Anda di halaman 1dari 66

DIKTAT KULIAH

ASPEK HUKUM EKONOMI


PERUSAHAAN

Untuk kalangan sendiri/tidak diperjual belikan

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

YUFRIDA
SAGITTARIO DANAJANTO

SEKOLAH TINGGI EKONOMI

1
WIDYA PERSADA
JAKARTA

BAB I
ASPEK HUKUM EKONOMI PERUSAHAAN

ASPEK : merupakan disiplin yang berpengaruh terhadap sesuatu yang melekat


padanya untuk dilaksanakan

HUKUM

1. Ilmu : adalah merupakan kebenaran yang dapat diterima saat itu


Sesuatu dapat dikatakan ilmu apabila kebenaran tersebut telah melalui
suatu proses yang dimulai dari kreasi seseorang, dengan terlebih dahulu
dilakukan pengujian-pengujian melalui suatu riset.

2. Ilmu hukum :
Ilmu yang mempelajari tentang kebenaran-kebenaran untuk mengatur tata
tertib masyarakat secara universal.

a. Hukum berdasarkan literature tidak ada satu definisi yang sama bunyinya,
namun apabila diamati secara teliti dan seksama terdapat suatu kesamaan
pandangan yang merupakan aksioma( suatu sinthesa pada akibat) dengan unsur-
unsur antara lain :

a.1. adanya perintah


a.2. adanya larangan/batasan
a.3. adanya aturan
a.4. adanya suatu yang harus ditaati/sanksi

b. Hukum Menurut Dr. E. Utrech, SH adalah :

a. Perintah-perintah dan larangan-larangan yang mengurus tata tertib suatu


masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.

b. Dari definisi kita dapat unsur-unsur :


“Bagi siapa yang melakukan pelanggaran hukum, berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan hukum akan dikenakan sanksi.

SUMBER HUKUM EKONOMI

2
(istilah di Indonesia, sedangkan di Amerika disebut Economic Law, di Inggris disebut
Bussines Law).

Sumber hukum yang menjadi sasaran perkulihan yaitu sumber hukum yang mengarah
kepada ekonomi yang dapat kita sebut sebagai berikut :

1. Sumber hukum Material :


Yaitu dari sudut sejarah ekonomi bahwa timbulnya hukum disebabkan oleh
karena kebutuhan-kebutuhan dan ekonomi tersebut.

2. Sumber hukum Formil :


Yaitu timbulnya hukum karena peraturanperaturan :
- Undang-Undang
- Kebiasaan (custom)
- Traktat/Perjanjian (treaty)
- Pendapat para ahli (doctrine)

Sumber hukum dalam ekonomi yang landasannya di bahasa untuk Indonesia adalah :

1. KUHD(Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) yang biasa disebut Lex Spesialist

2. KUHPerdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) yang biasa disebut Lex


Generalist(sumber hukum yang bersifat umum) yang khusus dalam perikatan
yaitu :
a. Pasal 1320 tentang sahnya suatu perjanjian
b. Pasal 1338 tentang tunduk dalam hal menjadi Undang-Undang

3. Peraturan lain yang timbul karena adanya keputusan-keputusan dari pejabat


pemerintah atau lembaga legislatif dengan persetujuan pemerintah yang
berhubungan dengan persetujuan pemerintah yang berhubungan dengan masalah
ekonomi :

a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan

b. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas d/h


Undang-Undang No. 1 Tahun 1995

c. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (sudah


tercakup Penanamn Modal Dalam Negri dan Penanaman Modal Asing)
d/h Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negri.

d. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan d/h Undang-


Undang No. 7 Tahun 1992

3
e. Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

f. Peraturan-peraturan seperti Perpres No. 76 Tahun 2007 tentang Kriteria


dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Tertutup dan Bidang Usaha
Terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal
g. Peraturan-peraturan seperti Perpres No. 77 Tahun 2007 tentang Daftar
Bidang Usaha Tertutup dan Bidang Usaha Terbuka dengan persyaratan di
bidang penanaman modal

Pengertian Hukum menurut Prof.Dr. Purwadi Purwacaraka dalam bukunya Kaedah-


kaedah Hukum antara lain :

1. Hukum sebagai ilmu yaitu pengetahuan yang tersusun secara sistematis atas dasar
pemikiran
2. Hukum sebagai disiplin yaitu suatu system mengenai ajaran tentang kenyataan
atau gejala-gejala yang dihadapi.
3. Hukum sebagai kaedah yaitu pedoman/patokan sikap tindak atau perilaku yang
pantas.
4. Hukum sebagai tata hukum yaitu struktur dan proses perangkat kaedah hukum
yang berlaku saat itu, tempat tertentu secara tertulis.
5. Hukum sebagai petugas yaitu pribadi/kalangan yang berhubungan dengan
penegakan hukum
6. Hukum sebagai keputusan penguasa yaitu proses dalam mengambil kebijakan
mengatur pemerintahan secara bijaksana
7. Hukum sebagai proses pemerintah yaitu hubungan timbal balik dari proses system
kenegaraan
8. Hukum sebagai sikap tindak yang ajeg yaitu perilaku yang teratur secara
berulang-ulang untuk mencapai kemakmuran
9. Hukum sebagai nilai-nilai yaitu konsep abstrak tentang apa yang dianggap baik
dan buruk

Pembagian bidang hukum antara lain :

1. Hukum Tata Negara yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antara
lembaga-lembaga Negara.
2. Hukum Administrasi Negara/Tata Usaha Negara yaitu hukum yang mengatur
hubungan hukum pelaksanaan kegiatan suatu Negara.
3. Hukum Pidana yaitu hukum yang mengatur hubugan hukum antara pribadi warga
Negara terhadap Negara.
4. Hukum Perdata yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antar pribadi/badan
hukum dengan pribadi/badan hukum lainnya.
5. Hukum Internasional yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antar
masyarakat internasional.

PENGERTIAN EKONOMI :

4
Pandangan hukum
Merupakan tindakan dalam melakukan suatu kegiatan dibidang perdagangan dan
perusahaan dengan membeli barang untuk dijual kembali ataupun disewakan atau dengan
mengadakan perjanjian-perjanjian untuk mendapatkan hasil yang dicita-citakan. berbeda
Dengan
Pandangan ahli ekonomi :
Konsep-konsepnya yang mengarah pada suatu system atau tatanan dibidang ekonomi
dengan prinsip-prinsip dasarnya tentang permintaan(demand) dan penawaran(supply)

KESIMPULAN :

1. Aspek hukum adalam ekonomi ada 3(tiga) hal yang penting kita perhatikan yaitu
aspek, hukum dan ekonomi.Ketentuan hukum secara disiplin berpengaruh
terhadap pelaku ekonomi untuk melaksanakan kegiatannya dengan tidak
melakukan atau hal yang bertentangan dengan hukum.
Hukum mengkaji tentang kebiasaan-kebiasaan, norma-norma dan masalah hukum
sendiri, sedangkan ekonomi mengkaji tentang bagaiman cara-cara untuk
mengerakkan ekonomi secara benar dan teratur yang tidak bertentangan dengan
hukum.
Jadi secara timbale balik dapat kita katakana bahwa sejauh mana fungsi dan
pengaruh hukum dapat membantu bidang ekonomi.

2. Dalam mempelajari hukum perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkandung


didalamnya secara seksama.

3. Ilmu merupakan kebenaran yang dapat diterima saat itu

4. Hukum merupakan aksioma yang unsur-unsurnya terpenting adalah adanya sanksi

5. Aspek hukum adalah tingkat kepatuhan dalalm melaksanakan ketentuan-


ketentuan hukum dalam masyarakat.

5
BAB II
PERUSAHAAN DAN PERDAGANGAN

Cita-cita bangsa bangsa Indonesia sebagaimana diatur dalam UUD 1945 salah
satunya ialah mencapai kemakmuran rakyatnya, oleh karenanya pemahaman tentang
perusahaan, perdagangan dan pekerjaan menurut hukum harus dipahami oleh mahasiswa
ekonomi dan administrasi niaga.

PERUSAHAAN
Ialah merupkan istilah ekonomi yang dipakai dalam KUHD dan perundang-undangan
lainnya diluar KHUD, wlaupun kenyataannya tidak ada satupun dari pasal-pasaln KUHD
menyebutkan secara jelas tentang pengertian perusahaan.

Rumusan perusahaan

1. Menurut pakar Hukum “Molengraff” meninjau dari sisi ekonomi :


“ Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus,
bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan
atau meyerahkan sesuatu barang atau mengadakan perjanjian perdagangan”.

Ditinjau dari sudut ekonomi dan unsur hukum yang terkandung didalamnya ialah :

a. Perbuatan ekonomi artinya merupakan mata pencaharian yang dilakukan bukan


sementara atau berupa insidentil belaka
b. Bertindak keluar artinya melakukan kegiatan dengan menghadapi pihak lain
(pihak ketiga) dengan melakukan transaksi atau perjanjian(aspek hukum)
c. Memperdagangkan barang artinya melakukan pembelian barang untuk dijual
kembali atau disewakan untuk mendapatkan penghasilan atau laba.
d. Menyerahkan barang artinya melepaskan hak-hak penguasaan atau barang dengan
perhitungan adanya sisa sebagai hasil.
e. Perjanjian perdagangan artinya jasa menghubungi pihak yang satu dengan pihak
lainnya dengan mendapatkan hasil(misalnya : agen, makelar, komisioner)

2. Menurut pakar hukum “Polak” meninjau dari sisi komersil :


“Setuju dengan pendapat Molengraff dengan penambahan “Pembukuan laba/rugi,
sebagai suatu unsur yang mutlak harus ada dalam suatu perusahaan.

3. Terdapat dalam UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, didalam
Pasal 1 huruf(b) berbunyi sebagai berikut :
“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap, terus-menerus dan didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam
wilayah Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba”.

6
Sumber Hukum Perusahaan :

1. KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang)


Tidak diatur secara khusus
Pasal 1 KUHD : Kitab Undang-Undang Perdata berlaku juga bagi hal-hal yang
diatur dalam kitab undang-undang ini
2. KUHPerdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)
a. Pasal 1319 : Semua perjanjian baik yang bernama maupun tidak bernama
tunduk pada ketentuan-ketetuan umum
b. Pasal 1320 : Syarat sahnya perjanjian
c. Pasal 1330 : Orang yang tidak cakap dalam bertindak dalam hukum

Kesimpulan:
Perusahaan dalam aspek hukum harus memenuhi unsure-unsur hukum :
1. Adanya suatu badan usaha
2. Adanya kegiatan dalam bidang ekonomi seperti :
a. jual beli barang bergerak
b. pelayanan atau penjualan jasa
c. industri, mengelola dan mencari serta menyediakan sumber daya
3. Terus menerus
4. Terang-terangan
5. Keuntungan dan atau laba
6. Pembukuan

PERDAGANGAN
Yaitu merupakan kegiatan dalam ekonomi sebagai salah satu kegiatan perusahaan

Sebagai salah satu kegiatan perusahaan , perdagangan melakukan pembelian


barang dan menjualnya kembali atau menyewakannya dengan tujuan memperoleh
keuntungan atau laba.
Oleh karenanya perdagangan merupakan salah satu kegiatan perusahaan, sering disebut
dengan “perusahaan perdagangan” atau “pekerjaan perdagangan”.
Contoh perusahaan perdagangan :
- Keagenan
- Komisoner
- Ekspor
- Impor
Contoh Pekerjaan Perdagangan :
- toko kelontong
- pedagang pasar
- pedagang kaki lima
sedangkan orang yang melakukan perdagangan disebut juga pedagang.

7
BAB III
BENTUK HUKUM PERUSAHAAN

Kewajiban Perusahaan dalam hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Menjalankan perusahaan sesuai dengan ijin yang dimiliki


2. Memenuhi kewajiban dibidang perpajakan
3. Mematuhi ketentuan dibidang ketenagakerjaan
4. Mematuhi ketentuan bidang usaha misalnya : produksi/jasa

Kegiatan perusahaan & pengertian dari :

1. Badan Hukum
Ialah Suatu perusahaan yang berbentuk “Perseroan”yang mempuyai kekayaan
tersendiri, terpisah dari kekayaan pribadi/pemegang saham dan dapat bertindak dalam
hukum.
Jenis kegiatan usaha dibidang ini antara lain :
a. Perdagangan
b. Jasa
c. Produksi
d. Perbankan/Lembaga Keuangan

2. Bukan Badan Hukum


Ialah suatu perushaan perseorangan(perorangan) maupun berupa persekutuan yang
mempuya kekayaan sendiri, dan tidak dapat bertindak dalam hukum.
Jenis kegiatan usaha dibidang ini antara lain :
a. Perdagangan
b. Jasa
c. Produksi

Klasifikasi perusahaan dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut :

1. Aspek Kepemilikan, antara lain :


a. Perseorangan yaitu satu pengusaha dibantu istri dan anak-anaknya
b. Persekutuan yaitu perusahaan dimiliki beberapa sekutu untuk bekerjasama dalam
persekutuan.

2. Aspek status kepemilikan, antara lain :


a. Perubahan Swasta yaitu perusahaan yang modalnya dimiliki oleh swasta nasional
maupun swasta asing.
b. Perusahaan Negara yaitu perusahaan yang modalnya dimiliki oleh Negara yang
biasa disebut sebagai Badan Usaha Milik Negara(BUMN).
c. Koperasi yaitu perusahaan yang modalnya dimiliki dari simbangan/iuran dari

8
anggota kongsi di Koperasi.

3. Aspek status hukum antara lain :


a. Perusahaan bukan badan hukum
b. Perusahaan badan hukum perorangan
c. Perusahaan badan hukum persekutuan

Bentuk Hukum Perusahaan

1. Perusahaan Perseorangan/Perorangan

a. Tidak diatur dalam KUHD(Kitab Undang-Undang Hukum Dagang), dan


merupakan perusahaan yang bukan badan hukum(hubungan hukum terhadap
pihak ketiga, serta berakhirnya perusahaan terletak/tergantung kepada
pengusaha) dan kegiatan usaha ini adalah :
a.1. Perdagangan (toko serba ada)
a.2. Jasa (biro konsultan, bengkel dll)
a.3. Produksi (konfeksi)

b. Syarat pendirian usaha adalah sebagai berikut :


b.1. SIUP(Surat Ijin Usaha Perdagangan)
b.2. Domisili
b.3. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
b.4. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

2. Perusahaan bentuk Firma(Fa)

a. Perusahaan jenis ini diatur dalam KUHD(Kitab Undang-Undang Hukum


Dagang) pasal 16 “Yang dimaksud dengan Firma adalah tiap-tiap
perserikatan yang didirikan untuk menjalankan sesuatu perusahaan
dibawah satu nama bersama” ,
Kegiatan ini sama dengan usaha perorangan namun perusahaan ini didirikan
dengan adanya perserikatan kerjasama atas nama 2 orang/lebih persero, tanggung
jawab keluar dan kedalam perusahaan terletak pada masing-masing serikat secara
pribadi.

b. Pendiriannya diatur diatur dalam Pasal 22 KUHD :


“Tiap-tiap perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik”
Maksud akta otentik adalah harus dibuat dan disahkan oleh Notaris serta
pembubarannya harus dengan akta otentik pula.

c. Syarat pendirian perusahaan firma adalah sebagai berikut :


c.1. Akte pendirian yang dibuat oleh Notaris dengan jumlah persero 2 orang
atau lebih.

9
c.2. Akte pendirian tersebut diumumkan dalam lembaran Negara dan didaftarkan
di panitera pengadilan negeri dimana domisili perusahaan.
c.3. SIUP(Surat Ijin Usaha Perdagangan)
c.4. Domisili
c.5. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
c.6. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

d. Tanggung jawab persero berdasarkan ketentuan perundang-undangan adalah


sebagai berikut :
d.1. Ditentukan secara jelas dalam akte pendirian, siapa sekutu yang akan
menjalankan usaha.
d.2. Bisa semua sekutu sekutu sepanjang tidak diatur dalam akte
d.3. Kekuasaan tertinggi terletak pada sekutu
d.4. Semua sekutu berhak mengontrol keuangan/pembukuan firma
d.5. Penggantian sekutu dapat dilakukan apabila diatur dalam akte
d.6. Dapat mengugat sebagai kreditur

e. Hubungan hukum terhadap pihak ketiga adalah sebagai berikut :


e.1. Setiap sekutu dapat dituntut di pengadilan
e.2. Setiap sekutu dapat mengikat perjanjian di firma
e.3. Setiap kewajiban firma menjadi tanggung jawab pribadi-pribadi sekutu

f. Berakhirnya suatu kegiatan perusahaan jenis firma adalah sebagai berikut :


f.1. Ditentukan dalam akte pendirian
f.2. Diakhiri sebelum waktunya dengan akte notaries
f.3. Dibubarkan berdasarkan ketetapan pengadilan, dengan menyelesaikan
kewajiban-kewajiban terlebih dahulu.

g. Penyelesain yang telah dilakukan oleh persero dalam memenuhi kewajibannya


maka kelebihan daripada asset yang telah dijual itu atas telah berakhirnya firma
dibagi sekutu sebagai warisan menurut Pasal 1652 KUHPerdata

3. Perseroan Komanditer (CV)

a. Pengertiannya tercantum dalam Pasal 19 KUHD :


“Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga
perseroan komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang
persero yang bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk keseluruhannya
dan satu orang atau lebih sebagai pemberi peminjam uang”

Maksud tanggung jawab secara tanggung renteng adalah :


Persero tersebut bukan hanya bertanggung jawab secara modal yang telah
dipinjamkan / disetorkan, akan tetapi bertanggung jawab terhadap seluruh
kewajiban daripada perusahaan apabila dilikwidasi(pailit).
Disebut juga persero aktif/sekutu komplimenter

10
Maksud persero peminjam/diam adalah :
Persero tersebut tidak ikut campur dalam kegiatan perusahaan dan persero
tersebut hanya bertanggung jawab hanya sebatas uang yang dipinjamkan
/disetorkan.
Disebut juga persero pasif/sekutu komanditer.

b. Pasal 1337 KUHPerdata :


Disebut juga sebagai komanditer terang-terangan karena perseron komanditer
dapat dibentuk dalam bentuk saham-saham/sero
Namun status perusahaan adalah bukan berbadan hukum.

c. Kita melihat adanya kesepakatan bersama antara para pihak dalam suatu
perserikatan oleh karena itu perusahaan ini disebut sebagai suatu perusahaan
bentuk “perjanjian” dengan demikian apabila terjadi sengketa akan
diselesaikan melalui pengadilan negeri dimana domisili perusahaan berdasarkan
“Hukum Acara Perdata”

d. Syarat pendirian Perseroan Komanditer adalah sebagai berikut :


d.1. Akte pendirian yang dibuat oleh Notaris
d.2. Akte tersebut wajib didaftarkan panitera pengadilan negeri
d.3. Akte pendirian tersebut diumumkan dalam Lembaran Negara
d.4. Domisili/Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)
d.5. SIUP(Surat Ijin Usaha Perdagangan)
d.6. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
d.7. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak

e. Hubungan hukum dan tanggung jawab :


e.1. Hubungan hukum kedalam
e.1.1. hubungan antara sesama sekutu komplementer sama dengan firma
e.1.2. hubungan hukum sekutu komplementer dengan sekutu komanditer
diatur dalam pasal 1624 KUHPerdata
e.1.3. pembagian keuntungan diatur dalam pasal 1633
KuHperdata”pembagian keuntungan ditentukan sesuai dalam anggaran
dasar dan pasal 1634 KUHPerdata.
e.1.4. tanggung jawab sesuai dengan status dari sekutu (aktif/pasif)
e.2 .Hubungan hukum keluar :
Yang dapat melakukan hubungan hukum dengan pihak luar(pihak ketiga)
hanyalah sekutu komplimenter(persero aktif)

f. Berakhirnya perkutuan komanditer diatur dalam pasal 31 KUHD :


f.1. Ditentukan dalam akte pendirian
f.2. Pengundurran diri dan pemberhentian sekutu, sebelum habis jangka waktu
persekutuan

11
f.3. Adanya perubahan akte(harus dengan akte otentik dan didaftarkan di panitia
pengadilan negeri, apabila tidak diatur dalam akte pendirian maka mengacu
pada pasal 1633 s/d pasal 1635 KUHPerdata).

12
BAB IV
ASPEK HUKUM PERSEROAN TERBATAS

Sebelum tahun 1960 di Indonesia pembatasan mengenai jenis perseroan dibagi


atas 2 garis besar :

1. Perusahaan Swasta diatur dalam pasl 36 s/d 56 KUHD.


2. Perusahaan Negara :
a. Perusahaan-perusahaan IBW(Indonesiche Bidrijven) yaitu perusahaan yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
Contoh : Jawatan Pegadaian, Percetakan Negara, Jawatan Kereta Api, Pusat
Perkebunan Negara
b. Perusahaan-perusahaan ICW(Indonesiche Comptabilities Wet/UU
Perbendaraan Negara) yaitu perusahaan yang didirikan dalam rangka
memenuhi ketentuan perbendaharaan Negara, dimana modal perusahaan ini
dibebankan dalam Anggaran Belanja Departemen.
Contoh : Penerbit Balai Pustaka, Perusahaan Listrik Negara, Perusahaan Air
Minum, Percetakan Negara.
c. Perusahaan berdasarkan Undang-Undang tertentu yaitu Badan Usaha yang
ditunjuk Negara berdasarkan Undang-Undang sendiri.
Contoh : - Perusahaan yang dibentuk Bank Industri Negara(PT. Natour,
PT.Perusahaan Tinta Cetak Tjemani, PT. Pabrik Kertas Blabak)
- Perusahaan asing yang dinasionalisasi(perusahaan perkebunan yang
dikelola Belanda, Perusahaan farmasi yang dikelola oleh Belanda).
d. Perusahaan Negara yang berdasarkan hukum perdata, yaitu perusahaan
perseroan yang tunduk pada KUHD.
Contoh : PT. Angkasa Pura, PT. Pelabuhan
e. Usaha-usaha yang modalnya pemerintah dan dijalankan oleh yayasan
Contoh : Yayasan Motor, Yayasan Lektur(Depdiknas), Yayasan
Prapanca(Deppen)

Undang-Undang mengenai PT(Perseroan Terbatas) terdapat dalam UU No. 1


Tahun 1995 yang telah diajukan oleh pemerintah ke DPR yang kemudian disetujui dan
disahkan oleh Presiden, namun terjadi perubahan menjadi UU No. 40 Tahun 2007.

1. Pengertian PT (Perseroan Terbatas) terdapat dalam pasal 1 UU No. 40 Tahun 2007:


“badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU ini
serta peraturan pelaksanaannya.

2. Unsur-unsur dari pada perseroan terbatas antara lain :


a. Adanya organisasi yang teratur dan pimpin oleh pengurusnya/direksi

13
b. Adanya harta kekayaan sendiri, yang terpisah dari harta kekayaan
anggotanya/persero.
c. Dapat melakukan hubungan hukum sendiri dengan pihak ketiga yang diwakili
pengurusnya/direksi.
d. Ada mempuyai tujuan sendiri yang jelas yang dibuktikan dalam akta otentik.
e. Ada pembatasan-pembatasan wewenang dari pengurus.

3. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, kegiatan daripada PT dapat diuraikan


sebagai berikut :
a. Kegiatan dibidang perdagangan
b. Kegiatan dibidang jasa(agent, komisioner)
c. Industri pabrikasi maupun pariwisata
d. Perbankan atau lembaga pembiayaa keuangan

4. Syarat pendirian Perseroa Terbatas adalah sebagai berikut :

a. Perseroan didirikan oleh 2 orang / lebih dengan Akte Notaris yang dibuat dalam
bahasa Indonesia.
b. Perseroan harus mendapat pengesahan dari Mentri Kehakiman sebagai badan
hukum
c. Perseroan tersebut didaftarkan di Pengadilan Negeri
d. Akte pendirian tersebut diumumkan dalam Berita Negara dan dicetak berupa buku
Sebagai Lembaran Negara.
e. Perseroan tersebut didirikan dengan penyetoran modal dan dibagi dalam bentuk
saham-saham.
f. Domisili/Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)
g. SIUP(Surat Ijin Usaha Perdagangan)
h. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
i. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak

PERMODALAN DAN KEKAYAAN PERSEROAN

1. Modal Perseroan adalah


Merupakan batas maksimum dana yang dapat diterima dalam perseroan untuk
digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan laba/penghasilan perseroan dan juga
digunakan untuk menanggung kerugian yang timbul akibat menjalankan
perusahaan.

a. Modal Perseroan dapat dibedakan sebagai berikut :


a.1. Modal Dasar Perseroan(authorized capital) yaitu keseluruhan modal yang
tertera dalam akta notaris, yang terdiri atas seluruh nilai nominal saham.
a.2. Modal yang ditempatkan yaitu modal yang telah disisihkan dari modal dasar
berupa :
a.2.1. Modal disetor penuh oleh pemegang saham
a.2.2. Modal yang disetor sebagian dari modal ditempatkan
a.3. Modal yang diperjual belikan dalam pasar modal yaitu modal yang diterima

14
dari perseroan terbuka atas penjualan saham.
a.4. Modal Cadangan yaitu modal yang diterima perseroan dari penyisihan laba
perseroan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham.

b. Modal Dasar Pendirian PT sesuai dengan UU No. 40 th 2007 pasal 32 ayat (1)
“ Modal Dasar Perseroan paling sedikit Rp. 50.000.000,00

c. UU No. 40 th 2007 pasal 33 ayat (1) Paling sedikit 25 % dan modal


sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 harus disetorkan secara penuh.

2. Pendaftaran/pengesahan Perseroan:

a. Pasal 7 ayat (4) UU No. 40 th 2007 : “ Perseroan memperoleh status badan


hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Mentri mengenai pengesahan
badan hukum perseroan”

b. Pasal 14 ayat (1) UU No. 40 th 2007 : “Perbuatan hukum atas nama Perseroan
yang belum memperoleh status badan hukum, hanya boleh dilakukan oleh
semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota Dewan
Komisaris Perseroan dan mereka semua bertanggung jawab secara tanggung
renteng atas perbuatan hukum tersebut”.

b. Pasal 10 ayat (1) UU No. 1 th 2007 : “Permohonan untuk memperoleh Keputusan


Mentri dimaksud pasal 9 ayat (1) harus diajukan ke Mentri paling lama 60
hari terhitung sejak akta pendirian ditandatangani, dilengkapi keterangan
mengenai dokumen pendukung.

3. Alasan-alasan mendasar kenapa pengusaha memilih PT adalah sebagai berikut :

a. Status badan hukum


b. Perseroan mempuyai organisasi sendiri
c. Dapat memasukkan modal asing dalam rangka joint operation
d. Management dengan system pengawasan
e. Tanggung jawab terbatas
Pasal 3 ayat (1) UU No. 40 th 2007 :”Pemegang saham Perseroan tidak
bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat ats nama Perseroan
dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang
dimilikinya.
f. Dalam hal Perseroan Terbuka dapat menjual sahamnya di pasar modal
g. Terbebas dari harta pribadi pemiliknya
h. Dapat berusaha dibidang perbankan dan pembiayaan
i. Pengembangan sebagai holding company
j. Perlindungan modal perseroan dan kekayaan.

15
ORGANISASI DALAM PERSEROAN TERBATAS

DIREKSI :

1. Pasal 92 ayat (1) UU No. 40 th 2007 : “Direksi menjalankan pengurusan


Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan”

2. Pasal 94 ayat (1) UU No. 40 th 2007 : “ Anggota Direksi diangkat oleh RUPS”,
ayat (2) “Untuk pertama kalinya pengangkatan anggota Direksi dilakukan oleh
pendiri dalam akta pendirian dan ayat (3) Anggota Diresksi diangkat untuk
jangka waktu tertentu dan diangkat kembali.

3. Pasal 93 ayat (1) UU No. 40 th 2007 :Yang dapat diangkat menjadi anggota
Direksi adalah orang persorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum,
kecuali dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatan :
a. Dinyatakan pailit
b. Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang bersalah
menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit
c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan
Negara dan/atau yang berkaitan dengan sector keuangan.

4. Kewajiban Direksi :
a. Pasal 100 ayat (1) :
a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah
rapat Direksi
b. Membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan
dokumen keuangan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam UU tentang
dokumen perusahaan
c. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan Perseroan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b dokumen Perseroan lainnya.

b. Pasal 101 ayat :


(1) Anggota Direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham
yang dimiliki anggota Diresksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya
dalam Perseroan dan Perseroan lain untuk selanjutnya dalam daftar
khusus.
(2) Anggota Direksi yang tidak melaksanakan kewajiban sebagimana
dimaksud ayat (1) dan menimbulkan kerugian Perseroan, bertanggung
jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan tersebut.

c. Pasal 103 ayat :


(1) Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk : a. Mengalihkan
kekayaan Perseroan atau b. Menjadikan jaminan utang kekayaan

16
Perseroan yang merupakan lebih dari 50 % jumlah kekayaan bersih
Perseroan dalam 1 transaksi/lebih, baik yang berkaitan satu sama lain
maupun tidak.

5. Pemberhentian Direksi

a. Pasal 105 ayat


(1) Anggota Direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan
keputusan RUPS dengan menyebutkan alasanya.
(2) Keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diambil setelah yang bersangkutan diberi
kesempatan untuk membela diri dalam RUPS.

b. Pasal 106 ayat


(1) Anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh Dewan
Komisaris dengan menyebutkan alasannya.
(2) Pemberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberitahukan secara tertulis kepada anggota Direksi yang bersangkutan.

c. Pasal 107
Dalam anggaran dasar diatur ketentuan mengenai :
a. tata cara pengunduran diri anggota Direksi
b. tata cara pengisian jabatan anggota Direksi yang lowong dan
c. pihak yang berwenang menjalankan pengurusan dan mewakili
Perseroan dalam hal seluruh anggota Direksi berhalangan atau
diberhentikan untuk sementara.

DEWAN KOMISARIS

1. Pasal 108 ayat (1) UU No. 40 th 2007 : “Dewan Komisaris melakukan


pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan dan memberi
nasihat kepada Direksi”

2. Pasal 111 ayat (1) UU No. 40 th 2007 : “Dewan Komisaris diangkat oleh
RUPS”, ayat (2) “Untuk pertama kalinya pengangkatan dewan komisaris oleh
pendiri dalam akta pendirian sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (2) huruf b.

3. Pasal 110 ayat (1) UU No. 40 th 2007 :Yang dapat diangkat menjadi anggota
Dewan komisaris adalah orang persorangan yang cakap melakukan
perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatan :
a. Dinyatakan pailit
b. Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang bersalah
menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit
c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan
Negara dan/atau yang berkaitan dengan sector keuangan.

17
4. Kewajiban Dewan Komisaris :
Pasal 116 ayat (1) :
a. Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya
b. Melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau
keluarganya pada Perseroan lain
c. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan
selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.

5. Pemberhentian Dewan Komisaris :


Pasal 111 ayat (4) : “Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan,
pengantian dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris serta dapat juga
mengatur tentang pencalonan anggota Dewan Komisaris”.

BERAKHIRNYA PERSEROAN TERBATAS

Pasal 142 ayat (1) UU No. 40 th 2007 adalah :


a. Berdasarkan keputusan RUPS
b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir
c. Berdasarkan penetapan pengadilan
d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan tata niaga yang
telah mempuyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk
membiayai kepailitan
e. Karena harta pailir Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan
insolvensi(insolvent/keadaan bangrut) sebagimana diatur daam UU tentang
kepailitan dan peundaan kewajiban pembayaran hutang atau
f. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan
melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

18
BAB V
ASPEK HUKUM PENDAFTARAN PERUSAHAAN

Sebagaimana telah kita jelaskan dalam perkuliahan sebelumnya, bahwa tujuan


daripada adanya bentuk hukum perusahaan antara lain, untuk menjamin adanya kepastian
hukum dalam berusaha, menjalankan usaha dengan ijin yang dimiliki dan kewajiban
untuk membayar terhadap Negara.
Untuk tujuan tersebut pemerintah telah membuat Undang-Undang yang mewajibkan
setiap perusahaan atau kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia untuk mendaftarkan
perusahaan serta kegiatan apa yang dilakukan yaitu Undang-Undang No. 3 Tahun 1982
tentang “Wajib Daftar Perusahaan” sebagai landasan hukum dan peraturan lainnya
sebagai landasan pelaksanaannya yaitu Keputusan Mentri Perdagangan :

1. No. 285/KEP/II/85 tentang Pejabat Penyelenggara Wajib Daftar Perusahaan

2. No. 286/KEP/II/85 tentang Penetapan Tarif Biaya Administrasi Wajib Daftar


Perusahaan

3. No. 288/KEP/II/85 tentang hal-hal yang wajib didaftarkan, khusus bagi Perseroan
Terbatas yang sudah Go Publik/Terbuka

PENDAFTARAN PERUSAHAAN

Untuk lebih menegtahui lebih jelas apa dan bagaimana maksud dan tujuan
pendaftaran perusahaan, ada baiknya dijelaskan dan dikutip terlebih dahulu beberapa
peristilahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 UWDP(Undang-Undang Wajib Daftar
Perusahaan) yang berbunyi sebagai berikut :
1. Usaha adalah setiap tindakan, perbutan atau kegiatan apapun dalam bidang
perekonomian yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh
keuntungan/laba.

2. Pengusaha adalah setiap orang perseroan atau persekutuan ataua badan hukum
yang menjalankan sesuatu jenis usaha.

3. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap terus-menerus dan didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam
wilayah Negara Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba

4. Daftar Perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau
didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disyahkan oleh Pejabat yang berwenang
di Kantor Pendaftaran Perusahaan.

19
5. Wajib Daftar Perusahaan adalah kewajiban setiap pengusaha untuk mendaftarkan
perusahaannya secara resmi menurut perundang-undangan pada kantor
pendaftaran perusahaan.

Wajb Daftar Perusahaan terdapat dalam Pasal 5 ayat (1) yaitu :


“Semua jenis usaha yang bentuk hukumnya merupakan “badan hukum” dan “bukan
badan hukum” termasuk bentuk hukum”koperasi” yang melakukan kegiatan usaha di
wilayah Indonesia termasuk perusahaan asing maupun joint operation merupakan
“representative office” namun dapat melakukan kegiatan ekonomi.

Usaha yang wajib didaftarkan adalah :


1. Kantor Pusat
2. Kantor Cabang
3. Cabang Pembantu
4. Anak Perusahaan
5. Agen
6. Atau yang sifatnya menghasilkan laba dalam arti luas

Pengecualian berdasarkan kewajiban pendaftaran perusahaan :


Pasal 6 diberikan kepada perusahaan yang diatur menurut IBW(Indonesische Bedrijn
Wet) seperti : Perusahaan Jawatan yang sifatnya bukan mencari laba dan
Perusahaan Pribadi

Yang diwajibkan untuk melaksanakan pendaftaran ini dapat kita uraikan sebagai berikut :

1. Perusahaan “Badan Hukum” dilakukan seperti P.T atau Koperasi oleh


Pengurus/Direksi

2. Perusahaan “bukan badan hukum” seperti : Fa, CV oleh sekutu aktif

3. Perusahaan pribadi dilakukan oleh Pemilik

4. Perusahaan Representative dilakukan oleh Penanggung jawabnya

Apa saja yang wajib didaftarkan dalam Pasal 11~16 UWDP(Undang-Undang


Wajub Daftar Perusahaan) :

1. Nama perusahaan
2. Merek perusahaan
3. Tanggal pendirian
4. Jangka waktu berdirinya
5. Kegiatan pokok dan kegiatan lainnya
6. Ijin Usaha yang dimiliki
7. Alamat pendirian dan perubahan
8. Alamat kantor cabang, pembantu dan agen

20
9. Keterangan lengkap mengenai pengurus, sekutu & pemilik
10. Kegiatan pengurus dibidang lainnya
11. Keterangan tentang permodalan
12. Tanggal mulai melakukan usaha
13. Tanggal mengajukan pendaftaran
14. Tanggal pengesahan “badan hukum”
15. Salinan akte pendirian yang sudah disyahkan
16. Keterangan mengenai pemegang saham & sekutu aktif

Tujuan Pendaftaran perusahaan sebagai berikut :

1. Melindungi perusahaan yang jujur,


Maksudnya bahwa setiap perusahaan yang menjalankan usahanya dengan jujur
dan terbuka, dilindungi dari perbuatan perusahaan yang melakukan kecurangan
seperti : pemalsuan, penyelewengan, penyeludupan, untuk menghindari kerugian
dan kelangsungan usaha.

2. Melindungi masyarakat atau konsumen,


Maksudnya bahwa dengan pendaftaran ini dapat dicegah perusahaan yang tidak
jujur dan insolvable yang merugikan masyarakat/konsumen, karena pendaftaran
ini bersifat terbuka untuk semua pihak.

3. Perkembangan dunia usaha,


Maksudnya bahwa dengan pendaftaran ini dapat diketahui seberapa banyak
perusahaan yang didirikan, jenis kegiatannya, bentuk hukumnya, berkedudukan di
Indonesia, sehingga pemerintah dapat mengetahui perkembangan dan atisipasi
kedepan

4. Memudahkan pembinaan, pengarahan, pengawasan,


Maksudnya dengan pendaftaran ini mempermudah pemerintah melakukan
pembinaan, pengarahan dan pengawasan dan menciptakan iklim dunia usaha yang
sehat serta menjamin perkembangan dan kepastian hukum.

Penyelenggara Pendaftaran perusahaan :

1. Ditingkat Pusat adalah Direktorat Jenderal Perdagangan dalam negeri dan


bertanggung jawab kepada Mentri

2. Ditingkat Daerah Tingkat I adalah kepala kantor wilayah, masing-masing dan


bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

3. Ditingkat II Kabupaten/Walikota adalah Kepala Kantor Perdagangan yang


bertanggung jawab adalah Kepala Kantor Wilayah masing-masing

Syarat paling utama harus dimiliki oleh pemilik/pegurus dalam mendaftarkan betuk
hukumnya :

21
1. Salinan resmi akta pendirian perusahaan, yang termasuk badan hukum, harus
telah mendapat pengesahan mentri kehakiman

2. Surat ijin usaha yang dikeluarkan instansi berwenang

3. Membayar biaya administrasi pendaftaran

Penghapusan dan pembatalan sesuai dengan UU No. 3 tahun 1982 adalah sebagai
berikut :

1. Perusahaan menghentikan kegiatannya

2. Perusahaan dihentikan karena putusan pengadilan


a. Pailit
b. Dipailitkan

3. Dibatalkan karena melakukan kegiatan usaha secara curang dan tidak sesuai
dengan ijin yang dimiliki.

Penghapusan dari daftar perusahaan karena alasan sebagaimana tersebut diatas, harus
dilaporkan kepada kantor pendaftaran dengan memberikan data akta perubahan, dengan
sanksi bagi yang tidak melaksanakannya setelah diperingatkan yaitu merupakan sanksi
anacaman pidana ekonomi dengan kurungan 2 bulan atau membayar denda setinggi-
tingginya Rp. 1.000.000,-. Sementara itu tentang pembataln, maka pemilik atau
pengusaha dapat mengajukan keberatan menteri dan menuntut melalui Pengadilan
dimana domisilinya berada.

Keberatan Pihak Ketiga


Bahwa oleh karea sifat daripada pendaftaran perusahaan ini adalah terbuka bagi semua
pihak, maka pihak ketiga dapat mengajukan keberatan terhadap Mentri atas pendaftaran
perusahaan dengan memberi alas an yang jelas dan bukti-bukti otentik dan atau
mengajukan gugatan melalui Pengadilan negeri dimana domisili perusahaan berada.

22
BAB VI
ASPEK HUKUM TENTANG PERIKATAN

Salah satu usaha kegiatan menjalankan perusahaan atau perdagangan dalam


pengertian hukum ekonomi bertindak keluar yaitu melakukan atau mengikat perjanjian
dengan pihak ketiga untuk mendapatkan penghasilan atau laba.

Pasal 1313 KUHPerdata memberikan definisi perjanjian :


“Sebagai suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana 2 orang
itu saling berjanji untk melaksanakan suatu hal”.

Perjanjian menerbitkan suatu perikatan antara 2 orang yang membuatnya, dalam bentuk
perjanjian itu berupa suatu rangkaian yang mengandung janji-janji atau kesangupan yang
diucapkan atau ditulis sebagai alat bukti bagi para pihak.

Perikatan adalah
Suatu hubungan antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu
berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain dan pihak yang lainnya berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan.

Dalam melakukan perikatan perlu untuk diperhatikan apakah para pihak sebagai
“badan hukum” persekutuan dan atau perseorangan”. Apabila akan melakukan perikatan
adalah badan hukum, maka badan hukum tersebutlah yang melakukannya dengan
diwakili “pengurus atau direksi”, sedangkan apabila yang akan melakukan perikatan
bukan badan hukum(persekutuan), maka pengurus atau direksilah yang melakukan
bertindak atas nama.

Contoh :

1. PT. Berkah Sejahtera dalam hal ini diwakili Direkturnya Fariz, berdasarkan akte
notaris Mansur.SH No. 7 tertanggal 08 Maret 2000, selanjutnya disebut pihak
Pertama

2. Rudi Wijaya, dalam hal ini bertindak atas nama CV. Makmur Sejati, dalam
jabatan selaku Direktur, berdasarkan akte notaris Mirna Megawati,SH No. 2
tertanggal 07 Januari 1997, selanjutnya disebut pihak Kedua.

Dari kedua contoh diatas dapat kita lihat siapa yang bertanggug jawab atas siapa menurut
hukum dan oleh karenanya dapat pula diketahui siapa yang dapat menuntut dan siapa
yang dapat dituntut menurut hukum. Menurut hukum pihak-pihak yang melakukan suatu
perikatan disebut “PERJANJIAN”.

23
PENGERTIAN DAN SUMBER HUKUM

Pemahaman atas perikatan sangatlah penting bagi siapa saja terlebih bagi pelaku
ekonomi dan calon ekonom, Karen hal ini selalu dan secara terus-menerus akan ditemui
kapan saja, oleh karena itu perlu diingatkan agar difahami definisi dari perikatan degan
baik.

Definisi Perikatan terdapat dalam Buku ke III KUHPerdata sebagai berikut :


“Suatu hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaaan antara dua orang atau lebih
dimana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu”.

Definisi tersebut terlihat ada suatu akibat hukum dari suatu perjanjian(sifat memaksa)

Dari definisi diatas dapat dilihat 2 hal, yaitu adanya suatu yang menjadi subyek sebagian
lagi menunjuk obyek yaitu :

1. Subyek-subyek yaitu adanya hubngan hukum antara orang-orang tertentu yaitu


kreditur dan debitur

2. Obyeknya adalah adanya suatu prestasi, dimana kreditur berhak atas sesuatu
prestasi dan debitur berkewajiban atas suatu prestasi.

Untuk sahnya suatu perikatan diperlukan syarat-syarat yaitu :

1. Obyeknya harus tertentu, syarat ini diperlukan hanya terhadap perikatan yang
timbul karena perjanjian

2. Obyeknya harus diperbolehkan, syarat ini berarti perikatan harus tidak


berkepentingan

3. Obyeknya dapat dinilai dengan uang, yaitu perikatan yang ada hubungannya
dengan harta kekayaan

4. Obyeknya harus mungkin, maksudnya bahwa orang tidak mungkin melakukan


perikatan terhadap obyek yang tidak ada.

24
Sumber-sumber perikatan :

Perikatan
Pasal 1233

Perjanjian Undang-Undang
Pasal 1313 Pasal 1352

Undang-Undang & Undang-Undang


Perbuatan manusia Pasal 104 jo 625
Pasal 1353

Perbuatan yang Perbuatan yang


Menurut hukum melawan hukum
Pasal 1354 jo 1359 Pasal 1365

Berdasarkan data skema tersebut dapat dilihat bahwa sumber hukum perikatan
pada umumnya terdiri yaitu Perjanjian dan Undang-Undang, dimana dari undang-undang
bisa timbul undang-undang dan perbuatan manusia, selanjutnya daripada itu perbuatan
manusia terbagi lagi, perbuatan yang menurut hukum dan perbuatan yang melawan
hukum.
Dari sumber perikatan ini dapat dijelaskan bahwa perikatan yang timbul karena
perjanjian adalah disebabkan oleh karena kehendak dari para pihak, sedangkan perikatan
yang timbul dari undang-undang adalah karena memang ada peraturan perundang-
undangan. Diluar dari sumber tersebut masih ada lagi sumber lainnya yaitu kesusilaan
dan kepatutan(Moral dn fatsoen), menimbulkan perikatan wajar, Legaat(Hibah dan
wasiat), penawaran dan keputusan hakim.

KESALAHAN

Sebagaimana telah dijelaskan dimuka bahwa mngenai perikatan ada suatu prestasi
yang diterima(Kreditur) dan ada prestasi yang diberi(Debitur). Apabila si Debitur tidak
dapat memberikan prestasi yang merupakan kewajibannya, maka dapatlah dikatakan ada

25
kesalahan yang dalam istilah hukum disebut”Wanprestasi”, dan kalau bukan
wanprestasi disebut”Keadaan memaksa/Force Majeure.
Untuk dapat dikatakan debitur wanprestasi kita harus jeli mengamatinya, ada juga
kelalaian yaitu tidak mengetahui tetapi ada kemungkinan terjadi. Untuk itu pada saat ini
diterangkan bentuk daripada wanprestasi(cidera janji/ingkar janji) adalah :

1. Debitur tidak memnui prestasi sama sekali


2. Debutur lambat dalam memenuhi prestasi
3. Debitur berprestasi tidak sebagaimana mestinya

Perbuatan daripada debitur yang wanprestasi tentu membawa akibat kerugian bagi
debitur, baik kerugian materiil yaitu hal-hal yang pokok dan juga kerugian immaterial
yaitu stress, lelah, jangka waktu yang mundur dan wibawa, yang dalam hal ini tentu
menurut hukum dapat dimintakan kepada si Debitur denga cara pernyataan
lalai(ingebreketstelling, somasi) maupun dengan cara paksa mengugat melalui
pengadilan.

Akibat daripada wanprestasi dapat diuraikan secara garis besar sebagai berikut :
1. Menganti kerugian
2. Benda yang dijadikan obyek menjadi tanggung jawab debitur
3. Jika perikatan timbul dari perjanjian timbale balik, maka perjanjian dapat
dibatalkan

Dengan demikian akibat wanprestasi terhadap Kreditur, Kreditur dapat menuntut :

1. Pembatalan/pemutusan perjanjian
2. Pemenuhan perjanjian
3. Penggantian kerugian
4. Pembatalan dan kerugian
5. Pemenuhan dan pengganti kerugian

Khusus mengenai perikatan akibat dari transaksi jual beli terjadinya suatu
wanprestasi, tidaklah secara otomatis dapat dilakukan tuntutan kerugian, karena
pemenuhan akan pengiriman suatu barang misalnya membutuhkan waktu yang cukup,
atau pembayaran yang diakibatkan suatu kontrak misalnya perlu mengikuti waktu
birokrasi di instansi.
Untuk memenuhi kewajiban Debitur dalam hal ini dilakukan upaya pernyataan lalai
diatas ”ingebrekenstalling, somasi” yang dapat diajukan sebagai bukti dasar tuntutan
adanya kelalaian si Debitur.
Tuntutan terhadap kerugian immaterial biasanya dibebankan akibat adanya perbuatan
melawan hukum(Pasal 1365 KUHPerdata) dan untuk menentukan adanya kerugian
Kreditur, Kreditur harus dapat membuktikan secara hukum bahwa Kreditur benar-benar
telah mengalami kerugian.

JENIS-JENIS PERIKATAN

26
Sebagai bahan pegangan bahwa ada baiknya kita sampaikan catatan jenis-jenis perikatan
antara lain :

1. Perikatan Perdata(Civile verbinteis) yaitu prestasinya dapat digugat dimuka


pengadilan
2. Perikatan Wajar(Natuurlijke verbintenis) yaitu prestasinya dapat dituntut dimuka
pengadilan
3. Perikatan yang dapat dibagi-bagi
4. Perikatan yang tidak dapat dibagi-bagi
5. Perikatan yang principal yaitu perikatan yang pokok
6. Perikatan yang accessoir yaitu perikatan tambahan
7. Perikatan yang spesifik, prestasinya ditentukan satu persatu
8. Perikatan yang generik yaitu prestasinya ditentukan menurut jenis
9. Perikatan yang sederhana
10. Perikatan yang berlipat ganda

PERIKATAN YANG LAHIR DARI PERJANJIAN

Setelah pembahasan mengenai sumber hukum perikatan, yang telah digambarkan


dalam suatu sistematika yang ringkas, kita mencoba membahas tentang perikatan yang
lahir dari perjanjian. Perikatan perjanjian dapat dilihat dalam KUHPerdata pasal 1313,
yang berbunyi sebagai berikut :

“Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih,
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

Dari pengertian ini menurut saya ada kelemahan, karena tidak secara jelas terlihat
keseimbangan antara hak-hak dan kewajiban orang-orang dimaksud yang membuat
perikatan.
Perbuatan dapat ditafsirkan punya pengertian yang sangat luas, demikian juga satu orang,
mengikatkan dirinya terhadap orang lain, menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara
para pihak sebagaimana antara pihak sebagaimana yang diharapkan undang-undang.
Mengacu kepada adanya keseimbangan hukum dari orang(pihak yang melakukan
perjanjian, maka menurut hemat saya dapatlah definisi Perjanjian adalah :

“Perbuatan hukum yang secara formal terikat kepada peraturan-peraturan hukum


yang ada, sesuai pernyataan para pihak dan dapat menimbulkan akibat hukum
secara imbal balik bagi kepentingan salah satu pihak atas masing-masing”.

Dari pengertian ini, apabila kita membuat suatu perjanjian, perlu ketelitian dan
kecermatan dimana perjanjian tersebut disusun sesuai dengan kebiasaan dan supaya tidak
bertentangan dengan hukum.

Dari ulasan diatas, dapatlah dibuat suatu analisa bahwa perjanjian ini berlaku untuk :
1. Para pihak yang membuat perjanjian
2. Para ahli waris dan mereka yang memperolah hak

27
3. Berlaku juga bagi para pihak ketiga

SAHNYA SUATU PERJANJIAN


Agar dapat kedudukan hukum yang sama dalam hukum, maka kita coba melihat
bagaimana syarat-syarat sahnya suatu perjanjian. Hal ini dapat kita lihat dalam Pasal
1320 KUHPerdata, antara lain :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Sesuatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal

Maksud kesepakatan dalam hal ini yaitu adanya niat kehendak para pihak yang
bersesuaian satu sama lain, yang terjadi karena adanya penawaran dan penerimaan yang
saling berhubungan yaitu subyek dan obyek hukum. Untuk sahnya perjanjian ini, agar
supaya dapat dijalankan harus memperhatikan bahwa ini dilakukan oleh pihak yang dapat
bertindak dalam hukum yaitu buka sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1330
KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikut :

Tak cakap untuk membuat persetujuan-persetujuan adalah :


1. Orang-orang yang belum dewasa
2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan
3. Orang-orang perempuan, dalam hal ini ditetapkan dalam undang-undang

Wanita tidak cakap melakukan perbuatan hukum menurut Surat Edaran Mahkamah
Agung No. 3 tahun 1963

Orang belum dewasa menurut Pasal 330 KUHPerdata adalah :


“Orang yang berumur dibawah 21 tahun dan belum menikah”

Orang belum dewasa menurut UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan :


“Umur yang belum dewasa adalah dibawah 21 tahun dan belum menikah”
Apabila menikah dibawah umur 21 tahun misalnya : si pria berumur 19 tahun dan si
wanita berumur 16 tahun, maka harus mendapat ijin dari yang berwenang.

AKIBAT SUATU PERJANJIAN


Suatu perjanjian itu harus mempuyai sebab dan apabila tidak maka perjanjian itu
batal. Dan sebab itu sendiri harus halal, artinya tujuan dari perjanjian tidak bertentangan
dengan hukum.
Dengan telah dipenuinya syarat-syarat yang diinginkan undang-undang dalam perjanjian,
maka dapat dikatakan perjanjian telah dibuat secara syah menurut hukum dan mengikat
para pihak yang membuatnya.Perlu diingatkan bahwa orang-orang yang ingin melakukan
perjanjian, diperbolehkan menyimpang dari peraturan perundang-undangan dengan alas
an hukum yaitu “kebebasan berkontrak” yang menurut pasal 1338 KUHPerdata

28
dinyatakan bahwa “Semua persetujuan yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya.

Maksud kebebasan berkontrak adalah merupakan hak azasi manusia. Sementara


itu maksud daripada Pasal 1338 KUPerdata itu adalah menginginkan perjanjian yang
dibuat kedua belah pihak(para pihak) harus dilaksanakan dengan iktikad baik(pasal
1338 ayat 3 KUHPerdata) dengan pengawasan hakim, yang berarti juga bahwa bagi
siapa yang melanggar atau tidak memenui kewajibannya akan digugat sebagai
“wanprestasi” sedangkan perbuatan sewenang-wenang atau tidak menghormati suatu
perjanjian akan digugat “perbuatan melawan hukum” pada pengadilan.

ACTIO PAULINA

Dalam hal perjanjian adalah mengenai hutang piutang, apabila si


berutang(debitur) tidak dapat melaksanakan kewajibannya, maka si yang memberi
hutang(kreditur) dapat melakukan penyitaan terhadap harta benda si Debitur, sesuai
dengan Pasal 1131 KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikut :
“Kreditur dapat menyita harta benda dari Debitur apabila Debitur tidak
memenuhi kewajibannya dalam suatu perjanjian hutang piutang”

PERIKATAN YANG TIMBUL KARENA UNDANG-UNDANG:

Sebagaimana telah diterangkan terdahulu, bahwa suatu perikatan dapat timbul/ada


karena Undang-Undang yaitu :

“Perikatan-perikatan yang timbul oleh adanya hubungan kekeluargaan”

Contoh :
Kewajiban seorang anak memberi nafkah penghidupan kepada orang tuanya yang
dalam keadaan miskin, kerana sianak punya kemampuan untuk itu.

Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa perikatan merupakan”perbuatan seseorang”


yang mana perbuatan tersebut ada “perbuatan yang diperbolehkan oleh undang-undang
“dan ada pula” perbuatan yang melanggar undang-undang” dan dalam praktek sehari-
harinya disebut sebagai gugatan ”PERBUATAN MELAWANHUKUM(Onrechmatige
daad)”.

Contoh lain perbuatan yang dibolehkan undang-undang yaitu pembayaran yang tidak
diwajibkan seperti seseorang dengan sukarela mengurus kebun orang lain yang sedang
bepergian.
Dalam hal bertindak keluar sebagaimana dalam perusahaan, maka orang yang melakukan
pengurusan kepentingan orang lain, dapat bertindak atas nama sendiri atau nama orang
lain.

29
Dalam hal bertindak keluar sebagaimana dalam perusahaan, maka orang yang
melakukan pengurusan kepentingan orang lain itu, dapat bertindak atas nama sendiri atau
atas nama orang lain.
Dalam hal bertindak keluar, karena perbuatan seseorang yang melanggar hukum, diatas
diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata yang isinya sebagai berikut :
“Tiap perbuatan yang melanggar hukum(Onrechmatige daad), mewajibkan orang
melakukan perbuatan itu, jika karena kesalahannya telah timbul kerugian, untuk
membayar kerugian itu”.

Dari bunyi pasal ini hanya perbuatan yang melanggar undang-undang dan atau sesuatu
yang berhubungan dengan hak orang lain saja. Terhadap bunyi pasal ini banyak pakar
dalam bidang hukum, merasa tidak puas karena tidak menjangkau dalam artian yang
lebih luas.

Untuk sebagai acuan terhadap ini kita dapat melihat putusan “HOGE RAAD” yang
terkenal dengan putusan tanggal 31 Januari 1919, yang menyatakan bahwa perbuatan
melawan hukum, bukan saja perbuatan melanggar hak orang lain, tetapi juga perbuatan
yang berlawanan dengan keputusan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat
terhadap pribadi atau benda orang lain.

Dalam satu perjanjian yang telah sah menurut undang-undang, maka perbuatan melawan
hukum, dapat dinyatakan apabila seseorang yang mempuyai kekuasaan terhadap suatu
obyek perikatan, melakukan pembatalan perjanjian secara sepihak atau dalam perjanjian
ketenagakerjaan si Majikan/Pengusaha memutuskan hubungan kerja terhadap karyawan
secara sewenang-wenang tanpa alasan yang jelas dan atau tidak sesuai dengan prosedur
perundang-undangan.

Tuntutan ganti rugi terhadap perbuatan melawan hukum, bukan saja kerugian yang
bersifat “materiil” saja, tetapi juga kerugian yang bersifat”immaterial” yaitu akibat yang
terjadi terhadap seseorang berupa habisnya waktu sia-sia, pikiran kacau, stress, nama baik
tercemar dan harga diri dan kalkulasikan dalam nilai menurut kewajaran dalam tata
hukum.

Sebagai pegangan untuk menentukan perbuatan melawan hukum, dapat kita susun
unsur-unsurnya antara lain sebagai berikut :

1. Harus ada suatu perbuatan


2. Yang melawan hukum
3. Harus ada kesalahan
4. Harus ada hubungan sebab akibat antara perbuatan dan kerugian
5. Harus ada kerugian

Setelah kita mempelajari keseluruhan pengertian, sumber-sumber perikatan dalam


analisis, maka kita coba melihat kapan berakhirnya perikatan itu. Untuk itu dapat kita
lihat dan menurut undang-undang antara lain :

30
1. Karena pembayaran
2. Pebayaran tunai, diikuti penyimpanan barang di tempat tertentu
3. Adanya pembaharuan hutang(Novatie)
4. Kompensasi atau perhitungan hutang timbal balik
5. Adanya pencampuran hutang
6. Hapusnya barang yang dimaksudkan dalam perjanjian, adanya pembatalan
perjanjian
7. Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan
8. Telah lewat waktu

Sebagai penutup dalam tulisan ini diingatkan bahwa akibat dari perikatan terhadap para
pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian ada 2 kemungkinan yaitu “wanprestasi”
dan “perbuatan melawan hukum” atau istilah hukumnya Onrechmatige daad.

31
BAB VII
PENANAMAN MODAL

Penanaman Modal terbagi atas :


1. Penanaman Modal Dalam Negeri berdasarkan Undang-Undang No. 6
tahun 1968 yang kemudian dilakukan Perubahan dan Tambahan menjadi
Undang-Undang No. 12 tahun 1970
2. Penanaman Modal Asing berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1967,
yang kemudian dilakukan Perubahan dan Tambahan menjadi Undang-
Undang No. 11 tahun 1970

Karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan percepatan perkembangan perekonomian dan
pembangunan hukum nasional khususnya dibidang penanaman modal, maka
diterbitkannya Undang-Undang tersebut diatas dilebur menjadi satu yaitu dengan
diterbitkannya Undang-Undang No. 25 tahun 2007.

I. DASAR PERTIMBANGAN

Adapun Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dikeluarkan


dengan dasar-dasar sebagai berikut :

a. Bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila


dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 perlu
dilaksanakan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan dengan
berlandaskan demokrasi ekonomi untuk mencapai tujuan bernegara.

b. Bahwa sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Ketetapan Majelis


Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. XVI/MPR/1998 tentang Politik
Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, kebijakan penanaman modal
selayaknya selalu mendasari ekonomi kerakyatan yang melibatkan pengembangan
bagi mikro, kecil, menengah dan koperasi.

c. Bahwa untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan


kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia yang diperlukan peningkatan
penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi
riil dengan mengunakan modal yang berasal, baik dalam negeri maupun luar
negeri.

d. Bahwa dalam mnghadapi perubahan perekonomian global dan keikutsertaan


Indonesia dalam berbagai kerjasama internasiona perlu diciptakan iklim
penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum,
keadilan dan efisien dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi nasional.

32
e. Bahwa Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
sebagimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 11 tahun 1970 tentang
Perubahan dan Tambahan Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing dan Undang-Undang No. 6 tahun 1968 tentang Undang-Undang
Penanaman Modal Negeri perlu diganti karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan
percepatan perkembangan perekonomian dan pembagunan hukum nasional
khususnya dibidang penanaman modal.

f. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,


huruf c, huruf d dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang
Penanaman Modal.

II. POKOK UUPM

UUPM yang terdiri dari 40 Pasal menurut ketentuan-ketentuan pokok yang berikut :

a. Ketentuan Umum
b. Asas dan Tujuan
c. Kebijaan dasar penanaman modal
d. Bentuk badan usaha dan kedudukan
e. Pelakuan terhadap penanaman modal
f. Ketenagakerjaan
g. Bidang Usaha
h. Fasilitas penanaman modal
i. Pengesahan dan perizinan perusahaan
j. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal
k. Penyelenggaraan urusan penanaman modal
l. Kawasan ekonomi khusus
m. Sanksi
n. Ketentuan peralihan
o. Ketentuan Penutup

III. PENGERTIAN UMUM TENTANG PENANAMAN MODAL

Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan Negara adalah untuk memajukan


kesejahteraan umum. Amanat tersebut antara lain telah dijabarkan dalam Pasal 33
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan merupakan amanat
konstitusi yang mendasari pembentukan seluruh peraturan perundang-undangan di bidang
perekonomian. Konstitusi mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional harus
berdasarkan prinsip demokrasi yang mampu menciptakan terwujudnya kedaulatan
ekonomi Indonesia. Keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi
kerakyatan dimantapkan lagi dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
Demokrasi Ekonom sebagai sumber hukum materiil. Dengan demikian pengembangan

33
penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi menjadi bagian dari
kebijakan dasar penananaman modal.

Berkaitan dengan hal tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian dari
penyelenggaraan perekonomian nasioanal dan ditempatkan sebagai upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan
kemampuan tehnologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu system perkonomian yang berdaya
saing.

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapat apabila faktor


penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui
perbaikan koordinasi antara instansi Pemerintah Pusat dan daerah, penciptaan birokrasi
yang effisien, kepastian hukum dibidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya
saing tinggi serta iklim usaha yang kondusif dibidang ketenagaakerjaan dn keamanan
berusaha. Dengan perbaikan berbagai factor penunjang tersebut, diharapkan realisasi
penanaman modal akan membaik secara signifikan.

Suasana kebatinan pembentukan Undang-Undang tentang Penanaman Modal


didasarkan pada semagat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif
sehingga Undang-Undang tentang Penanaman Modal mengatur hal-hal yang dinilai
penting, antara lain yang terkait dengan cakupan undang-undang, kebijakan dasar
penanaman modal, bentuk badan usaha, serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan
pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan mengenai
pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, hak,
kewajiban dan tanggung jawab penanam modal, serta fasilitas penanaman modal,
pengesahan dan perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang
didalamnya mengatur mengenai kelembagaan, penyelenggaraan urusan penanaman
modal dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa.

Fasilitas penanaman modal diberikan dengan mempertimbangkan tingkat daya


saing perekonomin dan kondisi keuangan Negara dan harus promotif dibandingkan
dengan fasilitas yang diberikan Negara lain. Pentingnya kepastian fasilitas penanaman
modal ini mendorong pengaturan secara detail terhadap bentuk fasilitas fiscal, fasilitas
hak atas tanah, imigrasi dan fasilitas perizinan impor. Meskipun demikian pemberian
fasilitas penanaman modal tersebut juga dibeikan sebagai upaya mendorong penyerapan
tenaga kerja, keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan,
orientasi ekspor dan insentif yang lebih menguntungkan kepada penanam modal yang
mengunakan barang modal atau mesin atau peralatan produksi dalam negeri, serta
fasilitas terkait dengan lokasi penanaman modal di daerah tertinggal dan di daerah
dengan infrastruktur terbatas yang akan diatur lebih terperinci dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

34
Perekonomian dunia ditandai oleh kompetisi antar bangsa yang semakin ketat
sehingga kebijakan penanaman modal harus didorong untuk menciptakan daya saing
perekonomian nasional guna mendorong integrasi perekonomian.
Perekonomian dunia juga diwarnai oleh adanya blok-blok perdagangan, pasar bersama
dan perjanjian perdagangan bebas yang didasarkan atas sinergi kepentingan antar pihak
atau antar Negara yang mengadakan perjanjian.

IV. KETENTUAN UMUM TENTANG PENAMAN MODAL

Didalam Pasal 1 UU No. 25 Thun 2007 ada ketentuan umum, yang dimaksud tentang
ketentuan umum adalah sebagai berikut :

Ayat (1) Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.

Ayat (2) Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal negeri dengan mengunakan modal dalam negeri.

Ayat (3) Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang mengunakan modal asing sepenuhnya maupun
patungan dengan penanam modal negeri.

Ayat (4) Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melaukan
penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing.

Ayat (5) Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga Negara
Indonesia, badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia atau daerah
yang melakukan penanaman modal diwilayah Negara Republik Indonesia.

Ayat (6) Penanaman modal asing adalah perseorangan warga Negara asing, badan
asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di
wilayah Negara Republik Indonesia.

Ayat (7) Modal adalah asset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang
yang n dimiliki oleh penanama modal yang mempuyai niai ekonomis.

Ayat (8) Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh Negara asing, perseorangan
warga Negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau
badan hukum Indonesia yang sebagai atau seluruh modalnya dimiliki oleh
pihak asing.

35
Ayat (9) Modal dalam negeri adalah modal yang dimilki oleh Negara Republik
Indonesia, perseorangan warga Negara Indonesia, atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.

V. KEBIJAKAN DASAR PENANAMAN MODAL

Tercantum dalam BAB III Pasal 4 UU No. 25 Tahun 2007 sebagai berikut :

Ayat (1) Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk :


a. mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi
penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional dan
b. mempercepat peningkatan penanaman modal

Ayat (2) Dalam menetapkan kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat(1),
Pemerintah :
a. memberi perlakuan sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam
modal asing dengan memperhatikan kepentingan nasional
b. menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha dan keamanan berusha
bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan
berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan :
c. membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan
kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.

VI. FASILITAS PENANAMAN MODAL

Tercantum dalam BAB X Pasal 18 yang berbunyi sebagai berikut :

Ayat (1) Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal yang melakukan
penanaman modal.

Ayat (2) Fasilitas penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat
diberikan kepada penanaman modal yang :
a. melakukan perluasan usaha atau
b. melakukan penanaman modal baru

Ayat (3) Penanaman modal yang mendapat fasilitas sebagaimana yang dimaksud pada
ayat(2) adalah yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut
ini :
a. menyerap banyak tenaga kerja
b. termasuk skala prioritas tinggi
c. termasuk pembangunan insfrastruktur
d. melakukan alih teknologi
e. melakukan industri pionir

36
f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau
daerah lain yang dianggap perlu ;
g. menjaga kelestrian lingkungan hidup
h. melaksanakan kegiatan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi atau
i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi atau ;
j. industri yang mengunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang
diproduksi didalam negeri.

Ayat (4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanam modal sebagaimana
dimaksud pada ayat(2) dan ayat (3) dapat berupa :
a. pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat
tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu
tertentu
b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin
atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi
didalam negeri.
c. pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong
untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan
tertentu;
d. pembebasan atau penanguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang
modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum
dapat diproduksi didalam negeri selama jangka waktu tertentu.
e. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat dan
f. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha
tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.

Ayat (5) Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam jumlah dan
waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru yang
merupakan industri pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang
luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan
teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional.

Ayat (6) Bagi penanaman modal yang sedang berlangsung yang melakukan
penggantian mesin atau barang modal lainnya, dapat diberikan fasilitas
berupa keringanan atau pembebasan bes masuk.

VII. BENTUK BADAN USAHA DAN KEDUDUKAN

Tercantum dalam BAB IV Pasal 5 UU No. 25 Tahun 2007 yakni sebagai berikut :

Ayat (1) Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan
usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha
perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

37
Ayat (2) Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas
berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilyah Negara
Republik Indonesia keculai ditentukan lain oleh undang-undang.

Ayat (3) Penanaman modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman
modal dalam bentuk perseroan terbatas dilakukan :
a. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas.
b. Membeli saham ; dan
c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

VIII. BIDANG USAHA

Tercantum dalam BAB VII Pasal 12 yakni sebagai berikut :

Ayat (1) Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal,
kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka
dengan persyaratan

Ayat (2) Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing :
a. produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang
b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan
undang-undang.

Ayat (3) Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha yang
tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri dengan
berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup,
pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya.

Ayat (4) Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan
persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan
persyaratan masing-masing akan diatur dengan Peraturan Presiden.

IX. KETENAGAKERJAAN

Tercantum dalam BAB VI Pasal 10 yakni sebagai berikut :

Ayat (1) Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja
harus mengutamakan tenaga kerja warga Negara Indonesia.

Ayat (2) Perusahaan penanaman modal berhak mengunakan tenaga ahli warga
Negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

38
Ayat (3) Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga
kerja warga Negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (4) Perusahaan penanaman modal yang mempekerjakan tenaga kerja asing
diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih
tehnologi kepada tenaga kerja warga Negara Indonesia sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.

X. PEMAKAIAN TANAH

Tercantum dalam BAB V Pasal 22 yakni sebagai berikut :

Ayat (1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah sebagaimana
dimaksud pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang dimuka
sekaligus dan dapat diperbaharui kembali atas permohonan penanaman
modal, berupa :
a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 tahun dengan cara
dapat diberikan dan diperpanjang dimuka sekaligus selama 60 tahun dan
diperbaharui 35 tahun ;
b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 tahun dengan cara
dapat diberikan dan diperpanjang dimuka sekaligus selama 50 tahun dan
diperbaharui 30 tahun ;
c. Hak Guna Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 tahun dengan cara
dapat diberikan dan diperpanjang dimuka sekaligus selama 45 tahun dan
diperbaharui 25 tahun ;

XI. HAK TRANSFER & REPATRIASI /REPATRIATION (MENGIRIMKAN


KEMBALI)

Tercantum dalam Pasal 8 yakni sebagai berikut :

Ayat (3) Penanam modal diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam
valuta asing, antara lain :
a. modal ;
b. keuntungan, bunga bank, deviden dan pendapatan lain ;
c. dana yang diperlukan untuk :
1. pembelian bahan baku dan penolong, barang setengah jadi, atau
barang jadi atau ;
2. pengantian barang modal dalam rangka melindungi kelangsungan
hidup penanaman modal ;
d. tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman modal
e. dana untuk pembayaran kembali pinjaman
f. royalty atau biaya yang harus dibayar

39
g. pendapatan dari perseorangan warga Negara asing yang bekerja dalam
perusahaan penanaman modal
h. hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal
i. kompensasi atas kerugian
j. kompensasi atas pengambilalihan
k. pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang
harus dibayar untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang
dilakukan dibawah kontrak proyek, dan pembayaran hak atas
kekayaan intelektual dan
l. hasil penjualan asset sebagaimana dimaksud pada ayat(1).

Ayat (4) Hak untuk melakukan transfer dan repatriasi sebagaimana dimaksud pada
ayat(3) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

XII. PENGESAHAN DAN PERIZINAN PERUSAHAAN

Tercantum dalam BAB XI Pasal 25 yakni sebagai berikut :

Ayat (1) Penanaman modal yang melakukan penanaman modal di Indonesia harus
sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Undang-Undang ini.

Ayat (2) Pengesahan pendirian badan usaha penanaman modal dalam negeri yang
berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (3) Pengesahan pendirian badan usaha penanaman modal asing yang
berbentuk perseroan terbatas dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Ayat (4) Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib
memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dari instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam
undang-undang.

Ayat (5) Izin sebagaimana yang dimaksud pad ayat(4) diperoleh melalui pelayanan
terpadu satu pintu.

XIII. PENYELESAIAN SENGKETA

Tercantum dalam Pasal 32 UU No. 25 Tahun 2007 yakni sebagai berikut :

Ayat (1) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah
dengan penanaman modal para pihak terlebih dahulu menyelesaikan
sengketa tersebut melalui musyawarah dan mufakat.

40
Ayat (2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaiman dimaksud pada ayat (1)
tidak tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui
arbitrase atau alternative penyelesaian sengketa atau pengadilan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (3) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah
dengan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan
sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak,
dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak disepakati,
penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan.

Ayat (4) Dalam hal terjadi sengketa dibidang penanaman modal antara Pemerintah
dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa
tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh
para pihak.

XIV. SANKSI

Tercantum dalam Pasal 33 UU No. 25 Tahun 2007 yakni sebagai berikut :

Ayat (1) Penanam modal negeri dan penanam modal asing yang melakukan
penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilarang membuat
perjanjian dan/atau pernyataan yang menegaskan bahwa kepemilikan
saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama orang lain.

Ayat (2) Dalam hal penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing
membuat perjanjian dan/atau pernyataan sebagimana yang dimaksud pada
ayat (1), perjanjian dan/atau pernyataan itu dinyatakan batal demi
hukum.

Ayat (3) Dalam hal penanaman modal yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan perjanjianatau kontrak kerjasama dengan Pemerintah
melakukan kejahatan korporasi berupa tindak pidana perpajakan,
pengelembungan biaya pemulihan, dan bentuk pengelembungan biaya
lainnnya untuk memeprkecil keuntungan yang mengakibatkan kerugian
negara berdasarkan temuan atau pemeriksaan oleh pihak pejabat yang
berwenang dan telah mendapat putusan pengadilan yang berkuatan hukum
tetap, Pemerintah mengakhiri perjanjian atau kontrak kerjasama dengan
penanam modal yang bersangkutan.

41
BAB VIII

PASAR MODAL

Perdagangan di bidang Pasar Modal yang mengandung spekulasi yang luar biasa
pada system keuangan kita. Anjloknya nilai rupiah pada tahun 1996~1998 yang lalu
diduga kuat akibat permainan mata uang para spekulan. Motifnya beragam mulai dai
keterbukaan informasi, pengendalian Inheren, kegiatan Pasar Modal tanpa izin,
manipulasi pasar, transaksi benturan kepentingan, sampai informasi menyesatkan.

Upaya penegakan hukum bisa dilakukan adalah dengan mengoptimalkan peran


Bapepam. Secara structural, Papepam adalah lembaga regulator dan pengawas pasar
modal, dipimpin oleh seorang ketua dibantu sekretaris dan tujuh orang kepala biro, yang
terdiri atas ;

- Biro perundang-undangan dan Bantuan Hukum


- Biro Pemeriksaan dan Penyelidikan
- Biro Pengelolaan dan Riset
- Biro Transaksi dan Lembaga Efek
- Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor jasa
- Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil
- Biro Standar dn Keterbukaan

Fungsi Bapepam adalah mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur dan
effisien serta dapat melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.
Bila terjadi pelanggaran perundang-undangan pasar modal atau ketentuan dibidang pasar
modal lainnya maka, Bapepam sebagai penyidik akan melakukan pemeriksaan terhadap
pihak yang melakukan pelanggaran tersebut, hingga bila memang telah terbukti akan
menetapkan sanksi kepada pelaku tersebut.
Penetapan sanksi akan diberikan atau diputuskan oleh ketua Bapepam setelah mendapat
masukan dari bagian pemeriksaan dan penyelidikan Bapepam.
Tata cara pemeriksaan di bidang pasar modal dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 1995.

Apabila mereka yang dikenai sanksi dapat menerima putusan tersebut, pihak yang
terkena sanksi akan melaksanakan semua yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Jika
sanksi yang telah ditetapkan tersebut tidak dapat diterima atau tidak dilaksanakan,
misalnya denda yang telah ditetapkan oleh Bapepam tidak dipenuhi oleh pihak yang
diduga telah melakukan pelanggaran, maka akan dilanjutkan dengan tahap penuntutan,
dengan menyerahkan kasus tersebut kepada pihak Kejaksaaan sebagai lembaga yang
berwenang melakukan penuntutan.

42
Demikian pula dengan Bursa Efek sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pelaksanaan perdagangan efek, apabila didalam melakukan transaksi perdagangan efek
menemukan suatu pelanggaran, yang berindikasi adanya pelanggaran yang bersifat
pidana, lembaga ini akan menyerahkan pelanggaran tersebut kepada Bapepam untuk
dilakukan pemeriksaan dan penyidikan.

I. Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dengan lahirnya


undang-undang ini atas pertimbangan (Menimbang) :

a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil


makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945.

b. Bahwa Pasar Modal mempuyai peran strategis dalam pembangunan nasional


sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi
bagi masyarakat.

c. Bahwa Padar Modal dapat berkembang dibutuhkan hukum yang kukuh untuk
lebih menjamin kepastian hukum pihak-pihak yang melakukan kegiatan di Pasar
Modal serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal dari praktik yang
merugikan.

d. Bahwa sejalan dengan hasil-hasil yang dicapai pembangunan nasional serta dalam
rangka antisipasi atas globalisasi ekonomi. Undang-Undang Nomor 15 Tahun
1952 tentang penetapan Undang-Undang Darurat tentang Bursa(Lembaran
Negara Tahun 1951 Nomor 79) sebagai Undang-Undang(Lembaran Negara
Tahun 1952 Nomor 67) dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan.

e. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, dipandang perlu membentuk


Undang-Undang tentang Pasar Modal.

II. Adapun dasar hukum UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah :

1. UUD 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 33

2. UU No, 15 Tahun 1952 tentang Penetapan UU Darurat tentang Bursa

3. UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan terbatas

Dalam UU No. 8 Tahun 1995 mempuyai isi pokok sebagai berikut :

1. Pengertian umum tentang Pasar Modal

2. Badan Pengawas Pasar Modal

43
3. Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian

4. Bentuk Hukum dan Perizinan

5. Perusahaan Efek, Wakil Perusahaan Efek dan Penasehat Investasi

6. Lembaga Penunjang Pasar Modal

7. Penyelesaian Transaksi Bursa dan Penitipan Kolektif

8. Profesi penunjang Pasar Modal

9. Emiten dan Perusahaan Publik

10. Pelaporan dan Keterbukaan Informasi

11. Penipuan, Manipulasi Pasar dan Perdagangan orang dalam

12. Pemeriksaan

13. Penyidikan

14. Sanksi Administratif

15. Ketentuan Pidana

16. Ketentuan lain-lain

17. Ketentuan Peralihan

18. Ketentuan Penutup

III. Pengertian Umum Pasar Modal

Untuk dapat memahami isi UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, ada
beberapa istilah yang terdapat dalam Pasal 1 sebagai berikut :

1. Affiliasi adalah

a. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat


kedua(, baik secara horizontal maupun vertikal
Keterangan :
- Hubungan karena perkawinan :

44
1) suami/istri, orang tua dari suami/isri, suami/isri dari anak (derajat 1
vertikal)
2) kakek/nenek dari suami/istri, suami/istri dari cucu(derajat II vertical)
3) saudara dari suami/istri, atau disebut juga suami/istri dari saudara
ybs(derajat II horizontal)

- Hubungan keluarga karena keturunan :

1) Orang tua dan anak (derajat I vertical)


2) Kakek dan Nenek serta Cucu (derajat II vertical)
3) Saudara dari yang bersangkutan (derajat II horizontal)

b. Hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur atau komisaris dari


Pihak tertentu.
c. Hubungan antara 2(dua) perusahaan dimana terdapat satu atau lebih
anggota direksi atau dewan komisaris yang sama.
d. Hubungan antara perusahaan dengan Pihak, baik langsung maupun tidak
langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut.
e. Hubungan 2(dua) perusahaan yang dikendalikan , baik langsung maupun
tidak langsung oleh Pihak yang sama atau
f. Hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.

2. Anggota Bursa Efek adalah Perantara Pedagang Efek yang telah memperoleh
izin usaha dari Bapepam dan mempuyai hak untuk mempergunakan system dan
atau sarana Bursa Efek sesuai dengan peraturan Bursa Efek.

3. Biro Administrasi Efek adalah Pihak yang berdasarkan kontrak dengan Emiten
melaksanakan pencatatan pemilikan Efek dan pembagian hak yang berkaitan
dengan Efek

4. Bursa Efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan
atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan Efek diantara mereka.

5. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga
komersil, saham, obligasi, tanda bukti hutang, Unit Penyertaan Kontrak investasi
kolektif, kontrak berjangka atas Efek dan setiap derivative dari Efek.

6. Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum

7. Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan
mengenai peristiwa, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa
Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal atau Pihak lain yang
berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.

45
8. Kustodian adalah Pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain
yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga
dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek dan mewakili pemegang rekening
yang menjadi nasabah.

9. Lembaga Kliring dan Penjaminan adalah Pihak yang menyelenggarakan jasa


kliring dan penjaminan penyelesain Transaksi Bursa.

10. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah Pihak yang menyeleggarakan


kegiatan Kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek dan Pihak lain.

11. Menejer Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio
Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun dan bank yang
melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

12. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.

13. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.

14. Penasehat Investasi adalah Pihak yang memberi nasehat kepada Pihak lain
mengenai penjualan atau pembelian Efek dengan memperoleh imbalan jasa.

15. Penawaran U mum adalah kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten
untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam
Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya.

16. Penitipan Kolektif adalah jasa penitipan atas Efek yang dimiliki bersama oleh
lebih satu Pihak yang berkepentingannya diwakili oleh Kustodian.

17. Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat kontrak dengan Emiten untuk
melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa
kewajiban untuk membeli sisa Efek yang tidak terjual.

18. Perantara Pedagang Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli
Efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak lain.

19. Pernyataan Pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada


Badan Pengawas Pasar Modal oleh Emiten dalam rangka Penawaran Umum atau
Perusahaan Publik.

46
20. Perseroan adalah Perseroan terbatas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1
angka 1 Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.

21. Perusahaan Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai
Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi.

22. Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-
kurangnya oleh 300(tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor Rp.
3 Milyar atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan
oleh Peraturan Pemerintah.

23. Pihak adalah orang perorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi atau
kelompok yang terorganisasi.

24. Portofolio Efek adalah kumpulan Efek yang dimiliki oleh Pihak.

25. Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten,


Perusahaan Publik dan Pihak lain yang tunduk pada Umdang-Undang ini untuk
menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi
Material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap
keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.

26. Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan Penawaran


Umum dengan tujuan agar Pihak lain membeli Efek.

27. Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh
Manajer Investasi.

28. Transaksi Bursa adalah kontrak yang dibuat oleh Anggota Bursa Efek sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual beli Efek,
pinjam meminjam Efek atau Kontrak lain mengenai Efek atau harga Efek.

29. Unit Penyertaan adalah satuan ukuran yang menunjuk nagian kepentingan setiap
Pihak dalam portofolio investasi kolektif.

30. Wali Amanat adalah Pihak yang mewakili kepentingan pemegang Efek yang
bersifat utang

III. Badan Pengawas Pasar Modal

A. Badan Pengawas Pasar Modal menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal pada Pasal 3 terdiri atas :

47
(1) Pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar Modal
dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal yag selanjutnya disebut Bapepam.
(2) Bapepam berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.

B. Bapepam mempuyai wewenang, menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar


Modal pada Pasal 5 :
a. memberi :
1) izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana,
Perusahaan Efek, Penasihat Investasi dan Biro Administrasi
Efek.
2) Izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil
Perantara Pedagang Efek dan Wakil Manajer Investasi dan
3) Persetujuan bagi Bank Kustodian.

b. Mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali


Amanat

c. Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan


untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk
manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya
komisaris dan atau direktur yang baru.

d. Menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta


menyatakan, menunda, atau membatalkan efektifnya Pernyataan
Pendaftaran.

e. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal


terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-
Undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya.

f. Mewajibkan setiap Pihak untuk :


1) Menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang
berhubungan dengan kegiatan di Pasar Modal; atau
2) Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi
akibat yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud.

g. Melakukan pemeriksaan terhadap


1) Setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah diwajibkan
menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam ; atau
2) Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang
perseorangan, persetujuan atau pendaftaran profesi berdasarkan
Undang-Undang ini ;

48
h. Menunjuk pihak lain untuk melakukan pemer iksaan tertentu dalam
rangka pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam
huruf g ;

i. Mengumumkan hasil pemeriksaan ;

j. Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek


atau menghentikan Transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu
tertentu guna melindungi kepentingan pemodal ;

k. Menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu


tertentu dalam hal keadaan darurat ;

l. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi


oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjminan, atau Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan
atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud ;

m. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan dan


penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal ;

n. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian


masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang Pasar
Modal ;

o. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang-


Undang ini atau peraturan pelaksanaannya ;

p. Menetapkan instrument lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan


dalam Pasal 1 angka 5 atau ;

q. Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-Undang ini.

IV. Bentuk Hukum, Modal, Pemegang Saham & Perizinan

A. Bursa Efek

1. Bentuk Hukum :
Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 6 :
Ayat (1) Yang dapat menyelenggarakan kegaiatan usaha sebagai Bursa
Efek adalah Perseroan yang telah memperoleh izin dari Bapepam

2. Modal :
Menurut KepMen No. 179/KMK.010/2003 tentang Kepemilikan Saham &
Permodalan Efek pada pasal 4 :

49
Ayat (1) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin
Emisi Efek wajib memiliki modal disetor Rp. 50 Milyar.

3. Pemegang Saham
a) Menurut KepMen No. 179/KMK.010/2003 tentang Kepemilikan
Saham & Permodalan Efek pada pasal 3 :
Ayat (1) Dalam hal Perusahaan Efek nasional atau patungan
melakukan Penawaran Umum, maka saham perusahaan Efek
tersebut dapat dimiliki seluruhnya oleh Pemodal Dalam Negeri
atau Pemodal Asing.
b) Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal
8:
Yang dapat menjadi pemegang saham Bursa Efek adalah
Perusahaan Efek yang telah memperoleh izin usaha untuk
melakukan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek.

B. Reksa Dana

1. Bentuk Hukum :
Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 18 :
Ayat (1) Reksa Dana dapat berbentuk a. Perseroan ; atau
b.kontrak investasi kolektif
Ayat (3) Yang dapat menjalankan usaha Reksa Dana sebagaimana
dimaksud oleh ayat (1) huruf a adalah Perseroan yang telah memperoleh
izin dari Bapepam

2. Modal :
Menurut KepMen No. 179/KMK.010/2003 tentang Permodalan Reksa
Dana pada pasal 4 :
Ayat (5) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin
Emisi Efek dan Manajer Investasi wajib memiliki modal disetor Rp. 55
Milyar.

3. Pemegang Saham
Menurut KepMen No. 646/KMK.010/1995 tentang Kepemilikan Saham &
Permodalan Reksa Dana pada
pasal 2 : Saham atau unit penyertaan Reksa Dana dapat dimiliki oleh
Pemodal Asing atau Pemodal Dalam Negeri, baik sebagian maupun
seluruhnya.
Pasal 3 : Manajer Investasi Reksa Dana wajib melaporkan komposisi
pemilikan saham atau unit penyertaan Reksa Dan kepada Bapepam.

V. Profesi Penunjang Pasar Modal

50
1. Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 64 Ayat (1)
Profesi penunjang Pasar Modal terdiri dari :
a. Akuntan
b. Konsultan hukum
c. Penilai
d. Notaris
e. Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

Ayat (2) Untuk dapat melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal, Profesi
penunjang Pasar Modal sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib terlebih dahulu
terdaftar di Bapepam.

2. Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 67 :


Dalam melakukan kegiatan usaha dibidang Pasar Modal, Profesi Penunjang Pasar
Modal wajib memberikan pendapat atau penilain yang independen.

3. Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 68 :


Akuntan yang terdaftar pada Bapepam yang memeriksa laporan keuangan Emiten,
Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian dan Pihak lain yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal
wajib menyampaikan pemberitahuan yang sifatnya rahasia kepada Bapepam
selambat-lambatnya dalam waktu 3 hari kerja sejak ditemukan adanya hal-hal
sebagai berikut :
a. Pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentuan dalam Undang-Undang
ini dan atau peraturan pelaksanaannya atau
b. Hal-hal yang dapat membahayakan keadaan keuangan lembag dimaksud
atau kepentingan para nasabahnya.

VI. Emiten dan Perusahaan Publik

(1) Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal
70 :
(1) Yang dapat melakukan Penawaran Umum hanyalah Emiten yang telah
menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam untuk
menawarkan atau menjual Efek kepada masyarakat dan Pernyataan
Pendaftaran tersebut telah efektif.

(2) Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal
73 :
Setiap Perusahaan Publik wajib menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada
Bapepam.

VII. Hak Memesan Efek terlebih dahulu, benturan kepentingan, penawaran

51
tender, pengabungan, peleburan dan pengambilalihan

1. Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 82 :


(1) Bapepam dapat mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk
memberikan hak memesan Efek terlebih dahulu kepada setiap
pemegang saham secara proposional apabila Emiten atau Perusahaan
Publik tersebut menerbitkan saham atau Efek yang dapat ditukarkan
dengan saham Emiten atau Perusahaan Publik tersebut.
(2) Bapepam dapat mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk
memperoleh persetujuan mayoritas pemegang saham independent apabila
Emiten atau Perusahaan Publik tersebut melakukan transaksi dimana
kepentingan ekonomis Emiten atau Perusahaan Publik berbenturan
dengan kepentingan ekonomis pribadi Direktur, Komisaris atau
pemegang saham uatam Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud.

2. Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 83 :


Setiap pihak yang melakukan penawaran tender untuk membeli Efek Emiten
atau Perusahaan Publik wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan,
kewajaran dan pelaporan yang ditetapkan oleh Bapepam.

3. Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 84 :


Emiten atau Perusahaan Publik yang melakukan pengabungan, peleburan atau
pengambilalihan perusahaan lain wajib mengikuti ketentuan mengenai
keterbukaan, kewajaran dan pelaporan yang ditetapkan oleg Bapepam dan
peraturan perundang-undangan lainnya.

VIII. Prospektus & Pengumuman

Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 78 :


Setiap prospektus dilarang memuat keterangan yang tidak benar tentang
Fakta Material atau memuat keterangan tidak benar tentang Fakta
Material yang diperlukan agar prospectus tidak memberikan gambaran
yang menyesatkan.

Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada Pasal 79 :


Setiap pengumuman dalam media massa yang berhubungan dengan suatu
Penawaran Umum dilarang memuat keterangan tidak benar tentang
Fakta Material dan atau tidak memuat pernyataan tentang Fakta Material
yang diperlukan agar keterangan yang dimuat didalam pengumuman
tersebut tidak memberikan gambaran yang menyesatkan.

IX. Peraturan tentang Perdagangan Efek

52
Berdasarkan Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. Kep-307/BEJ/12-2006
tertanggal 11 Desember 2006 adalah sebagai berikut :

1. PT. Bursa Efek Jakarta (Bursa) adalah perseroan yang berkedudukan di Jakarta
yang telah memperolh izin usaha dari Bapepam sebagai pihak menyelenggarakan
dan menyediakan system dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual
dan permintaan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek
diantara mereka.

2. PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) adalah perseroan yang


berkedudukan di Jakarta yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai
pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjminan penyelesaian Transaksi
Bursa dan perseroan tersebut berdasarkan perjanjian dengan Bursa memberikan
jasa Kliring dan Penjaminan penyelesaian atas Transaksi Bursa.

3. PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia(KSEI) adalah perseroan yang


berkdudukan di Jakarta yang telah memperoleh izin dari Bapepam sebagai pihak
yang menyelenggarakan kustodin sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek
dan pihak lain, persweroan tersebut berdasarkan perjanjian dengan bursa
memberikan jasa custodian sentral dan penyelesaian atas transaksi bursa.

4. Anggota Bursa Efek adalah Perusahaan Efek yang telah memiliki izin usaha dari
Badan Pengawas Pasar Modal(Bapepam) sebagai perantara perdagangan efek.

5. Jakarta Automated Trading System(JATS) adalah system perdagangan efek


yang berlaku di Bursa untuk perdagangan yang dilakukan secara otomasi dengan
mengunakan sarana computer.

6. Jakarta Stock Exchange Open Network Enviroment Client(JONEC) adalah


sarana di anggota bursa efek yang terdiri dari perangkat lunak dan perangkat keras
yang digunakan oleh Anggota Bursa Efek untuk mengakses JATS melalui
jaringan dan terminal Remote Traiding sesuai dengan Panduan Remote Traiding.

7. Jakarta Stock Exchange Open Network Enviroment Server(JONES) adalah


sarana di Bursa yang terdiri dari perangkat lumak dan perangkat keras yang
digunakan oleh Bursa untuk meneruskan pesanan jual dan atau permintaan beli
dari anggota bursa efek ke JATS sesuai dengan Panduan remote traiding.

8. Hari Bursa adalah hari diselenggarakannya perdagangan efek di bursa yaitu hari
Senin sampai dengan Jum’at kecuali hari itu libur nasional

9. Kliring adalah suatu proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari
Transaksi Bursa sebagaimana dimaksud dalam ketentuan angka 1 huruf a.
Peraturan Bapepam No. III-A.10 tentang Transaksi Efek.

53
10. Harga adalah sejumlah nilai dalam mata uang rupiah yang terbentuk berdasarkan
penjumpaan penawaran jual dan permintaan beli Efek yang dilakukan oleh
anggota Bursa Efek di Bursa.

11. Harga Pembukaan adalah harga yag terbentuk pada saat periode Pra-
pembukaan.

12. Harga Penutupan(closing price) adalah harga yang terbentuk berdasarkan


penjumpaan penawaran jual dan permintaan beli Efek yang dilakukan oleh
anggota bursa efek yang tercatat pada akhir jam perdagangan di Pasar Reguler.

13. Harga Previous adalah harga penutupan pada Hari Bursa sebelumnya menjadi
patokan pada Pra-pembukaan, atau pada pembukaan perdagangan.

14. Harga Teoritis adalah sejumlah nilai yang dihitung berdasarkan rasio pebagian
deviden saham, saham bonus, penerbitan Hak Memesan Efek terlebih dahulu,
Waran, Stock Split, Reverse Stock, penggabungan usaha atau peleburan usaha
Perusahaan tercatat dan Corporate Action lainnya yang ditetapkan oleh
Perusahaan Tercatat.

15. Pasar Negosiasi adalah pasar dimana perdagangan efek di bursa dilaksanakan
berdasarkan tawar-menawar langsung secara individual dan tidak secara lelang
yang berkesinambungan(Non Continuos Auction Market) dan penyelesaiannya
dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan anggota bursa efek.

16. Pasar Reguler adalah pasar dimana perdagangan efek di bursa dilaksanakan
berdasarkan proses tawar-menawar secara lelang yang berkesinambungan (
Continuos Auction Market) oleh anggota bursa efek melakui JATS dan
penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa ke-3 setelah terjadi nya transaksi
bursa.

17. Pasar Regular Tunai(Pasar Tunai) adalah Pasar dimana perdagangan efek di
bursa dilaksanakan berdasarkan proses tawar-menawar secara lelang yang
berkesinambungan ( Continuos Auction Market) oleh anggota bursa efek
melakui JATS dan penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa yang sama dengan
terjadinya Transaksi Bursa(T+0).

54
BAB IX

ASPEK HUKUM TENTANG TRANSAKSI INTERNASIONAL

Bahwa setiap Negara yang berdaulat berwenang untuk mengatur negaranya


sendiri menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku di Negara tersebut tanpa perlu adanya
campur tangan dari Negara lainnya. Sebaliknya sebagai Negara yang berdaulat, tidaklah
mungkin dapat berdiri sendiri tanpa adanya pergaulan dalam dunia internasional yang
saling menguntungkan, saling membantu dan saling menutupi kekurangan-kekurangan
dan kelebihan-kelebihan yang ada dimasing-masing Negara demi kepentingan warga
negaranya. Dalam hal demikian ini antara Negara dengan Negara lainnya biasa
melakukan perjanjian yang sering kita baca dan kita sebut dengan “Perjanjian Bilateral”
dan atau “Perjanjian Multilateral”.

Pada umumnya perjanjian bilateral ini biasanya mengenai bidang ekonomi dan
sosial politik dan pertahanan. Dibidang ekonomi selalu kita dengar dan lihat melalui
media surat kabar atau media elektronik seperti :

1. Bidang Politik dan Pertahanan

a. Presiden RI menanda tangani Memory of Understanding dengan Perdana Mentri


Papua New Guine tentang perbatasan wilayah Irian Jaya(saat ini Papua).

b. Kepala Negara di benua Asia Afrika, sepakat membentuk persatuan Negara-


negara Non Blok, dalam komperensinya yang pertama dan terkenal dengan
Konferensi Asia Afrika di Bandung.

c. Panglima ABRI(saat ini ABRI + Kepolisian RI), menanda tangani kesepakatan


dengan angkatan Raja Diraja Malaysia untuk kerja sama militer dengan sebutan
“Malindo”.

2. Bidang Ekonomi

a. Menteri Perdagangan dan Industri RI telah menanda tangani Memory of


Understanding (MOU) dengan menteri perdagangan dan industri Kanada
mengenai investasi Asssembling alat-alat berat dan bidang eksport maupun
import.

b. Direktur Utama Pertamina telah menanda tangani kerja sama pengeboran minyak
lepas pantai dengan system sharing, dengan para pengusaha perminyakan dari
Amerika Serikat yang disaksikan oleh Menteri Pertambangan RI.
Contoh : PT. Freport, Total, Mobile Oil dll.

55
Hal-hal tersebut diatas, tentu membuat timbulnya adanya trasnsaksi dagang untuk
mengisi kekurangan yang tidak dimiliki sebelumnya secara komersial atau non
komersial, secara global yang melibatkan perusahaan swasta maupun melibatkan
langsung pihak pemerintah masing-masing.
Dari kejadian dan transaksi yang timbul dari hubungan diatas, tidaklah mungkin dengan
cara memberi terlebih dahulu uang, karena barang yang akan diharapkan baru akan tiba
beberapa bulan kemudian, sedangkan sebaliknya pihak penjual tidak mau menjual
barangnya tanpa adanya jaminan pembayaran, yang menjamin bahwa barang tersebut
akan dibayar dan pembeli supaya tidak melakukan transaksi dengan orang lain selama
pesanan barang berjalan.
Untuk mengatasi kepentingan para pihak yang saling menguntungkan, maka yang paling
aman ialah dengan mengunakan pembayaran yang telah diakui oleh beberapa Negara
yaitu dengan dokumen kredit atau biasa disebut dengan Letter of Credit(Uniform Custom
and Practice-ICC).

I. PEGERTIAN DAN DASAR HUKUM L/C DI INDONESIA :

Berdasarkan penjelasan pendahuluan, walaupun dalam referensi tidak ada yang


secara jelas membuat definisi. Dan untuk memudahkan kita mempelajarainya maka ada
baiknya kita buat suatu batasan, pengertian dengan L/C sebagai berikut :

1. LETTER OF CREDIT(L/C) yaitu :

“Suatu sitem pembayaran yang disepakati antara penjual dan pembeli, dengan
mengunakan dokumen, melalui bantuan Bank (bank devisa) sebagai Nogotiating
Bank”.

Dalam praktek sehari-hari dapat ditemui berbagai terminology istilah Letter of Credit,
yang sering juga disebut :
a. Credit Opening : oleh Prof. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, SH
b. Creditbrief : dalam bahasa Belanda
c. Letre De Credet : dalam bahasa Perancis
d. Crediet : dalam bahasa Belgia
e. Credit : dalam bahasa USA

Dalam semua terminology diatas umumnya dalam transaksi internasional dan


juga peraturan-peraturan yang mengaturnya adalah “Letter of Credit” atau disebut juga
Documentary Credit, serta didasarkan menurut ketentuan-ketentuan peraturan dalam
UNIFORM CUSTOMS AND PRACTICE FOR DOCUMENTARY CREDITS(disingkat
Document-UPC), yang ditetapkan dalam konferensi internasional Chamber of
Comerce(ICC) di kota Paris atau kalau di Indonesia disebut Kamar Dagang dan
Industri(IKADIN).
Di Indonesia umumnya disebut istilah ini dengan “Letter of Credit” atau kredit
berdokumen, yang diajukan oleh importer kepada Bank Devisa sebagai “Inssuing Bank”
dengan permohonan berdasarkan suatu perjanjian (Agreement), untuk digunakan sebagai

56
menjamin bahwa pada saat yang telah ditentukan membayar sejumlah uang kepada
Exportir melalui Advising/Confirmed bank, setelah dokumen-dokumen yang ditentukan
untuk barang import dimaksud telah lengkap adanya menurut ketentuan-ketetuan dalam
peraturan inform customs and practice –ICC.
Disamping membayar secara langsung kepada Eksportir, bisa juga Issuing Bank
membayar kepada pihak ketiga (beneficiary) dengan mengaksep wesel-wesel yang ditarik
beneficiary atau memberi kuasa kepada bank lainnya dengan mengaksep wesel-wesel
sebagai negosiasi (Negotiating Bank) asal sesuai dengan dokumen-dokumen yang ada.

2. Dasar hukum L/C di Indonesia :

Bahwa Negara Indonesia telah meratifikasi dan mengakui keberadaan UPC-ICC, sebagai
landasan hukum dalam pembayaran lalu lintas perdagangan internasional. Untuk lebih
jelasnya dapat kita uraikan dasar hukum L/C di Indonesia yaitu :

1. UCP-ICC yang telah diseragamkan dalam tahun 1933, selanjutnya UCP-ICC


dalam kongres ICC tahun 1955, tahun 1962, telah diseragamkan dan telah
dilakukan revisi pembaharuannya tahun 1994 yang biasa disebut dengan ICC-
Publication No. 400 dan yang terakhir kali dan yang berlaku hingga sekarang
yaitu revisi tahun 1994 yang dikenal dengan ICC-Publication No. 500.

2. Surat Edaran Direksi Bank tentang lalu lintas Devisa yaitu No. 23/S/UKU juncto
SK Direksi BI No. 23/72/Kep/Dir tentang pemberin Garansi oleh Bank yaitu L/C
biasa atau Stand by L/C.

3. Surat Keputusan Bank Indonesia No. 27/38/Kep/Dir tanggal 30 Juni 1994 yaitu
tentang modifikasi document UPC No. 500 untuk Letter of Credit dalam Negeri.

4. KUHPerdata psal 1458 yaitu kontrak jual beli barang impor dalam bentuk “sales
kontrak” atau Confirmation Sales atau sering juga disebut sebagai Performa
Invoice.

5. KUHPerdata khusus pasaal 1338 yaitu tentang adanya suatu kebebasan


berkontrak (perjanjian).

6. Konfirmasi bahwa L/C pada UPC-ICC Revisi 1994 Documentasi No. 500,
biasanya ada klausula disebelah kiri dari L/C berbunyi :
“Unless otherwise expressly stated, this Credit is subject to the uniform customs
and practice for documentary credits (1983 revision) of International Chamber of
Commerce (Publication No. 500).

PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM L/C :

Sebelum kita bahas mengenai bagaimana proses terbentuknya Letter of Credit, baiklah
terlebih dahulu kita tinjau pihak-pihak yang terlibat dalam L/C antara lain :

57
1. Penjual/Penikmat, yaitu pihak yang menyediakan barang untuk dijual kepada
pembeli dalam jangka waktu tertentu (perusahaan importir)

2. Pembeli/Pembuka kredit yaiut pihak yang membutuhkan barang untuk dijual


kembali, disewakan atau digunakan sendiri(perusahaan eksportir)

3. Bank Devisa/Issuing Bank yaitu pihak yang membuka L/C atas permohonan dari
atau perintah impotir(bank Devisa adalah bank yang dapat melakukan transaksi
dalam mata uang asing)

4. Bank Devisa Advising/Confirmed Bank yaitu pihak yang menerima L/C dari
issuing bank, sebagai negotiating Bank untuk diteruskan kepada penjual/eksportir
dimana kedudukan hukumnya berdiri.

Persyaratan hukum minimal dalm mengajukan permohonan pembukaan L/C oleh


importir biasanya dalam praktek perbankan adalah sebagai berikut :

1. Menjadi nasabah Bank Devisa


2. Adanya kontrak jual beli
3. Dapat juga sales order atau proforma invoice
4. Menyediakan sejumlah dana yang disetor terlebih dahulu biasanya 10 %
sampai dengan 20 % dari nilai L/C

Penyediaan dana 10 % atau 20 % saja terlebih dahulu, menurut hemat saya adalah
dimungkinkan, karena jangka waktu pengiriman barang atau penyelesaian L/C, biasanya
memakan waktu 3 bulan atau malah lebih. Perihal mengenai L/C dalam negeri/lokal,
sebenarnya tidak menjadi hal yang penting, karena pembayaran dalam negeri dapat juga
berupa “Bank Garansi” yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas, biasanya
dilakukan untuk uang muka barang dan jaminan kwalitas.

PROSES PEMBENTUKAN L/C

Setelah kita mengetahui para pihak yang terlibat dalam transaksi L/C dan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu menurut ketentuan hukum,
maka kita mencoba bagaimana proses/langkah-langkah terjadinya pembukaan L/C hingga
penyelesaian akhir L/C tersebut sebagai berikut :

58
1) Sales Order

PENJUAL 2) Kontrak Perjanjian PEMBELI


EXPORTIR IMPORTIR
PENIKMAT PEMBUKA KREDIT
5) Barang

6) Dokumen 9) Uang

4) Advis 7) Uang 8) Dokumen 3) Kredit

BANK DEVISA P. Dokumen BANK DEVISA


ADVISING 9) Uang ISSUING BANK
CONFIRMED BANK
3) Kredit

PENJELASAN :

1. Penjual dan pembeli, mengadakan kontrak perjanjian atau berupa sales order atau
proforma invoice, yang berisi jelas jenis barang, kwalitas, kwantitas, waktu
penyerahan barang, asuransi dan pengangkutannya.

2. Kontrak perjanjia atau sales order, oleh pembeli dibawa ke Issuing Bank dengan
mengajukan permohonan atau perintah pembukaan L/C dengan menyediakan
dana minimal.

3. Issuing Bank, setelah mempertimbangkan permohonan, menyetujuia permohonan,


menyetujui pembukaan L/C secara lengkap dan menyampaikan L/C tersebut
kepada Advising Bank/Confirmed Bank untuk disampaikan kepada penikmat.

4. Advising Bank, menyampaikan kepada penikmat/penjual bahwa telah diterima


atas barang yang akan dijual kepada pembeli(importer).

5. Penjual, dengan konfirmasi Advising Bank mengirim barang dimaksud kepada


pembeli dan melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan sesuai dengan
ketentuan dalam UCP-ICC untuk disampaikan kepada Advising Bank.

6. Penjual, menyampaikan dokumen-dokumen yang telah diserahkan oleh penjual


untuk diteliti secara cermat dan seksama sesuai dengan ketentuan-ketentuan
hukum.

59
7. Advising Bank, setelah mempuyai keyakinan bahwa dokumen yang disampaikan
penjual telah lengkap, melakukuan pembayaran dengan sejumlah uang yang
tertera dalam L/C tersebut dan selanjutnya menyampaikan dokumen tersebut
kepada issuing Bank, bahwa barang telah dikirim.

8. Issuing Bank, setelah menerima dokumen dari Advising Bank dan meneliti
kembali dokumen tersebut apakah sudah lengkap, menyerahkan dokumen tersebut
kepada pembeli agar pembeli segera menyelesaikan kewajiban perpajakan, bea
masuk atas barang dan menyetorkan kekurangan dana atas pembelian barang
tersebut.

9. Issuing Bank, setelah menyelesaikan prosedur dan ketentuan-ketentuan oleh


pembeli dan menerima apa yang dimaksud, selanjutnya menyetorkan dana
tersebut kepada Advising Bank, kemudian permsalahan terhadap L/C dimaksud
selesai.

Hubungan hukum Antara Para Pihak

Untuk lebih memahami peristiwa-peristiwa hukum yang mungkin terjadi dalam


transaksi pembayaran L/C ini, ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu hubungan hukum
antara para pihak sebagai berikut :

1. Antara importir (pembeli) dengan Eksportir(Penjual)


a. Sepakat mereka dalam perjanjian jual beli, berupa kontrak pasal 1320
KUHPerdata atau Sales Order pasal 1458 KUHPerdata.
b. Jaminan pembayaran barang oleh pembeli saat dokumen lengkap
c. Jaminan bahwa pembeli tidak melakukan pembelian lagi melalui orang
lain/pihak lain.
d. Jaminan bagi pembeli, bahwa barang dibayar setelah tiba ditempat dan
dokumen lengkap sesuai dengan kondisi yang disepakati.

2. Antara importir dengan Bank Pembuka (Issuing Bank)


Importir memberi kuasa kepada Issuing Bank untuk membayar sejumlah uang
yang ditentukan dalam L/C kepada Eksportir dan akan menyelesaikan pada saat
dokumen telah dipenuhi.

3. Antara Eksportir dengan Bank Negosiasi(Advising Bank)


Kedudukan hukum Eksportir terhadap advising bank adalah lemah karena
prinsipnya adalah sebagai pihak ketiga yang menerima L/C dari importir sebagai
negotiating bank atas penyelesaian pembayarannya kepada eksportir.

Jenis-jenis L/C menurut hukumnya

60
Untuk lebih mengetahui kedudukan dan fungsi hukum dari L/C, ada baiknya
dijelaskan jenis-jenis atau macam-macam L/C sebagai berikut :

1. Dari segi kekuatan berlakunya :

a. Revocable L/C yaitu L/C yang telah dikeluarkan oleh Issuing Bank dan
dapat dibatalkan setiap saat tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu
dari siapapun juga(dalam praktek hanyaL/C yang belum dinegosiasi yang
dapat dibatalkan).
b. Irrevocable L/C yaitu L/C yang dikeluarkan oleh issuing bank dan tidak
dapat dibatalkan dengan alasan apapun juga, kecuali telah lewat waktu
berlakunya.
c. Irrevocable and Confirmed L/C yaitu merupakan L/C yang dikeluarkan
issuing bank, dan juga mendapat legalisasi dari confirmed bank sehingga
tidak dapat dibatalkan.

2. Dari segi Pihak yang mengeluarkan L/C :

a. Bankers L/C yaitu L/C yang dikeluarkan oleh Bank, sehingga lebih
terpercaya jaminan pembayarannya.
b. Merchant L/C yaitu jenis L/C yang dikeluarkan oleh importir yang telah
cukup dikenal dan jaminannya adalah merupakan jaminan pribadi di
importir(Borgtocht).

3. Dari segi pembayarannya :

a. Sight L/C yaitu L/C yang pembayarannya dilakukan oleh Advising Bank
saat dokumen barang telah lengkap diajukan oleh Eksportir (hal ini
kebiasaan dalam praktek sehari-hari).
b. General L/C yaitu L/C yang pembayarannya dapat dilakukan selain dari
Bank yang ditentukan dalam L/C tersebut.

4. Dari Segi perjanjian yang dilakukan :

a. Restricted/straight L/C yaitu L/C ini hanya dapat dinegosiasi oleh bank
khusus saja sebagaimana disebut dalam L/C tersebut.
b. General L/C yaitu L/C yang pembayarannya dapat dilakukan selain dari
Bank yang ditentukan dalam L/C tersebut.

5. Dari Segi Hak Pengeksport

a. Transferable/Assignable/Divisible L/C yaitu L/C yang pembayarannya


dapat dipindahkan kepada orang lain dan divible berarti juga dapat dibagi-
bagi (menurut pasal 46 a UCP 1994, terhapap L/C yang demikian harus
disebutkan “Tranferable” oleh Issuing Bank.

61
b. Non Tranferable L/C yaitu L/C yang pembayarannya tidak dapat
diperalihkan.

6. Dari Segi Khususan Penerbitn L/C

a. Aaflofed dan Revolving L/C yaitu L/C yang apabila tidak digunakan
dalam waktu tertentu, L/C ini tidak dapat digunakan lagi.

b. Back to Back L/C yaitu L/C yang dapat digunakan sebagai jaminan oleh
issuing bank (importir/agen), untuk dapat mengunakan sebagian terlebih
dahulu dengan cara membuka L/C yang baru yang nilainya lebih kecil dari
nilai L/C yang sebenarnya.

c. Transit L/C yaitu L/C yang dimintakan oleh importir melalui issuing bank
dinegara lain(Negara sahabat) karena Negara importir tidak diakui dalam
dunia perdagangan internasional.

d. Negosiering L/C yaitu L/C yang jenis ini dimana pengekspor membuka
terlebih dahulu wesel-wesel kepada issuing bank sebagai jaminan. Dengan
demikian advising bank tidak punya beban dan apabila dilibatkan beban
harus ditambah kata-kata “Undertaking Clause” jaminan pembayaran.

e. Red Clause L/C yaitu L/C yang dikeluarkan oleh issung bank, yang dapat
diterima/diambil terlebih dahulu sebagian dari nilai L/C.

f. Trevelers L/C yaitu L/C yang dibuka issuing bank yang digunakan untuk
perjalanan ke Negara pembelian barang.

PELANGGARAN ATAS SENGKETA YANG BISA TIMBUL

Setelah kita membahas beberapa aspek hukum dan jenis-jeniss hukum L/C, kita
mencoba menyoroti pelanggaran-pelanggaran dan sengketa yang bisa timbul akibat
dibukanya L/C.
Untuk itu disini dapat saya sampaikan sengketa yang mungkin timbul karena menyangkut
currency, maka kondisi suatu Negara sangat berpengaruh seperti social politik, keamanan
dan huru hara.

Baiklah kita mencoba menyoroti hal-hal yang bisa menimbulkan sengketa antara lain :

1. Terjadinya pembayaran oleh Bank, namun dokumen yang diterimanya tidak


sesuai dengan dokumen yang ditunjukkan pada Bank tersebut.

2. Bank mungkin menolak terhadap dokumen yang tidak lengkap

62
3. Bank telah mngetahui bahwa telah terjadi wanprestasi dari satu pihak (eksportir)
terhadap kontrak jual beli, dalam hal waktu, kwalitas dan lain-lain.

4. Para pihak mempertahankan keabsahan dokumen yang telah diserahkan.

Untuk tidak menimbulkan sengketa, dalam hal ini Bank atau para pihak perlu
memperhatikan aspek yuridis sebagai berikut :

1. Pasal 4 UPC-ICC, dimana L/C hukumnya adalah tentang dokumen-dokumen dan


bukan tentang barang dan jasa.

2. Pasal 15 UCP-ICC, dimana Bank wajib memeriksa terlebih dahulu secara teliti &
cermat seluruh dokumen “Resonable kontrak”.

3. Dokumen yang dibutuhka dalam L/C ini harus jelas dan trasparan.

4. Pasal 22 UCP-ICC, bahwa bank dapat menerima dokumen dengan misalnya fax,
email, cargo dll.

5. Dalam kebiasaan bank diperbolehkan mengunakan prinsip “Silence is consent”


yaitu kewenangan bank terhadap dokumen menyetujui atau menolak dalam waktu
tertentu “Resonable time”.

6. Prinsip “Home word trend” artinya apabila diatur dalam UPC-ICC dan antar
Negara para pihak ada pertentangan dalam hukum, maka yang digunakan adalah
hukum dari “Issuing Bank”.

7. Tidak terdapat solusi hukum yang pasti, apakah hubungan kontrak antara importir
denga advising bank maupun “Issuing Bank”, hal ini tergantung kebebasan
berkontrak yang sifatnya adalah universal.

Sebagai penutup, dalam hal melakukan transaksi dengan pembayaran L/C, eksportir
maupun importir harus teliti dan jangan selalu melakukan negosiasi dengan parnert
secara tergesa-gesa atau asal-asalan saja, dengan tujuan untuk sementara.

63
UJIAN SEMESTER

SOAL UJIAN : ASPEK HUKUM EKONOMI PERUSAHAAN


DOSEN : YUFRIDA DJAMALUDDIN, SH, SE, MSi
WAKTU : 90 menit

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Undang-Undang yang mengatur Perusahaan yang berbentuk Firma(Fa), uraikan


isi pasalnya dan pendiriannya diatur dalam Undang-Undang apa serta isi
pasalnya !

2. P T (perseroan Terbatas) :
a. Pengertian PT diatur dalam Undang-Undang apa & isi pasalnya
b. Syarat Pendiriannya
c. Modal Dasar pendiriannya, serta pasalnya
d. Berapa Modal disetornya

3. Apa yang dimaksud dengan Pasar Modal, apakah semua perusahaan bisa
melakukan perdagangan/bertransaksi di Pasar Modal

4. Apa yang dimaksud dengan L/C(Letter of Credit)

---------------------------------------------------Selamat bekerja-------------------------------------

64
JAWABANYA :

1. a. Pasal 16 KUHD : Yang dimaksud dengan Firma adalah tiap-tiap perserikatan yang
didirikan untuk menjalankan sesuatu perusahaan dibawah satu nama bersama
b. Pendiriannya diatur dalam Pasal 22 KUHD :
Tiap-tiap perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik

2. a. Pengertian PT dalam pasal 1 UU No. 40 Tahun 2007


“ Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU ini serta peraturan
pelaksanaannya.

b. Syarat pendirian PT :
a) Perseroan didirikan oleh 2 orang / lebih dengan Akte Notaris yang
dibuat dalam bahasa Indonesia.
b) Perseroan harus mendapat pengesahan dari Mentri Kehakiman
sebagai badan hukum
c) Perseroan tersebut didaftarkan di Pengadilan Negeri
d) Akte pendirian tersebut diumumkan dalam Berita Negara dan
dicetak berupa buku sebagai Lembaran Negara.
e) Perseroan tersebut didirikan dengan penyetoran modal dan dibagi
dalam bentuk saham-saham.
f) Domisili/Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)
g) SIUP(Surat Ijin Usaha Perdagangan)
h) TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
i) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak

c. Pasal 32(1) UU No. 40/2007 “modal dasar perseroan paling sedikit Rp. 50jt

d. Pasal 33(1) paling sedikit 25 % disetor dari modal dasar

3.a. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.

b. Pasal 73 UU No. 8 Tahun 1995 ttg Pasar Modal


Setiap perusahaan public wajib menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada
Bapepam

4. LETTER OF CREDIT(L/C) yaitu :

“Suatu sitem pembayaran yang disepakati antara penjual dan pembeli, dengan
mengunakan dokumen, melalui bantuan Bank (bank devisa) sebagai Nogotiating
Bank”.

65
66

Anda mungkin juga menyukai