Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM PERDATA
Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Hukum Perdata

Dosen: FAUZAN HERU SANTOSA

KELOMPOK 4

IYAN HARYANTO (20218210018)


KAROLINA KONI MALI (20188200022)

Prodi: PPKN

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

KUSUMA NEGARA - JAKARTA TIMUR

Jl. Raya bogor Km. 24, Cijantung

Jakarta Timur

2022

[Type text] Page 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Sehingga kami dapat menyusun makalah tentang
“Hukum Perdata Indonesia”. Dengan menyelesaikan makalah ini semoga dapat berguna bagi
para pembaca, serta teman- teman sekalian. Hukum perdata indonesia  merupakan hukum
perdata milik  bangsa indonesia yang berinduk pada Kitab Undang –Undang Hukum Perdata
(KUHP) atau Burgerlijk Wetboek (BW).  Sedangkan ketentuan KUHP itu sudah dicabut dan
diganti dengan undang –undang Indonesia , sedangkan sebagian lainnya masih berlaku ,
walaupun ada anggapan bahwa keberlakunay itu tidak secara mutlak . Hal ini disebabkan karena
KUHP sekarang dianggap tidak lebih dari himpunan peraturan hukum tidak tertulis . Dengan
demikian semoga makalah ini dapat berguna bagi para mahasiswa dalam kelancaran proses
belajarnya.    

Jakarta, 24 Marret 2022


      

                                   Penulis

[Type text] Page 2


DAFTAR ISI

Halaman Judul----------------------------------------------------------------------------1
Kata Pengantar---------------------------------------------------------------------------2
Daftar Isi----------------------------------------------------------------------------------3
Bab I Pendahuluan-----------------------------------------------------------------------4
A.    Latar Belakang----------------------------------------------------------------4
B.     Rumusan Masalah-----------------------------------------------------------4
C.     Tujuan-------------------------------------------------------------------------4
Bab II Pembahasan----------------------------------------------------------------------5
1. Pengertian Hukum Perdata----------------------------------------------------5
2. Asas- Asas Hukum Perdata----------------------------------------------------6
3. Sistem Hukum Perdata---------------------------------------------------------7
4. Sumber- Sumber Hukum Perdata---------------------------------------------8
     Bab III Studi Kasus----------------------------------------------------------------------9
Bab IV Analisa Dan Penyelesaian---------------------------------------------------10
Bab V Kesimpulan---------------------------------------------------------------------11
Daftar Pustaka--------------------------------------------------------------------------12

[Type text] Page 3


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Undang–Undang Dasar 1945.
Membahas hukum tidak akan lepas dari manusia, karena hukum berperan sangat penting dalam
kehidupan manusia yaitu sebagai alat yang mengatur tingkah laku setiap orang dalam
bermasyarakat. Hukum adalah himpunan peraturan–peraturan (perintah–perintah dan larangan–
larangan) yang mengurus tata–tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat ituDapat mengetahui pengertian ,dasar, pembentukan , dan berlakunya hukum
perdata . Hal ini mengingat keadaan hukum perdata yang berlaku diindonesia , baik sebelum
maupun sesudah indonesia merdeka.
Dengan demikian setiap perbuatan yang dilakukan tiap individu mengenai hak dan
kewajiban secara umum atau pribadi mendapatkan perlindungan hukum. Pengaturan hukum di
Indonesia berlaku dua jenis, yaitu hukum publik dan hukum privat. Salah satu hukum yang diatur
menurut hukum publik yaitu hukum pidana, sedangkan hukum perdata merupakan bagian dari
hukum privat. Perbedaan antara hukum pidana dan hukum perdata terletak pada sifat berlakunya,
hukum pidana sifatnya berlaku umum dan hukum perdata bersifat khusus. hukum perdata berisi
ketentuan yang mengatur hubungan antara individu dengan individu lain.
Salah satu contoh perbuatan hukum yang diatur menurut hukum perdata yaitu Perjanjian.
Demi memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya, manusia sering
melakukan perbuatan hukum antara individu yang satu dengan individu yang lain. Perbuatan
hukum tersebut berupa kesepakatan terhadap suatu obyek yang ditentukan oleh kedua pihak.
Perjanjian merupakan perbuatan yang sering dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial
yang saling membutuhkan, tolong-menolong, dan bekerjasama
B. RUMUSAN MASALAH.
Berdasarkan judul dan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan
1. Apa hukum perdata ?
2. Sebutkan asas- asas hukum perdata ?
3. Apa sistem hukum perdata
4. Sumber- sumber hukum perdata
5. Contoh kasus ?
C. TUJUAN.
Agar dapat mempermudah dalam belajar mahasiswa dalam mengetahui hukum perdata.

[Type text] Page 4


BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN HUKUM PERDATA


Secara umum hukum perdata adalah serangkaian peraturan hukum yang mengatur
hubungan subjek hukum (orang dan badan hukum) yang satu dengan subjek hukum yang lain
dengan menitikberatkan pada kepentingan pribadi dari subjek hukum tersebut. Hukum perdata
bertujuan untuk mengatur hubungan di antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti
kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, waris, harta benda, kegiatan usaha dan
tindakan bersifat perdata lainnya.
Pengertian Hukum Perdata Menurut Para Ahli
Dari buku Hukum Perdata Indonesia oleh P.N.H Simanjuntak (2015), berikut pengertian hukum
perdata menurut para pakar sarjana hukum:
1. Prof. Subekti, S.H.: Hukum perdata dalam arti yang luas meliputi semua hukum "privat
materiel", yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
perseorangan.
2. Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H.: Hukum perdata (materil) adalah kesemuanya
kaidah hukum yang menentukan dan mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban
perdata.
3. Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H.: Hukum perdata adalah hukum antar-perorangan
yang mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu terhadap yang lain di dalam
hubungan keluarga dan di dalam pergaulan masyarakat.
4. Prof. Dr. R. Wirjono Prodjodikoro, S.H.: Hukum perdata adalah suatu rangkaian hukum
antara orang-orang atau badan hukum yang satu sama lain tentang hak dan kewajiban.
Pembagian Hukum Perdata
Dalam buku Hukum Perdata Indonesia oleh P.N. H. Simanjuntak (2015) ada empat
bagian hukum perdata menurut ilmu pengetahuan hukum, yaitu:
a. Hukum perorangan (personenrecht) adalah hukum yang memuat peraturan-peraturan tentang
manusia sebagai subjek dalam hukum, peraturan-peraturan mengenai perihal kecakapan
seseorang di dalam hukum.
b. Hukum keluarga (familierecht) adalah hukum yang mengatur hubungan-hubungan yang
timbul karena hubungan kekeluargaan, seperti perkawinan, hubungan antara orangtua dan
anak, perwalian dan pengampunan.
c. Hukum harta kekayaan (vermogensrecht) adalah hukum yang mengatur tentang hubungan-
hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Hukum harta kekayaan meliputi dua jenis
hak, yaitu:
 Hak mutlak: berlaku terhadap setiap orang, baik hak-hak atas benda maupun hak-hak
atas barang tidak berwujud, seperti hak milik, hak usaha, hak cipta dan hak paten.
 Hak relatif: hak-hak yang timbul karena suatu peristiwa hukum di mana pihak yang
satu terikat dengan pihak lain, seperti perjanjian jual-beli dan perjanjian kerja.

[Type text] Page 5


d. Hukum waris (erfrecht) adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beralihnya harta
kekayaan dari seorang yang telah meninggal kepada orang yang masih hidup atau para ahli
warisnya.

B. Asas-Asas Hukum Perdata


Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting dalam Hukum Perdata
adalah:
 Asas Kebebasan Berkontrak
Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan perjanjian apapun
juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum diatur dalam undang-
undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).
 Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt. Pada pasal
tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan
antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada
umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua
belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat
oleh kedua belah pihak.
 Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan
perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara mereka dibelakang hari.
 Asas Kekuatan Mengikat
Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa perjanjian hanya mengikat
bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan sifatnya hanya mengikat.
 Asas Persamaan hukum,
Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum yang mengadakan
perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum. Mereka tidak
boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun subjek hukum itu berbeda warna
kulit, agama, dan ras.
 Asas Keseimbangan,
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan
melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika
diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur
memikul pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik.
 Asas Kepastian Hukum,
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan asas
yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa
hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi
terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.
 Asas Moral

[Type text] Page 6


Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela dari seseorang
tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat
dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang
bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan
perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan motivasi pada yang bersangkutan
melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan
hati nuraninya.
 Asas Perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur harus
dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak debitur
karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan
dari para pihak dalam menentukan dan membuat suatu kontrak/perjanjian dalam kegiatan
hukum sehari-hari. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan asas diatas
merupakan hal penting dan mutlak harus diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian
sehingga tujuan akhir dari suatu kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana
diinginkan oleh para pihak.
 Asas Kepatutan.
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan dengan ketentuan
mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan sifat perjanjiannya.
 Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan
dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat
dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPdt.
 Asas Itikad Baik (Good Faith)
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang berbunyi: “Perjanjian
harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, yaitu
pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan
atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.

C. Sistematika Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

 Hukum Pribadi atau Perorangan


Hukum pribadi atau perorangan ini memuat mengenai peraturan peraturan,
mengenai manusia sebagai subjek hukum. Di dalamnya berisi peraturan peraturan tentang
kecakapan untuk mempunyai hak, serta kecakapan dalam bertindak sendiri untuk melaksanakan
hal tersebut, serta hal hal lainnya yang berpengaruh terhadap kecakapan yang dimaksud.
 Hukum Keluarga

Hukum keluarga mempunyai hak dan kewajiban, yang pada dasarnya tidak bisa dinilai
dengan uang. Di dalam KUHPerdata, hukum satu ini disebutkan dalam aturan Buku I yang
berjudul tentang orang. Isinya yaitu mengatur hubungan yang tercipta dari hubungan
kekeluargaan seperti perkawinan, dan juga hukum kekayaan antara suami istri.

[Type text] Page 7


 Hukum Kekayaan

Jika hukum keluarga mengatur mengenai hubungan yang tercipta dari hubungan
kekeluargaan, maka hukum kekayaan ini mengatur antara orang dengan harta kekayaan yang
mereka miliki. Dimana hak dan kewajibannya dapat dinilai dengan uang. Hak dan kewajiban
yang bersifat seperti ini, umumnya bisa dipindahtangankan kepada orang lain.

 Hukum Waris

Hukum waris di dalam KUHPerdata, diatur dalam Buku II yang berjudul tentang
kebendaan. Dengan demikian, hukum satu ini sebenarnya termasuk ke dalam hukum harta
benda. Meski demikian, hukum waris ini juga sangat erat kaitannya dengan hukum keluarga.
Karena untuk bisa mewarisi harta benda yang ada, maka harus mempunyai hubungan keluarga
dengan pewaris.

Secara garis besar, hukum waris mengatur tentang harta benda seseorang setelah orang
tersebut meninggal dunia. Hukum ini berisikan tentang peralihan hak serta kewajiban pewaris
kepada ahli warisnya, dalam bidang kekayaan. Sehingga sistematika hukum perdata satu ini juga
sangat erat kaitannya dengan hukum kekayaan, yang mempunyai sifat relatif.

Sistematika dari hukum perdata di atas merupakan sistematika berdasarkan ilmu


pengetahuan hukum. Bila berdasarkan pada KUHPerdata atau Kitab Undang Undang Hukum
Perdata. Maka sistematika dari hukum perdata ini terdiri atas Buku I tentang Orang, Buku II
tentang Benda, Buku III tentang Perikatan, dan Buku IV tentang Pembuktian dan Daluarsa.

D. Sumber Hukum Perdata

Sumber hukum perdata tidak hanya satu. Sejauh ini ada dua sumber hukum perdata yakni
hukum perdata tertulis dan tidak tertulis atau kebiasaan. Sumber hukum tertulis pun banyak
macamnya. Berikut ini adalah contoh sumber hukum perdata tertulis:

1. Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB).


2. Burgelik Wetboek (BW) atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Ketetapan produk
hukum dari Hindia Belanda yang berlaku di Indonesia berdasarkan asas concordantie.
3. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koophandel (WvK).
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria. Keberadaan UU ini mencabut
berlakunya Buku II KUHP yang berkaitan dengan hak atas tanah, kecuali hipotek. Undang-
undang Agraria secara umum mengatur mengenai hukum pertanahan yang berlandaskan
hukum adat.
5. UU Nomor 16 Tahun 2019 jo No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
6. UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan terhadap tanah dan benda berhubungan
dengan tanah.
7. UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
8. UU Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Jaminan Simpanan.

[Type text] Page 8


9. Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

[Type text] Page 9


BAB III

CONTOH KASUS

SLEMAN– Selasa, 17 November 2011 Pengadilan Negeri (PN) Sleman akhirnya


mengeksekusi tanah milik Juminten di Dusun Pesanggrahan, Desa Pakembinangun,Kecamatan
Pakem, Sleman.

Sempat terjadi ketegangan saat proses eksekusi yang melibatkan puluhan aparat
kepolisian ini, tapi tidak terjadi tindakan anarkistis. Saat proses eksekusi tanah tersebut,PN
Sleman membawa sebuah truk untuk mengangkut barang-barang pemilik rumah serta
backhoeuntuk menghancurkan rumah yang tampak baru berdiri di atas tanah seluas 647 meter
persegi. ”Kami hanya melaksanakan perintah atasan,” kata Juru Sita PN Sleman Sumartoyo
kemarin.

Lokasi tanah yang berada di pinggir Jalan Kaliurang Km 17 ini merupakan tanah
sengketa antara Juminten dengan Susilowati Rudi Sukarno sebagai pemohon eksekusi. Kasus
hukum yang telah berjalanselamatujuh tahun ini berawal dari masalah utang piutang yang
dilakukan oleh kedua belah pihak, utang yang dimaksud disini adalah juminten berhutang
tentang pembuatan sertifikat tanah serta tidak mau mengganti rugi uang yang sudah diberi oleh
susilowati .

Klien kami telah membeli tanah ini dan juga sebidang tanah milik Ibu Juminten lainnya
di daerah Jalan Kaliurang Km 15 seharga Rp335 juta.Total tanah ada 997 meter
persegi.Masalahnya berawal saat termohon tidak mau diajak ke notaris untuk menandatangani
akta jual beli, padahal klien kami sudah membayar lunas,” papar Titiek Danumiharjo, kuasa
hukum Susilowati Rudi Sukarno. Kasus ini sebenarnya telah sampai tingkat kasasi, bahkan
peninjauan ulang. Dari semua tahap,Susilowati Rudi Sukarno selalu memenangkan perkara.

Pihak Juminten yang tidak terima karena merasa tidak pernah menjual tanah milik
mereka, berencana menuntut balik dengan tuduhan penipuan dan pemalsuan dokumen. ”Kami
merasa tertipu, surat bukti jual beli palsu,”tandas L Suparyono, anak kelima Juminten.

[Type text] Page 10


BAB IV

PEMBAHASAN

1. Analisa

Hukum perdata adalah ketentuan hukum materil yang mengatur hubungan antara
orang/individu yang satu dengan yang lain. Hukum perdata berisi tentang hukum orang, hukum
keluarga, hukum waris dan hukum harta kekayaan yang meliputi hukum benda dan hukum
perikatan.

Kasus diatas termasuk kasus perdata khususnya perikatan karena telah terjadi persetujuan
antara Juminten dengan Susilowati dalam hal jual-beli tanah. Dalam hukum perdata peristiwa
yang dapat dikategorikan sebagai hukum perikatan adalah jka terjadi suatu ikatan persetujuan
antara 2 pihak yang melahirkan hak dan kewajiban diantara keduanya dalam lingkup hukum
kekayaan.

Tetapi dalam kasus diatas telah terjadi suatu sengketa tanah antara Juminten dan
Susilowati. Sengketa ini berawal dari utang piutang yang mana Juminten berhutang tentang
pembuatan sertifikat tanah serta tidak mau mengganti rugi uang yang sudah diberi oleh
Susilowati. Dalam kasus ini, Juminten dianggap merugikan Susilowati, karena sudah dianggap
menipu berupa tidak maunya Juminten membuat akta sertifikat tanah dan dari itu pula Juminten
tidak mau mengganti dengan uang, karena Juminten beranggapan tidak pernah menjual tanah
miliknya kepada Susilowati, padahal penyimpanan atau pendaftaran tanah itu wajib demi
terlaksanakannya kepastian hukum. Sehingga Juminten dianggap ingkar janji (wanprestasi) atau
tidaak memenuhi perikatan tersebut.

Dalam KUH Perdata pasal 1366 berbunyi “Setiap orang bertanggung jawab tidak saja
untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatanya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
karena kelalaian atau kurang hati-hatinya”. Disini jelaslah bahwa Juminten melanggar UU
tersebut.

2. Solusi

Menurut Kami, solusi dari permasalahan ini agar pihak Juminten segera membayar
tentang hutangnya dalam pembuatan sertifikat tanah terhadap Susilowati dan mebyar ganti rugi
uang yang sudah diberi oleh Susilowati agar permasalahn ini cepat terselesaikan. Karena dalam
permasalahan ini pihak juminten lah yang bersalah yang tercantum jelas dalam KUH perdata
1366, dan disini pihak Juminten sudah ingkar janji dan tidak memenuhi perjanjian bersama.
Saran untuk Juminten agar segera mengembalikan yang sudah disetujui bersama Susilowati jika
ingin permasalahan ini cepet terselesaikan.

[Type text] Page 11


BAB V

KESIMPULAN

hukum perdata adalah serangkaian peraturan hukum yang mengatur hubungan subjek hukum
(orang dan badan hukum) yang satu dengan subjek hukum yang lain dengan menitikberatkan
pada kepentingan pribadi dari subjek hukum tersebut.

Pembagian Hukum Perdata:


 Hukum perorangan
 Hukum keluarga
 Hukum harta kekayaan
 Hukum waris

Asas-Asas Hukum Perdata:


 Asas Kebebasan Berkontrak
 Asas Konsensualisme
 Asas Kepercayaan
 Asas Kekuatan Mengikat
 Asas Persamaan hukum,
 Asas Keseimbangan,
 Asas Kepastian Hukum,
 Asas Moral
 Asas Perlindungan
 Asas Kepatutan.
 Asas Kepribadian (Personality)
 Asas Itikad Baik (Good Faith)

[Type text] Page 12


DAFTAR PUSTAKA

Kitab Undang Udang Hukum Perdata

Mertokusumo, Sudikno. 2006. Hukum Acara Perdata Indonesia. (Yogyakarta : Liberty. Edisi


VII)

Mr. C. Asser’s Handleiding tot de beoefening van het Nedherlands Burgerlijk Recht, Vijfde Deel
: Van Bewijs, N.V. Uigevers Maatschappij, W.E.J. Tjeenk Willink, Zwolle. 1953.

Reglement Biusten Govesten (RBg)

Yahya, M. Harahap, 2011. Hukum Acara Perdata. (Jakarta : Sinar Grafika)

Moh. Taufik Makaro, SH. MH, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, 2004. Jakarta: PT. Rineka
Cipta

[Type text] Page 13

Anda mungkin juga menyukai