Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DASAR-DASAR HUKUM PERDATA DI INDONESIA


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Perdata

Disusun oleh :
Muhammad Ainun Qolbi (05030221092) HES 2C
Ardelia Febriana Widyawati (05040221098) HES 2C
Erisa Ayu Larasati (05040221107) HES 2C

Dosen Pengampu :
Dr. Umi Chaidaroh S.H M.Hi

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................1

BAB I...................................................................................................................................................2

PENDAHULUAN...............................................................................................................................2

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................2

B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................2

C. TUJUAN PENELITIAN.........................................................................................................2

BAB II..................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..................................................................................................................................3

A. ARTI DAN MAKNA POSISI HUKUM PERDATA............................................................3

B. SEJARAH HUKUM PERDATA...........................................................................................4

C. SISTEMATIKA HUKUM PERDATA MENURUT BW (BURGERLIJK WETBOOK)...6

D. PLURALITAS HUKUM PERDATA DI INDONESIA.......................................................8

BAB III................................................................................................................................................9

PENUTUP...........................................................................................................................................9

A. KESIMPULAN........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................10

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peranan hukum di dalam masyarakat khususnya dalam menghadapi perubahan masyarakat


perlu dikaji dalam rangka mendorong terjadinya perubahan sosial. Pengaruh peranan hukum ini bisa
bersifat langsung dan tidak langsung atau signifikan atau tidak. Hukum memiliki pengaruh yang
tidak langsung dalam mendorong munculnya perubahan sosial pada pembentukan lembaga
kemasyarakatan tertentu yang berpengaruh langsung terhadap masyarakat. Di sisi lain, hukum
membentuk atau mengubah institusi pokok atau lembaga kemasyarakatan yang penting, maka
terjadi pengaruh langsung, yang kemudian sering disebut hukum digunakan sebagai alat untuk
mengubah perilaku masyarakat.
Hukum perdata adalah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku setiap orang terhadap
orang lain yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat
maupun pergaulan keluarga atau Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar
perorangan di dalam masyarakat luas.
Hukum perdata merupakan hukum yang sangat berkaitan dengan hubungan antar orang –
perorangan, seperti misalnya hukum perkawinan yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan
dengan perkawinan yang didalamnya berupa perkawinan yang sah dan tidak sah, hubungan hukum
antara suami dan istri, hubungan hukum antara wali dan anak, harta benda dalam perkawinan,
perceraian, serta akibat-akibat hukumnya ; hukum kewarisan. Dan juga mengatur masalah
kebendaan dan hak-hak atas benda, aturan mengenai jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam,
persyarikatan (kerja sama bagi hasil ), pengalihan hak, dan segala yang berkaitan dengan transaksi..

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana arti dan makna posisi hukum perdata ?


2. Bagaimana sejarah hukum perdata?
3. Bagaimana konsep sistematika hukum perdata menurut BW
4. Bagiamana pluralitas hukum perdata di Indonesia

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mampu menjelaskan arti dan makna posisi dan sejarah hukum perdata
2. Mampu mengetahui sistematika hukum perdata menurut BW
3. Serta mengetahui pluralitas hukum perdata di Indonesia
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. ARTI DAN MAKNA POSISI HUKUM PERDATA

Para pakar memberikan pengertian hukum perdata sebagai berikut :


a. Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan "Hukum perdata ialah hukum yang
mengatur kepentingan antara warga negara yang satu dengan warga negara yang
lain"
b. Menurut Sudikno Mertokusumo mengartikan "Hukum perdata adalah Hukum antar
perorangan yang mengatur hak dan kewajiban orang perorangan yang satu
terhadap yang lain dalam hubungan kekeluargaan dan dalam pergaulan
masyarakat. Pelaksanaannya diserahkan masing-masing pihak"
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Hukum perdata yakni mengatur
kepentingan atau perlindungan antara orang yang satu dengan orang yang lain. Padahal
dalam bidang ilmu hukum, kita mengenal subyek hukum, bukan hanya orang (manusia)
tetapi juga badan hukum. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Hukum Perdata adalah
keseluruhan kaidah kaidah hukum yang mengatur hubungan antara subyek hukum yang satu
dengan subyek hukum yang lain dalam hubungan kekeluargaan dan dalam pergaulan
masyarakat.1 Hukum Perdata dapat dibedakan dalam arti tertulis dan tidak tertulis. Hukum
perdata tertulis adalah Kitab Undang-undang Hukum Perdata, sedangkan yang tidak tertulis
ialah Hukum Adat. Hubungan Hukum Perdata tertulis dan tidak tertulis terletak pada Pasal
1339 KUHPerdata dan Pasal 1347 KUHPerdata.
Hukum Perdata ada dalam arti sempit dan dalam arti luas. Hukum Perdata dalam arti
sempit ialah Kitab Undang-undang Hukum Perdata, sedangkan dalam arti luas adalah
KUHPerdata dan KUHDagang, serta peraturan perundang-undangan lainnya. Asas lex
specialis derogat lex generalis terdapat dalam hubungan Hukum perdata dalam arti sempit
dengan Hukum perdata dalam arti luas sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 KUH
Dagang.
Hukum perdata juga dapat dibedakan dalam arti materil dan dalam arti formil. Hukum
Perdata dalam arti materiil adalah KUHPerdata, dan dalam arti formil adalah Hukum Acara
Perdata. Hukum material mengatur tentang hak dan kewajiban, sedangkan Hukum formil
mengatur bagaimana caranya menjalankan dan mempertahankan hak dan kewajiban itu.

1
Salim HS: Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW) Jakarta: Sinar Grafika, 2003, hlm.6
3
Kedudukan KUHPerdata di Indonesia sering menuai pro dan kontra. Pada sidang Badan
Perancangan oleh Lembaga Pembinaan Hukum Nasional bulan Mei 1962, Sahardjo, S.H.,
sebagai Menteri Kehakiman pada masa tersebut menyatakan gagasan bahwa KUHPerdata
hanya dianggap sebagai pedoman. Hal ini disebabkan karena KUHPerdata dirasa kurang
sesuai dengan nilai–nilai yang hidup di Indonesia. Sebagaimana cita–cita negara Indonesia
setelah proklamasi kemerdekaan mengharapkan adanya sistem hukum yang didasarkan
kepribadiaan Indonesia, penafsiran KUHPerdata sebagai pedoman merupakan suatu bentuk
dorongan agar terwujudnya cita–cita tersebut. Dengan gagasan ini, hakim dapat
mengesampingkan beberapa pasal dalam KUHPerdata dan menggagas suatu aturan yang
baru. Pendapat ini juga didukung dengan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 3
Tahun 1963 yang diterbitkan oleh Ketua mahkamah Agung pada masa kepemimpinan
Wirjono Prodjodikoro, Burgerlijk Wetboek (BW) dianggap sebagai suatu kodifikasi hukum
tidak tertulis (hukumonline.com, 19 Maret 2009). Bertentangan dengan pendapat
sebelumnya, sebagian kelompok menganggap KUHPerdata sebagai suatu undang–undang
yang berlaku secara sah dalam sistem hukum Indonesia. Pendapat ini didasarkan dengan
aturan peralihan UUD NRI 1945 yang memberlakukan KUHPerdata sebagaimana
disebutkan sebelumnya. Selain itu, pembaharuan bagian–bagian KUHPerdata selama ini
melalui pengaturan yang lebih khusus. Berdasarkan asas lex specialis derogat legi generali,
pengaturan tersebut mengesampingkan KUHPerdata itu sendiri tetapi tidak spesifik
mencabut keberadaan KUHPerdata. Pembaharuan tersebut didasarkan dengan penyesuaian
nilai-nilai dan kondisi perkembangan Negara Indonesia, dengan ini menujukkan bahwa
Indonesia mencoba untuk mewadahi seluruh golongan masyarakat yang ada. Tetap
berlakuanya KUHPerdata yang sebelumnya memang telah menggolongkan masyarakat yang
ada berdasarkan keanekaragaman hukum adat bangsa Indonesia dan pasal 163. I.S. (Indische
Staatsregeling) dirasa semakin lengkap dan menunjukkan kebhinekaan Indonesia dengan
adanya pengaturan secara khusus. Di sisi lain, hal ini dapat memicu terjadinya dualisme
hukum dalam sistem hukum Indonesia. Contohnya sengketa waris, bagi umat muslim di
Indonesia berlaku ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan berlaku pula
KUHPerdata bagi mereka yang tunduk. Hal tersebut dapat menimbulkan sangketa bagi umat
muslim yang wajib tunduk kepada KHI namun ingin memilih KUHPerdata sebagai
pedoman dalam menyelesaikan sangketa waris tersebut. Negara memang dapat memberikan
kebebasan bagi rakyatnya untuk memilih ketika terjadi hal seperti yang disebutkan, namun
dapat menujukkan inkonsistensi suatu hukum di negara Indonesia.

4
B. SEJARAH HUKUM PERDATA

Hukum perdata awalnya berasal dari bangsa Romawi, yaitu sekitar tahun 50 SM
pada masa pemerintahan Julius Caesar berkuasa di Eropa Barat yang sejak saat itu hukum
Romawi telah diberlakukan di Prancis, meskipun bercampur dengan hukum asli yang ada
sebelum Romawi menguasai Galis (Perancis)2. Hukum Romawi yang berlaku di Prancis
berdampingan dengan hukum Prancis Kuno yang berasal dari hukum Germania yang saling
mempengaruhi. Kemudian wilayah Perancis terbagi menjadi 2 (dua) wilayah hukum yang
berbeda. Bagian utara merupakan wilayah hukum tidak tertulis (pays de droit coutumier),
sedangkan bagian selatan merupakan wilayah hukum tertulis. (pays de droit ecrit). Di Utara,
Hukum Adat Prancis Kuno yang diturunkan dari Hukum Germania, diterapkan sebelum
diterimanya Hukum Romawi, sedangkan di Selatan, Hukum Romawi yang termuat dalam
Corpus Juris Civilis pada pertengahan abad VI M dari Justianus diterapkan3.
Keadaan ini berlanjut sampai masa pemerintahan Louis XV yaitu dengan dimulainya
upaya menuju suatu kesatuan hukum yang kemudian menghasilkan suatu kodifikasi yang
diberi nama “Code Civil Des Francois”4 pada tanggal 21 Maret 1804 yang kemudian
diundangkan kembali pada tahun 1807 sebagai “Code Napoleon”. Pada tahun 1811,
Belanda dijajah oleh Perancis dan seluruh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
memuat tiga unsur yaitu hukum Romawi, hukum Gereja dan hukum Jerman diberlakukan di
wilayah Belanda.
Berlakunya hukum perdata di Indonesia tidak terlepas dari banyaknya pengaruh
kekuatan politik liberal di Belanda yang mencoba berupaya melakukan perubahan-
perubahan yang mendasar didalam tata hukum kolonial, kebijakan ini dikenal dengan
sebutan de bewiste rechtspolitiek. Berdasarkan asas konkordansi, maka kodifikasi hukum
perdata Belanda menjadi contoh bagi kodifikasi hukum perdata Eropa di Indonesia.
Kodifikasi mengenai Hukum Perdata disahkan melalui Koninklijk Besuit tanggal 10 April
1838 dengan Staatsblad 1838 Nomor 12 yang dinyatakan berlaku sejak tanggal 1 Oktober
1838, dan melalui pengumuman Gubernur jendral Hindia Belanda tanggal 3 Desember
1847,dinyatakan bahwa sejak Tanggal 1 Mei 1848 B.W berlaku di Indonesia.5
Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting dalam
setiap perikatan yaitu Asas kebebasan berkontrak, Asas Konsesualisme, Asas Kepercayaan,
Asas Kekuatan Mengikat, Asas Persamaan hukum, Asas Keseimbangan, Asas Kepastian

2
Erie Hariyanto, “BURGELIJK WETBOEK (Menelusuri Sejarah Hukum Pemberlakuannya Di Indonesia),” Al Ihkam
Vol. IV No (2009): Hlm. 144.
3
Yulia, Buku Ajar Hukum Perdata, 2015, Hlm. 13.
4
Wirjono Projodikoro, Azas-Azas Hukum Perdata (Bandung: Sumur Bandung, 1983), Hlm. 9.
5
P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 5.
5
Hukum, Asas Moral, Asas Kepatutan.6 Terdapat beberapa peraturan-peraturan yang berlaku
dan diatur diluar KUHPerdata, contoh nya dalam bidang pertanahan yaitu UU No. 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria yang dikenal dengan nama Undang-undang
Pokok Agraria (UUPA, Hukum Perkawinan yang dikenal dengan UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan7 ,Hukum Hak Tanggungan.8

C. SISTEMATIKA HUKUM PERDATA MENURUT BW (BURGERLIJK WETBOOK)

Sistematika KUHPerdata yang ada dan berlaku di Indonesia, ternyata bila


dibandingkan dengan KUHPerdata yang ada dan berlaku di negara lain, tidaklah terlalu jauh
berbeda. Hal ini dimungkinkan karena mengacu atau dipengaruhi dari Hukum Romawi
(Code Civil). Adapun hal-hal yang diatur dalam KUHPerdata sebagaimana berlaku di
Indonesia saat ini ada 4 (empat) buku, (kecuali beberapa bagian yang sudah dinyatakan tidak
berlaku), yaitu:
1. Buku Kesatu tentang Orang (van persoon), yang memuat hokum mengenai Diri
Seseorang dan Hukum Keluarga, terdiri dari 18 bab,yaitu:
Bab I tentang menikmati dan kehilangan hak-hak kewenangan
Bab II tentang akta-akta catatan sipil
Bab III tentang tempat tinggal atau domisili
Bab IV tentang perkawinan
Bab V tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban suami dan isteri
Bab VI tentang persatuan harta kekayaan menurut undang undang dan pengurusannya
Bab VII tentang perjanjian kawin
Bab VIII tentang persatuan atau perjanjian kawin dalam perkawinan untuk kedua
kali atau selanjutnya
Bab IX tentang perpisahan harta kekayaan
Bab X tentang pembubaran perkawinan
Bab XI tentang perpisahan meja dan ranjang
Bab XII tentang kebapaan dan keturunan anak-anak
Bab XIII tentang kekeluargaan sedarah dan semenda
Bab XIV tentang kekuasaan orang tua
Bab XVa tentang menentukan,mengubah dan mencabut tunjangan-tunjangan nafkah
Bab XV tentang kebelum-dewasaan dan perwalian
Bab XVI tentang beberapa perlunakan
Bab XVII tentang pengampuan
Bab XVIII tentang keadaan tak hadir
2. Buku Kedua tentang Kebendaan (van zaken), yang memuat Hukum Benda dan
Hukum Waris, terdiri dari 21 bab, yaitu:
Bab I tentang kebendaan dan cara membeda-bedakannya

6
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Penerbit CitraAditya Bakti, 2001), hlm. 83-91
7
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm 222.
8
Sutan Remy Syahdeini, Hak tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok Dan Masalah Yang Dihadapi Oleh
Perbankan, (Bandung: Penerbit alumni, 1999), hlm 212.
6
Bab II tentang kedudukan berkuasa (bezit) dan hak-hak yang timbul karenanya
Bab III tentang hak milik (eigendoom )
Bab IV tentang hak dan kewajiban antara pemilik-pemilik pekarangan yang satu
sama lain bertetanggaan
Bab V tentang kerja rodi
Bab VI tentang pengabdian pekarangan
Bab VII tentang hak numpang karang
Bab VIII tentang hak usaha (erfpacht)
Bab IX tentang bunga tanah dan hasil se persepuluh
Bab X tentang hak pakai hasil
Bab XI tentang hak pakai dan hak mendiami
Bab XII tentang perwarisan karena kematian
Bab XIII tentang surat wasiat
Bab XIV tentang pelaksanaan wasiat dan pengurus harta peninggalan
Bab XV tentang hak memikir dan hak istimewa untuk mengadakan pendaftaran
harta peninggalan
Bab XVI tentang menerima dan menolak suatu warisan
Bab XVII tentang pemisahan harta peninggalan
Bab XVIII tentang harta peninggalan yang tak terurus
Bab XIX tentang piutang-piutang yang diistimewakan
Bab XX tentang gadai
Bab XXI tentang hipotik
3. Buku Ketiga tentang perihal Perikatan (van verbentennissen), yang teridiri dari 18 Bab,
memuat tentang:
Bab I tentang perikatan pada umumnya
Bab II tentang perikatan yang lahir dari kontrak atau persetujuan
Bab III tentang perikatan yang lahir karena undang-undang
Bab IV tentang hapusnya perikatan
Bab V tentang jual-beli
Bab VI tentang tukar-menukar
Bab VII tentang sewa-menyewa
Bab VIIA tentang perjanjian kerja
Bab VIII tentang perseroan perdata(persekutuan perdata)
Bab IX tentang badan hukum
Bab X tentang penghibahan
Bab XI tentang penitipan barang
Bab XII tentang pinjam-pakai
Bab XIII tentang pinjam pakai habis(verbruiklening)
Bab XIV tentang bunga tetap atau bunga abadi
Bab XV tentang persetujuan untung-untungan
Bab XVI tentang pemberian kuasa
Bab XVII tentang penanggung
Bab XVIII tentang perdamaian
4. Buku Keempat tentang perihal Pembuktian dan Kadaluarsa (van bewijs en
varjaring), yang terdiri dari 7 Bab, memuat tentang:
Bab I tentang pembuktian pada umumnya
7
Bab II tentang pembuktian dengan tulisan
Bab III tentang pembuktian dengan saksi-saksi
Bab IV tentang persangkaan
Bab V tentang pengakuan
Bab VI tentang sumpah di hadapan hakim
Bab VII tentang kedaluwarsa pada umumnya9

D. PLURALITAS HUKUM PERDATA DI INDONESIA

Sejarah perjalanan hukum Indonesa menjelaskan bahwa Belanda sebagai negara


penjajah berupaya untuk menerapkan hukum-hukumnya diantaranya dalam bidang hukum
perdata, sehingga pada tanggal 1 Mei 1848 BW diberlakukan di Indonesia dengan
berdasarkan asas konkordansi, yaitu asas kesamaan hukum yang berlaku di daerah jajahan
dengan hukum yang berlaku di Belanda. Sehingga BW diberlaku bagi golongan Eropa,
golongan Timur Asing, dan bagi golongan Bumi Putera yaitu rakyat Indonesia Asli berlaku
hukum perdata adat atau hukum adat.10
Keadaan pluralisme hukum perdata ini berlaku dalam masyarakat pada saat itu sehingga
terjadi dualisme hukum, yaitu perbedaan hukum yang berlaku untuk golongan orang yang
berbeda-beda dalam suatu negara. Hukum perdata yang beraneka ragam itu, karena berlaku
bermacam-macam sistem hokum perdata, yaitu hukum perdata Eropa (Barat), hukum
perdata Timur asing dan hukum perdata adat (hukum adat), yang semuanya berlaku resmi
bagi golongan-golongan penduduk di Hindia Belanda (Indonesia). Keadaandemikian
merupakan pluralime dalam hukum perdata.11
Sesudah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, hukum perdata Barat dalam
BW masih tetap berlaku berdasarkan pada ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945.
Dan untuk menyesuaikan dengan suasana nasional, maka BW peninggalan penjajah itu
berganti nama menjadi Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Dan sampai sekarang ini
masih tetap dan teus berlaku sebagai salah satu sumber hukum perdata di Indonesia.
Disamping berlaku hukum perdata Barat tersebut, ternyata juga berlaku hukum perdata
lainnya, yaitu hukum perdata adat dan hukum perdata Islam dalam masyarakat Indonesia.
Adapun faktor yang menyebabkan terjadi pluralisme dalam hukum perdata di Indonesia
adalah faktor golongan penduduk. Dimana setelah proklamasi kemerdekaan, sejak
berlakunya UU Darurat No. 1 Tahun 1951 ketentuan pasal 163 IS Pasal 75 RR secara formal
tidak berlaku lagi. Akan tetapi di bidang hukum perdata, faktor golongan penduduk masih
tetap memainkan peranan12

9
, Dr. Yulia, S.H., M.H. Buku Ajar Hukum Perdata Hal.8
10
Noor, Muhammad. “Unifikasi Hukum Perdata Dalam Pluralitas Sistem Hukum Indonesia.” Mazahib 8, no. 2 (2014): 115–24.
11
CST Kansil, SH & Cristine Kansil, SH, Modul Hukum Perdata, Jakarta, 2000, h. 57,
8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Para pakar memberikan pengertian hukum perdata sebagai berikut :


c. Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan "Hukum perdata ialah hukum yang
mengatur kepentingan antara warga negara yang satu dengan warga negara yang
lain"
d. Menurut Sudikno Mertokusumo mengartikan "Hukum perdata adalah Hukum antar
perorangan yang mengatur hak dan kewajiban orang perorangan yang satu
terhadap yang lain dalam hubungan kekeluargaan dan dalam pergaulan
masyarakat. Pelaksanaannya diserahkan masing-masing pihak"
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Hukum perdata yakni mengatur
kepentingan atau perlindungan antara orang yang satu dengan orang yang lain. Padahal
dalam bidang ilmu hukum, kita mengenal subyek hukum, bukan hanya orang (manusia)
tetapi juga badan hukum. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Hukum Perdata adalah
keseluruhan kaidah kaidah hukum yang mengatur hubungan antara subyek hukum yang satu
dengan subyek hukum yang lain dalam hubungan kekeluargaan dan dalam pergaulan
masyarakat. Hukum perdata awalnya berasal dari bangsa Romawi, yaitu sekitar tahun 50
SM pada masa pemerintahan Julius Caesar berkuasa di Eropa Barat yang sejak saat itu
hukum Romawi telah diberlakukan di Prancis, meskipun bercampur dengan hukum asli
yang ada sebelum Romawi menguasai Galis (Perancis). Berlakunya hukum perdata di
Indonesia tidak terlepas dari banyaknya pengaruh kekuatan politik liberal di Belanda yang
mencoba berupaya melakukan perubahan-perubahan yang mendasar didalam tata hukum
kolonial, kebijakan ini dikenal dengan sebutan de bewiste rechtspolitiek.
Sistematika KUH Perdata yang ada dan berlaku di Indonesia, ternyata bila dibandingkan
dengan KUH Perdata yang ada dan berlaku di negara lain, tidaklah terlalu jauh berbeda. Hal
ini dimungkinkan karena mengacu atau dipengaruhi dari Hukum Romawi (Code Civil).
Adapun hal-hal yang diatur dalam KUH Perdata sebagaimana berlaku di Indonesia saat ini
12
Noor, Muhammad. “Unifikasi Hukum Perdata Dalam Pluralitas Sistem Hukum Indonesia.” Mazahib 8, no. 2 (2014):
115–24.
9
ada 4 (empat) buku. Keadaan pluralisme hukum perdata ini berlaku dalam masyarakat pada
saat itu sehingga terjadi dualisme hukum, yaitu perbedaan hukum yang berlaku untuk
golongan orang yang berbeda-beda dalam suatu negara. Hukum perdata yang beraneka
ragam itu, karena berlaku bermacam-macam sistem hokum perdata.

DAFTAR PUSTAKA

Hariyanto, Erie. “BURGELIJK WETBOEK (Menelusuri Sejarah Hukum Pemberlakuannya Di

Indonesia).” Al Ihkam Vol. IV No (2009).

Projodikoro, Wirjono. Azas-Azas Hukum Perdata. Bandung: Sumur Bandung, 1983.

Yulia. Buku Ajar Hukum Perdata, 2015.

Noor, Muhammad. “Unifikasi Hukum Perdata Dalam Pluralitas Sistem Hukum Indonesia.”

Mazahib 8, no. 2 (2014)

CST Kansil, SH & Cristine Kansil, SH, Modul Hukum Perdata, Jakarta, 2000,

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti, 2001,

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984

Sutan Remy Syahdeini, “Hak tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok Dan Masalah

Yang Dihadapi Oleh Perbankan”, Bandung: Penerbit alumni, 1999,

P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: Kencana, 2014,

Salim HS: Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW) Jakarta: Sinar Grafika, 2003,

10

Anda mungkin juga menyukai