Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM PIDANA

DI SUSUN OLEH: LAYLA SOFYA HANDAYANI


NIM: D1A022459

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Pertama tama saya memanjatkan puji syukur kehadiran allah swt. Kerena bantuanya
makalah ini yang berjudul HUKUM PIDANA ini mendapat sambutan yang sangat baik dari
pembaca.

Apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon di maklumkan dan rerimah
kasih atas waktunya telah memberikan hak kepada saya selaku penulis untuk membuat
makalah ini.

Penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada pembaca yang telah membaca isi
makalah yang saya buat semoga kerja sama ini mendapat balasan dari allah swt amin.

MATARAM,APRIL,2023

UNIVERSITAS MATARAM

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar……………………………………………………………………….i
Daftar isi……………………………………………………………………………..ii
BAB 1………………………………………………………………………………..1
Pendahuluan…………………………………………………………………………1
1.1 Latar belakang masalah………………………………………………………….1
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………………..1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………1
BAB 2………………………………………………………………………………..2
Pembahasan………………………………………………………………………......2
2.1 Hukum pidana…………………………………………………………………….2
A.Pengertian Hukum Pidana………………………………………………………….2
B.Pembagian Hukum Pidana………………………………………………………….2
C.Hukum Pidana Memmiliki tempat tersendiri di antara hukum lain…………….......4
D.Tujuan dan fungsi hukum pidana……………………………………………….......5
E.Sistematika Hukum Pidana………………………………………………………….6
2.2 ASAS – ASAS HUKUM PIDANA………………………………………………..6
A. 1.Asas Teritorial…………………………………………………………………….6
B.Asas Personal (nasional aktif)………………………………………………………7
C.Asas Perlindungan (nasional pasif)…………………………………………………7
D.Asas Universal……………………………………………………………………..8
BAB 3………………………………………………………………………………..9
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………9
Daftar Pustaka………………………………………………………………………10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang Masalah

Perbuatan masyarakat yang dapat merugikan kepentingan umum di sebut dengan tindak
pidana, yang mana segala perbuatan tersebut memiliki hukum yang mengatur dari tindakan
tersebut.

Di pasal 1 ayat (1) KUHP: “Tiada suatu perbuatan dapat di pidana, kecuali atas kekuatan
aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan”1

Dalam bahasa Latin: ”Nullum delictum nulla poena sine praevia legi poenali”, yang dapat
diartikan harfiah dalam bahasa Indonesia dengan: ”Tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa
ketentuan pidana yang mendahuluinya”. Sering juga dipakai istilah Latin: ”Nullum crimen
sine lege stricta, yang dapat diartikan dengan: ”Tidak ada delik tanpa ketentuan yang tegas”.

2.Rumusan Masalah

Agar kajian makalah ini tidak terlalu jauh penulis membagi, makalah ini menjadi sebagai
berikut :

A.Apa itu Hukum Pidana ?

B.Apa tujuan, fungsi dan Maksud Dari Hukum Pidana ?

3.Tujuan

Penulis memahami betapa penting nya untuk mengetahui Hukum Pidana untuk
kehidupan sehari-hari. Besar harapan dengan adanya makalah ini dapat memahi sedikit
tentang Hukum Pidana

1
Di pasal 1 ayat (1) KUHP: “Tiada suatu perbuatan dapat di pidana, kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam
perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan”
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hukum Pidana

A.Pengertian Hukum Pidana

Hukum pidana itu ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran -pelanggaran dan
kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan mana diancam dengan hukuman
yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan.

Dari definisi tersebut di atas tadi dapatlah kita mengambil kesimpulan, bahwa Hukum
Pidana itu bukanlah suatu hukum yang mengandung norma-norma yang baru, melainkan
hanya mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap norma-
norma hukum yang mengenai kepentingan umum.

B.Pembagian Hukum Pidana

Hukum Pidana dapat dibagi sebagai berikut:

1) Hukum Pidana Objektif (lus Punale), yang dapat dibagi ke dalam:

A.Hukum Pidana Materil

B.Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana).

2) Hukum Pidana Subjektif (ius Puniendi).

3) Hukum Pidana Umum.

4) Hukum Pidana Khusus, yang dapat dibagi lagi ke dalam:

A.Hukum Pidana Militer.

B.Hukum Pidana Pajak (Fiskal).

2
Hukum Pidana Objektif (Ius Punale) ialah semua peraturan yang mengandung keharusan
atau larangan, terhadap pelanggaran mana yang diancam dengan hukuman yang bersifat
siksaan.

•Hukum Pidana Objektif dibagi dalam Hukum Pidana Materil dan Hukum Pidana Formil:
•Hukum Pidana Materiil ialah peraturan-peraturan yang menegaskan:
(1) Perbuatan-perbuatan apa yang dapat dihukum.
(2) Siapa yang dapat dihukum.
(3) Dengan hukuman apa menghukum seseorang.
Hukuman Pidana Materiil mengatur perumusan dari kejahatan dan pelanggaran serta syarat-
syarat bila seseorang dapat dihukum. Jadi Hukuman Pidana Materiil mengatur perumusan
dari kejahatan dan pelanggaran serta syarat-syarat bila seseorang dapat dihukum.
Hukum Pidana Materiil membedakan adanya:
(a) Hukum Pidana Umum.
(b) Hukum Pidana Khusus, misalnya Hukum Pidana Pajak (seorang yang tidak membayar
pajak kendaraan bermotor, hukumannya tidak terdapat dalam Hukum Pidana Umum, akan
tetapi diatur tersendiri dalam Undang-undang (Pidana Pajak).
Hukum Pidana Formil ialah hukum yang mengatur cara-cara menghukum seseorang yang
melanggar peraturan pidana (merupakan pelaksanaan dari Hukum Pidana Materiil).
Dapat juga dikatakan bahwa Hukum Pidana Formil atau Hukum Acara Pidana memuat
peraturan-peraturan tentang bagaimana memelihara atau mempertahankan Hukum Pidana
Materiil, dan karena memuat cara-cara untuk menghukum seseorang yang melanggar
peraturan pidana, maka hukum ini dinamakan juga Hukum Acara Pidana.
Hukum Acara Pidana terkumpul/diatur dalam Reglemen Indonesia yang dibarui disingkat
dahulu RIB (Herziene Inlandsche Reglement — HIR) sekarang diatur dalam Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Tahun 1981.
2

Hukum Pidana Subjektif (Ius Puniendi), ialah hak Negara atau alat-alat untuk menghukum
berdasarkan Hukum Pidana Objektif.
Pada hakikatnya Hukum Pidana Objektif itu membatasi hak Negara untuk menghukum.
Hukum Pidana Subjektif ini baru ada, setelah ada peraturan-peraturan dari Hukum Pidana
Objektif terlebih dahulu.
3

2
Hukum Acara Pidana terkumpul/diatur dalam Reglemen Indonesia yang dibarui disingkat dahulu RIB
(Herziene Inlandsche Reglement — HIR) sekarang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) Tahun 1981.
Dalam hubungan ini tersimpul kekuasaan untuk dipergunakan oleh Negara, yang berarti,
bahwa tiap orang dilarang untuk mengambil tindakan sendiri dalam menyelesaikan tindak
pidana (perbuatan melanggar hukum = delik).
Hukum Pidana Umum ialah Hukum Pidana yang berlaku terhadap setiap penduduk (berlaku
terhadap siapa pun juga di seluruh Indonesia) kecuali anggota ketentaraan.
Hukum Pidana Khusus ialah Hukum Pidana yang berlaku khusus untuk orang-orang yang
tertentu.
C.Hukum Pidana Memmiliki tempat tersendiri di antara hukum lainnya
Semua hukum pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan dalam
pergaulan hidup bermasyarakat, baik dalam lingkungan yang kecil maupun dalam lingkungan
yang lebih besar, agar di dalamnya terdapat suatu epastian hukum dan ketertiban hukum.
Dalam hukum pidana menunjukkan suatu perbedaan dari hukum yang lain pada umumnya
yaitu bahwa di dalamnya orang mengenal adanya suatu kesengajaan untuk memberikan suatu
akibat hukum berupa suatu penderitaan yang bersifat khusus dalam bentuk suatu hukuman
kepada mereka yang telah melakukan suatu pelanggaran terhadap keharusan-keharusan atau
larangan-larangan yang telah ditentukan di dalamnya.
Adanya suatu penderitaan khusus dalam bentuk pidana itu sudah pasti tidak dapat
dihindarkan di dalam bagian-bagian yang lain dari hukum pada umumnya, yaitu apabila
orang menginginkan agar norma-norma yang terdapat di dalamnya benar-benar akan ditaati
oleh orang. Dengan demikian, hukum pidana mendapatkan tempat tersendiri diantara hukum-
hukum yang lain, yang menurut pendapat para sarjana, hendaknya hukum pidana tersebut
hendaknya dipandang sebagai suatu ultimum remedium atau sebagai upaya terakhir untuk
memperbaiki kelakuan manusia, setelah upaya-upaya lain yang ditempuh seperti melalui
sanksi administratif atau sanksi perdata belum mencakupi tujuan masyarakat yang dicita-
citakan dan penerpannya haruslah disertai dengan pembatasan-pembatasan yang seketat
mungkin.
Ultimum remedium haruslah diartikan sebagai alat bukan sebagai alat untuk memulihkan
ketidakadilan atau untuk memulihkan kerugian akan tetapi sebagai alat untuk memulihkan
keadaan yang tidak tentram di dalam masyarakat, apabila terjadi ketidakadilan tersebut tidak
dilakukan sesuatu, maka hal tersebut dapat menyebabkan orang main hakim sendiri.
D.Tujuan dan fungsi hukum pidana

Tujuan Hukum Pidana

•Untuk melindungi suatu kepentingan orang atau perseorangan (hak asasi manusia) untuk
melindungi kepentingan suatu masyarakat dan negara dengan suatu perimbangan yang serasi
dari suatu tindakan yang tercela/kejahatan di satu pihak dari tindak-tindakan perbuatan yang
melanggar yang merugiakan dilain pihak

. •Untuk membuat orang yang ingin melakukan kejahatan atau perbuatan yang tidak baik
akan menjadi takut untuk melakukan perbuatan tersebut. 4
•Untuk mendidik seseorang yang melakukan perbuatan yang melanggar agar tidak
melakukan lagi, dan agar diterima kembali dilingkungan masyarakat.

•Mencegah akan terjadinya gejala-gejala sosial yang tidak sehat atau yang melakukan
perbuatan yang dilanggar, dan hukuman untuk orang yang sudah terlanjur berbuat tidak baik.

Fungsi Hukum Pidana

1. Secara umum

Fungsi hukum pidana secara umum yaitu fungsi hukum pidana sama saja dengan fungsi
hukum-hukum lain pada umumnya karena untuk mengatur hidup dalam kemasyarakatan atau
menyelenggarakan suatu tata dalam masyarakat.

2. Secara khusus

Fungsi hukum secara khusus nya yaitu untuk melindungi suatu kepentingan hukum terhadap
perbuatan-perbuatan yang melanggar dengan suatu sanksi atau hukuman yang berupa pidana
yang telah ditetapkan Undang-Undang yang telah ditetapkan dan yang sifatnya lebih tajam
dari pada hukum-hukum lain nya atau untuk memberikan aturan-aturan untuk melindungi
yang pihak yang telah dirugikan

E.Sistematika Hukum Pidana

KUHP atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah kitab undang-undang hukum yang
berlaku sebagai dasar hukum di Indonesia. KUHP merupakan bagian hukum politik yang
berlaku di Indonesia, dan terbagi menjadi dua bagian: hukum pidana materiil dan hukum
pidana formil. Semua hal yang berkaitan dengan hukum pidana materiil adalah tentang tindak
pidana, pelaku tindak pidana dan pidana (sanksi). Sedangkan, hukum pidana formil adalah
hukum yang mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana materil. Adapun sistematika Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana antara lain :

1.Buku I Tentang Ketentuan Umum (Pasal 1-103).

2.Buku II Tentang Kejahatan (Pasal 104-488).

3.Buku III Tentang Pelanggaran (Pasal 489-569).

Dan juga ada beberapa Undang-undang yang mengatur tindak pidana khusus yang dibuat
setelah kemerdekaan antara lain

5
1.UU No. 8 Drt Tahun 1955 Tentang tindak Pidana Imigrasi.

2.UU No. 9 Tahun 1967 Tentang Norkoba.

3.UU No. 16 Tahun Tahun 2003 Tentang Anti Terorisme. dll

Ketentuan-ketentuan Hukum Pidana, selain termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum


Pidana maupun UU Khusus, juga terdapat dalam berbagai Peraturan Perundang-Undangan
lainnya, seperti UU. No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU
No. 9 Tahun 1999 Tentang Perindungan Konsumen, UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak
Cipta dan sebagainya

2.2 ASAS – ASAS HUKUM PIDANA

Asas-asas hukum pidana menurut tempat :

1.Asas Teritorial.

2.Asas Personal (nasional aktif).

3.Asas Perlindungan (nasional pasif)

4.Asas Universal.

a. Asas Teritorial

Asas ini diatur juga dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu dalam pasal
2 KUHP yang menyatakan : “Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia
diterapkan bagi setiap orang yang melakukan suatu tindak pidana di Indonesia”.

Perluasan dari Asas Teritorialitas diatur dalam pasal 3 KUHP yang menyatakan : “Ketentuan
pidana perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang di luar wilayah
Indonesia melakukan tindak pidana didalan kendaraan air atau pesawat udara Indonesia”.

Tujuan dari pasal ini adalah supaya perbuatan pidana yang terjadi di dalam kapal atau
pesawat terbang yang berada di perairan bebas atau berada di wilayah udara bebas, tidak
termasuk wilayah territorial suatu Negara, sehingga ada yang mengadili apabila terjadi suatu
perbuatan pidana.

6
b. Asas Personal (Nasionaliteit aktif)

yakni apabila warganegara Indonesia melakukan ke-jahatan meskipun terjadi di luar


Indonesia, pelakunya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia, apabila pelaku kejahatan
yang hanya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia—-sedangkan perbuatan pidana yang
dilakukan warganegara Indonesia di negara asing yang telah menghapus hukuman mati, maka
hukuman mati tidak dapat dikenakan pada pelaku kejahatan itu, hal ini diatur dalam pasal 6
KUHP.

c. Asas Perlindungan (Nasional Pasif)

Tolak pangkal pemikiran dari asas perlindungan adalah bahwa setiap negara yang berdaulat
wajib melindungi kepentingan hukumnya atau kepentingan nasionalnya. Ciri utamanya
adalah Subjeknya berupa setiap orang tidak terbatas pada warga negara saja, selain itu tidak
tergantung pada tempat, ia merupakan tindakan-tindakan yang dirasakan sangat merugikan
kepentingan nasional indonesia yang karenanya harus dilindungi. Kepentingan nasional
tersebut ialah:

1.Keselamatan kepala/wakil Negara RI, keutuhan dan keamanan negara serta pemerintah
yang sah, keamanan penyerahan barang, angkatan perang RI pada waktu perang, keamanan
Martabat kepala negara RI;3

2.Keamanan ideologi negara, pancasila dan haluan Negara;

3.Keamanan perekonomian;

4.Keamanan uang Negara, nilai-nilai dari surat-surat yang dikeluarkan RI;

5.Keamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan

d. Asas Universal
3
Keselamatan kepala/wakil Negara RI, keutuhan dan keamanan negara serta pemerintah yang sah, keamanan
penyerahan barang, angkatan perang RI pada waktu perang, keamanan Martabat kepala negara RI;
Asas universal adalah asas yang menyatakan setiap orang yang melakukan perbuatan
pidanan dapat dituntut undang-undang hukum pidana Indonesia di luar wilayah Negara untuk
kepentingan hukum bagi seluruh dunia. Asa ini melihat hukum pidanan berlaku umum,
melampaui batas ruang wilayah dan orang, yang dilindungi disini ialah kepentingan dunia.
Jenis kejahatan yang dicantumkan pidanan menurut asas ini sangat berbahaya tidak hanya
dilihat dari kepentingan Indonesia tetapi juga kepentingan dunia. Secara universal kejahatan
ini perlu dicegah dan diberantas.4

BAB III

4
. Secara universal kejahatan ini perlu dicegah dan diberantas.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hukum Pidana itu bukanlah suatu hukum yang mengandung norma-norma yang baru,
melainkan hanya mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan
terhadap norma-norma hukum yang mengenai kepentingan umum.

Hukum Pidana Formil atau Hukum Acara Pidana memuat peraturan-peraturan tentang
bagaimana memelihara atau mempertahankan Hukum Pidana Materiil, dan karena memuat
cara-cara untuk menghukum seseorang yang melanggar peraturan pidana, maka hukum ini
dinamakan juga Hukum Acara Pidana.

Hukum Pidana, sebagai salah satu bagian independen dari hukum public merupakan salah
satu isntrumen hukum yang sangat urgen eksistensinya dalam menjamin keamanan
masyarakat dari ancaman tindak pidana, menjaga stabilitas Negara dan bahkan merupakan
“lembaga moral” yang berperan merehabilitas para pelaku pidana. Hukum ini terus
berkembang sesuai dengan tuntutan tindak pidana yang ada di setiap masanya.

DAFTAR PUSTAKA
1.Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Frans Maramis, SH. MH, Rajawali
Ekspres

2.Dasar – Dasar Hukum Pidana, Mahrus Ali, SH. MH Sinar Grafika

3.Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, Kombes. Pol Dr. Ismu Gunadi, SH,
CN, MM

4.Asas-asas hukum pidana DR.ANDI HAMZAH, S.H.

10

Anda mungkin juga menyukai