Anda di halaman 1dari 14

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata kuliah : Fiqih Muamalah Kontemporer
Dosen Pengampu : Mohammad Junaidi Abdillah, M.H

Disusun oleh:

1. Wulan Nikmah (1820210024)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2020
STUDI KASUS TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJARAH PADA
WARNET MATRIX NET KUDUS

Perkembangan teknologi pada saat ini maju begitu pesat. Bahkan pada saat
sekarang setiap detik manusia tidak akan lepas dengan teknologi. Dengan
perkembangan teknologi, maka memudahkan kita pada segala sesuatu.
Perkembangan tersebut akan pula menumbuhkan bisnis dibidangnya terutama

dalam hal bermualah, seperti jasa internet yang ditawarkan pada bisnis warnet .
Kita sudah tidak asing lagi dengan kata warnet yang sudah ada dari beberapa
tahun lalu untuk memudahkan penggunaan internet sebelum adanya gadget yang
merambah di seluruh masyarakat.

Warnet merupakan bisnis usaha bidang jasa, yaitu menyewakan jasanya


kepada masyarakat yang ingin mengakses internet melalui warnet dengan
menyediakan tempat serta personal komputer yang sudah tersambung dengan
jaringan ISP (Internet Service Provider), sehingga para pengguna jasa warnet
dapat memanfaatkan internet untuk berbagai keperluannya.

Matrix Net merupakan salah satu sekian banyak warnet di Kudus yang
berlokasi di Jl. Suryo Kusumo Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten
Kudus. Di luar warnet terpampang plang yang menyebutkan menyediakan
layanan print, fotokopi, jilid dan menjual beberapa barang ATK yang dibutuhkan
oleh konsumen. Di dalam warnet, disertai bilik di setiap unitnya, dan dijaga oleh
dua orang operator.

Warnet ini berdiri sejak tahun 2015, memiliki 12 unit komputer client
beserta komputer operator, mulai beroperasi dari pukul 08:00 sampai dengan
21:00 WIB. Dengan lokasi yang berada di kawasan yang terbilang cukup ramai,
membuat warnet ini banyak dikunjungi oleh para pelanggannya, mulai dari orang
dewasa hingga anak-anak yang masih di bawah umur. Untuk anak-anak mereka
mulai mendatangi warnet setelah jam pulang sekolah, biasanya mereka datang
bergerombol dengan teman-temannya.
Warnet ini telah difasilitasi dengan ditunjang oleh perangkat lainnya yang
bisa diakses oleh pengguna dengan tarif yang sudah ditentukan. Tarif yang
berlaku di warnet Martrix Net ini yakni dengan rincian sebagai berikut:

Paket 1 jam Rp. 3.000


Paket 2 jam Rp. 5.000
Paket 3 jam Rp. 7.000
Paket 4 jam Rp. 8.000
Paket 6 jam Rp. 11.000

Dalam syariat Islam pemanfaatan jasa internet merupakan bentuk dari


akad ijarah dalam arti luas adalah bermakna suatu akad yang berisi penukaran
manfaat sesuatu dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu. Ijarah
salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi keperluan hidup manusia
seperti sewa menyewa (mengambil manfaat barang).1 Untuk lebih jelasnya berikut
ini penjelasan beberapa pandangan-pandangan mengenai akad ijarah pada sewa
jasa internet di Matrix Net:

A. Menurut Padangan Hukum Islam

1. Pengertian Ijarah
Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwadhu
(ganti). Dari sebab itu at-tsawab (pahala) dinamai ajru (upah).
Menurut pengertian syara’, al-Ijarah ialah “sesuatu jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian”. 2
Sedangkan menurut istilah, al-Ijarah ialah menyerahkan
(memberikan) manfaat benda kepada orang lain dengan suatu ganti
pembayaran. Dengan penggantian (upah) yang jelas. Dalam
pengertian lain Ijarah secara sederhana diartikan dengan ”transaksi
manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu” jika yang menjadi objek
transaksi dari suatu benda disebut Ijarah al-ain atau sewa-menyewa.
Misalnya sewa-menyewa rumah untuk ditempati, apabila yang
menjadi objek transaksi adalah jasa dari tenaga kerja seseorang
disebut dengan Ijarah az-zimmah atau upah-mengupah, seperti
1
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 228.
2
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 13, (Bandung: PT Al Ma’arif, 1997), 15.
mengupah menjahit pakaian, keduanya disebut dengan satu istilah
Ijarah.
Berdasarkan perngertian di atas terlihat bahwa yang dimaksud
sewa menyewa adalah pengambilan manfaat suatu benda. Jadi dalam
hal ini bendanya tidak berkurang sama sekali, dengan perkataan lain
dengan terjadinya peristiwa sewa menyewa, yang berpindah hanyalah
manfaat dari benda yang disewakan tersebut, dalam hal ini dapat
berupa manfaat barang seperti kendaraan, rumah, tanah juga dapat
berupa karya pribadi seperti pekerja.3
2. Dasar Hukum Ijarah
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa sewa-menyewa
mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, guna
meringankan salah satu pihak atau saling meringankan antara sesama,
serta termasuk salah satu bentuk kegiatan tolong menolong yang
dianjurkan oleh agama. Oleh karena itu ulama fiqih menyatakan
bahwa dasar hukum diperolehkan akad sewa-menyewa adalah al-
Qur’an, as-Sunnah, dan Ijma’ para ulama.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa dasar hukum dari sewa-
menyewa diantaranya adalah:
a. Surah Az-Zukhruf 32, yang berbunyi:

‫يشَت ُه ْم يِف احْلَيَ ِاة‬


َ ِ‫ك حَنْ ُن قَ َس ْمنَا َبْيَن ُهم َّمع‬ َ ِّ‫ت َرب‬ ِ
َ َ ‫أ َُه ْم َي ْقس ُمو َن َرمْح‬
ِ ٍ
‫ضا‬ ً ‫ض ُهم َب ْع‬ُ ‫ض َد َر َجات لِّيَتَّخ َذ َب ْع‬ ٍ ‫ض ُه ْم َف ْو َق َب ْع‬ ُّ
َ ‫الد ْنيَا َو َر َف ْعنَا َب ْع‬
‫ك َخْيٌر مِّمَّا جَيْ َمعُو َن‬ َ ِّ‫ت َرب‬ُ َ ‫ُس ْخ ِريًّا َو َرمْح‬
Artinya: "Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat
Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."( QS
Az Zukhruf : 32)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memberikan kelebihan

3
Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994),
52.
sebagain manusia atas sebagian yang lain, agar manusia itu dapat
saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya, salah satu
caranya adalah dengan melakukan akad Ijarah (upah-mengupah),
karena dengan akad Ijarah itu sebagian manusia dapat
mempergunakan sebagian yang lain.
b. Dalam surat Al-Baqarah ayat 233 diterangkan:

‫اح َعلَْي ُك ْم إِ َذا َسلَّ ْمتُم َّما آَتْيتُم‬ ِ ِ


َ َ‫َوإ ْن أ ََردمُّتْ أَن تَ ْسَت ْرضعُوا أ َْواَل َد ُك ْم فَاَل ُجن‬
ِ ‫وف و َّات ُقوا اللَّه و ْاعلَموا أ َّ مِب‬ ِ ِ
ٌ‫َن اللَّهَ َا َت ْع َملُو َن بَصري‬ ُ ََ َ ‫بالْ َم ْع ُر‬
Artinya : "Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (QS.
Al- Baqarah : 233)

c. Landasan sewa-menyewa dalam As-Sunnah

)‫ (رواه ابن ماجه عن ابن عمر‬.‫اعطوا االجري اجره قبل ان جيف عرقه‬
Artinya: “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya
kering.” (HR. Ibn Majah dari Ibn Umar)
Hadits di atas menjelaskan bahwa, dalam persoalan sewa-
menyewa, terutama yang memakai jasa manusia untuk mengerjakan suatu
pekerjaan, upah atau pembayaran harus segera diberikan sebelum
keringatnya kering. Maksudnya, pemberian upah harus segera dan
langsung, tidak boleh ditunda-tunda pembayarannya.

d.  Ijma’
Umat Islam pada masa sahabat telah berijma’ bahwa ijarah
dibolehkan sebab bermanfaat bagi manusia.4

3. Rukun dan Syarat Ijarah


Menurut ulama Hanafiyah, rukun ijarah  itu hanya satu, yaitu
ijab  dan qabul , yakni pernyataan dari orang yang menyewa dan
menyewakan. Lafal yang digunakan adalah lafal ijarah, isti’jar,

4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 114-115.
ikhtira’, danikra. Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun ijarah  itu ada
empat (4), yaitu:

a. Aqid, yaitu mu’jir (orang yang menyewakan) danmusta’jir (orang yang


menyewa), 
b. Shighat, yaitu ijab dan qabul,
c. Ujrah (uang sewa atau upah), dan 
d. Manfaat, baik mamfaat dari suatu barang yang disewa atau jasa dan
dari orang yang bekerja.5

Seperti halnya dalam akad jual beli, syarat – syarat ijarah juga
terdiri atas empat jenis persyaratan, yaitu:

1. Syarat Terjadinya Akad (Syarat In’iqad)


Syarat terjadinya akad (syarat in’iqad) berkaitan dengan
‘aqid,akad dan objek akad.
2. Syarat Kelangsungan Akad (Nafadz)
Untuk kelangsungan (nafadz) akad ijarah disyaratkan
terpenuhinya hak milik atau wilayah kekuasaan. 
3. Syarat Sahnya Ijarah
Untuk sahnya ijarah harus dipenuhi beberapa syarat yang
berkaitan dengan ‘aqid(pelaku),  ma’qud ‘alaih(objek), sewa atau upah
(ujrah) dan akadnya sendiri. 
4. Syarat Mengikatnya Akad Ijarah (Syarat Luzum)
Ijarah adalah jenis akad lazim, yaitu akad yang tidak
membolehkan adanya fasakh (batal) pada salah satu pihak.6

4. Mekanisme Sewa-menyewa pada Matrix Net menurut pandangan


Islam
Sewa-menyewa internet Matrix Net adalah suatu kegiatan dimana
penyewa (musta’jir) memilih barang/jasa yang akan disewa dan pihak
Matrix Net (mu’jir) diwakilkan oleh operator memberikan jasa internet
kepada penyewa (musta’jir). Proses yang dilakukan antara penyewa dan
5
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqih Muamalat, ( Jakarta: Kencana Prenamedia Group,
2010), 278.
6
Rachmat Syafie, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 125.
orang yang menyewakan/operator didasarkan atas asas suka sama suka
bahwa sewa-menyewa tidak terlepas dari rukun dan syarat yang perlu
diterapkan sebagai peraturan dalam transaksi sewa- menyewa sehingga
transaksi tersebut sah dan sesuai dengan hukum Islam, maka berikut ini
adalah analisis dalam pandangan hukum Islam terhadap persewaan jasa
internet di Warnet Matrix Net yang disesuaikan dengan rukun sewa-
menyewa (ija>rah) dalam hukum Islam.
Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi sewa-
menyewa yaitu:
1. Aqid (orang yang berakad)

Sebagaimana dijelaskan bahwa orang yang berakad haruslah


orang yang berakal sehat dan baligh, dan tidak ada paksaan. Transaksi
persewaan jasa internet ini baik penyewa atau orang yang menyewakan
adalah orang dewasa dan berakal sehat. Itu dapat dilihat dari syarat
ketika akan menggunakan jasa dari warnet Matrix Net. Sedangkan orang
yang menyewakan (operator) sudah tentu orang dewasa dan berakal
sehat karena kalau pegawai itu tidak dewasa dan berakal sehat, pegawai
tersebut tidak akan diterima bekerja disana. Matrix Net juga melayani
anak-anak yang ingin menggunakan jasa internet akan tetapi mereka
disana tidak sendiri melainkan bersama orang tuannya atau saudaranya
yang telah berusia baligh atau telah di izinkan oleh orang tuanya. Dengan
demikian, syarat dewasa dan berakal sudah pasti. Mereka menunjukan
sifat saling rela, suka sama suka, atas kehendak sendiri dan tanpa
paksaan.
2. Shigat (Ijab-Qabul)
Ijab-qabul harus dilakukan berdasarkan suka sama suka atau
keridaan. Ijab-qabul di Warnet Matrix Net berlangsung dengan cara
pihak yang mengambil manfaat dari penggunaan asset atau bisa disebut
sebagai penyewa / konsumen mendatangi warnet dan menanyakan
tentang ketersediaan billing untuk disewa kepada pemilik aset yang
dalam hal ini adalah operator perwakilan. Operator kemudian
mengarahkan penyewa tersebut ke billing yang kosong dengan
memberitahukan tentang fasilitas yang ada di dalam billing tersebut dari
CPU, keybord, webcame, headsaet, kemudian penyewa mendatangi
billing yang telah ditunjukan oleh operator tadi untuk melakukan sewa,
pada saat di dalam billing calaon penyewa akan melihat pamflet daftar
harga yang isi dari pamflet tersebut meliputi durasi dan harga yang
ditawarkan oleh warnet, jika penyewa kebingungan mengenai
mekanisme cara menyewa di warnet tersebutbisa meminta bantuan ke
operator. Namun, apabila calon penyewa dirasa cukup paham mengenai
isi pamflet dan mekanisme menyewa di warnet tersebut maka penyewa
tinggal menekan atau mengeklik menu paket yang tertera dilayar
monitor. Mekanisme tersebut mengandung unsur perbuatan yang terdiri
dari tawaran (ijab) pernyataan dari operator menunjukan billing yang
kosong dan penerimaan (qabul) ketika calon penyewa telah menyetujui
tarif dan lama durasi pemakaian warnet dengan mengeklik menu paket
untuk mengaktifkan komputer
Cara yang demikian sudah memenuhi unsur ijab-qabul. Tujuan
akad itu sudah jelas dan dapat dipahami. Akad persetujuan atau ijab-
qabul tersebut dapat dilakukan dalam bentuk apa saja, asalkan
menunjukkan pada saling rela sebagaimana dalam kaidah Fiqih
dikatakan. “Yang dimaksud dalam akad adalah maksud atau makna
bukan lafadz atau bentuk perkataan”.

3. Barang yang disewakan (manfaat atau upah)

Barang yang disewakan dibagi menjadi dua macam yaitu bersifat


manfaat dan bersifat pekerjaan. Yang dijadikan obyek persewaan di
Warnet Matrix Net adalah jasa internet. Dilihat dari segi manfaatnya,
jasa internet adalah sebagai media informasi baik hiburan maupun
informasi serius dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan.hiburan untuk
menghilangkan kejenuhan atau kebosanan setelah bekerja atau belajar
dan mencari bahan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pihak Warnet
Matrix Net telah memberikan pemblokiran situs-situs porno. Namun
dalam kenyataannya masih ada para pengguna jasa masih dapat
membuka situs-situs porno hal ini mengakibatkan peluang terjadinya
kemaksiatan. Dengan demikian, kemanfaatan warnet Matrix Net murni
dikembalikan kepada masing-masing penyewa, digunakan untuk
kemanfaatan atau kemaksiatan.

4. Ujrah ( uang sewa atau upah)

Upah sewa menyewa harus diketahui jelas dan diketahui berapa


jumlah yang harus diberikan. Uang sewa di Matrix Nex sudah di ketahui
dengan jelas sudah ada daftar harga sewa perjamnya. Jadi pelanggan
dengan sendirinya bisa memilih harga mana yang diinginkan.
B. Menurut Pandangan Hukum Positif
Praktek sewa-menyewa yang ada Matrix Net merupakan hubungan
hukum antara para pelaku (subyek hukum), dalam hal ini kedua pelaku sewa
saling mengikat dengan suatu perjanjian, dengan demikian maka praktek
sewa-menyewa tersebut tidak akan lepas dari aturan hukum positif, karena
pada dasarnya semua bentuk perjanjian itu sudah diatur ketentuannya dalam
undang-undang. Ijarah sebenarnya merupakan perjanjian, dengan mana pihak
yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainya
kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran
suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan telah disanggupi
pembayaranya.
Menurut undang- undang pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata memberikan
kebebasan bagi setiap orang yang ingin mengadakan perjanjian dalam hal
apapun yang isinya:
1) Membuat atau tidak membuat perjanjian
2) Mengadakan perjanjian dengan siapa pun
3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratan
4) Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau dengan lisan.
Dari keterangan tersebut bahwa praktek sewa-menyewa jasa internet di
Matrix Net ketika melakukan perjanjian juga sudah memenuhi kriteria yang
menurut pelakunya tidak ada paksaan ketika melakukan perjanjian. Dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga dijelaskan mengenai dasar sahnya
perjanjian (sewa menyewa) pasal 1320 adalah sebagai berikut:
1) sepakat mereka yang mengikat dirinya.
2) kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3) suatu hal tertentu
4) suatu sebab yang halal7

Perjanjian sewa-menyewa menurut Pasal 1548 KUH Perdata


menyebutkan bahwa: “ Perjanjian sewa-menyewa adalah suatu perjanjian,
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada
pihak yang lainya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan
dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan telah
disanggupi pembayarannya.”

Perjanjian sewa-menyewa merupakan perjanjian timbal balik sehingga


ada hak dan kewajiban yang membebani para pihak yang melakukan
perjanjian.
Kewajiban pihak yang menyewakan dapat ditemukan di dalam pasal 1550
KUH Perdata. Kewajiban-kewajiban tersebut, yaitu :
a. Menyerahkan barang yang disewakan kepada penyewa.
b. Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa sehingga barang
tersebut dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan.
c. Memberikan si penyewa kenikmatan yang terteram dari pada barang yang
disewakan selama berlangsungnya sewa-menyewa.

Dengan demikian sesuai penjelasan di atas jelas diketahui bahwa akad


sewa-menyewa pada Matrix Net sudah berjalan sesuai dengan ketentuan
hukum positif bagaimana masing-masing pihak telah menjalankan hak dan
kewajibannya. Dimana pemberi sewa akan memberikan akses internet kepada
penyewa dan penyewa akan memberikan uang sewa sesuai dengan durasi
yang dipilih. Kalaupun, ada kekurangan-kekurangan dalam media akses
internet akan diberitahukan kepada penyewa dan menjamin bila ada hal-hal
yang tidak terduga mungkin terjadi selama waktu penyewaan, sehingga tidak
ada kesalahpahaman dan pihak penyewa tidak merasa dirugikan.

7
Soedharyo Soimin, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika,
2007), 33.
C. Menurut Pandangan 4 Mazhab
1. Ulama’ Hanafiyah
Ulama’ madzhab Hanafiyah mendefinisikan ijarah
sebagai transaksi terhadap suatu manfaat dengan suatu
imbalan, rukunnya hanya terdiri dari ijab dan qabul dengan
adanya ijab dan qabul akad ijarah sudah dianggap sah. Baik
dengan lafadh ijarah/lafadh menunjukkan makna tersebut.
2. Ulama’ Malikiyah
Ulama’ madzhab malikiyah mendefinisikan ijarah
sebagai pemilihan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam
waktu tertentu dengan suatu imbalan. Menurut ulama’
Malikiyah bahwa mumayyiz adalah syarat ijarah dan jual beli,
sedangkan baligh adalah syarat penyerahan. Dengan
demikian, akad anak mumayyiz adalah sah, tetapi bergantung
atas keridhaan walinya. Mengenai jaminan barang yang
disewakan, penyewa tetap harus bertanggung jawab terhadap
barang sewaan meskipun rusaknya tidak disengaja,
sebagaimana yang dilakukan Umar untuk kehati-hatian
terhadap harta orang lain.
3. Ulama’ Syafi’iyah
Ulama’ madzhab Syafi’iyah mendifinisikan ijarah
sebagai transaksi terhadap manfaat yang dituju, bersifat bisa
dimanfaatkan dengan suatu imbalan tertentu. Untuk kedua
orang yang berakad disyaratkan telah baligh dan berakal.
Imam syafi’I berpendapat bahwa ijarah fasid sama dengan
jual beli fasid, yakni harus dibayar sesuai dengan nilai/ukuran
yang dicapai oleh barang sewaan. Imam syafi’i juga
mensyaratkan untuk penetapan awal waktu akad sebab bila
tidak dibatasi hal itu dapat menyebabkan ketidaktauhan
waktu yang wajib dipenuhi.
4. Ulama’ Hanabillah
Ulama’ madzhab hanabillah mendefinisikan ketika ijarah
telah berakhir penyewa harus melepaskan barang sewaan
dan tidak ada kemestian mengembalikan untuk
menyerahterimakannya seperti barang titipan. Dan setelah
berakhirnya masa akad ijarah dan tidak terjadi kerusakan
yang tanpa sengaja, maka tidak ada kewajiban menanggung
bagi penyewa. .8
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
sewa menyewa ialah akad yang diadakan oleh pihak penyewa
dan orang yang menyewakan untuk memiliki dan mengambil
manfaat obyek sewa yang diketahui dengan jelas dan mubah
dengan pembayaran imbalan atau harga dengan syarat-
syarat tertentu dan dalam periode yang ditentukan.
Dengan demikian Matrix Net telah sesuai dengan
pendapat 4 mahzab diatas dimana Matrix net menyewakan
jasa Internet kepada pihak penyewa di ikuti ijab dan qabul
dimana secara tersirat Matrix Net menawarkan daftar durasi
harga per jam dan penyewa memilih salah satu durasi
tersebut sehingga terjadi serah terima setelah sewa-menyewa
selesai maka penyewa akan membayar biaya sewa sesuai
dengan durasi waktu yang telah jelas ditentukan dan rukun-
rukun ijarahnya sudah terpenuhi antara lain baligh dan
berakal walaupun pihak penyewa ada yang masih anak-anak
akadnya tetap dianggap sah tergantung keridhaan walinya.
Begitupun hak dan kewajibannya sudah sesuai antara pihak
yang menyewakan dan memberi sewa. Sehingga bila ada
kerusakan tanpa disengaja tidak merupakan tanggung jawab
penyewa.
D. Menurut Pandagan Masyarakat
Sewa-menyewa dalam masyarakat sendiri sudah bukan hal yang asing
lagi. Kegiatan muamalah dalam sewa-menyewa ini tidak luput bagi

8
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, 123.
masyarakat karena sangat membantu sekali. Dengan adanya akad sewa-
menyewa masyarakat yang tidak mempunyai barang atau tenaga ahli akan
menyewa dan memberi imbalalan kepada pemberi sewa sehingga masyarakat
saling tolong menolong. Umumnya masyarakat sudah menerapkan konsep
akad ijarah itu sesuai dengan ketentuan syariah. Masyarakatpun sudah
memenuhi rukun dan syarat dengan baik sehingga akad sewa-menyewa
dianggap sah.
Di dalam lingkungan masyarakat sudah biasa melakukan sistem sewa-
menyewa. Seperti halnya sewa-menyewa lainnya, sewa jasa internet sudah
tidak asing lagi. Masyarakat sudah sering menggunakan sistem sewa jasa
internet ini. Dengan adanya sitem jasa internet ini masyarakat merasa
diuntungkan karena membantu dalam keperluan mencari informasi,
menyelesaikan tugas atau bahkan hanya untuk menghimbur diri dengan
bermain game.
E. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai “ Implementasi Akad Sewa Menyewa Jasa
Internet Pada Warnet Matrix Net Kudus” Maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan sistem sewa-menyewa pada Jasa internet Matrix Net Desa
Jepang, Mejobo, Kudus menggunakan sistem jam-jaman. Dalam
perjanjian akad yang berakad tidak hanya orang dewasa melainkan anak
dibawah umur juga terlibat dalam akad sewa-menyewa jasa internet. Dan
ini tidak kesesuaian dengan syarat-syarat ijarah, tetapi selama anak
tersebut mendapatkan izin dari wali maka ijarah yang dilakukan sah.
2. Menurut hukum Islam, perjanjian sewa-menyewa Jasa internet pada
Matrix Net Desa Jepang, Mejobo, Kudus dianggap sah karena kedua belah
pihak telah mensepakati perjanjian yang ada, dan perjanjian itu tidak
menyalahi aturan Nash Al-qur’an maupun Al-Hadist.
3. Menurut hukum positif, Matrix Net talah menjalankan dengan baik hak
dan kewajiban antara pihak-pihak yang bersepakat. Sudah memenuhi
kriteria yang menurut pelakunya tidak ada paksaan ketika melakukan
perjanjian seperti dijelaskkan dalam Undang-Undang Hukum Perdata juga
dijelaskan mengenai dasar sahnya perjanjian (sewa menyewa) pasal 1320.
Dengan demikian, sudah sesuai dengan hukum positif.

DAFTAR PUSTAKA

Ghazaly, Abdul Rahman. Fiqih Muamalat. Jakarta: Kencana Prenamedia Group,


2010.
Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Pasaribu, Chairuman. Hukum Perjanjian Dalam Islam. Jakarta: Sinar Grafika,
1994.
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah Jilid 13. Bandung: PT Al Ma’arif, 1997.
Soimin, Soedharyo. Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta: Sinar
Grafika, 2007.
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Syafie, Rachmat. Fiqih Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia, 2001.

Anda mungkin juga menyukai