RESUME
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Aspek Hukum Dalam Ekonomi
Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Supriyadi, S.Ag.M.Hum
Disusun oleh:
1. Maulina Shinta Muslim (1820210030)
Daftar isi........................................................................................................................... 2
Kontrak bisnis..................................................................................................................... 9
Kepailitan ........................................................................................................................... 15
Paten .................................................................................................................................... 16
Merek ................................................................................................................................... 18
Asuransi ................................................................................................................................. 22
Ketenagakerjaan .................................................................................................................... 34
Kelebihan Kekurangan
Merger 1. Memakai nama perusahaan 1. Menimbulkan polemik
pengambil alih baru
2. Biaya lebih kecil
3. Tidak diperlukan surat izin
baru
1. Memakai nama perusahaan 1. Berbiaya lebih mahal
lain 2. Diperlukan surat izin
2. Menghilangkan polemik usaha baru
dari masing masing
perusahaan
1. Masih memakai nama lama 1. Kurang efisien
2. Tidak diperlukan surat izin 2. Mudah terjadi duplikasi
usaha baru atau pemborosan
3. Kepemilikan perusahaan
berubah
1. Masih memakai nama lama 1. Tidak memakai nama
dan baru lam
2. Tidak perlu surat izin baru 2. Perlu surat izin baru
3. Tidak perlu program 3. Melalui program
rasionalisasi rasionalisasi
KEPAILITAN
1. Pengertian kepailitan
Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang
pengurusan dan pemberesAnnya dilakukan oleh kurator dibawab pengawasan hakim
pengawas sebagaimana diatur dalam UU NO 37 Tahun 2004. Tujuan pailit adalah
untuk mendapatkan suatu penyitaan umum atas kekayaan debitur harta benda disita
untuk kepentingan semua oranh yang mengutangkannya. Prinsipnya kepailitan adalah
suatu usaha bersama untuk mendapatkan pembayaran bagi semua orang berpiutang
secara adil.
2. Akibat dijatuhkannya pailit
a. Debitur kehilangan segala haknya untuk menguasai dan mengurus atas
kekayaan harta bendanya (asetnya), baik menjual, menggadai, dan lain
sebagainya.
b. Utang utang baru tidak lagi dijamin oleh kekayaanya
c. Untuk melindungi kepentingan kreditur, selama putusan atas permohonan
pernyataan pailit belum diucapkan.
d. Harus diumumkan di dua surat kabar.
3. Pengurus Harta pailit
a. Hakim pengawas
Hakim pengawas diatur dalam pasal 65 adalah hakim yang diangkat olej
pengadilan untuk mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit.
b. Kurator
Menurut pasal 69 UU No 37 Tahun 20p4 kurator memiliki tugas :
1) Melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit.
2) Segala perbuatan kurator tidak harus mendapat persetujuan dari
Debitur.
3) Dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga
4) Kurator itu bisa Balai Harta Peninggalan (BHP) atau kurator lainnya.
c. Panitia kreditur
Dalam putusan paikit atau dengan penetapan kemudian, pengadilan
dapat membentuk panitia kreditur sementara terdiri dari tiga orang yang
dipilih dari kreditur yabg dikenal dengan maksud memberikan nasihat kepada
kreditor.
PATEN
MEREK
1. Pengertian
Menurut Pasal 1 UU No 15 Tahun 2001 :
a. Merek adalah tanda berupa gambar, susunan warna, nama, kata, huruf huruf,
angka angka, atau kombinasi unsur unsur tersebut yang memiki daya
pembeda, dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
b. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama sama atau
badan hukum untuk membedakan dengan barang barang sejenis lainnya.
c. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa jasa sejenis lainnya.
d. Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan
hukun secara bersama sama untuk membedakan dengan barang dan atau jasa
sejenis lainnya.
2. Permohonan pendaftaran merek
a. Syarat dan tata cara permohonan Menurut pasal 7 UU No 15 Tahun 2001 :
1) Permohonan diajukan dalam bahasa Indonesia, untuk merek bahasa asing
atau di dalamnya terdapat huruf selain huruf Latin Wajib di sertai
terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
2) Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya dengan di lampiru
bukti pembayaran biaya.
3) Permohonan untuk dua kelas barang atau lebih dan atau jasa dapat
diajukan dalam satu permohonan yang diatur dengan peraturan
pemerintah.
b. Permohonan pendaftaran merek dengan hak prioritas.
Permohonan harus diajukan dalam waktu enam bulan terhitung sejak tanggal
penerimaan permohonan pendaftaran merek yang pertama kali diterima di
negara lain yang merupakan anggota WTO.
3. Pendaftaran Merek
a. Pemeriksaan substantif
b. Pengumuman permohonan
c. Keberatan dan pemeriksaan kembali
d. Sertifikat merek
e. Permohonan banding
4. Pengalihan atas merek terdaftar
a. Pengalihan hak menurut ketentuan pasal 40 UU No 15 Tahun 2001, hak atas
merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena pewarisan, wasiat, hibah,
perjanjian, atau sebab sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang
undangan. Pengalihan ini wajib dimohonkan pencatatanya ke Dirjen Haki
untuk dicatat di Daftar Umum Merek, apabila tidaak dicatatkan tidak berakibat
hukum pada pihak ketiga.
b. Lisensi menurut ketentuan Pasal 43 sampai 48 UU No 15 Tahun 2001, pemilik
merek terdaftar berhak memberikan lisensi kepada pihak lain dengan
perjanjian dan wajib dicatatkan ke Dirjen Haki, dimana pemilik merek masih
tetap berhaj menggunakanya dan memberikan lisensi kepada pihak lainnya.
5. Merek kolektif
Permohonan pendaftaran merek dagang atau merek jasa terdaftar sebagai merek
kolektif hanya bisa diterima bila memang merek tersebut akan digunakan sebagai
merek kolektif dan ditandatangani semua pemilik merek.
6. Penghapusan dan pembatalan merek
a. Penghapusan
Menurut ketentuan undang undang penghapusan merek terdaftar dapat
dilakukan atas perkara Dirjen Haki atau atas permohonan pemilik merek
sendiri (pasal 61). Dan pengahapusan juga dapat diajukan oleh pihak ketiga
melalui gugatan ke pengadilan niga ( pasal 63 ).
b. Pembatalan
Menurut ketentuan Pasal 68 UU No 15 Tahun 2001, gugatan pembatalan
merek dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan, bisa pula oleh pemilik
merek tidak terdaftar.
7. Sengketa merek
Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap orang atau badan
hukum yang secara tanpa hak menggunakan merek barang atau merek jasa. Gugatan
diajukan ke pengadilan niaga. Gugatan atas pelanggaran merek dapat pula diajukan
penerima lisensi merek terdaftar baik secara tersendiri atau bersama sama ( pasal 76 –
77 ).
HAK CIPTA
RAHASIA DAGANG
ASURANSI
1. Pengertian asuransi
Menurut ketentuan pasal 246 Kitab UU Hukum Dagang ( KUH Dagang ) yang
dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
uang premi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin
akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.
Dalam pasal 1 angka 2 UU No 40 Tahun 20014 yang dimaksud asuransi
syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan
asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para pemegang polis,
dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling
menolong dan melindungi dengan cara :
a. Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis
karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
2. Prinsip prinsip dalam asuransi atau pertanggungan
Menurut KUH Dagang yang merupakan prinsip dasar asuransi atau
pertanggungkan adalah sebagai berikut :
a. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan atau dipertanggungkan ( insurable
interest ).
b. Prinsip keterbukaan ( utmost good faith )
c. Prinsip indemnity
Prinsip indemnity adalah seimbang, yakni seimbang antara kerugian yang
betul betul diderita oleh tertanggung dengan jumlah ganti kerugiannya.
d. Prinsip Subrogasi untuk kepentingan penanggung.
3. Bentuk dan isi perjanjian asuransi atau pertanggungan.
Asuransi atau pertanggungan merupakan perjanjian timbal balik, dalam arti
suatu perjanjian, dalam maka kedua belah pihak masing masing mempunyai
kewajiban yang senilai, dimana pihak tertanggung mempunyai kewajiban untuk
membayar premi, yang jumlahnya ditentukan oleh penanggung, sedangkan pihak
penanggung memiliki kewajiban untuk mengganti kerugian yang diderita oleh
tertanggung.
Polis asuransi atau pertanggungan merupakan isi dari perjanjian asuransi.
Dalam ketentuan pasal 256 KUH Dagang ditentukan bahwa isi polisi untuk asuransi
atau pertanggungan pada umumnya kecuali asuransi jiwa harus memuat :
a. Hari pembentukan asuransi
b. Nama pihak yang selaku tertanggung menyetujui terbentuknya asuransi yaitu ataa
tanggungan orang lain.
c. Penyebutan yang cukup terang dari hal atau objek yang dijamin.
d. Jumlah uang, untuk mana diadakan jaminan (uang asuransi).
e. Bahaya bahaya yang ditanggung oleh si penanggung.
4. Risiko dalam asuransi atau pertanggungan.
Risiko dalam hukum asuransi atau pertanggungan adalah suatu peristiwa yang
terjadi di luar kehendak pihak tertanggung yang menimbulkan kerugian bagi
tertanggung risiko mana merupakan objek jaminan asuransi atau pertanggungan.
a. Risiko murni
Risiko murni adalah suatu peristiwa yang masih tidak pasti bahwa suatu
kerugian akan timbul, di mana jika kejadian tersebut terjadi, maka timbullah
kerugian itu, sedangkan jika kerugian itu tidak terjadi, maka keadaan sama
sekali seperti sediakala ( tidak untung atau tidak rugi ).
b. Risiko spekulasi
Risiko spekulasi adalah kejadian yang akan terjadi yang menimbulkan dua
kemungkinan, dimana kemungkinan pertama adalah akan memperoleh
keuntungan, sedangkan kemungkinan kedua adalah dia akan menderita
kerugian.
c. Risiko khusus
Risiko khusus adalah risiko yang terbit dari tindakan individu dengan dampak
hanya terhadap seorang tertentu saja. Misalnya risiko berupa kebakaran pada
mobil seseorang, yang tidak menyebalkan kebakaran pada mobil orang lain.
Kewajiban konsumen :
c. Ruang lingkup UU Larangan Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
meliputi hal hal sebagai berikut :
1) Perjanjian yang dilarang ini, berupa:
a. Penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan jasa (perjanjian
oligopoli).
b. Pembagian wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang
dan jasa ( perjanjian pembagian wilayah ).
c. Pengaturan produksi dan atau pemasaran suatu barang dan jasa untuk
memengaruhi harga ( perjanjian kartel ).
d. Penguasaan pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat
mengendalikan harga atas barang dan jasa dalam pasar bersangkutan
( perjanjian oligopsoni ).
e. Perjanjian dengan pihak luar negeri yang memuat ketentuan yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat ( perjanjian dengan pihak luar negeri ).
f. Penghalangan untuk melakukan usaha yang sama baik untuk tujuan
pasar dalam negeri maupun luar negeri. Penolakan penjualan setiap
barang atau jasa ( perjanjian pemboikotan ).
2) Kegiatan yang Dilarang
a. Penguasaan atas produksi dan pemasaran barang dan jasa ( kegiatan
monopoli ).
b. Penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan
jasa dalam pasar bersangkutan ( kegiatan monopsoni ).
c. Penolakan atau penghalangan pengusaha tertentu untuk melakukan
kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan.
d. Persekongkolan dengan pihak lain untuk mengatur dan menentukan
pemenang tender dan atau untuk mendapatkan informasi kegiatan
usaha persaingan yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan.
3) Komisi pengawas persaingan usaha
a. Tugas komisi pengawas persaingan usaha dalam pasal 35 yaitu :
1. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang komisi
sebagaimana diatur dalam pasal 36.
2. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
3. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan
UU larangan praktik monopoli dan persaingan tidak sehat.
4. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi
kepada presiden dan DPR.
b. Wewenang komisi pengawas persaingan usaha
1. Melakukan penelitian tentang adanya kegiatan usaha dan atau
tindakan pelaku usaha yang mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
2. Meminta bantuan penyelidik untuk menghadirkan pelaku
utama, saksi, saksi ahli, atau setiap orang yang bersedia
memenuhi panggilan komisi.
3. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian
di pihak pelaku usaha lain atau masyarakat.
4. Memberikan peraturan komisi kepada pelaku usaha yang
diduga melakukan praktik monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
d. Penegakan Hukum
Menurut ketentuan UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, sanksi yang dikenakan kepada
pelaku usaha yang melanggar ketentuan UU tersebut berupa :
1) Tindakan administratif
Pasal 47 yang terdiri dari pembatalan perjanjian, menghentikan
kegiatan, menghentikan integrasi vertikal, menghentikan
penyalahgunaan posisi dominan, pembatalan merger, konsolidasi,
akuisisi, pembayaran ganti rugi, dan pengenaan denda.
2) Pidana Pokok ( Pasal 48 )
Berupa denda dan kurungan.
3) Pidana Tambahan
Berupa pencabutan izin usaha, larangan menduduki jabatan direksi
atau komisaris dan penghentian kegiatan atau tindakan tertentu.
PASAR MODAL
1. Pengertian pasar modal
Menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Berdasarkan pengertian diatas, menunjukkan bahwa terdapat tiga unsur yang
berkaitan dengan kegiatan pasar modal, yaitu :
a. Penawaran umum dan perdagangan efek
b. Perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkanyya.
c. Lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.
2. Jenis jenis pasar modal
Dalam menjalankan kegiatannya, pasar modal di bagi dalam tiga macam, yaitu :
a. Pasar perdana, adalah penjualan perdana efek atau penjualan efek oleh
perusahaan yang menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melalui bursa
efek. Pada pasar perdana, efek dijual dengan harga emisi, sehingga perusahaan
yang menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari penjualan tersebut.
b. Pasar sekunder adalah penjualan efek setelah penjualan pada pasar perdana
berakhir. Pada pasar sekunder ini harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek
tersebut. Naik turunnya kurs suatu efek ditentukan oleh daya tarik menarik
antara permintaan dan penawaran efek tersebut.
c. Bursa pararel adalah pelengkap dari bursa efek yang ada. Bagi perusahaan
penerbit efek dapat menjual efeknya melalui bursa. Bursa pararel merupakan
alternatif bagi perusahaan yang go publik memperjualbelikan efeknya, apabila
ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bursa efek.
3. Badan pengawas pasar modal ( BAPEPAM ) bursa efek, perusahaan efek, dan
lembaga lembaga terkait dalam kegiatan pasar modal.
Lembaga lembaga yang terkaait dengan kegiatan pasar modal, baik lembaga atau
instansi pemerintah maupun swasta tersebut adalah sebagai berikut :
a. Badan pengawas pasar modal ( BAPEPAM )
Pelaksanaan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari hari
kegiatan pasar modal dilakukan oleh Bapepam yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. Bapepam sebagai ujung
tombak penegakan hukum di pasar modal mempunyai tugas pembina,
mengatur dan pengawas.Tujuan kegiatan Bapepam adalah mewujudkan
terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien serta
melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.
b. Perusahaan efek
Di pasar modal perusahaan efek ini melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi. Dengan perkataan lain perusahaan efek adalah pihak yang
melakukan usaha sebagai penjamin emisi efek ( underwriter ), perantara
pedagang efek ( broker ) dan manajer investasi.
Penjamin emisi efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan
emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan
atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
Selain kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek, suatu perusahaan efek juga
dapat menjalankan kegiatan usaha sebagai perantara perdagangan efek
( pialang atau broker ). Perantara perdagangan efek adalah perusahaan atau
perorangan yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan
sendiri atau untuk kepentingan pihak lain.
Kegiatan usaha lain yang dapat dilakukan oleh perusahaan efek adalah
sebagai manajer investasi. Yang dimaksud dengan manajer investasi adalah
pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio yang meliputi kumpulan
efek yang dimiliki orang perorangan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok
yang terorganisasi untuk para investor atau mengelola portofolio investasi
kolektif untuk sekelompok investor, kecuali perusahaan asuransi, dana
pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan
peraturan perundang undangan yang berlaku.
Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa perusahaan efek
mempunyai peranan sebagai pendukung aktivitas bursa dalam hak
memperlancar perputaran dana dan informasi, mendukung sistem dan aktivitas
bursa sebagai bagian dari pasar modal dan sebagai unit usaha, dan
meningkatkan kegiatan investasi pasar modal untuk menunjang kegiatan
ekonomi nasional.
c. Bursa efek
Bursa efek adalah pihak yang berfungsi sebagai penyedia fasilitas
dalam kegiatan pasar modal, disamping lembaga kliring dan penjaminan serta
lembaga penyimpan dan penyelesaian. Di Indonesia Bursa Efek Indonesia
terdapat di Jakarta.
Dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal ditentukan
bahwa bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak pihak
lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.
Pada dasarnya bursa efek didirikan untuk menyelenggarakan dan menyediakan
sistem atau sarana perdagangan efek. Dengan tersedianya sistem atau sarana
yang baik, tentu para Anggota Bursa Efek yang sekaligus pemegang saham
bursa efek yang bersangkutan dapat melakukan penawaran jual beli efek
secara teratur, wajar, dan efisien.
d. Lembaga lembaga lain yang terkait dengan kegiatan pasar modal
Dalam kegiatan pasar modal selain lembaga lembaga sebagaimana
dikemukakan di atas, terdapat juga lembaga lembaga lain yang terkait di
dalamnya, yaitu :
1) Lembaga kliring dan penjaminan
Lembaga kliring penjaminan adalah lembaga penyedia fasilitas kegiatan
pasar modal. Dengan perkataan lain, Lembaga Kliring dan penjaminan
( LKP ) ini didirikan dengan tujuan menyediakan jasa kliring dan
penjaminan penyelesaian transaksi bursa teratur, wajar, dan efisien.
2) Lembaga penyimpan dan penyelesaian
Lembaga penyimpan dan penyelesaian adalah pihak yang
menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian,
perusahaan efek, dan pihak lain.
3) Lembaga penunjang pasar modal
Lembaga penunjang pasar modal ini, terdiri atas :
a. Kustodian
Kustodian adalah lembaga atau perusahaan yang menjalankan
kegiatan usaha, sebagai berikut memberikan jasa penitipan efek
dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk
menerima dividen, bunga, dan hak hak lain, menyelesaikan
transaksi efek dan mewakili pemegang rekening yang menjadi
nasabahnya.
KETENAGAKERJAAN
1. Perlindungan pekerja
` Pengertian perlindungan buruh atau Arbeidsbescherming ( dalam bahasa
Belanda ), adalah perlindungan yang diberikan dalam lingkungan kerja itu sendiri,
dengan jalan memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan
hak hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan ekonomi melalui
norma yang berlaku.
2. Undang Undang Ketenagakerjaan
Ketika pemerintah mengeluarkan UU Nomor 13 Tahun 2003, ada beberapa alasan
yang menjadi pertimbangan, antara lain :
a. Pembangunan nasion dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik
materill maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan
kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.
c. Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan
ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya
dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan
keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
d. Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak hak
dasar pekerja atau buruh menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan
tanpa diskriminasi atas dasar apa pun untuk mewujudkan kesejahteraan
pekerja atau buruh dan keluarganya dengan tetap memerhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha.
e. Beberapa UU di bidang ketenagakerjaan dipandang sudah tidak sesuai lagi
dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan ketenagakerjaan, oleh karena itu
perlu dicabut dan atau ditarik kembali.
3. Sistem peradilan hubungan industrial (PHI)
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial dilaksanakan berdasarkan UU PHI,
di mana diatur jenis jenis perselisihan yang menjadi ruang lingkup, pihak pihak yang
berselisih, dan prosedur penyelesaiannya.
a. Jenis perselisihan
1) Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya
hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap
ketentuan peraturan perundang undangan, perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
2) Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan
kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan
atau perubahan syarat syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja,
atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
3) Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul
karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan
kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
4) Perselisihan antar serikat pekerja atau serikat buruh dengan serikat pekerja
atau serikat buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya
persesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban
keserikatpekerjaan.
b. Prosedur penyelesaian
1) Penyelesaian di luar pengadilan
Perselisihan hubungan industrial melalui pengadilan hubungan industrial.
Penggugat harus melampirkan risalah penyelesaian melalui mediasi atau
konsiliasi. Oleh karena itu apabila gugatan tidak dilampiri risalah tersebut,
hakim wajib mengembalikan gugatan kepada penggugat ( Pasal 83 UU
PPHI ). Dari ketentuan tersebut disimpulkan bahwa penyelesaian
perselisihan hubungan industrial di luar pengadilan sifatnya adalah wajib.
2) Penyelesaian melalui pengadilan hubungan industrial
Penyelesaian pengadilan hubungan industrial itu pengajuan gugatan harus
melampirkan risalah penyelesaian melalui mediasi atau konsiliasi. Hakim
pengadilan hubungan industrial wajib mengembalikan gugatan kepada
pihak penggugat apabila gugatan penggugat tidak melampirkan risalah
penyelesaian melalui mediasi atau konsiliasi. Penggugat sewaktu waktu
mencabut gugatanya sebelum tergugat memberikan jawaban, apabila
tergugat sudah memberikan jawaban atas gugatan, pencabutan gugatan akan
sudah memberikan jawaban atas gugatan, pencabutan gugatan akan
dikabulkan pengadilan apabila disetujui tergugat.
3) Penyelesaian perselisihan melalui mahkamah agung
Putusan pengadilan hubungan industrial mengenai perselisihan hak dan
perselisihan pemutusan hubungan kerja mempunyai kekuatan hukum tetap
apabila tidak diajukan permohonan kasasi kepada mahkamah agung dalam
waktu selambat lambatnya 14 hari kerja terhitung yaitu bagi pihak yang
hadir terhitung sejak putusan dibacakan oleh sidang majelis hukum dan
bagi pihak yang tidak hadir terhitung sejak tanggal menerima
pemberitahuan putusan.
4. Organisasi pekerja atau buruh
a. Organisasi pekerja atau buruh sebagai mitra pengusaha
Dalam penjelasan UU Nomor 21 Tahun 2000, sangat jelas dinyatakan bahwa
pekerja atau buruh sebagai warga negara mempunyai persamaan kedudukan
dalam hukum, hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang
layak, mengeluarkan pendapat, berkumpul dalam satu organisasi, serta
mendirikan dan menjadi anggota serikat pekerja atau buruh. Serikat pekerja
atau buruh berfungsi sebagai sarana untuk memperjuangkan, melindungi, dan
membela kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan
keluarganya.
Serikat pekerja atau buruh didirikan secara bebas, terbuka, mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab oleh pekerja atau buruh untuk
memperjuangkan kepentingan pekerja atau buruh dan keluarganya. Dalam
pembentukan serikat pekerja atau buruh dapat menggunakan nama yang
berbeda seperti perkumpulan pekerja atau buruh, organisasi pekerja buruh,
sebagaimana diatur dalam ketentuan UU ini.
b. UU Serikat pekerja atau buruh
Dalam UU Nomor 21 Tahun 2000 hal hal pokok dan penting yang diatur,
antara lain :
1) Ketentuan hukum
2) Asas, sifat, dan tujuan
3) Pembentukan
4) Keanggotaan
5) Pemberitahuan dan pencatatan
6) Hak dan kewajiban
7) Perlindungan hak berorganisasi
8) Keuangan dan harta kekayaan
9) Penyelesaian perselisihan
10) Pembubaran
11) Pengawasan dan penyidikan
12) Sanksi
13) Ketentuan ketentuan lain
14) Ketentuan peralihan
15) Ketentuan penutup
c. Strategi pengembangan
Strategi yang perlu dikembangkan dalam mewujudkan organisasi pekerja atau
buruh yang dapat bersinergi dengan pihak pengusaha, menurut penulis, dapat
dimulai dengan :
1) Adanya transparansi dari pengusaha dalam memberikan informasi yang
utuh mengenai kinerja perusahaan secara berkala dan diperjelas pula peran
dan posisi pekerja atau buruh dalam memberikan kontribusi kepada
perusahaan, adanya pembagian saham kepada pekerja atau buruh melalaui
program stock ownership plan (ESOP), hal ini dapat memotivasi pekerja
atau buruh agar lebih berorientasi kepada produktivitas.
2) Demokratisasi dalam kehidupan berorganisasi di perusahaan, mekanisme
lobi lobi kepada pengusaha bahwa organisasi pekerja atau buruh
diperlukan dan tidak merusak apa yang selama ini telah dicapai, organisasi
pekerja atau buruh harus dapat merepresentasikan tentang buruh yang
lebih positif dan bermartabat.
3) Menguatkan pekerja atau buruh yang sesuai dengan budaya perusahaan itu
sendiri dengan membangun nilai nilai kebersamaan sebagai fondasj
hubungan industrial, dengan demikian dapat mendorong percepatan
demokratisasi di setiap perusahaan dan akhirnya dapat memperjuangkan
aspirasi politiknya dengan terbentuknya organisasi pekerja atau buruh
2) Pengadilan Agama
Dalam UU Nomor 3 Tahun 2006 tentang peradilan Agama, salah satu
perubahan mendasar adalah penambahan kewenangan baru pengadilan
agama dalam hal penyelesaian sengketa bidang ekonomi dan bisnis
syariah.
Pasal 49 huruf (i) UU Nomor 3 Tahun 2006 dinyatakan bahwa peradilan
agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
perkara dalam bidang ekonomi syariah. Selama ini lembaga yang
disepakati oleh para pihak dalam penyelesaian sengketa bisnis syariah
adalah Basyarnas ( Badan Arbitrase Syariah Nasional ) dan atau peradilan
umum, dengan berlakunya UU Nomor 3 Tahun 2006 ini, tentu para pihak
akan menyepakati penyelesaian sengketa ke Basyarnas atau pengadilan
Agama.
3) Pengadilan Niaga
Menurut Pasal 306 UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepailitan, telah
dinyatakan bahwa pengadilan Niaga atau pengadilan komersial adalah
pengadilan khusus yang berada di bawah pengadilan negeri yang
mempunyai wewenang untuk memeriksa dan memutuskan sengketa bisnis
seperti sengketa kepailitan, sengketa hak atas kekayaan intelektual (HaKI)
dan senketa lainnya di bidang perniagaan.
b. Penyelesaian sengketa melalui penyelesaian sengketa Alternatuf (ADR).
Penyelesaian sengketa alternatif ( Alternative Dispute Resolution /ADR )
saat ini telah diundangkan dalam UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif penyelesaian sengketa.
1) Arbitrase
Pasal 1 angka 1 dari UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa, memberikan definisi arbitrase adalah
cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
oleh para pihak yang bersengketa.
2) Penyelesaian sengketa alternatif (ADR)
a. Negosiasi (Negotiation)
Kata negosiasi (negotium) pada umumnya, dipakai untuk suatu
pembicaraan atau perundingan yang merujuk pada bentuk tawar
menawar dengan tujuan mencapai suatu kesepakatan dan
penyelesaian di antara para pihak tanpa melibatkan pihak lain
tentang objek kepentingan yang dirundingkan yang merupakan
suatu proses pembicaraan atau perundingan untuk mencapai suatu
kompromi atau kesepakatan di antara para pihak yang melakukan
negosiasi. Hasil dari kesepakatan tersebut selanjutnya wajib
didaftarkan ke pengadilan setempat 30 hari sejak tanggal
dicapainya kesepakatn ( Pasal 6 UU No 30 Tahun 1999 ).
b. Mediasi (Mediation)
Mediasi adalah metode penyelesaian yang dilakukan dengan
sukarela, tanpa paksaan dengan di bantu mediator yang ditunjuk
oleh para pihak, namun mediator tersebut tidak memiliki
kekuatan apa pun untuk memutus, ia hanya berfungsi untuk
mencari jalan tengah, jadi keputusan akhir dan eksekusi tetap ada
di para pihak.
c. Konsiliasi
Konsiliasi (conciliation) adalah suatu proses penyelesaian
sengketa di antara para pihak dengan melibatkan pihak ketiga
yang netral dan tidak memihak. Biasanya konsiliasi mengacu
pada suatu proses yang mana pihak ketiga bertindak sebagai
pihak yang mengirimkan suatu penawaran penyelesaian antara
para pihak tetapi peranya lebih sedikit dalam proses konsiliasi
dibandingkan seorang mediator.
d. Penilaian Akhir ( Expert Appraisal )
Penilaian akhir adalah salah satu mekanisme penyelesaian
sengketa di luar pengadilan ( Pasal 1 angka 10 UU Nomor 30
Tahun 1999 ). Penilaian ahli adalah suatu proses yang
menghasilkan pendapat objektif, independen dan tidak
memihak atas fakta atau isu yang diperselisihkan, oleh seorang
ahli yang ditunjuk oleh para pihak yang bersengketa, dimana
pendapat para ahli bersifat final dan mengikat sesuai
persetujuan para pihak.