Disusun oleh:
Perkembangan teknologi pada saat ini maju begitu pesat. Bahkan pada saat
sekarang setiap detik manusia tidak akan lepas dengan teknologi. Dengan
perkembangan teknologi, maka memudahkan kita pada segala sesuatu.
Perkembangan tersebut akan pula menumbuhkan bisnis dibidangnya terutama
dalam hal bermualah, seperti jasa internet yang ditawarkan pada bisnis warnet .
Kita sudah tidak asing lagi dengan kata warnet yang sudah ada dari beberapa
tahun lalu untuk memudahkan penggunaan internet sebelum adanya gadget yang
merambah di seluruh masyarakat.
Matrix Net merupakan salah satu sekian banyak warnet di Kudus yang
berlokasi di Jl. Suryo Kusumo Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten
Kudus. Di luar warnet terpampang plang yang menyebutkan menyediakan
layanan print, fotokopi, jilid dan menjual beberapa barang ATK yang dibutuhkan
oleh konsumen. Di dalam warnet, disertai bilik di setiap unitnya, dan dijaga oleh
dua orang operator.
Warnet ini berdiri sejak tahun 2015, memiliki 12 unit komputer client
beserta komputer operator, mulai beroperasi dari pukul 08:00 sampai dengan
21:00 WIB. Dengan lokasi yang berada di kawasan yang terbilang cukup ramai,
membuat warnet ini banyak dikunjungi oleh para pelanggannya, mulai dari orang
dewasa hingga anak-anak yang masih di bawah umur. Untuk anak-anak mereka
mulai mendatangi warnet setelah jam pulang sekolah, biasanya mereka datang
bergerombol dengan teman-temannya.
Warnet ini telah difasilitasi dengan ditunjang oleh perangkat lainnya yang
bisa diakses oleh pengguna dengan tarif yang sudah ditentukan. Tarif yang
berlaku di warnet Martrix Net ini yakni dengan rincian sebagai berikut:
1. Pengertian Ijarah
Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwadhu
(ganti). Dari sebab itu at-tsawab (pahala) dinamai ajru (upah).
Menurut pengertian syara’, al-Ijarah ialah “sesuatu jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian”. 2
Sedangkan menurut istilah, al-Ijarah ialah menyerahkan
(memberikan) manfaat benda kepada orang lain dengan suatu ganti
pembayaran. Dengan penggantian (upah) yang jelas. Dalam
pengertian lain Ijarah secara sederhana diartikan dengan ”transaksi
manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu” jika yang menjadi objek
transaksi dari suatu benda disebut Ijarah al-ain atau sewa-menyewa.
Misalnya sewa-menyewa rumah untuk ditempati, apabila yang
menjadi objek transaksi adalah jasa dari tenaga kerja seseorang
disebut dengan Ijarah az-zimmah atau upah-mengupah, seperti
1
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 228.
2
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 13, (Bandung: PT Al Ma’arif, 1997), 15.
mengupah menjahit pakaian, keduanya disebut dengan satu istilah
Ijarah.
Berdasarkan perngertian di atas terlihat bahwa yang dimaksud
sewa menyewa adalah pengambilan manfaat suatu benda. Jadi dalam
hal ini bendanya tidak berkurang sama sekali, dengan perkataan lain
dengan terjadinya peristiwa sewa menyewa, yang berpindah hanyalah
manfaat dari benda yang disewakan tersebut, dalam hal ini dapat
berupa manfaat barang seperti kendaraan, rumah, tanah juga dapat
berupa karya pribadi seperti pekerja.3
2. Dasar Hukum Ijarah
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa sewa-menyewa
mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, guna
meringankan salah satu pihak atau saling meringankan antara sesama,
serta termasuk salah satu bentuk kegiatan tolong menolong yang
dianjurkan oleh agama. Oleh karena itu ulama fiqih menyatakan
bahwa dasar hukum diperolehkan akad sewa-menyewa adalah al-
Qur’an, as-Sunnah, dan Ijma’ para ulama.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa dasar hukum dari sewa-
menyewa diantaranya adalah:
a. Surah Az-Zukhruf 32, yang berbunyi:
3
Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994),
52.
sebagain manusia atas sebagian yang lain, agar manusia itu dapat
saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya, salah satu
caranya adalah dengan melakukan akad Ijarah (upah-mengupah),
karena dengan akad Ijarah itu sebagian manusia dapat
mempergunakan sebagian yang lain.
b. Dalam surat Al-Baqarah ayat 233 diterangkan:
) (رواه ابن ماجه عن ابن عمر.اعطوا االجري اجره قبل ان جيف عرقه
Artinya: “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya
kering.” (HR. Ibn Majah dari Ibn Umar)
Hadits di atas menjelaskan bahwa, dalam persoalan sewa-
menyewa, terutama yang memakai jasa manusia untuk mengerjakan suatu
pekerjaan, upah atau pembayaran harus segera diberikan sebelum
keringatnya kering. Maksudnya, pemberian upah harus segera dan
langsung, tidak boleh ditunda-tunda pembayarannya.
d. Ijma’
Umat Islam pada masa sahabat telah berijma’ bahwa ijarah
dibolehkan sebab bermanfaat bagi manusia.4
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 114-115.
ikhtira’, danikra. Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun ijarah itu ada
empat (4), yaitu:
Seperti halnya dalam akad jual beli, syarat – syarat ijarah juga
terdiri atas empat jenis persyaratan, yaitu:
7
Soedharyo Soimin, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika,
2007), 33.
C. Menurut Pandangan 4 Mazhab
1. Ulama’ Hanafiyah
Ulama’ madzhab Hanafiyah mendefinisikan ijarah
sebagai transaksi terhadap suatu manfaat dengan suatu
imbalan, rukunnya hanya terdiri dari ijab dan qabul dengan
adanya ijab dan qabul akad ijarah sudah dianggap sah. Baik
dengan lafadh ijarah/lafadh menunjukkan makna tersebut.
2. Ulama’ Malikiyah
Ulama’ madzhab malikiyah mendefinisikan ijarah
sebagai pemilihan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam
waktu tertentu dengan suatu imbalan. Menurut ulama’
Malikiyah bahwa mumayyiz adalah syarat ijarah dan jual beli,
sedangkan baligh adalah syarat penyerahan. Dengan
demikian, akad anak mumayyiz adalah sah, tetapi bergantung
atas keridhaan walinya. Mengenai jaminan barang yang
disewakan, penyewa tetap harus bertanggung jawab terhadap
barang sewaan meskipun rusaknya tidak disengaja,
sebagaimana yang dilakukan Umar untuk kehati-hatian
terhadap harta orang lain.
3. Ulama’ Syafi’iyah
Ulama’ madzhab Syafi’iyah mendifinisikan ijarah
sebagai transaksi terhadap manfaat yang dituju, bersifat bisa
dimanfaatkan dengan suatu imbalan tertentu. Untuk kedua
orang yang berakad disyaratkan telah baligh dan berakal.
Imam syafi’I berpendapat bahwa ijarah fasid sama dengan
jual beli fasid, yakni harus dibayar sesuai dengan nilai/ukuran
yang dicapai oleh barang sewaan. Imam syafi’i juga
mensyaratkan untuk penetapan awal waktu akad sebab bila
tidak dibatasi hal itu dapat menyebabkan ketidaktauhan
waktu yang wajib dipenuhi.
4. Ulama’ Hanabillah
Ulama’ madzhab hanabillah mendefinisikan ketika ijarah
telah berakhir penyewa harus melepaskan barang sewaan
dan tidak ada kemestian mengembalikan untuk
menyerahterimakannya seperti barang titipan. Dan setelah
berakhirnya masa akad ijarah dan tidak terjadi kerusakan
yang tanpa sengaja, maka tidak ada kewajiban menanggung
bagi penyewa. .8
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
sewa menyewa ialah akad yang diadakan oleh pihak penyewa
dan orang yang menyewakan untuk memiliki dan mengambil
manfaat obyek sewa yang diketahui dengan jelas dan mubah
dengan pembayaran imbalan atau harga dengan syarat-
syarat tertentu dan dalam periode yang ditentukan.
Dengan demikian Matrix Net telah sesuai dengan
pendapat 4 mahzab diatas dimana Matrix net menyewakan
jasa Internet kepada pihak penyewa di ikuti ijab dan qabul
dimana secara tersirat Matrix Net menawarkan daftar durasi
harga per jam dan penyewa memilih salah satu durasi
tersebut sehingga terjadi serah terima setelah sewa-menyewa
selesai maka penyewa akan membayar biaya sewa sesuai
dengan durasi waktu yang telah jelas ditentukan dan rukun-
rukun ijarahnya sudah terpenuhi antara lain baligh dan
berakal walaupun pihak penyewa ada yang masih anak-anak
akadnya tetap dianggap sah tergantung keridhaan walinya.
Begitupun hak dan kewajibannya sudah sesuai antara pihak
yang menyewakan dan memberi sewa. Sehingga bila ada
kerusakan tanpa disengaja tidak merupakan tanggung jawab
penyewa.
D. Menurut Pandagan Masyarakat
Sewa-menyewa dalam masyarakat sendiri sudah bukan hal yang asing
lagi. Kegiatan muamalah dalam sewa-menyewa ini tidak luput bagi
8
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, 123.
masyarakat karena sangat membantu sekali. Dengan adanya akad sewa-
menyewa masyarakat yang tidak mempunyai barang atau tenaga ahli akan
menyewa dan memberi imbalalan kepada pemberi sewa sehingga masyarakat
saling tolong menolong. Umumnya masyarakat sudah menerapkan konsep
akad ijarah itu sesuai dengan ketentuan syariah. Masyarakatpun sudah
memenuhi rukun dan syarat dengan baik sehingga akad sewa-menyewa
dianggap sah.
Di dalam lingkungan masyarakat sudah biasa melakukan sistem sewa-
menyewa. Seperti halnya sewa-menyewa lainnya, sewa jasa internet sudah
tidak asing lagi. Masyarakat sudah sering menggunakan sistem sewa jasa
internet ini. Dengan adanya sitem jasa internet ini masyarakat merasa
diuntungkan karena membantu dalam keperluan mencari informasi,
menyelesaikan tugas atau bahkan hanya untuk menghimbur diri dengan
bermain game.
E. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai “ Implementasi Akad Sewa Menyewa Jasa
Internet Pada Warnet Matrix Net Kudus” Maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan sistem sewa-menyewa pada Jasa internet Matrix Net Desa
Jepang, Mejobo, Kudus menggunakan sistem jam-jaman. Dalam
perjanjian akad yang berakad tidak hanya orang dewasa melainkan anak
dibawah umur juga terlibat dalam akad sewa-menyewa jasa internet. Dan
ini tidak kesesuaian dengan syarat-syarat ijarah, tetapi selama anak
tersebut mendapatkan izin dari wali maka ijarah yang dilakukan sah.
2. Menurut hukum Islam, perjanjian sewa-menyewa Jasa internet pada
Matrix Net Desa Jepang, Mejobo, Kudus dianggap sah karena kedua belah
pihak telah mensepakati perjanjian yang ada, dan perjanjian itu tidak
menyalahi aturan Nash Al-qur’an maupun Al-Hadist.
3. Menurut hukum positif, Matrix Net talah menjalankan dengan baik hak
dan kewajiban antara pihak-pihak yang bersepakat. Sudah memenuhi
kriteria yang menurut pelakunya tidak ada paksaan ketika melakukan
perjanjian seperti dijelaskkan dalam Undang-Undang Hukum Perdata juga
dijelaskan mengenai dasar sahnya perjanjian (sewa menyewa) pasal 1320.
Dengan demikian, sudah sesuai dengan hukum positif.
DAFTAR PUSTAKA