Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGANTAR HUKUM ACARA PERDATA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Perdata
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ahmad Tholabi Karlie, S.Ag., S.H., M.H. M.A
Moh. Ikhwan Mufti, SH.I., M.H.

Disusun Oleh Kelompok 1:


Izma Jaida (11210480000004)
Anisa Rahma Jamil (11210480000035)
Muhammad Naufal Septa (11210480000062)
Rizki Mubarok Arif (11210480000135)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM KELAS B


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya kita panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan
makalah yang berisikan tentang “PENGANTAR HUKUM ACARA PERDATA” guna
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Acara Perdata.
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi. Namun, kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan ,
bimbingan dan dorongan teman sekelas serta dosen kami Prof. Dr. Ahmad Tholabi Karlie,
S.Ag., S.H., M.H. M.A dan Bapak Moh. Ikhwan Mufti, SH.I., M.H. sehingga kendala yang
kami hadapi dapat teratasi dengan baik. Dan dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah SWT, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Tangerang Selatan, 7 Maret 2023

(Penyusun)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3. Tujuan Makalah............................................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Hukum Acara Perdata .................................................................................... 2
2.2 Sumber Hukum Acara Perdata ......................................................................................... 3
2.3 Fungsi dan Tujuan Hukum Acara Perdata ....................................................................... 4
2.4 Asas-Asas Hukum Acara Perdata .................................................................................... 5
BAB III : PENUTUP ............................................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara hukum, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke empat. Berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, Indonesia merupakan negara hukum yang demokratis, menjunjung tinggi
Hak Asasi Manusia, dan menjamin warga negaranya setara kedudukannya di mata hukum.
Oleh karenanya, segala tindakan maupun perbuatan di Indonesia haruslah dilakukan
berdasarkan hukum. Hukum Acara Perdata, sebagai salah satu perangkat hukum yang
mengatur terkait perdata formil sangat dibutuhkan untuk menjamin kepastian hukum.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hukum Acara Perdata?
2. Apa saja sumber Hukum Acara Perdata?
3. Apa saja fungsi dan tujuan Hukum Acaara Perdata?
4. Apa saja asas-asas Hukum Acara Perdata?
1.3. Tujuan Makalah
1. Memahami secara mendalam pengertian Hukum Acara Perdata
2. Mengetahui sumber Hukum Acara Perdata
3. Memahami fungsi dan tujuan Hukum Acara Perdata
4. Memahami asas-asas Hukum Acara Perdata

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hukum Acara Perdata
Hukum acara perdata dapat dikategorikan menjadi dua kata yaitu hukum perdata dan
hukum acara. Hukum perdata secara umum adalah hukum yang mengatur tentang hubungan
antara individu. Hukum perdata menurut para ahli, Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H,
Hukum perdata adalah hukum antar perorangan yang mengatur hak dan kewajiban perorangan
yang satu terhadap yang lain di dalam hubungan keluarga dan di dalam pergaulan
masyarakat. Prof. Mr. Dr. L.J. van Apeldoorn Hukum Perdata adalah peraturan-peraturan
hukum yang objeknya ialah kepentingan-kepentingan khusus dan yang soal akan
dipertahankannya atau tidak, diserahkan kepada yang berkepentingan. Sedangkan hukum acara
adalah serangkaian aturan atau tata cara dalam pelaksanaan persidangan. Hukum acara
digunakan untuk menjamin adanya proses hukum dalam menegakkan keadilan.
Sehingga Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang menjamin penegakan
hukum perdata materiil dalam proses persidangan. Dapat dikatakan juga hukum acara perdata
adalah hukum yang mengatur bagaimana caranya mengajukan hak, memeriksa serta
memutuskannya pelaksanaan dari putusan dengan perantara hakim.1
Hukum acara perdata menurut para ahli, Menurut Wirjono Prodjodikoro Hukum
Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus
bertindak terhadap dan di muka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak,
satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum perdata. R.
Subekti berpendapat hukum acara itu mengabdi kepada hukum materiil, maka dengan
sendirinya setiap perkembangan dalam hukum materiil itu sebaiknya selalu diikuti dengan
penyesuaian hukum acaranya.2
Hukum acara perdata adalah bagian dari sistem hukum yang berfungsi untuk
memastikan keadilan dan menyelesaikan sengketa antara individu atau kelompok. Hukum
acara perdata meliputi proses hukum seperti gugatan, persidangan, bukti, dan pelaksanaan
putusan pengadilan.
Hukum acara perdata berbeda dengan hukum materiil perdata, yang mengatur hak dan
kewajiban individu dalam hubungan hukum perdata. Hukum acara perdata bertujuan untuk

1
Halida Zia, “Pengetahuan Hukum Tentang Hukum Acara Perdata,” Rio Law Jurnal (2020).
2
Layla Rasyid and Herinawati, Pengantar Hukum Acara Perdata (Sulawesi: UNIMAL Press, 2015), hal. 10.

2
memastikan bahwa hak-hak individu dalam hubungan hukum perdata dilindungi dan
ditegakkan dengan cara yang adil dan efektif.
2.2 Sumber Hukum Acara Perdata
Sejarah hukum perdata itu di uraikan menjadi dua yaitu sejarah ketentuan perundang
undangan yang mengatur hukum acara di peradilan dan sejarah Lembaga peradilan di
Indonesia. Ketentuan yang mengatur tentang hukum acara di lingkungan pradilan umum adalah
Herziene Indonesich Reglement (HIR). HIR ini mengatur tentang acara di bidang perdata dan
di bidang perdana. Tetapi sudah tidak berlaku karna adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Kitab Undang-Undang Pidana (KUHP).3
Sumber hukum perdata :
1. Herziene Indonesisch Reglement (HIR)
HIR ini dibagi dua yakni bagian hukum acara pidana dan acara perdata, yang
diperuntukkan bagi golongan Bumiputra dan Timur Asing di Jawa dan Madura untuk
berperkara di muka Landraad. Bagian acara pidana dari Pasal 1 sampai dengan 114 dan
Pasal 246 sampai dengan Pasal 371. Bagian acara perdata dari Pasal 115 sampai dengan
245. Sedangkan titel ke 15 yang merupakan peraturan rupa-rupa (Pasal 372-394)
meliputi acara pidana dan acara perdata.
2. Reglement Voor de Buitengewesten (RBg)
Reglemen Voor de Buitengewesten yang berisi ketentuan-ketentuan hukum acara
perdata yang berlaku khusus untuk golongan Eropa dan yang dipersamakan dengan
mereka untuk berperkara di muka Raad Van Justitie dan Residentie Gerecht.
3. Adat kebiasan
Adat adalah endapan kesusilaan dalam masyarakat, yaitu bahwa kaidah-kaidah
kesusilaan yang kebenarannya telah mendapat pengakuan hukum masyarakat. Pada
masa Hindia Belanda ada Adatrecht (Hukum adat) yang berlaku bagi orang-orang yang
tidak tunduk kepada KUH Perdata dan Gewoonte Recht (Hukum Kebiasaan) yang
berlaku bagi mereka yang tunduk kepada Hukum KUHPerdata. Perbedaan istilah
dan pengertian (Hukum adat dan Kebiasaan) itu harus dihilangkan karena lambat laun
tidak ada lagi perbedaan antara golongan Eropa, Indonesia dan Timur Asing melainkan
hanya ada perbedaan Warga Negara Indonesia dan Orang Asing (Mahadi)4

3
Layla Rasyid and Herinawati, Pengantar Hukum Acara Perdata, hal. 11-18.
4
Jimly Assidiqie, Konsitusi Dan Konstitualisme Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 17.

3
4. Doktrin
Doktrin dapat diartikan sebagai pandangan umum para sarjana atau ahli hukum. Dalam
sejarah dikenal adanya istilah “communis opinio doctorum” atau pendapat umum para
sarjana. Orang tidak boleh menyimpang dari pendapat umum para sarjana tersebut,
yang berarti bahwa communis opinio doctorum itu mempunyai kekuatan mengikat.
5. Instruksi dan surat edaran Mahkamah Agung ( SEMA )
Pada awalnya SEMA dibentuk berdasarkan ketentuan pasal 12 ayat 3 Undang-Undang No 1
tahun 1950 tentang Susunan, Kekuasaan Dan JalanPengadilan Mahkamah Agung Indonesia.
Mahkamah Agung merupakan lembaga peradilan yang berwenang melakukan pengawasan
terhadap lembaga peradilan dibawahnya.
6. Yurisprudensi
eputusan-keputusan dari hakim terdahulu untuk menghadapi suatu perkara yang tidak
diatur di dalam UU dan dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk
menyelesaian suatu perkara yang sama.
7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman yang memuat juga beberapa hukum acara.
8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung
2.3 Fungsi dan Tujuan Hukum Acara Perdata
Hukum acara perdata disusun sebagai peraturan hukum yang mengatur proses
penyelesaian suatu perkara perdata melalui pengadilan, dimulai sejak diajukannya gugatan
sampai dengan pelaksanaan putusan oleh hakim. Fungsi dari hukum acara perdata sendiri
adalah untuk mempertahankan serta melaksanakan hukum perdata materiil. Maksudnya adalah
hukum perdata tersebut dipertahankan menggunakan alat-alat penegak hukum, berdasarkan
acara perdata. Selain itu, hukum acara perdata juga berfungsi untuk mengontrol seseorang
dalam menuntut haknya serta mengontrol alat-alat penegak hukum dalam mempertimbangkan
dan menyelesaikan masalah perdata yang dibawa ke pengadilan.5
Tujuan hukum acara perdata adalah untuk merealisasikan pelaksanaan dari hukum
perdata materiil. Dalam hukum acara perdata secara lengkap dibahas terkait bagaimana cara
seseorang bertindak di pengadilan, bagaimana cara pihak yang kepentingannya terusik
mempertahankan diri, bagaimana alat alat penegak hukum yang dalam hal ini adalah hakim
bertindak dan memutus perkara secara adil, bagaimana pelaksanaan keputusan hakim yang

5
“Hukum Acara Perdata: Pengertian, Fungsi, Tujuan Serta Sumbernya,” Bizlaw, April 29, 2021, accessed
March 7, 2023, https://bizlaw.co.id/hukum-acara-perdata/.

4
keseluruhannya bertujuan supaya hak serta kewajiban yang telah diatur dalam hukum perdata
meteriil dapat berjalan dengan semestinya.
Hukum acara perdata dapat menjamin kepastian hukum, dimana setiap orang memiliki
hak untuk mempertahankan hak perdatanya masing masing dengan sebaik mungkin serta setiap
orang yang melakukan pelanggaran dalam lingkup hukum perdata dapat dituntut melalui
pengadilan. Hukum acara perdata juga menegakkan, mempertahankan, serta menjamin
ditaatinya ketentuan-ketentuan hukum materiil dalam praktiknya melalui perantara
pengadilan.6
2.4 Asas-Asas Hukum Acara Perdata
Asas –asas hukum acara perdata ini dikaitkan dengan dasar serta asas-asas peradilan
serta pedoman bagi lingkungan peradilan baik umum, maupun khusus. Antara lain :
1. Hakim bersifat menunggu
Dalam acara perdata, maksud dari hakim bersifat menunggu adalah hakim tidak
boleh aktif mencari perkara di masyarakat. Apabila tidak ada gugatan, maka tidak
ada hakim. Akan tetapi apabila suatu perkara diajukan, maka hakim tidak boleh
menolak untuk memeriksa dan mengadili perkara tersebut dengan alasan apapun.
2. Hakim pasif
Maksud dari hakim pasif adalah dalam memeriksa suatu perkara yang diajukan
kepada hakim ditentukan oleh pihak yang berperkara.
3. Hakim aktif
Hakim harus aktif sejak perkara diajukan ke pengadilan, memimpin sidang,
melancarkan jalannya sidang, membantu pihak yang berperkara dalam mencari
kebenaran, penjatuhan putusan, sampai pelaksanaan terhadap putusan. Asas hakim
aktif dalam hukum acara perdata disebut verhandlungmaxime.
4. Sidang pengadilan terbuka untuk umum
Setiap orang diperbolehkan untuk menghadiri dan mendengarkan pemeriksaan
perdaka di persidangan. Tujuannya adalah untuk memberi perlindungan hak asasi
manusia dalam peradilan, serta untuk menjamin keobjektifan peradilan dengan
mempertanggungjawaban pemeriksaan yang tidak memihak.
5. Mendengar kedua belah pihak

6
Arfan Faiz dkk Analisis Evaluasi Hukum Terkait Sistem Hukum Acara Perdata (Kementrian Hukum dan HAM
RI, 2017), hal. 1-2.

5
Kedua pihak yang berperkara harus diperlakukan dengan sama, tidak memihak, dan
didengar bersama sebagaimana Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1970.
6. Putusan harus disertai alasan
Putusan hakim haruslah memuat alasan yang dijadikan dasar untuk mengadili.
Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970, Pasal 184 ayat (1)
HIR, dan Pasal 195 RBg).

7. Hakim harus menunjukkan dasar hukum putusannya


Apabila dalam pemeriksaan terhadap suatu perkara tidak ditemukan hukum tertulis,
maka hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum yang
hidup dalam masyarakat (living law). Berdasarkan pasal 27 Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1970 dan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970.
8. Hakim harus memutus semua tuntutan
Hakim harus memutus semua tuntutan dari pihak yang berperkara, tetapi hakim
tidak boleh memutus lebih daripada yang diajukan. Pasal 178 ayat (2) dan (3) HIR.
9. Berperkara dikenakan biaya
Seseorang yang berperkara di pengadilan akan dikenakan biaya berdasarkan Pasal
182 dan 183 HIR, Pasal 145 ayat (4), Pasal 192-194 RBg. Biaya perkara tersebut
meliputi biaya kepaniteraan dan pemanggilan, pemberitahuan para pihak, serta
biaya materai.
10. Tidak ada keharusan mewakilkan
Pemeriksaan di persidangan dapat terjadi secara langsung dengan para pihak yang
berperkara, tetapi para pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasa hukumnya
apabila dikehendaki. Berdasarkan Pasal 123 HIR dan Pasal 147 RBg. 7

7
R Benny Rijanto, Hukum Acara Perdata (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2019), hal. 34-37.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hukum Acara Perdata merupakan hukum antar perorangan yang mengatur terkait hak
dan kewajiban perorangan terhadap orang lain di dalam hubungan keluarga dan
pergaulan masyarakat.
2. Hukum acara perdata bersumber dari Herziene Indonesich Reglement (HIR), Reglement
Voor de Buitengewesten (RBg), adat kebiasaan, doktrin, instruksi dan surat edaran
Mahkamah Agung, yurisprudensi, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 yang diubah
dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, dan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung.
3. Fungsi Hukum Acara Perdata adalah untuk mempertahankan serta melaksanakan
hukum perdata materiil, dan mengontrol seseorang dalam menuntut haknya serta
menontrol alat-alat penegak hukum dalam mempertimbangkan dan menyelesaikan
masalah perdata yang dibawa ke pengadilan. Tujuan Hukum Acara Perdata adalah
untuk merealisasikan pelaksanaan dari hukum perdata materiil.
4. Asas Hukum Acara Perdata adalah hakim bersifat menunggu, hakim pasif, hakim aktif,
sidang pengadilan terbuka untuk umum, mendengar kedua belah pihak, putusan disertai
alasan, hakim harus menunjukkan dasar hukum putusannya, hakim harus memutus
semua tuntutan, berperkara dikenakan biaya, dan tidak ada keharusan mewakilkan.

7
DAFTAR PUSTAKA
Arfan Faiz, Apri Listiyanto, and Dr. Edmon Makarim. Analisis Evaluasi Hukum Terkait
Sistem Hukum Acara Perdata. Kementrian Hukum dan HAM RI, 2017.

Halida Zia. “Pengetahuan Hukum Tentang Hukum Acara Perdata.” Rio Law Jurnal (2020).

Jimly Assidiqie. Konsitusi Dan Konstitualisme Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Layla Rasyid and Herinawati. Pengantar Hukum Acara Perdata. Sulawesi: UNIMAL Press,
2015.

R Benny Rijanto. Hukum Acara Perdata. Tangerang Selatan: Universitas TErbuka, 2019.

“Hukum Acara Perdata: Pengertian, Fungsi, Tujuan Serta Sumbernya.” Bizlaw, April 29,
2021. Accessed March 7, 2023. https://bizlaw.co.id/hukum-acara-perdata/.

Anda mungkin juga menyukai