas dan publisitas, sehingga
dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada
pihak pihak yang berkepentingan.
4) Hak tanggungan mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.
b. Gadai
Gadai menurut ketentuan pasal 1150 KUH Perdata adalah suatu hak
yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yabg
diserahkan kepadanya oleh seorang yang berutang , dan yang memberikan
kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang
tersebut secara di dahulukan daripada orang orang berpiutanh lainnya,
dengan kekecualian biaya untuk melelanh barang tersebut dan biaya yang
telah dikeluarkannya untuk menyelamatkannya setelah barang itu di
gadaikan, biaya biaya mana yang harus didahulukan.
Dalam menjalankan kegiatan lembaga pengadaian akan memberikan
pinjaman uang tunaibdalam jangka pendem kepada setiap orang debgan
persyaratan dan prosedur yang mudah dan sederhana. Persyaratan dan
prosedur yang mudah dan sederhana tersebut dapat digambarkan swbagai
berikut yaitu calon peminjam menyerahkan barang bergerak miliknya
sendiri atau milik orang lain yang dikuasakan kepadanya disertai
keterangan singkat mengenai identitas peminjam dan tujuan penggunaan
ktedit.
c. Fidusia
Menurut UU Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda begerak
khusunya bangunan yang tidak dibebani hak tanggungan sebagaimana
dimaksud dalam UU No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap
berada dalam penguasaan, sebagai agunan bagi pekunasan uanh tertentu
yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia
terhadap kreditur lainnya. Adapun prisnip prinsip jaminan fidusia menurut
Munir Fuady adalah :
Pemegang fidusia hanya berfungsi sebagai pemegang jaminan saja
bukan sebagai pemilik yang sebenarnya.
1) Hak pemegang fidusia untuk mengeksekusi barang jaminan baru ada jika
ada wanprestasi dari pigak debitur.
2) Apabila utang sudah dilunasi maka objek jaminan fidusia mesti
dikembalikan kepada pihak pemberi fidusia.
3) Jika hasil penjualan barang fidusia melebihi jumlah utangnya maka sisa
hasil penjualan harus dikenbalikan kepada pemberi fidusia.

Ada 3 fase fidusia yang dikemukakan olrh Munir fuady yaitu

a. Fase perjanjian obligatoir


Perjanjian obligatoir ini dapat berupa perjanjian pinjam uang dengan
jaminan fidusia antara pihak pemberi fidusia dengan pigak penerima
fidusia.
b. Fase perjanjian kebendaan
Perjanjian kebendaan ini berupa penyerahan hak milik dari debitur
kepada kreditur yang dilakukan secara constitutum possesorium
(penyerahan hak milik tanpa menyerahkan fisik benda).
c. Fase perjanjian pinham pakai.
Dalam fase ini setelah diikat jaminan fidusia maka benda yang menjadi
objek fidusia itu secara fisik tetap dikuasai oleh debitur.
KONTRAK BISNIS ( PERJANJIAN )
1. Pengertian, syarat sahnya, asas asas, dan sumber hukum kontrak.
Kontrak adalah peristiwa di mana dua orang atau lebih saling berjanji
untuk mrlakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu biasanya
secara tertulis.
Menurut pasal 1320 KUHP perdata, kontrak adalah sah bila menenuhi
syarat syarat seperti berikut ini :
a. Syarat subjektif syarat ini apabila dilanggar maka kontrak dapat
dibatalkan.
b. Syarat objektif syarat ini apabila dilanggat maka kontraknya batal demi
hukum.
Asas dalam berkontrak yaitu Asas kepercayaan, asas persamaan hak,
asas keseimbangan, asas moral, asas kepatutan, asas kebiasaan, dan asas
kepastian hukum. Adapun sumber hukum kontrak biasanya bersumber dari
Undang Undang.
2. Macam macam kontrak dan berakhirnya kontrak
a. Macam macam kontrak meliputi :
1) Perjanjian kredit
Menurut UU Perbankan No 10 Tahun 1998 perjanjian kredit diatur
dalam Pasal 1 ayat 11 yang berbunyi kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yanh bisa dipersamkan itu berdasrkan lersetujuan atau
kesepkatan pinjam meminjam anatra nank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jaanhka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.
2) Perjanjian leasing
Leasing berasal dari kata lease adalah perjanjian yang lembayrannya
dilakukan secara angsuran dan hak milik atas barang itu beralih kepada
pembeli setelah angsurannya lunas dibayar ( keputusan Menteri
Perdagangan No 34/KP/II/1980).
3) Perjanjian keagenan dan distributor
Jasa keagenan adalah usaha jasa perantara untuk melakukan suatu
transaksi bisnis tertentu yang menghubungkan produsen di suatu pihak
dan konsumen di lain pihak. Adapun perbedaan pokok agen dengan
diatributor yaitu:
a. Distributor membeli dan menjual baranh untuk diri sendiri dan atas
tanggung jawab sendiri termasuk memikul semua resiko
sedangkan agen melakukan tindakan hukum atas perintah dan
tanggung jawab principal dan risiko di pikul oleh principal.
b. Distributor mendapat keuntjngan atas margin harga beli dengan
harga jual sementara agen mendapat komisi
c. Distributir bertanggung jawab sendiri atas semua biaya yabh
dikeluarjan sedangkan agen meninta pembayaran kembali atau
biaya yang dikrluarkanya.
4) Perjanjian franchising dan lisensi
Franchising adalah salah satu bentuk lain dari prkatik bisnis, yanh
paling umum biasanya di bidang restiran cepat saji, hotel,copy
center,kantor broker untuk real estate,salon, mauoun jenis jasa
konsultan lainnya.
b. Kontrak dapat berakhir karena :
1) Pembayaran
2) Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan produk yang
hendak dibayarkan itu di suatu tempat
3) Pembaruan utang
4) Kompensasi
5) Pencampuran utang
6) Pembebasan utang
7) Hapusnya produk yang dimaksdukan dalam kontrak
8) Pembatalan kontrak
9) Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan
3. Perjanjian menurut ekonomi syariah
a. Barang dan jasa harus halal sehingga transaksu atas barabg dan jasa yang
haram menjadi batal demi hukum syariah.
b. Harga barang dan jasa harus jelas.
c. Tempat penyerahan harus jelas karena akan berdampak pada biaya
transportasi.
d. Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam pemilikan. Tidak
boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti yang
terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal.

BENTUK BENTUK ORGANISASI BISNIS


1. Pengertian usaha, pengusaha, dan perusahaan.
Usaha adalah setiap tindakan, perbuatan, atau kegiatan apa pun dalam
bidang perekonomian yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba.
Pengusaha adalah setiap orang atau persekutuan atau badan hukum yang
menjalankan suatu jenis perusahaan.
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis
udaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang diddirikan bekerja serta
berkedudukan dalam wilayah negara RI untuk tujuan memperoleh keuntungan
dan atau laba.
2. Sumber pengaturan
Sumber utama hukum perusahaan adalah KUH Dagang. Hukum Dagang
adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan. Hukum
Dagang diatur dalam KUH Dagang dan peraturan peraturan lain di luar
kodifikasi. Selain KUH Dagang yang juga menjadi sumber hukum perusahaan
adalah KUH Perdata. KUH perdata adalah hukum perdata umum, Kuah
Dagang merupakan hubungan perata khusus.
3. Bentuk Bentuk Organisasi bisnis
a. Perusahaan Dagang
Perusahaan dagang adlaah salah satu bentuk perusahaan perseorangan
yang dilakukan oleh satu orang pengusaha.
b. Persekutuan perdata
Menurut pasal 1618 KUH Perdata, perserikatan perdata adalah sebuah
perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungan atau manfaat yang diperoleh.
c. Persekutuan Firma (Fa)
Menurut pasal 16 KUH Daganh persekutaun firma adalah setiap
persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan
nama bersama, kongsi, kerja sama.
d. Persekutuan komanditer (CV)
Persekutuan komanditer adalah pwrsekutuaj firna yang memiliki satu
atau beberapaborang sekutu komanditer. Sekutu komanditer adalah sekutu
yang hanya menyetahkan uang,barang, atau tenaaga sebagau pemasukan
pada persekutuan, naamun dia tidak ikut campur dalam pengurusan atau
penguasaan persekutuan, dan tanggung jawabnya terbatas sampai pada
sejumlah uang yang dimasukkanya.
e. Perseroan Terbatas (PT)
Menurut UU nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas adalah
badan hukum yang merupakan persekutuan modal didirikan berdasarkan
perjanjian melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham memenuhu persyartan yang ditetapkan dalam UU Ini
serta peraturan pelaksanaanya.
4. Pendaftaran Perusahaan
Daftar perusahaan menurut UU No 3 Tahun 1982 adalah daftar catatan
resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan UU ini atau
peraturan peraturan pelaksanaan, dan memuat hal hal yang wajib didaftarkan
oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor
pendaftaran perusahaan.
Setiap perusahaan termasuk perusahaan asing yang berkeduduakn dan
menjalankan usahanya di wilayah negata RI telah meiliki izin, wajib
didaftarkan daalam daftar perusahaan. Perusahaan tersebut yaitu PT, koperasi,
persekutuan komanditer (CV), firma (Fa), perusahaan perorangan lainyga
yang melaksanakan kegiatan usaha dengan tujuan memperolleh keuntungan
dan atau laba.
5. Surat izin usaha perdagangan ( SIUP)
Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan perdagabgan diwajibkan
memiliki SIUP kecuali perusahaan yang dibebaskan :
a. Cabang atau perwakilan perusahaan
b. Izin diperoleh dari departemen teknik dan tidak melakukan kegiatan
perdagangan.
c. Perusahaan produksi
d. Perjan dan perum
e. Perusahaan kecil perseorangan.

MERGER, KONSOLIDASI, AKUISISI, DAN SEPARASI

1. Pengertian merger, konsolidasi, akuisisi, dan pemisahan


a. Merger (penggabungan usaha) adalah penggabungan dari dua perusahaan atau
lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu perusahaan dan
melikuidasi perusahaan perusahaan lainnya.
b. Konsolidasi (peleburan usaha) adalah penggabungan dari dua perusahaan atau
lebih dengan cara mendirikan perusahaan baru dan melikuidasi perusahaan
perusahaan yang ada.
c. Akuisisi adalah pengambilaihan kepemilikan suatu perusahaan.
d. Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk
memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan
beralih karenanhukim kepada kepada dua perseroan atau lebih atau sebagian aktiva
dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada satu perseroan atau lebih.
2. Tujuan merger, konsolidasi, akuisis, dan pemisahan
a. Membeli product line atau lines untuk melengkapi prodict lines dari perusahaan yang
akan mengambil alih atau menghilangkan ketergantungan perusahaan tersebut pada
product line atau service lines yang ada pada saat ini.
b. Untuk memperoleh akses pada teknologi bary atau teknologi yang lebih baik yang
dimiki oleh perusahaan yang menjadi objek merger, konsolidasi, atau akuisisi.
c. Memperoleh pasar atau pelanggan pelanggan baru yang tidak dimilikinya, namun
dimiliki oleh perusahaan yang menjadi objek merger, konsolidasi, atau akuisisi.
d. Memperoleh hak hak pemasaran dan hak hak produksi yang belum dimilinya, namun
dimiliki oleh perusahaan yanh menjadi objek merger, konsolidasi, atau kauisisi.
e. Memperoleh kepastian atas pemasokan bahan bahan baku yang kualitasnya baik yang
selama ini di pasok okeh perusahaan yang menjadi objek merger, konsolidasi, atau
akuisisi.
f. Melakukan investasi atas keuangan perusahaan yang berlebih dan tidak terpakai.
g. Mengurangi atau menghambat persaingan
h. Mempertahankan kontinuitas bisnis

3. Kelebihan dan kekurangan merger, konsolidasi, akuisisi, dan pemisahan

Kelebihan Kekurangan
Merger 1. Memakai nama perusahaan 1. Menimbulkan polemik
pengambil alih baru
2. Biaya lebih kecil
3. Tidak diperlukan surat izin
baru
1. Memakai nama perusahaan 1. Berbiaya lebih mahal
lain 2. Diperlukan surat izin
2. Menghilangkan polemik usaha baru
dari masing masing
perusahaan
1. Masih memakai nama lama 1. Kurang efisien
2. Tidak diperlukan surat izin 2. Mudah terjadi duplikasi
usaha baru atau pemborosan
3. Kepemilikan perusahaan
berubah
1. Masih memakai nama lama 1. Tidak memakai nama
dan baru lam
2. Tidak perlu surat izin baru 2. Perlu surat izin baru
3. Tidak perlu program 3. Melalui program
rasionalisasi rasionalisasi
KEPAILITAN

1. Pengertian kepailitan
Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang
pengurusan dan pemberesAnnya dilakukan oleh kurator dibawab pengawasan hakim
pengawas sebagaimana diatur dalam UU NO 37 Tahun 2004. Tujuan pailit adalah
untuk mendapatkan suatu penyitaan umum atas kekayaan debitur harta benda disita
untuk kepentingan semua oranh yang mengutangkannya. Prinsipnya kepailitan adalah
suatu usaha bersama untuk mendapatkan pembayaran bagi semua orang berpiutang
secara adil.
2. Akibat dijatuhkannya pailit
a. Debitur kehilangan segala haknya untuk menguasai dan mengurus atas
kekayaan harta bendanya (asetnya), baik menjual, menggadai, dan lain
sebagainya.
b. Utang utang baru tidak lagi dijamin oleh kekayaanya
c. Untuk melindungi kepentingan kreditur, selama putusan atas permohonan
pernyataan pailit belum diucapkan.
d. Harus diumumkan di dua surat kabar.
3. Pengurus Harta pailit
a. Hakim pengawas
Hakim pengawas diatur dalam pasal 65 adalah hakim yang diangkat olej
pengadilan untuk mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit.
b. Kurator
Menurut pasal 69 UU No 37 Tahun 20p4 kurator memiliki tugas :
1) Melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit.
2) Segala perbuatan kurator tidak harus mendapat persetujuan dari
Debitur.
3) Dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga
4) Kurator itu bisa Balai Harta Peninggalan (BHP) atau kurator lainnya.
c. Panitia kreditur
Dalam putusan paikit atau dengan penetapan kemudian, pengadilan
dapat membentuk panitia kreditur sementara terdiri dari tiga orang yang
dipilih dari kreditur yabg dikenal dengan maksud memberikan nasihat kepada
kreditor.

PATEN

1. Ruang lingkup paten


Paten mmenurut UU No 14 Tajun 2001 adalah hak eksklusif yang diberikan
negara kepada penemu dibidang teknologi selama waktu tertentu, melaksanakan
sendiri invensinya atau memberikan persetujuan kepada orang lain untuk
melaksanakanya, dalam hal ini pemegang paten adalah penemu sebagai pemilik paten.
Adapun pemegang paten tersebut adalah penemu sebagai pemilik paten, penerima hak
dari pemilik paten, dan penerima lebih lanjut dari penerima hak. Menurut ketentuan
UU No 14 Tahun 2001, jangak waktu berlakunya suatu pateb adalah :
a. Paten diberikan untuk jangja waktu 20 tahun sejak tanggal penerimaan dan
tidak dapat diperpanjang lagi.
b. Untuk paten sederhana jangka waktunya adalah 10 tahun sejak tanggal
penerimaan dan tidak dapat diperpanjang lagi.
2. Permohonan paten
Permohonan paten diatur dalam Pasal 20 sampai 41 UU No 14 Tahun 2001 yaitu :
a. Penemu atau orang yang dikuasakan berhak mengajukkan permohonan paten.
b. Penerimaan dan pencatatan permohonan paten oleh kantor paten.
c. Setiap permohonan hanya bisa diajukan untuk satu invensi daja atau beberapa
invensi yang merupakan satu kesatuan invensi.
d. Pengajuan permintaan pemeriksaan substantif, paling lambat 36 bulan sejak
tanggal penerimaan paten.
e. Persetujuan atau penolakan paten selambat lambatnyab36 bulan sejak tanggal
permohonan paten diterima, sedanfkan paten sederhana 24 bulan sejak
tanggak penerimaan.
3. Pengalihan dan lisensi paten.
Menurut pasal 66 sampau 87 UU No 14 tahun 2001 mengatir tentang pengalihan dan
lisensi paten, yang dapat dilakukan dalam hal :
a. Paten bisa beralih atau dialihkan baik seluruhnya mauoun sebagian, karena
pewafisan, hibah wasiat, perjanjian tertukis, ataubsebab lain yang dibenarkan
oleh peundang undangan.
b. Pengalihan hak tidak menghapus hak penemu unyuk tetap dicantumkan nama
dan identitasnya dalam paten yang bersangkutan.
c. Lisensi adalah izin tertukis untuk melaksanakan paten dalam jangka waktu
tertentu dan syarat tertentu, lisensi paten hanya bersifat pemberian hak untuk
menikmati manfaat ekonomi suatu paten.
d. Perjanjian lisensi wajib dicatatkan pada direktor jenderal dengan dikenai
biaya, apabila tidak dicatatkan perjanjian tersebut tidak mempunyai akibat
hukum terhadap pihak ketiga.
e. Lisensi wajib adalah lisensi untuk melaksanakan paten yang diberikan
berdasarkan keputisan direktorat jenderal atas dasar permohonan.
4. Pembatalan paten
Pembatalan paten diatur dalam pasal 88 sampai dengN pasal 98 UU No 14 Tahun
2001:
a. Batal demi hukum, apabila pemegabg paten tudaj membayar biaya tahunan.
b. Batal atas permohonan pemegang paten.
c. Batal karena gugatan
d. Akibat pembatalan paten menghapuskan segala akibat hukum yang berkaitan
dengan paten dan hal hal yang berasal dari paten tersebut.
5. Paten sederhana
Paten sederhana diatur dalam pasal 104 sampai dengan pasal 109 UU No 14 Tahun
2001, dan yang diberikan paten sederhana :
a. Hanya untuk satu invensi
b. Invensi berupa produk kasat mata yang memiliki kualitas sederhana.
c. Permohonan pemeriksaan substantuf atas paten sederhana dapat dilakukan
dengan pengajuan permohonan palinh lama enam bulan sejak tanggal
penerimaan dengan dikenai biaya.
d. Paten seserhana tidak dapat dimintakan lisensi wajib.
6. Pct dan trips
Patent Cooperation Treaty (PCT) adalah Traktat International Kerja Sama Paten yang
bertujuan untuk melaksankan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
perlindungan hukum terhadap setiap invensi, memberikan proteksi dari invensi yang
diinginkan dilindungi oleh suatu negara, akses bagi publik atas informasi teknis
invensi baru, dan dalam rangka mempercepat penbangunan ekonomi dari negara
negara berkembang.
TRIPs adalah persetujuan perdagngan yang berkaitan dengan hak kekayaan
intelektual dimana mulai tahun 2005 setiap negara anggota WTO tersebut tunduk
keppada persetujuan tersebut

MEREK
1. Pengertian
Menurut Pasal 1 UU No 15 Tahun 2001 :
a. Merek adalah tanda berupa gambar, susunan warna, nama, kata, huruf huruf,
angka angka, atau kombinasi unsur unsur tersebut yang memiki daya
pembeda, dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
b. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama sama atau
badan hukum untuk membedakan dengan barang barang sejenis lainnya.
c. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa jasa sejenis lainnya.
d. Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan
hukun secara bersama sama untuk membedakan dengan barang dan atau jasa
sejenis lainnya.
2. Permohonan pendaftaran merek
a. Syarat dan tata cara permohonan Menurut pasal 7 UU No 15 Tahun 2001 :
1) Permohonan diajukan dalam bahasa Indonesia, untuk merek bahasa asing
atau di dalamnya terdapat huruf selain huruf Latin Wajib di sertai
terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
2) Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya dengan di lampiru
bukti pembayaran biaya.
3) Permohonan untuk dua kelas barang atau lebih dan atau jasa dapat
diajukan dalam satu permohonan yang diatur dengan peraturan
pemerintah.
b. Permohonan pendaftaran merek dengan hak prioritas.
Permohonan harus diajukan dalam waktu enam bulan terhitung sejak tanggal
penerimaan permohonan pendaftaran merek yang pertama kali diterima di
negara lain yang merupakan anggota WTO.
3. Pendaftaran Merek
a. Pemeriksaan substantif
b. Pengumuman permohonan
c. Keberatan dan pemeriksaan kembali
d. Sertifikat merek
e. Permohonan banding
4. Pengalihan atas merek terdaftar
a. Pengalihan hak menurut ketentuan pasal 40 UU No 15 Tahun 2001, hak atas
merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena pewarisan, wasiat, hibah,
perjanjian, atau sebab sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang
undangan. Pengalihan ini wajib dimohonkan pencatatanya ke Dirjen Haki
untuk dicatat di Daftar Umum Merek, apabila tidaak dicatatkan tidak berakibat
hukum pada pihak ketiga.
b. Lisensi menurut ketentuan Pasal 43 sampai 48 UU No 15 Tahun 2001, pemilik
merek terdaftar berhak memberikan lisensi kepada pihak lain dengan
perjanjian dan wajib dicatatkan ke Dirjen Haki, dimana pemilik merek masih
tetap berhaj menggunakanya dan memberikan lisensi kepada pihak lainnya.
5. Merek kolektif
Permohonan pendaftaran merek dagang atau merek jasa terdaftar sebagai merek
kolektif hanya bisa diterima bila memang merek tersebut akan digunakan sebagai
merek kolektif dan ditandatangani semua pemilik merek.
6. Penghapusan dan pembatalan merek
a. Penghapusan
Menurut ketentuan undang undang penghapusan merek terdaftar dapat
dilakukan atas perkara Dirjen Haki atau atas permohonan pemilik merek
sendiri (pasal 61). Dan pengahapusan juga dapat diajukan oleh pihak ketiga
melalui gugatan ke pengadilan niga ( pasal 63 ).
b. Pembatalan
Menurut ketentuan Pasal 68 UU No 15 Tahun 2001, gugatan pembatalan
merek dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan, bisa pula oleh pemilik
merek tidak terdaftar.
7. Sengketa merek
Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap orang atau badan
hukum yang secara tanpa hak menggunakan merek barang atau merek jasa. Gugatan
diajukan ke pengadilan niaga. Gugatan atas pelanggaran merek dapat pula diajukan
penerima lisensi merek terdaftar baik secara tersendiri atau bersama sama ( pasal 76 –
77 ).

HAK CIPTA

1. Pengertian hak cipta


Hak cipta menurut pasal 1 UU No 28 Tahun 2014 adalah hak eksklusif pencipta
yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan.
2. Fungsi dan sifat hak cipta
Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, yang timbul secara otomatis
setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan. Dengan demikian,
siapa yang mengumumkan pertama kali merupakan sifat dari hak cipta yang
menganggap bahwa pengumuman dari pencipta sekaligus secara otomatis sebagai
pemilik dati ciptaanya. Hak cipta juga dianggap sebagai “ benda bergerak “, oleh
karena itu hak cipta dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian,
karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab sebab lain yang
dibenarkan oleh peraturan perundang undangan.
3. Pendaftaran hak cipta
Pendaftaran ciptaan dalam Daftar Umum ciptaan dilakukan atas permohonan
yang diajukan oleh pencipta atau oleh pemegang hak cipta atau kuasanya, sedangkan
kekuatan hukum dari suatu pendaftaran ciptaan hapus karena penghapusan atas
permohonan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta atau
pemegang hak cipta, lampau waktu, atau dinyatakan batal oleh putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
4. Pelanggaran Hak cipta
Menurut ketentuan Pasal 44 No 28 Tahun 2014, penggunaan, pengambilan,
penggandaan, dan atau pengubahan suatu ciptaan dan atau produk hak tekait secara
seluruh atau sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak cipta
jika sumbernya disebutkan :
1) Untuk keperluan pendidikan, penelitian, dan lain lain yang tidak merugikan
pencipta
2) Pengambilan untuk kepentingan di pengadilan
3) Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program
komputer yang dilakukan semata mata untuk digunakan sendiri.

RAHASIA DAGANG

1. Ruang lingkup rahasia dagang


a. Pengertian
Menurut Pasal 1 UU No 30 Tahun 2000, yang dimaksud dengan rahasia
dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum dibidang teknologi
dan atau bisnis, memiliki nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha,
dan dijaga kerahasianya oleh pemilik rahasia dagang.
b. Hak rahasia dagang
Hak rahasia dagang adalah hak atas rahasia dagang yang timbul
berdasarkan undang undang ini.
c. Hak pemilik rahasia dagang
Menurut bunyi Pasal 4 UU No 30 Tahun 2000, pemilik rahasia dagang
memiliki hak :
1) Menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimilikinya.
2) Memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk
menggunakan rahasia dagang atau mengungkapkan rahasia
dagang itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan yang bersifat
komersial.
2. Sengketa dagang
Menurut Pasal 11 UU No 30 Tahun 2000, pemegang rahasia dagang atau
penerima lisensi dapat menggugat siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pasal 4 UU rahasia dagang ini, berupa :
a. Gugatan ganti rugi
b. Penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud pasal 4 UU No 30
Tahun 2000
3. Pelanggaran rahasia dagang
Pelanggaran rahasia dagang juga terjadi apabila seseorang dengan sengaja
mengungkapkan rahasia dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari
kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga rahasia dagang yang bersangkutan
(pasal 13), atau seseorang dianggap melanggar rahasia dengan pihak lain apabila ia
memperoleh atau menguasai rahasia dagang tersebut dengan cara yang bertentangan
dengan peraturan perundang uandangan yang berlaku ( UU No 30 Tahun 2000 ).

ASURANSI

1. Pengertian asuransi
Menurut ketentuan pasal 246 Kitab UU Hukum Dagang ( KUH Dagang ) yang
dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
uang premi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin
akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.
Dalam pasal 1 angka 2 UU No 40 Tahun 20014 yang dimaksud asuransi
syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan
asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para pemegang polis,
dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling
menolong dan melindungi dengan cara :
a. Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis
karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
2. Prinsip prinsip dalam asuransi atau pertanggungan
Menurut KUH Dagang yang merupakan prinsip dasar asuransi atau
pertanggungkan adalah sebagai berikut :
a. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan atau dipertanggungkan ( insurable
interest ).
b. Prinsip keterbukaan ( utmost good faith )
c. Prinsip indemnity
Prinsip indemnity adalah seimbang, yakni seimbang antara kerugian yang
betul betul diderita oleh tertanggung dengan jumlah ganti kerugiannya.
d. Prinsip Subrogasi untuk kepentingan penanggung.
3. Bentuk dan isi perjanjian asuransi atau pertanggungan.
Asuransi atau pertanggungan merupakan perjanjian timbal balik, dalam arti
suatu perjanjian, dalam maka kedua belah pihak masing masing mempunyai
kewajiban yang senilai, dimana pihak tertanggung mempunyai kewajiban untuk
membayar premi, yang jumlahnya ditentukan oleh penanggung, sedangkan pihak
penanggung memiliki kewajiban untuk mengganti kerugian yang diderita oleh
tertanggung.
Polis asuransi atau pertanggungan merupakan isi dari perjanjian asuransi.
Dalam ketentuan pasal 256 KUH Dagang ditentukan bahwa isi polisi untuk asuransi
atau pertanggungan pada umumnya kecuali asuransi jiwa harus memuat :
a. Hari pembentukan asuransi
b. Nama pihak yang selaku tertanggung menyetujui terbentuknya asuransi yaitu ataa
tanggungan orang lain.
c. Penyebutan yang cukup terang dari hal atau objek yang dijamin.
d. Jumlah uang, untuk mana diadakan jaminan (uang asuransi).
e. Bahaya bahaya yang ditanggung oleh si penanggung.
4. Risiko dalam asuransi atau pertanggungan.
Risiko dalam hukum asuransi atau pertanggungan adalah suatu peristiwa yang
terjadi di luar kehendak pihak tertanggung yang menimbulkan kerugian bagi
tertanggung risiko mana merupakan objek jaminan asuransi atau pertanggungan.

Mengenai risiko dalam asuransi beraneka ragam, antara lain :

a. Risiko murni
Risiko murni adalah suatu peristiwa yang masih tidak pasti bahwa suatu
kerugian akan timbul, di mana jika kejadian tersebut terjadi, maka timbullah
kerugian itu, sedangkan jika kerugian itu tidak terjadi, maka keadaan sama
sekali seperti sediakala ( tidak untung atau tidak rugi ).
b. Risiko spekulasi
Risiko spekulasi adalah kejadian yang akan terjadi yang menimbulkan dua
kemungkinan, dimana kemungkinan pertama adalah akan memperoleh
keuntungan, sedangkan kemungkinan kedua adalah dia akan menderita
kerugian.
c. Risiko khusus
Risiko khusus adalah risiko yang terbit dari tindakan individu dengan dampak
hanya terhadap seorang tertentu saja. Misalnya risiko berupa kebakaran pada
mobil seseorang, yang tidak menyebalkan kebakaran pada mobil orang lain.

PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN ANTIMONOPOLI

1. Ruang lingkup konsumen


a. Pengertian
Menurut UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, yang
dimaksud dengan perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin
adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
Adapun yang dimaksud dengan konsumen adalah setiap orang pemakai barang
dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagngkan
( Pasal 1 UUPK ).
b. Tujuan perlindungan konsumen.
Adapun tujuan dari perlindungan konsumen tersebut adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.
2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan dari
ekses negatif pemakaian barang atau jasa.
3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak haknya sebagai konsumen.
4) Menetapkan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi.
c. Hak dan kewajiban konsumen
Hak konsumen :
1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi
barang dan jasa.
2) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa yang
digunakan.
3) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
4) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
5) Hak hak yang diatur dalam ketentuan perundang undangan lain.

Kewajiban konsumen :

1) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.


2) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
3) Beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan jasa
4) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan jasa, demi keamanan dan keselamatan.
2. Antimonopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
a. Beberapa pengertian
Dalam Pasal 1 butir (2) juga dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
praktik monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku
usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi atau pemasaran atas barang dan
jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan bisa
merugikan kepentingan umum.
Menurut ketentuan Pasal 1 butir (6) yang dimaksud dengan persaingan usaha
tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan pemasaran barang dan jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur
atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.
b. Asas dan tujuan
Menurut ketentuan Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dikemukakan bahwa pelaku usaha di
Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan memerhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha
dan kepentingan umum.
Tujuan dari pembentukan UU tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah :
1) Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
2) Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
3) Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha (Pasal 3).

c. Ruang lingkup UU Larangan Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
meliputi hal hal sebagai berikut :
1) Perjanjian yang dilarang ini, berupa:
a. Penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan jasa (perjanjian
oligopoli).
b. Pembagian wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang
dan jasa ( perjanjian pembagian wilayah ).
c. Pengaturan produksi dan atau pemasaran suatu barang dan jasa untuk
memengaruhi harga ( perjanjian kartel ).
d. Penguasaan pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat
mengendalikan harga atas barang dan jasa dalam pasar bersangkutan
( perjanjian oligopsoni ).
e. Perjanjian dengan pihak luar negeri yang memuat ketentuan yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat ( perjanjian dengan pihak luar negeri ).
f. Penghalangan untuk melakukan usaha yang sama baik untuk tujuan
pasar dalam negeri maupun luar negeri. Penolakan penjualan setiap
barang atau jasa ( perjanjian pemboikotan ).
2) Kegiatan yang Dilarang
a. Penguasaan atas produksi dan pemasaran barang dan jasa ( kegiatan
monopoli ).
b. Penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan
jasa dalam pasar bersangkutan ( kegiatan monopsoni ).
c. Penolakan atau penghalangan pengusaha tertentu untuk melakukan
kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan.
d. Persekongkolan dengan pihak lain untuk mengatur dan menentukan
pemenang tender dan atau untuk mendapatkan informasi kegiatan
usaha persaingan yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan.
3) Komisi pengawas persaingan usaha
a. Tugas komisi pengawas persaingan usaha dalam pasal 35 yaitu :
1. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang komisi
sebagaimana diatur dalam pasal 36.
2. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
3. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan
UU larangan praktik monopoli dan persaingan tidak sehat.
4. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi
kepada presiden dan DPR.
b. Wewenang komisi pengawas persaingan usaha
1. Melakukan penelitian tentang adanya kegiatan usaha dan atau
tindakan pelaku usaha yang mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
2. Meminta bantuan penyelidik untuk menghadirkan pelaku
utama, saksi, saksi ahli, atau setiap orang yang bersedia
memenuhi panggilan komisi.
3. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian
di pihak pelaku usaha lain atau masyarakat.
4. Memberikan peraturan komisi kepada pelaku usaha yang
diduga melakukan praktik monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
d. Penegakan Hukum
Menurut ketentuan UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, sanksi yang dikenakan kepada
pelaku usaha yang melanggar ketentuan UU tersebut berupa :
1) Tindakan administratif
Pasal 47 yang terdiri dari pembatalan perjanjian, menghentikan
kegiatan, menghentikan integrasi vertikal, menghentikan
penyalahgunaan posisi dominan, pembatalan merger, konsolidasi,
akuisisi, pembayaran ganti rugi, dan pengenaan denda.
2) Pidana Pokok ( Pasal 48 )
Berupa denda dan kurungan.
3) Pidana Tambahan
Berupa pencabutan izin usaha, larangan menduduki jabatan direksi
atau komisaris dan penghentian kegiatan atau tindakan tertentu.

PASAR MODAL
1. Pengertian pasar modal
Menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Berdasarkan pengertian diatas, menunjukkan bahwa terdapat tiga unsur yang
berkaitan dengan kegiatan pasar modal, yaitu :
a. Penawaran umum dan perdagangan efek
b. Perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkanyya.
c. Lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.
2. Jenis jenis pasar modal
Dalam menjalankan kegiatannya, pasar modal di bagi dalam tiga macam, yaitu :
a. Pasar perdana, adalah penjualan perdana efek atau penjualan efek oleh
perusahaan yang menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melalui bursa
efek. Pada pasar perdana, efek dijual dengan harga emisi, sehingga perusahaan
yang menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari penjualan tersebut.
b. Pasar sekunder adalah penjualan efek setelah penjualan pada pasar perdana
berakhir. Pada pasar sekunder ini harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek
tersebut. Naik turunnya kurs suatu efek ditentukan oleh daya tarik menarik
antara permintaan dan penawaran efek tersebut.
c. Bursa pararel adalah pelengkap dari bursa efek yang ada. Bagi perusahaan
penerbit efek dapat menjual efeknya melalui bursa. Bursa pararel merupakan
alternatif bagi perusahaan yang go publik memperjualbelikan efeknya, apabila
ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bursa efek.
3. Badan pengawas pasar modal ( BAPEPAM ) bursa efek, perusahaan efek, dan
lembaga lembaga terkait dalam kegiatan pasar modal.
Lembaga lembaga yang terkaait dengan kegiatan pasar modal, baik lembaga atau
instansi pemerintah maupun swasta tersebut adalah sebagai berikut :
a. Badan pengawas pasar modal ( BAPEPAM )
Pelaksanaan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari hari
kegiatan pasar modal dilakukan oleh Bapepam yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. Bapepam sebagai ujung
tombak penegakan hukum di pasar modal mempunyai tugas pembina,
mengatur dan pengawas.Tujuan kegiatan Bapepam adalah mewujudkan
terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien serta
melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.
b. Perusahaan efek
Di pasar modal perusahaan efek ini melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi. Dengan perkataan lain perusahaan efek adalah pihak yang
melakukan usaha sebagai penjamin emisi efek ( underwriter ), perantara
pedagang efek ( broker ) dan manajer investasi.
Penjamin emisi efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan
emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan
atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
Selain kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek, suatu perusahaan efek juga
dapat menjalankan kegiatan usaha sebagai perantara perdagangan efek
( pialang atau broker ). Perantara perdagangan efek adalah perusahaan atau
perorangan yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan
sendiri atau untuk kepentingan pihak lain.
Kegiatan usaha lain yang dapat dilakukan oleh perusahaan efek adalah
sebagai manajer investasi. Yang dimaksud dengan manajer investasi adalah
pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio yang meliputi kumpulan
efek yang dimiliki orang perorangan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok
yang terorganisasi untuk para investor atau mengelola portofolio investasi
kolektif untuk sekelompok investor, kecuali perusahaan asuransi, dana
pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan
peraturan perundang undangan yang berlaku.
Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa perusahaan efek
mempunyai peranan sebagai pendukung aktivitas bursa dalam hak
memperlancar perputaran dana dan informasi, mendukung sistem dan aktivitas
bursa sebagai bagian dari pasar modal dan sebagai unit usaha, dan
meningkatkan kegiatan investasi pasar modal untuk menunjang kegiatan
ekonomi nasional.
c. Bursa efek
Bursa efek adalah pihak yang berfungsi sebagai penyedia fasilitas
dalam kegiatan pasar modal, disamping lembaga kliring dan penjaminan serta
lembaga penyimpan dan penyelesaian. Di Indonesia Bursa Efek Indonesia
terdapat di Jakarta.
Dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal ditentukan
bahwa bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak pihak
lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.
Pada dasarnya bursa efek didirikan untuk menyelenggarakan dan menyediakan
sistem atau sarana perdagangan efek. Dengan tersedianya sistem atau sarana
yang baik, tentu para Anggota Bursa Efek yang sekaligus pemegang saham
bursa efek yang bersangkutan dapat melakukan penawaran jual beli efek
secara teratur, wajar, dan efisien.
d. Lembaga lembaga lain yang terkait dengan kegiatan pasar modal
Dalam kegiatan pasar modal selain lembaga lembaga sebagaimana
dikemukakan di atas, terdapat juga lembaga lembaga lain yang terkait di
dalamnya, yaitu :
1) Lembaga kliring dan penjaminan
Lembaga kliring penjaminan adalah lembaga penyedia fasilitas kegiatan
pasar modal. Dengan perkataan lain, Lembaga Kliring dan penjaminan
( LKP ) ini didirikan dengan tujuan menyediakan jasa kliring dan
penjaminan penyelesaian transaksi bursa teratur, wajar, dan efisien.
2) Lembaga penyimpan dan penyelesaian
Lembaga penyimpan dan penyelesaian adalah pihak yang
menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian,
perusahaan efek, dan pihak lain.
3) Lembaga penunjang pasar modal
Lembaga penunjang pasar modal ini, terdiri atas :
a. Kustodian
Kustodian adalah lembaga atau perusahaan yang menjalankan
kegiatan usaha, sebagai berikut memberikan jasa penitipan efek
dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk
menerima dividen, bunga, dan hak hak lain, menyelesaikan
transaksi efek dan mewakili pemegang rekening yang menjadi
nasabahnya.

b. Biro administrasi efek


Biro administrasi efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak
dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan
pembagian hak yang berkaitan dengan efek. Di bursa efek, biro
administrasi efek ini berfungsi sebagai pihak yang melakukan
administrasi yang berkaitan dengan kepentingan penanam modal
dan emiten. Oleh karena itu, keberadaan biro ini sangat diperlukan
dalam kegiatan pasar modal yang telah berkembang luas.
c. Wali amanat
Wali amanat adalah lembaga atau perusahaan yang mewakili
kepentingan pemegang efek yang bersifat utang. Wali amanat ini
bertanggung jawab terhadap efek yang diwaliamanatkan , sehingga
wali amanat wajib memberi ganti rugi kepada pemegang efek
bersifat utang atas kerugian yang timbul karena kelalainnya dalam
melaksanakan tugas sebagai wali amanat.
d. Penasihat investasi
Penasihat investasi adalah perusahaan yang memberikan nasihat
kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembelian efek dengan
memperoleh imbalan jasa. Dalam kegiatan dipasar modal
penasihat investasi ini memiliki peran sebagai konstan bagi
investor atau penanam modal.
e. Pemeringkat efek
Pemeringkat efek adalah perusahaan yang melakukan
pemeringkatan terhadap efek yang bersifat utang, misalnya
obligasi. Perusahaan yang menyelenggarakan pemeringkatan di
pasar modal Indonesia adalah PT PEFINDO ( Pemeringkat Efek
Indonesia ).
f. Penanggung
Penanggung adalah juga lembaga penunjang pasar modal selain
lembaga lembaga yang telah dikemukakan di atas. Bagi pemodal,
penanggung adalah pihak yang menjamin bahwa perusahaan yang
mengeluarkan efek akan bersedia membayar hak yang seharusnya
ia terima pada masa yang akan datang.
4) Profesi penunjang pasar modal
a. Akuntan publik
b. Konsultan hukum
c. Perusahaan penilai
d. Notaris
4. Reksa dana ( investment fund )
Menurut UU Penanaman Modal, reksa dana adalah wadah yang digunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk diinvestasikan ke dalam
portofolio efek oleh manajer investasi.
Reksa dana tersebut dapat berbentuk perseroan atau kontrak investasi kolektif.
Reksa dana yang berbentuk perseroan adalah emiten yang kegiatan usahanya
menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari penjualan saham
tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal
dan pasar uang. Adapun reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif adalah
kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian yang mengikat pemegang unit
penyertaan di mana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio
investasi kolektif dan bank kustodian di beri wewenang untuk melaksanakan
penitipan kolektif.
5. Proses go public perusahaan dalam kaitannya dengan kegiatan pasar modal
a. Tahap persiapan go public
Dalam tahap ini dilakukan hal hal yang bersifat mendasar terhadap berbagai
hal yang terkait dengan perseroan terbatas yang akan go public tersebut yaitu
meliputi restrukturisasi perusahaan, pemberesan surat surat dan dokumentasi, dan
dilakukan private placement.
Berkaitan dengan tahap persiapan untuk go public sebagaimana dikemukakan
di atas, maka setelah dilakukan redtrukturisasi serta pemberesan surat surat dan
dokumentasi, perlu juga melakukan private placement. Private placement adalah
suatu proses dimana pihak perusahaan yang akan go public mencari dana kepada
pihak lain, yang mana diperoleh tersebut akan dibayar dengan saham pada waktu
go puvlic nanti atau dengan dana hasil go piblic.
b. Tahap pendahuluan go public
1) Penunjukan pihak yang terlibat
Perusahaan yang akan go public memilih dan menunjuk pihak pihak yang
akan terlibat dalam proses go public. Adapun pihak pihak yang terlibat
tersebut, antara lain penjamin emisi, akuntan public, konsultan hukum,
notaris, perusahaan penilai, biro administrasi efek, dan lain lain.
2) Proses underwriting
Dalam tahap ini penjamin emisi sudah harus ditunjuk oleh perusahaan
yang akan go public. Pihak penjamin emisi ini berfungsi sebagai pihak
yang akan mengatur pemasaran sampai terjualnya saham di pasar perdana.
3) Restrukturisasi anggaran dasar
Pelaksanaan restrukturisasi anggaran dasar dilakukan oleh pihak notaris
bersama sama konsultan hukum.
4) Prmbuatan laporan dan dokumentasi go piblic
Adapun dokumen dokumen yang diperlukan dalam kaitanya dengan
proses go public sebagai berikut :
a. Legal audit dan legal opinion yang dibuat oleh konsultan hukum
b. Laporan keuangan dari akuntan publik
c. Laporan penilaian dari perusahaan penilai
d. Draf prospektus
e. Draft prospektus ringkas
f. Pernyataan pendaftaran
g. Confort letter
5) Pencatatan pendahuluan atas saham saham di bursa efek
Dalam tahap pendahuluan untuk go public ini perlu juga dilakukan
pencatatan pencatatan atas saham saham di birsa bursa efek dimana saham
saham dari perusahaan tersebut akan dijual, yaitu penjualanya di pasar
sekunder.
c. Tahap pelaksanaan go public
Dalam tahap pelaksanaan ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu :
1) Proses pengajuan pernyataan pendaftaran emisi ke Bapepam
2) Public expose, yaitu pernyataan dan diskusi dengan pihak publik atau
pihak pejabat yang berwenang.
3) Pembuatan dan pencetakan prospektus, serta pemuatan prospektus ringkas
dalam dua surat kabar.
4) Road show adalah dengan berkunjung ke tekpat tempat investor
institusional untuk menawarkan saham.
5) Penjatahan di pasar perdana
6) Proses pencatatan dan perdagangan saham di bursa efek.
7) Proses jual beli saham di pasar sekunder.

KETENAGAKERJAAN

1. Perlindungan pekerja
` Pengertian perlindungan buruh atau Arbeidsbescherming ( dalam bahasa
Belanda ), adalah perlindungan yang diberikan dalam lingkungan kerja itu sendiri,
dengan jalan memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan
hak hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui
norma yang berlaku.
2. Undang Undang Ketenagakerjaan
Ketika pemerintah mengeluarkan UU Nomor 13 Tahun 2003, ada beberapa alasan
yang menjadi pertimbangan, antara lain :
a. Pembangunan nasion dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik
materill maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan
kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.
c. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan
ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya
dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan
keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
d. Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak hak
dasar pekerja atau buruh menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan
tanpa diskriminasi atas dasar apa pun untuk mewujudkan kesejahteraan
pekerja atau buruh dan keluarganya dengan tetap memerhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha.
e. Beberapa UU di bidang ketenagakerjaan dipandang sudah tidak sesuai lagi
dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan ketenagakerjaan, oleh karena itu
perlu dicabut dan atau ditarik kembali.
3. Sistem peradilan hubungan industrial (PHI)
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial dilaksanakan berdasarkan UU PHI,
di mana diatur jenis jenis perselisihan yang menjadi ruang lingkup, pihak pihak yang
berselisih, dan prosedur penyelesaiannya.

a. Jenis perselisihan
1) Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya
hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap
ketentuan peraturan perundang undangan, perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
2) Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan
kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan
atau perubahan syarat syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja,
atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
3) Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul
karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan
kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
4) Perselisihan antar serikat pekerja atau serikat buruh dengan serikat pekerja
atau serikat buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya
persesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban
keserikatpekerjaan.
b. Prosedur penyelesaian
1) Penyelesaian di luar pengadilan
Perselisihan hubungan industrial melalui pengadilan hubungan industrial.
Penggugat harus melampirkan risalah penyelesaian melalui mediasi atau
konsiliasi. Oleh karena itu apabila gugatan tidak dilampiri risalah tersebut,
hakim wajib mengembalikan gugatan kepada penggugat ( Pasal 83 UU
PPHI ). Dari ketentuan tersebut disimpulkan bahwa penyelesaian
perselisihan hubungan industrial di luar pengadilan sifatnya adalah wajib.
2) Penyelesaian melalui pengadilan hubungan industrial
Penyelesaian pengadilan hubungan industrial itu pengajuan gugatan harus
melampirkan risalah penyelesaian melalui mediasi atau konsiliasi. Hakim
pengadilan hubungan industrial wajib mengembalikan gugatan kepada
pihak penggugat apabila gugatan penggugat tidak melampirkan risalah
penyelesaian melalui mediasi atau konsiliasi. Penggugat sewaktu waktu
mencabut gugatanya sebelum tergugat memberikan jawaban, apabila
tergugat sudah memberikan jawaban atas gugatan, pencabutan gugatan akan
sudah memberikan jawaban atas gugatan, pencabutan gugatan akan
dikabulkan pengadilan apabila disetujui tergugat.
3) Penyelesaian perselisihan melalui mahkamah agung
Putusan pengadilan hubungan industrial mengenai perselisihan hak dan
perselisihan pemutusan hubungan kerja mempunyai kekuatan hukum tetap
apabila tidak diajukan permohonan kasasi kepada mahkamah agung dalam
waktu selambat lambatnya 14 hari kerja terhitung yaitu bagi pihak yang
hadir terhitung sejak putusan dibacakan oleh sidang majelis hukum dan
bagi pihak yang tidak hadir terhitung sejak tanggal menerima
pemberitahuan putusan.
4. Organisasi pekerja atau buruh
a. Organisasi pekerja atau buruh sebagai mitra pengusaha
Dalam penjelasan UU Nomor 21 Tahun 2000, sangat jelas dinyatakan bahwa
pekerja atau buruh sebagai warga negara mempunyai persamaan kedudukan
dalam hukum, hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang
layak, mengeluarkan pendapat, berkumpul dalam satu organisasi, serta
mendirikan dan menjadi anggota serikat pekerja atau buruh. Serikat pekerja
atau buruh berfungsi sebagai sarana untuk memperjuangkan, melindungi, dan
membela kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan
keluarganya.
Serikat pekerja atau buruh didirikan secara bebas, terbuka, mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab oleh pekerja atau buruh untuk
memperjuangkan kepentingan pekerja atau buruh dan keluarganya. Dalam
pembentukan serikat pekerja atau buruh dapat menggunakan nama yang
berbeda seperti perkumpulan pekerja atau buruh, organisasi pekerja buruh,
sebagaimana diatur dalam ketentuan UU ini.
b. UU Serikat pekerja atau buruh
Dalam UU Nomor 21 Tahun 2000 hal hal pokok dan penting yang diatur,
antara lain :
1) Ketentuan hukum
2) Asas, sifat, dan tujuan
3) Pembentukan
4) Keanggotaan
5) Pemberitahuan dan pencatatan
6) Hak dan kewajiban
7) Perlindungan hak berorganisasi
8) Keuangan dan harta kekayaan
9) Penyelesaian perselisihan
10) Pembubaran
11) Pengawasan dan penyidikan
12) Sanksi
13) Ketentuan ketentuan lain
14) Ketentuan peralihan
15) Ketentuan penutup
c. Strategi pengembangan
Strategi yang perlu dikembangkan dalam mewujudkan organisasi pekerja atau
buruh yang dapat bersinergi dengan pihak pengusaha, menurut penulis, dapat
dimulai dengan :
1) Adanya transparansi dari pengusaha dalam memberikan informasi yang
utuh mengenai kinerja perusahaan secara berkala dan diperjelas pula peran
dan posisi pekerja atau buruh dalam memberikan kontribusi kepada
perusahaan, adanya pembagian saham kepada pekerja atau buruh melalaui
program stock ownership plan (ESOP), hal ini dapat memotivasi pekerja
atau buruh agar lebih berorientasi kepada produktivitas.
2) Demokratisasi dalam kehidupan berorganisasi di perusahaan, mekanisme
lobi lobi kepada pengusaha bahwa organisasi pekerja atau buruh
diperlukan dan tidak merusak apa yang selama ini telah dicapai, organisasi
pekerja atau buruh harus dapat merepresentasikan tentang buruh yang
lebih positif dan bermartabat.
3) Menguatkan pekerja atau buruh yang sesuai dengan budaya perusahaan itu
sendiri dengan membangun nilai nilai kebersamaan sebagai fondasj
hubungan industrial, dengan demikian dapat mendorong percepatan
demokratisasi di setiap perusahaan dan akhirnya dapat memperjuangkan
aspirasi politiknya dengan terbentuknya organisasi pekerja atau buruh

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS


1. Pengertian sengketa bisnis
Pengertian sengketa adalah perilaku pertentangan antara dua orang atau lebih
yang dapat menimbulkan suatu akibat hukum dan karenanya dapat diberi sanksi
hukum bagi salah satu pihak. Dengan demikian, sengketa yang timbul di antara para
pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnis atau perdagangan disebut sengketa bisnis.
Dalam praktik sengketa bisnis dapat diperinci berupa sengketa sengketa yaitu
sengketa perniagaan, perbankan, keuangan, investasi, perindustrian, HaKI ( hak atas
kekayaan intelektual ), konsumen, kontrak, ketenagakerjaan, perdagangan publik,
properti, dan sengketa lain yang berkaitan dengan bisnis.
2. Metode penyelesaian sengketa bisnis
Penyelesaian sengketa bisnis adalah tata cara bagaimana pelaku bisnis dapat
menyelesaikan perselisihan atau sengketa yang terjadi di antara pelaku bisnis. Dalam
metode penyelesaian sengketa bisnis dan bisnis syariah pada umunnya dapat melalui
musyawarah mufakat di antara pihak dan metode penyelesaian sengketa alternatif
( Alternative Dispute Resolution / ADR).
3. Lembaga lembaga penyelesaian sengketa bisnis dan bisnis syariah
a. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan ( Litigasi )
Penyelesaian sengketa melalui forum pengadilan pada umumnya diselesaikan
berdasarkan hukum acara yang sudah ditentukan (HIR/RbG). Penyelesaian
sengketa bisnis dan bisnis syariah pada umumnya tidak ditujukan pada suatu
kemenangan sepihak secara mutlak dan jalan keluarnya adalah menghindari
penyelesaian sengketa yang sifatnya formal dan biasanya penyelesaian melalui
lembaga peradilan ini sebisa mungkin dihindari kecuali memang tidak ada
alternatif lain, meliputi pengadilan umum, pengadilan agama dab pengadilan
niaga.
1) Pengadilan umum
Pengadilan umum adalah lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman di
Indonesia. Menurut Pasal 50 UU Nomor 2 Tahun 1986, dinyatakan
pengadilan negeri bertugas dan berwenang memeriksa, mengadili,
memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat
pertama. Dengan demikian, pengadilan negeri berwenang memeriksa
sengketa bisnis.

2) Pengadilan Agama
Dalam UU Nomor 3 Tahun 2006 tentang peradilan Agama, salah satu
perubahan mendasar adalah penambahan kewenangan baru pengadilan
agama dalam hal penyelesaian sengketa bidang ekonomi dan bisnis
syariah.
Pasal 49 huruf (i) UU Nomor 3 Tahun 2006 dinyatakan bahwa peradilan
agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
perkara dalam bidang ekonomi syariah. Selama ini lembaga yang
disepakati oleh para pihak dalam penyelesaian sengketa bisnis syariah
adalah Basyarnas ( Badan Arbitrase Syariah Nasional ) dan atau peradilan
umum, dengan berlakunya UU Nomor 3 Tahun 2006 ini, tentu para pihak
akan menyepakati penyelesaian sengketa ke Basyarnas atau pengadilan
Agama.
3) Pengadilan Niaga
Menurut Pasal 306 UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepailitan, telah
dinyatakan bahwa pengadilan Niaga atau pengadilan komersial adalah
pengadilan khusus yang berada di bawah pengadilan negeri yang
mempunyai wewenang untuk memeriksa dan memutuskan sengketa bisnis
seperti sengketa kepailitan, sengketa hak atas kekayaan intelektual (HaKI)
dan senketa lainnya di bidang perniagaan.
b. Penyelesaian sengketa melalui penyelesaian sengketa Alternatuf (ADR).
Penyelesaian sengketa alternatif ( Alternative Dispute Resolution /ADR )
saat ini telah diundangkan dalam UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif penyelesaian sengketa.
1) Arbitrase
Pasal 1 angka 1 dari UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa, memberikan definisi arbitrase adalah
cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
oleh para pihak yang bersengketa.
2) Penyelesaian sengketa alternatif (ADR)
a. Negosiasi (Negotiation)
Kata negosiasi (negotium) pada umumnya, dipakai untuk suatu
pembicaraan atau perundingan yang merujuk pada bentuk tawar
menawar dengan tujuan mencapai suatu kesepakatan dan
penyelesaian di antara para pihak tanpa melibatkan pihak lain
tentang objek kepentingan yang dirundingkan yang merupakan
suatu proses pembicaraan atau perundingan untuk mencapai suatu
kompromi atau kesepakatan di antara para pihak yang melakukan
negosiasi. Hasil dari kesepakatan tersebut selanjutnya wajib
didaftarkan ke pengadilan setempat 30 hari sejak tanggal
dicapainya kesepakatn ( Pasal 6 UU No 30 Tahun 1999 ).
b. Mediasi (Mediation)
Mediasi adalah metode penyelesaian yang dilakukan dengan
sukarela, tanpa paksaan dengan di bantu mediator yang ditunjuk
oleh para pihak, namun mediator tersebut tidak memiliki
kekuatan apa pun untuk memutus, ia hanya berfungsi untuk
mencari jalan tengah, jadi keputusan akhir dan eksekusi tetap ada
di para pihak.
c. Konsiliasi
Konsiliasi (conciliation) adalah suatu proses penyelesaian
sengketa di antara para pihak dengan melibatkan pihak ketiga
yang netral dan tidak memihak. Biasanya konsiliasi mengacu
pada suatu proses yang mana pihak ketiga bertindak sebagai
pihak yang mengirimkan suatu penawaran penyelesaian antara
para pihak tetapi peranya lebih sedikit dalam proses konsiliasi
dibandingkan seorang mediator.
d. Penilaian Akhir ( Expert Appraisal )
Penilaian akhir adalah salah satu mekanisme penyelesaian
sengketa di luar pengadilan ( Pasal 1 angka 10 UU Nomor 30
Tahun 1999 ). Penilaian ahli adalah suatu proses yang
menghasilkan pendapat objektif, independen dan tidak
memihak atas fakta atau isu yang diperselisihkan, oleh seorang
ahli yang ditunjuk oleh para pihak yang bersengketa, dimana
pendapat para ahli bersifat final dan mengikat sesuai
persetujuan para pihak.

Anda mungkin juga menyukai