Anda di halaman 1dari 11

Makalah Kelompok

PERBUATAN MELAWAN HUKUM

Mata Kuliah: Hukum Perdata

Dosen Pengampu: Novita Mayasari Angelia, SH.MH.,

Disusun oleh:

Taruna Adhi Nugroho (2012110083)

Selvia (2012110104)

Mudah Riskiah (2012110135)

INATITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA

FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


Kata Pengantar

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Segala puji dan syukur sudah sepantasnya kita panjatkan ke hadirat Ilahi

Rabbi yang hingga saat ini masih berkenan memberikan kepercayaan-Nya kepada

kita semua untuk menikmati segala karunia-Nya, dan hanya dengan qudrat dan

iradat-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.

Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum

Perdata. Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pemahaman diri penyusun tentang mata kuliah ini. Demi kesempurnaannya,

penyusun selalu mengharapkan adanya saran dan masukan dari berbagai pihak.

Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah

Hukum Perdata. dan kepada semua pihak yang telah mendukung hingga

terselesaikannya makalah ini.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

khususnya bagi penyusun sendiri dan umumnya bagi siapa saja yang

membacanya.

Palangka Raya, 1 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................i

Daftar isi.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................2

C. Tujuan Penulisan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Perbuatan Melawan Hukum................................................3

B. Perbuatan Melawan Hukum Terhadap Pribadi................................4

C. Perbuatan Melawan Hukum Oleh Badan Hukum............................4

BAB III PENUTUP

Kesimpulan..................................................................................................7

Daftar Pustaka..............................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana terjadi dalam sejarah politik ketatanegaraan di

Indonesia, bahwa reformasi telah membawa perubahan yang

signifikan dalam berbagai bidang kehidupan bangsa Indonesia.

Perubahan tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah

dilakukan untuk mewujudkan tatanan yang lebih demokratis, antara

lain: melakukan perubahan terhadap peraturan perundangundangan

yang selama ini dinilai kurang relevan dengan tuntutan reformasi.

Pada dasarnya kerugian yang timbul dari adanya perbuatan

melawan hukum harus diganti oleh orang-orang yang dibebankan

oleh hukum untuk menggantinya.10 Dalam KUHPerdata, kerugian

dan ganti rugi dalam hubungannya dengan perbuatan melawan

hukum dengan 2 (dua) pendekatan, yakni ganti rugi umum (Pasal

1243 KUHPerdata), dan ganti rugi khusus (Pasal 1365

KUHPerdata).

Namun demikian dalam hal KUHPerdata tidak dengan

tegas atau bahkan tidak mengatur secara rinci tentang ganti rugi

tertentu, atau tentang salah satu aspek dari ganti rugi, maka hakim

mempunyai kebebasan untuk menerapkan ganti rugi tersebut sesuai

dengan asas kepatutan, sejauh hal tersebut memang dimintakan

oleh pihak penggugat. Justifikasi terhadap kebebasan hakim ini

1
adalah karena penafsiran kata rugi, biayanya dan bunga tersebut

sangat luas dan dapat mencakup hampir segala hal yang

bersangkutan dengan ganti rugi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Perbuatan Melawan Hukum

2. Bagaimana Perbuatan Melawan Hukum Terhadap Pribadi

3. Bagaimana Perbuatan Melawan Hukum Oleh Badan

Hukum

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana konsep perbuatan melawan

hukum.

2. Untuk mengetahui bagaimana perbuatan melawan hukum

terhadap pribadi.

3. Untuk mengetahui bagaimana perbuatan melawan hukum

oleh badan hukum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan melawan hukum, baik perdata (onrechtmatige daad)


maupun pidana (wederrechtelijke daad) adalah dua konsep penting dalam
wacana ilmu hukum. Secara umum, terutama jika mengikuti arus besar
(mainstream) pemikiran hukum di Indonesia, kedua konsep ini mengalami
divergensi dalam arah pemafsirannya. Perbuatan melawan hukum perdata
mengarah kepada pemaknaan yang meluas (ekstensif), yakni dengan
mengartikan hukum tidak sama dengan undang-undang (wet). Jadi,
onrechtmatig dibedakan pengertiannya dengan onwetmatig. Momentum
historis dari perluasan ini terjadi setelah putusan Hoge Raad der
Nederlanden tanggal 31 Januari 1919, yaitu dalam kasus kasus
Lindenbaum versus Cohen. Lain halnya dengan perbuatan melawan
hukum dalam lapangan pidana yang justru mengarah ke pemaknaan yang
menyempit (restriktif), yakni lebih mengarah kepada sifat melawan hukum
formal (formele wederrechtelijkheid). Apa yang disebut hukum lazimnya
mengacu pada ketentuan norma positif dalam sistem perundang-undangan
pidana yang telah ada, tertulis, dan berlaku sebelum perbuatan dilakukan.
Pelanggaran terhadap syarat ini merupakan pelanggaran serius terhadap
asas legalitas. Jika terjadi divergensi dalam kedua lapangan hukum itu,
lalu bagaimana halnya dengan perbuatan melawan hukum di dalam
lapangan hukum lingkungan? Hal ini menarik untuk ditanyakan karena
ranah hukum lingkungan tidak sepenuhnya dapat dimasukkan ke dalam
kriteria hukum perdata dan hukum pidana. Dengan mengutip Drupsteen,
Koesnadi Hardjasoemantri (1999: 38) mengatakan hukum lingkungan
(millieurecht) adalah hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam
(natuurlijk millieu) dalam arti seluas-luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan
dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan.

3
Dengan demikian, hukum lingkungan merupakan instrumentarium yuridis
bagi pengelolaan lingkungan. Mengingat pengelolaan lingkungan
dilakukan terutama oleh pemerintah, maka hukum lingkungan sebagian
besar terdiri dari hukum pemerintahan (bestuursrecht). Dalam tulisan ini,
perbuatan melawan hukum dalam ranah hukum lingkungan itu diberi
nomenklatur “perbuatan melawan hukum lingkungan”.1

B. Perbuatan Melawan hukum Terhadap Diri Pribadi

Perbuatan melawan hukum dapat ditujukan pada benda milik orang


lain. Jika ditujukan pada diri pribadi orang lain mungkin dapat
menimbulkan kerugian fisik ataupun kerugian nama baik (martabat).
Kerugian fisik atau jasmani misalnya luka, cedera, cacat tubuh. Perbuatan
melawan hukum yang menimbulkan kerugian fisik atau jasmani banyak
diatur dalam perundangan- undangan di luar KUHPdt, misalnya undang-
undang perburuhan.

Apabila seseorang mengalami luka atau cacat pada salah satu


anggota badan dikarenakan kesengajaan atau kurang hati- hati pihak lain,
undang- undang memberikan hak kepada korban untuk memperoleh
penggantian biaya pengobatan, ganti kerugian atau luka atau cacat
tersebut. Ganti kerugian ini dinilai menurut kedudukan dan kemampuan
kedua belah pihak dan menurut keadaan. Penghinaan adalah perbuatan
yang bertentangan dengan kesusilaan, jadi dapat dimasukkan perbuatan
melawan hukum pencemaran nama baik seseorang. Lain daripada itu,
yang terhina dapat menuntut supaya dalam putusan itu juga dinyatakan
bahwa perbutan yang telah dilakukan itu adalah memfitnah. Dengan
demikian, berlakulah ketentuan Pasal 314 KUHP penuntutan perbuatan
pidana memfitnah. Perkara memfitnah ini diperiksa dan diputus oleh
hakim pidana (Pasal 1373 KUHPerdata).2
C. Perbuatan melaean hukum oleh badan hukum

1
Shidarta, “MENGUNGKIT KEMBALIKONSEP DASAR PERBUATAN MELAWAN
HUKUM,” 2015, business-law.binus.ac.id.
2
AdminAlfa, t.t., http://www.sangkoeno.com/2015/02/perbuatan-melawan-hukum-
onrechtmatigdaad.html#:~:text=Perbuatan%20Melawan%20Hukum%20Terhadap%20Diri%20Pri
badi&text=Jika%20ditujukan%20pada%20diri%20pribadi,luka%2C%20cedera%2C%20cacat%20
tubuh.

4
Dalam praktek di Pengadilan Tata Usaha Negara yang mempunyai
kewenangan memeriksa dan menyelesaikan sengketa perbuatan melawan
hukum oleh penguasa (Onrechtmatige Overheids Daad), pengertian
tersebut meliputi : 1. Badan/jabatan instansi resmi pemerintah Yaitu dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota sampai
Pemerintahan Kelurahan dan juga lnstansi-instansi resmi pemerinta yang
berada di lingkungan eksekutif. 2. Badan/jabatan semi pemerintah Yaitu
Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) seperti Telkom, PDAM, PLN dan lain-lain termasuk juga Badan
/jabatan yang merupakan kerjasama Pemerintah dengan swasta. 3.
Badan/jabatan Swasta yang melaksanakan urusan Pemerintahan Yaitu
yayasan yang bergerak dibidang yang seharusnya menjadi kewajiban
pemerintah akan tetapi dilaksanakan oleh swasta, seperti Perguruan
Tinggi, Rumah Sakit, Universitas dll. 3

Sering sekali orang mengatakan bahwa apakah badan hukum itu


dapat melakukan kesalahan atau perbuatan melawan hukum. Alasannya ,
karena badan hukum tidak dapat melakukan kesalahan dan tidak dapat
dipertanggung jawabkan dalam lapangan hukum pidana, seperti halnya
manusia pribadi. Untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut, lebih
dahulu perlu dikemukakan berbgai teori mengenai bdan hukum ada 3
macam yaitu :

(1) Teori fictie (perumpamaan), menurut teori ini badan hukum itu
diperumpamakan sebagai manusia, terpisah dari manusia yang menjadi
pengurusnya. Atas dasar ini badan hukum tidak dibuat secara langsung,
melainkan melalui perbuatan orang, yaitu pengurusnya. Dengan demikian
berdasarkan teori fictie ini, badan hukum yang melakukan perbuatan
hukum dapat digugat tidak melalui Pasal 1365, melainkan melalui Pasal

3
Ujang Abdullah, “PERBUATAN MELAWAN HUKUM OLEH PENGUASA,” t.t.,
http://ptun.palembang.go.id.

5
1367 KUHPerdata. Jika mengikuti teori fictie ini kita dihadapkan pada
keadaan yang bertentangan dengan kenyataan.
(2) Teori orgaan (perlengkapan), menurut teori ini, badan hukum itu sama
dengan manusia pribadi, dapat melakukan perbuatan hukum.
(3) Teori yurisdische realiteit, menurut teori ini, badan hukum adalah
realitas yuridis yang dibentuk dan diakui sama seperti manusia pribadi.
Ada dua macam badan hukum dilihat dari sudut pembentukannya,
yaitu badan hukum pidana dan badan hukum public. Badan hukum perdata
dibentuk berdasarkan hukum perdata, sedangkan pengesahannya dilakukan
pleh pemerintah. Yang disahkan itu pada umumnya adalah anggaran dasar
badan hukum itu. Pengesahan dilakukan dengan pendaftaran anggaran
dasar kepada pejabat yang berwenang, pengesahan tersebut diperlukan
supaya badan hukum yang dibentuk itu tidak bertentangan dengan
kepentingan umum, kesusilaan, dan tidak dilarang oleh undang- undang.
Badan hukum perdata ini misalnya, perseroan terbatas, yayasan .koperasi.

Badan Hukum public dibentuk dengan undang- undang oleh


pemerintah. Badan hukum public ini merupakan badan- badan kenegaraan,
misalnya Negara republic Indonesia, daerah Tiongkok I, daerah tingkat II,
dan lain- lain. Badan hukum public ini dibentuk untuk menyelenggarakan
pemerintahan Negara. Dalam menjalankan pemerintah Negara badan
hukum public harus berdasarkan undang- undang. Jika dalam menjalankan
tugasnya, badan hukum public itu melakukan perbuatan melawan hukum,
ia dapat digugat berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata.4

4
Unknown, t.t., https://legalstudies71.blogspot.com/2015/09/perbuatan-melawan-hukum-
oleh-badan-hukum.html.

6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
. Perbuatan melawan hukum perdata mengarah kepada pemaknaan
yang meluas (ekstensif), yakni dengan mengartikan hukum tidak sama
dengan undang-undang (wet). Jadi, onrechtmatig dibedakan pengertiannya
dengan onwetmatig. Momentum historis dari perluasan ini terjadi setelah
putusan Hoge Raad der Nederlanden tanggal 31 Januari 1919, yaitu dalam
kasus kasus Lindenbaum versus Cohen. Lain halnya dengan perbuatan
melawan hukum dalam lapangan pidana yang justru mengarah ke
pemaknaan yang menyempit (restriktif), yakni lebih mengarah kepada sifat
melawan hukum formal (formele wederrechtelijkheid).

Perbuatan melawan hukum dapat ditujukan pada benda milik orang


lain. Jika ditujukan pada diri pribadi orang lain mungkin dapat
menimbulkan kerugian fisik ataupun kerugian nama baik (martabat).
Kerugian fisik atau jasmani misalnya luka, cedera, cacat tubuh. Perbuatan
melawan hukum yang menimbulkan kerugian fisik atau jasmani banyak
diatur dalam perundangan- undangan di luar KUHPdt, misalnya undang-
undang perburuhan.
1. Badan/jabatan instansi resmi pemerintah Yaitu dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota sampai Pemerintahan
Kelurahan dan juga lnstansi-instansi resmi pemerinta yang berada di
lingkungan eksekutif. 2. Badan/jabatan semi pemerintah Yaitu Badan
Usaha Milik Pemerintah (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) seperti Telkom, PDAM, PLN dan lain-lain termasuk juga Badan
/jabatan yang merupakan kerjasama Pemerintah dengan swasta. 3.
Badan/jabatan Swasta yang melaksanakan urusan Pemerintahan Yaitu
yayasan yang bergerak dibidang yang seharusnya menjadi kewajiban
pemerintah akan tetapi dilaksanakan oleh swasta, seperti Perguruan
Tinggi, Rumah Sakit, Universitas dll.

7
DAFTAR ISI

Abdullah, Ujang. “PERBUATAN MELAWAN HUKUM OLEH PENGUASA,”


t.t. http://ptun.palembang.go.id.
AdminAlfa, t.t. http://www.sangkoeno.com/2015/02/perbuatan-melawan-hukum-
onrechtmatigdaad.html#:~:text=Perbuatan%20Melawan%20Hukum%20T
erhadap%20Diri%20Pribadi&text=Jika%20ditujukan%20pada%20diri%2
0pribadi,luka%2C%20cedera%2C%20cacat%20tubuh.
Shidarta. “MENGUNGKIT KEMBALIKONSEP DASAR PERBUATAN
MELAWAN HUKUM,” 2015. business-law.binus.ac.id.
Unknown, t.t. https://legalstudies71.blogspot.com/2015/09/perbuatan-melawan-
hukum-oleh-badan-hukum.html.

Anda mungkin juga menyukai