Anda di halaman 1dari 12

PERISTIWA HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pengantar ilmu hukum

Dosen Pengampu:

Zainatul Ilmiyah

Oleh:

Nihalun Nada (05020522033)

Vivi Rohmi ‘Aziza (05040522045)

PRODI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SUNAN AMPEL

SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur terus dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
nikmat iman dan Islam sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Peristiwa Hukum dan Tindakan Hukum” tepat pada waktunya. Sholawat
semoga tetap tercurah limpah kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua
mendapatkan syafaat-Nya di hari kiamat.

Kami ucapkan terima kasih kepada ibu Zainatul Ilmiyah selaku dosen mata kuliah
Pancasila dan seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah
ini. Makalah ini disusun dengan tujuan agar para pembaca maupun penulis dapat
memahami dan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang seputar ilmu hukum

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini jauh dari
kata sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
kami selaku penulis memerlukan saran dan kritik yang mendukung demi kesempurnaan
makalah yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Surabaya, 15 Oktober 2022

( penulis )

ii
DAFTAR ISI
COVER i

KATA PENGATAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 1

B. RUMUSAN MASALAH 2

C. TUJUAN MASALAH 2

BAB II. PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Peristiwa Hukum dan Tindakan Hukum 3


B. Hubungan Peristiwa Hukum dan Tindakan Hukum 4
C. Perbandingan antara Pertanggung Jawaban, Kesalahan, dan Tanggung Gugat
5

BAB III. PENUTUP 7

A. KESIMPULAN................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara demokrasi yang mempunyai ideologi pancasila.
Indonesia adalah negara hukum, segala hukum atau peraturan yang ditetapkan di
Indonesia harus mengacu kepada ideologi negara yaitu pancasila. Sistem
pemerintahan di Indonesia terdiri dari tiga lembaga, yaitu lembaga eksekutif,
yudikatif, dan legislatif. Lembaga eksekutif adalah lembaga yang memegang
kekuasaan dalam melaksanakan undang-undang. Lembaga legislatif adalah
lembaga yang membuat undang-undang. Sedangkan lembaga yudikatif adalah
lembaga yang mengadili atau menindak lanjuti proses penegakan hukum.
Anggota ekskutif terdiri dari kepala pemerintah (Presiden, wakil
presiden, dan mentri-mentrinya). Anggota legislatif terdiri dari MPR, DPR, dan
DPD. Sedangkan lembaga yudikatif terdiri dari Mahkama Agung, dan
Mahkamah Konstitusi. Semua lembaga tersebut mempunyai tugas dan
wewenang masing-masing. Sehingga masyrakat di Indonesia adalah sasaran dari
pelaksanaan undang-undang sebagaimana Indonesia menganut sistem demokrasi
yang artinya “dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat”.
Dalam masyrakat tentunya terdapat peristiwa-peristiwa hukum yang
bermacam-macam, mulai dari kasus kecil hingga besar yang harus diadili oleh
pelaksana hukum yang mempunyai wewenang. Oleh karna itu tindakan hukum
harus dijalankan secara adil dan bijaksana oleh pemerintah. Maka dalam hal ini
lembaga yudikatif mempunyai wewenang dalam menindak lanjuti peristiwa
hukum.
Peristiwa hukum yang terjadi di indonesia dibagi menjadi dua kebijakan
hukum, yaitu hukum pidana dan hukum perdata. Keduanya merupakan dua
peristiwa hukum yang berbeda. Maka dari hari itu untuk tindakan hukum
dipegang oleh lembaga peradilan yang berbeda pula. Sehingga sanksi bagi yang
melanggar hukum ditentukan dengan kadarnya masing-masing sesuai dengan
yang telah ditetapkan dalam undang-undang dasar (UUD).

1
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peristiwa hukum dan tindakan hukum yang terjadi di Indonesia?
2. Bagaimana hubungan hukum antara peristiwa hukum dan tindakan hukum?
3. Bagaimana membandingkan pertanggung jawaban kesalahan dan tanggung
gugat?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui peristiwa hukum dan tindakan hukum yang terjadi di
Indonesia
2. Untuk mengetahui hubungan hukum antara peristiwa hukum dan tindakan
hukum
3. Untuk membandingkan pertanggung jawaban kesalahan dan tanggung gugat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peristiwa Hukum dan Tindakan Hukum


Peristiwa hukum adalah dua kata yang digabung sehingga menjadi satu
arti. Peristiwa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kejadian, hal
atau perakara yang menarik perhatian. Sedangkan Hukum adalah peraturan atau
adat yang mengikat secara resmi oleh pihak yang berwanang yaitu pemerintah.
Hukum juga berarti sebagai peraturan, undang-undang, patokan, dan keputusan.
Sedangkan jika digabung antara keduanya yaitu peristiwa hukum adalah
menurut KBBI adalah kejadian, keadaan atau sikap tindakan yang menimbulkan
tindakan hukum.
Peristiwa hukum adalah kejadian dalam masyarakat yang butuh
ditegakkan dan diserahkan kepada hukum. Sedangkan arti lain dari peristiwa
hukum bermacam-macam, salah satu diantaranya adalah; Peristiwa hukum
adalah kejadian hukum atau kejadian yang berdampak dan diatur dalam hukum.
Sedangkan menurut Bellefroid tidak semua kejadian bisa diatur dalam hukum,
akan tetapi sebuah peristiwa yang dapat dijadikan peristiwa hukum ketika sudah
ditetapkan sebagai peristiwa hukum oleh pihak yang berwenang. Dalam
peristiwa hukum ini tentunya pihak yang bersangkutan akan memperoleh hak,
kewajiban, dan tanggung jawab dalam proses penegakan tindakan hukum.
Sedangkan tindakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Namun jika digabungkan dengan
kata hukum, maka tindakan hukum mempunyai arti sebuah sangsi untuk
seseorang yang melanggar hukum guna memberikan efek jera. Maka yang akan
menegakkan tindakan hukum ini adalah pihak yang berwenang dan otoritas.
Tindakan hukum atau rechtshandeling adalah bentuk dari kewenangan
atau (yuridikitas) dari pemerintah yang mengacu kepada undang-undang suatu
negara sehingga menghasilkan keputsan konkrit. Tindakan hukum itu bisa
berbentuk hukum prifat atau hukum publik. Hukum perdata atau huku pidana,

3
sehingga disesuikan dengan problematika peristiwa hukum dan sistem hukum di
Indonesia.
B. Hubungan Peristiwa Hukum dan Tindakan Hukum
Hukum di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu hukum perdata dan hukum
piadana. Beberapa contoh hukum peradata adalah hukum tentang perkawinan,
warisan, kekeluargaan, perikatan, kekeyaan, perceraian, sengketa kepemilikan
barang, perebutan hak asuh anak, wanprestasi, utang dan piutang, dan
pencemaran nama baik. sedangkan contoh peristiwa hukum pidana adalah
perampokan, korupsi, penganiyayaan, pemerkosaan, perpajakan, pemerasan,
penipuan dan lain sebagainya. Contoh peristiwa hukum dalam hukum
pernikahan adalah seseorang akan menikah, maka harus dicukupkan umurnya
terlebih dahulu, hal ini jelas tertera dalam undang-undang dasar yaitu nomor 35
tahun 2014 tentang perlinungan anak. 1. Perkawinan hanya diizinkan apabila
pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun.
Contoh lainnya adalah hukum yang berkaitan dengan hukum warisan.
Bahwa warisan itu dapat diberikan kepada seseorang setelah terjadi kematian.
Hal ini dijelaskan pada pasal 830 kitab undang-undang hukum perdata. Dari sini
juga, kita dapat membagi peristiwa hukum menjadi dua bagian, yaitu perbuatan
subjek hukum dan bukan perbuatan subjek hukum. Subjek hukum adalah orang
mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan perbuatan hukum dan
melakukan tindakan hukum, disini yang menjadi subjek hukum adaka orang atau
badan hukum. Contoh perbuatan hukum adalah wasiat, sedangkan bukan
oerbuatan hukum adalah permintaan keterangan sakit kepada orang yang sehat.
Hal ini sesuai dengan apa yang telah disebutkan dalam pasal 1354 KUH perdata.

Sedangkan perbuatan hukum itu juga dibagi menjadi dua yaitu bersegi
satu dan bersegi dua. Hukum wasiat disini merupakan perbuatan hukum yang
bersegi satu. Sedangkan hukum yang bersegi dua adalah adalah jual beli dan
sewa menyewa. Peristiwa hukum dibagi menjadi dua berdasarkan waktunya,
yaitu peristiwa hukum sepintas dan juga peristiwa hukum terus menerus. Contoh
peristiwa hukum sepintas adalah perjanjian, sedangkan contoh peristiwa hukum

4
terus-menerus adalah sewa-menyewa yang berjalan dalam kurun waktu yang
lama.
Dari peristiwa hukum diatas, Tindakan pemerintahan dibagi menjadi dua
yaitu tindakan dalah hukum administrasi dan tindakan hukum keperdataan.
Sedangkan dari segi bentuknya, tindakan pemerintahan dibagi menjadi dua
macam, yaitu tindakan faktual (material) dan tindakan hukum. Tindakan faktual
ini akan selalu bersegi satu karena hanya bersangkutan pada satu pihak.
Sedangkan tindakan hukum memiliki dua segi, yaitu bersegi satu dan bersegi
dua.
Contoh dari tindakan hukum segi satu adalah keputusan presiden,
sedangkan yang berbentuk peraturan adalah peraturan presiden atau PERPRES.
tindakan hukum bersegi satu hanya akan dilakukan oleh satu pihak saja.
Tindakan hukum bersegi dua adalah tindakan hukum yang dilakukan oleh
berbagai pihak. Contoh dari tindakan hukum ini adalah kontrak antara
pemerintah dan masyarakat Indonesia. Tindakan hukum ini termasuk tindakah
hukum keperdataan. Adapun kontrak yang dimaksud di sini bermacam-macam,
salah satu diantaranya adalah kontrak biasa, kontrak adhesi atau kontrak standar,
kontrak mengenai wewenang, kontrak tentang kebijaksanaan, kontrak
pemerintah dengan swasta.
Tindakan hukum dibagi menjadi dua yaitu verbal dan non verbal. Verbal
terdiri dari tiga tahap yaitu keputusan, perintah dan peraturan. Berjalannya
proses tindakan hukum itu melalui keputusan yang diberikan oleh hakim, lalu
kemudian diberikan perintah-perintah dalam pemberian sangsi yang sesuaikan
dengan peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dalam undang-undang.
Sedangkan non verbal adalah tembakan dari seorang polisi kepada seseorang
yang tidak mau mendengarkan aba-abanya.
Unsur-unsur tindakan pemerintah sebagai berikut; sebuah tindakan
dilakukan oleh pemerintah yang berwenang, perbuatan tersebut bertujuan untuk
menjalankan fungsi dan tanggung jawab pemerintah, perbuatan tersebut untuk
menciptakan akibat dari pelanggaran hukum dan perilaku tersebut harus sesuai
dengan perundang-undangan.

5
C. Perbandingan antara Pertanggung Jawaban, Kesalahan, dan Tanggung Gugat
Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
merupakan “kewajiban menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa boleh
dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan”. Sedangkan menurut E. Mezger
kesalahan dibagi menjadi tiga pengertian yaitu kemampuan bertanggung jawab,
adanya unsur kesengajaan, dan tak ada penghapus kesalahan atau permintaan
maaf. Sedangkan pengertian Tanggung Gugat adalah “keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya”. Tanggung gugat merupakan
bentuk spesifik dari tanggung jawab. Menurut Agus Yudha Hernoko, “suatu
rangkaian untuk menanggung kerugian yang diakibatkan karena kesalahan atau
resiko”. Dalam pengertian tanggung gugat disisi ada yang berbeda pendapat
bahwa tanggung gugat adalah “kesediaan untuk menggugat tanggung jawab
yang sudah diberikan kepada orang yang menerima dan beredia melaksakan
tugas tertentu”.
Tanggung jawab hukum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tanggung
jawab individu dan tanggung jawab kolektif. Tanggung jawab individu adalah
tanggung jawab yang dilakukan oleh dirinya sendiri, sedangkan tanggung jawab
kolektif adalah tanggung jawab yang dilakukan oleh orang lain. Tanggung jawab
adalah kewajiban untuk menaati peraturan atau perundang-undangan untuk
memperbaiki atau mengganti kerugian atas sesuatu yang menimbulkan
kerusakan.
Secara umum, tanggung jawab dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian yaitu tanggung jawab berdasarkan kesalahan yang dalam hal ini berkaitan
degan hukum perdata dan hukum pidana. Dan konsep melawan hukum harus ada
4 syarat yaitu adanya perbuatan, kesalahan, kerugian, adanya kausalitas antara
kesalahan dan juga kerugiannya. Bagian lainnya juga dapat dilihat dari praduga,
tanggung jawab mutlak, dan tanggung jawab dengan batas.
Tanggung gugat dibagi dibagi menjadi tiga bagian yaitu tanggung gugat
berdasarkan kesalahan , berdasarkan kesalah dengan bukti terbalik, dan
tanggung gugat berdasarkan resiko. Letak perbedaannya anatara tanggung jawab

6
dan tanggung gugar adalah hanya terletak pada kata Responsibility dan juga
liability.
Maka dari itu, tanggung jawab dan tanggung gugat adalah hal yang
sama. Tanggung jawab bersifat wajib dilakukan apabila terdapat kesalahan, yaitu
suatu perbuatan yang yang melawan hukum. Kesalah juga berhubungan dengan
keadaan bathin seseorang yang dpat dinyatakan bahwa apa yang telah
diperbuatnya dalah perbuatan yang keliru. Untuk mempersalah seseorang secara
resmi atau secara hukum maka dibutuhkan bukti, saksi, dan keteranagn si
terdakwa. Jika kesalahan tersebut dibuktikan, maka hakim bisa memberikan
keputsan vdan sangsi. Sedangkan jika kesalahan itu tidak dapat dibuktikan,
maka hukuman tersebut bisa dinyatakan gugur.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa peristiwa hukum adalah suatu kejadian
dalam masyarakat yang dapat menimbulkan akibat hukum atau yang dapat
menggerakkan aturan tertentu sehingga peraturan didalamnya dapat konkrit.
Misalnya suatu peraturan hukum yang mengatur tentang kewarisan, tentang
kematian akan tetap merupakan perumusan kata-kata sampai ada seseorang yang
meninggal dunia dan menimbulkan masalah kewarisan.
Sedangkan hubungan hukum itu terbagi menjadi dua yaitu hukum
perdata dan juga hukum pidana. Hubungan hukum adalah hubungan antara dua
subjek atau lebih mengenai akan hak dan kewajiban di satu pihak yang
berhadapan dengan hak dan kewajiban di pihak yang lainnya.

B. Saran
Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembuatan
makalah ini hal ini disebabkan karna kurangnya pengetahuan yang kami miliki,
oleh karna itu kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun, kami juga mengharapkan makalah ini
bermanfaat untuk kami khususnya dan pembaca pada umumnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Supryadi, Ady. 2022. “Tanggung Gugat (Pertanggungjawaban) Pemerintah di


Indonesia dan Netherland”. Ulul albab: Jurnal ilmiyah Multidispilin. Vol
1. Nomer 7.
Friedman, Lawrence M. 2021 Sistem Hukum dan Tindakan Hukum.
Nusamedia.
Akfa, Vina. 2017. Pertanggungjawaban Hukum dan Perlindungan Hukum bagi
Notaris dalam membuat Party Acte. Lex Renaissance. Vol 2. No 1.

Diakses pada 15 Oktober 2022

https://business-law.binus.ac.id/2016/05/31/mempertanyakan-konsepsi-
tanggung-gugat/

https://www.kennywiston.com/unsur-sengaja-dan-tidak-sengaja-dalam-hukum-
pidana/

https://kbbi.web.id/

Anda mungkin juga menyukai