Anda di halaman 1dari 16

Makalah Kelompok 6

KETENTUAN UMUM TENTANG PERIKATAN

Mata Kuliah : Hukum Perdata

Dosen : Novita Mayasari Angelia, SH.MH.

Disusun oleh

Iswatun Hasanah (2012110161)

Hesti Afriliani (2012110107)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA

FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

KELAS A

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Karena

dengan Rahmat dan Ridha-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul

“Ketentuan Umum Tentang Perikatan”. Tidak lupa pula shalawat serta salam, kami

sampaikan kepada baginda Besar Nabi Muhammad Saw., beserta keluarga, sahabat, dan para

pengikut beliau hingga akhir zaman.

Kami selaku penulis dalam pembuatan makalah ini, menyadari betul bahwa masih

banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kami memohon dengan ikhlas

kepada pembaca makalah ini agar bisa memberikan kritik dan saran yang membangun guna

kesempurnaan makalah yang lebih baik.

Dan juga kami ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak terutama kepada

dosen pangampu mata kuliah Hukum Perdata yakni, ibu Novita Mayasari Angelia, SH.MH.,

serta kepada teman-teman semua yang turut serta memberikan dukungan dan semangat kepada

kami. Dan kami harap, semoga makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin.

Palangkaraya, 31 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1

D. Metode Penulisan ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perikatan................................................................................. 3

B. Pengaturan Hukum Perikatan................................................................... 4

C. Jenis-Jenis Perikatan ................................................................................ 4

D. Hapusnya Perikatan.................................................................................. 9

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perikatan adalah terjemahan dari isrtilah aslinya dalam bahasa

Belanda “verbintenis”. Istilah perikatan ini lebih umum digunakan dalam

literature hukum di Indonesia. Perikatan artinya hal yang mengikat antara

orang yang satu terhadap orang yang lain. Dimana mereka tersebut memiliki

suatu hubungan hukum (dalam lapangan hukum harta kekayaan). Dalam

makalah ini, kita akan membahas tentang hukum perikatan mulai dari

pengaturan hukum perikatan, jenis-jenis hukum perikatan, serta hapusnya

perikatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hukum perikatan

2. Apa saja pengaturan hukum perikatan itu?

3. Apa saja jenis-jenis hukum perikatan?

4. Bagaimana hapusnya suatu perikatan itu?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar dapat memahami dan mengerti apa itu hukum perikatan.

2. Supaya kita tahu bagaimana pengaturan hukum perikatan itu.

3. Memberikan pemahaman tentang apa saja jenis-jenis hukum perikatan.

4. Mengetahui dan memahami bagaimana hapusnya suatu perikatan.

D. Metode Penulisan

1
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah

berdasarkan internet research dimana terdapat berbagai sumber link serta

buku yang berkaitan dengan hukum perikatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perikatan

Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Perdata, perikatan adalah

hubungan hukum yang terjadi di antara 2 (dua) orang atau lebih, yang terletak

di dalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang satu berhak atas

prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu. Perikatan yang terjadi

antara 2 (dua) orang atau lebih itu disebut Hubungan Hukum (legal relation).

Hukum perikatan ini hanya berbicara tentang harta kekayaan bukan berbicara

tentang manusia. Pihak dalam perikatan ada dua yaitu pihak yang berhak dan

pihak yang berkewajiban1. Hal yang mengikat itu menurut kenyatannya dapat

berupa perbuatan. Misalnya jual beli barang, dapat berupa peristiwa misalnya

lahirnya seorang bayi, matinya orang, dapat berupa keadaan, misalnya letak

pekarangan yang berdekatan, letak rumah yang bergandengan atau bersusun2.

Jika dirumuskan, perikatan adalah hubungan hukum antara orang yang satu

dengan yang lain karena perbuatan, peristiwa, atau keadaan. Dari rumusan

tersebut dapat diketahui bahwa perikatan itu terdapat dalam bidang hukum

1
Niko Antonio,”Hukum Perikatan”. Dalam
https://nickopites.wordpress.com/2012/11/25/hukum-
perikatan/#:~:text=Jika%20dirumuskan%2C%20perikatan%20adalah%20hubungan,pihak%2
0lainnya%20wajib%20memenuhi%20prestasi.&text=Hukum%20perikatan%20hanya%20ber
bicara%20mengenai,kontrak%20bagian%20dari%20hukum%20perikatan. /22 Maret 2021
2
Admin Alfa, “Pengertian Perikatan dan Pengaturan”. Dalam
http://www.sangkoeno.com/2015/01/pengertian-perikatan-dan-pengaturan.html?m=1 /27
Maret 2021

3
harta kekayaan (law of property), hukum keluarga (family law), bidang

hukum waris (law of succession), dan bidang hukum pribadi (personal law).

B. Pengaturan Hukum Perikatan

Hukum perikatan diatur dalam buku III KUHPerdata dengan judul

Van Verbintenissen (tentang perikatan) yang terdiri dari 18 Bab. Hukum

perikatan adalah peraturan hukum yang seluruhnya mengatur tentang

perikatan. Pengaturannya meliputi bagian umum dan bagian khusus. Bagian

umum memuat peraturan-peraturan yang berlaku bagi perikatan pada

umumnya. Sedangkan bagian khusus memuat peraturan-peraturan yang

berkaitan dengan perjanjian-perjanjian bernama dan banyak dipakai dalam

masyarakat.

Bagian Umum meliputi: Bab I, Bab II, Bab III (hanya pasal 1352 dan

1353) dan Bab VI, yang berlaku bagi perikatan pada umumnya.

Bagian Khusus meliputi: Bab III (kecuali pasal 1352 dan 1353), Bab

V sampai dengan Bab XVIII, yang berlaku bagi perjanjian-perjanjian tertentu

saja, yang sudah ditentukan namanya dalam bab-bab yang bersangkutan. 3

C. Jenis-Jenis Perikatan

Berikut ini beberapa jenis hukum perikatan yaitu: 4

1. Perikatan Bersyarat (Pasal 1253-1267 KUHPerdata)

3
Admin Alfa, “Pengertian Perikatan dan Pengaturan”. Dalam
http://www.sangkoeno.com/2015/01/pengertian-perikatan-dan-pengaturan.html?m=1 /27
Maret 2021
4
Henri,”Macam-Macam Perikatan Menurut Hukum Perdata”. Dalam
https://butew.com/2018/05/08/macam-macam-perikatan-menurut-hukum-perdata/ /28 Maret
2021

4
Perikatan bersyarat terjadi apabila ia digantungkan pada suatu peristiwa

yang masih akan datang dan masih belum tentu akan terjadi, baik secara

menangguhkan lahirnya perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam

itu,maupun secara membatalkan perikatan menurut terjadinya peristiwa

tersebut (Pasal 1253 KUH Perdata). Jadi perikatan bersyarat merupakan suatu

perikatan yang lahir atau batalnya digantungkan pada suatu peristiwa

tertentu,terjadi atau tidak terjadi.

Perikatan bersyarat tersebut dibedakan 2 macam yaitu:

 Perikatan bersyarat dengan syarat tangguh,yaitu perikatan yang akan lahir

apabila yang dimaksud itu terjadi dan perikatan lahir pada detik terjadinya

peristiwa itu. Misalnya : Saya berjanji jika saya keluar negeri akan

menyewakan rumah saya. Disini perjanjian sewa menyewa rumah akan lahir

apabila saya keluar negeri.

 Perikatan bersyarat dengan syarat batal,yaitu dimana perikatan yang sudah

ada,justru berakhir atau dibatalkan apabila peristiwa yang dimaksud itu

terjadi. Misalnya : Saya berjanji bahwa apabila saya kembali dari luar

negeri,rumah yang saya sewakan akan kembali. Syarat batal adalah syarat

yang apabila dipenuhi,menghentikan perikatan dan membawa segala

sesuatu kembali kepada keadaan semula,seolah-olah tidak pernah ada suatu

perikatan.

2. Perikatan Dengan Ketetapan Waktu (Pasal 1268-1271 KUHPerdata)

5
Perikatan dengan ketetapan waktu adalah perikatan yang hanya

menangguhkan pelaksanaannya, atau menentukan lama waktu berlakunya

suatu perjanjian atau perikatan.

3. Perikatan Mana Suka / Alternatif (Pasal 1272-1277 KUHPerdata)

Dalam perikatan ini, si berutang dibebaskan apabila telah menyerahkan

salah satu dari 2 barang yang disebutkan dalam perjanjian, tetapi ia tidak boleh

memaksa si berpiutang untuk menerima sebagian dari barang yang satu dan

sebagian barang yang lainnya. Hak memilih ini ada pada si berhutang, jika hal

ini tidak secara tegas diberikan kepada si berpiutang. Misalnya si A menagih

utang kepada B (seorang petani) yang sudah lama tidak dibayarnya. Lalu, si A

membuat suatu perjanjian dengan si B, bahwa si B akan dibebaskan jika ia

menyerahkan kuda miliknya atau 10 kwintal padi miliknya.

Apabila salah satu objek yang diperjanjikan dalam perikatan mana suka

musnah, maka perikatan mana suka itu menjadi perikatan murni. Jika kedua

barang itu hilang karena kesalahan si berhutang, maka ia diwajibkan membayar

harga yang paling akhir (dari barang yang sudah hilang).

4. Perikatan Tanggung Menanggung (Pasal 1278-1295 KUHPerdata)

Dalam perikatan semacam ini,disalah satu pihak terdapat beberapa

orang.Dalam hal beberapa orang terdapat dipihak debitor,maka tiap-tiap

debitor itu dapat dituntut untuk memenuhi seluruh hutang. Dalam hal beberapa

kreditor,maka tiap-tiap kreditor berhak menuntut pembayaran seluruh

hutang.Dengan sendirinya pembayaran yang dilakukan oleh salah satu

debitor,akan membebaskan debitor-debitor lainnya.

6
Dalam hukum perjanjian ada suatu aturan, bahwa tiada perikatan dianggap

tanggung menanggung, kecuali hal itu dinyatakan (diperjanjikan) secara tegas,

ataupun ditetapkan oleh Undang-Undang. Dalam pasal 18 KUH Dagang

dinyatakan bahwa dalam perseroan firma,tiap-tiap persero bertanggung jawab

secara tanggung menanggung untuk seluruhnya atas segala perikatan firma.

Perikatan tanggung menanggung yang pihaknya terdiri dari beberapa orang

kreditor dinamakan perikatan tanggung menanggung aktif,sedangkan

perikatan tanggung menanggung yang pihaknya terdiri dari beberapa orang

debitor dinamakan perikatan tanggung menanggung pasif.

5. Perikatan Yang Dapat Dibagi Dan Yang Tidak Dapat Dibagi (Pasal 1296-1303

KUHPerdata)

Suatu perikatan dapat atau tidak dapat dibagi adalah sekedar prestasinya

dapat dibagi menurut imbangan, pembagian mana tidak boleh mengurangi

hakekat prestasi itu. Soal dapat atau tidak dapat dibaginya prestasi itu terbawa

oleh sifat barang yang tersangkut didalamnya,tetapi juga disimpulkan dari

maksud perikatan ini.

Dapat dibagi menurut sifatnya,misalnya: Suatu perikatan untuk

menyerahkan sejumlah barang atau sejumlah hasil bumi. Sebaliknya yang tidak

dapat dibagi misalnya: Kewajiban untuk menyerahkan seekor kuda, karena

kuda tidak dapat dibagi tanpa kehilangan hakekatnya.

Kemungkinan bahwa barang yang tersangkut dalam prestasi menurut

sifatnya dapat dipecah-pecah,tetapi menurut maksudnya perikatan tidak dapat

dibagi lagi misalnya : perikatan membuat jalan.

7
Akibat hukum yang penting dari perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak

dapat dibagi tersebut yaitu :

 Dalam hal peikatan tidak dapat dibagi, maka tiap-tiap kreditor berhak

menuntut seluruh prestasinya pada tiap-tiap debitor,sedangkan masing-

masing debitor diwajibkan memenuhi prestasi tersebut seluruhnya. Satu

dan yang lain sudah barang tentu dengan pengertian bahwa pemenuhan

perikatan tidak dapat dituntut lebih dari 1 kali.

 Dalam hal suatu perikatan dabat dibagi, tiap-tiap kreditor hanyalah berhak

menuntut suatu bagian menurut imbangan dari prestasi tersebut,sedangkan

masing-masing debitor juga hanya diwajibkan memnuhi bagiannya.

6. Perikatan Dengan Ancaman Hukuman (Pasal 1304-1312 KUHPerdata)

Perikatan dengan ancaman hukuman adalah suatu perikatan dimana

ditentukan bahwa si berhutang, untuk jaminan pelaksanaan perikatannya,

diwajibkan melakukan sesuatu apabila perikatannya tidak dipenuhi. Penetapan

hukuman ini dimaksudkan sebagai ganti penggantian kerugian yang diderita

oleh si berpiutang karena tidak dipenuhinya atau dilanggarnya perjanjian.

Tujuan perikatan dengan ancaman hukuman tersebut ada 2 yaitu :

 Untuk mendorong atau menjadi cambuk bagi debitor supaya ia memenuhi

kewajibannya.

 Untuk membebaskan kreditor dari pembuktian tentang jumlahnya atau

besarnya kerugian yang dideritanya,sebab berapa besar kerugian itu harus

dibuktikan oleh kreditor.

8
Dalam perjanjian dengan ancaman hukuman atau denda ini lazimnya

ditetapkan hukuman yang sangat berat,kadang terlampau berat. Menurut pasal

1309 KUHPerdata, hakim diberikan wewenang untuk mengurangi atau

meringankan hukuman itu apabila perjanjiannya telah dipenuhi.

D. Hapusnya Perikatan

Menurut pasal 1381 KUHPerdata perikatan-perikatan hapusnya terjadi

karena:5

1. Pembayaran, yang meliputi penyerahan sejumlah uang dan juga penyerahan

suatu benda.

2. Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan,

yaitu apabila debitur telah melakukan penawaran pembayaran dengan

perantaraan Notaris atau Jurusita, namun Kreditur menolak penawaran

tersebut. Akibat penolakan itu Debitur menitipkan pembayaran itu kepada

Panitera Pengadilan Negeri untuk di simpan. Dengan demikian perikatan

mejadi hapus (Pasal 1404 KUHPerdata).

3. Pembaharuan utang (Novasi), yaitu dengan mengganti hutang lama dengan

hutang baru, debitur lama dengan debitur baru, dan kreditur lama dengan

kreditur baru. Dalam hal hutang lama diganti dengan hutang baru maka

terjadilah penggantian objek perjanjian, yang disebut “Novasi Objektif”.

Kalau dalam hal penggantian orangnya disebut “Novasi Subjektif”.

5
Admin Alfa,”Hapusnya Perikatan”. Dalam
http://www.sangkoeno.com/2015/01/hapusnya-perikatan.html?m=1 /28 Maret 2021

9
4. Perjumpaan hutang (kompensasi), terjadi apabila hutang piutang debitur dan

kreditur secara timbal balik dilakukan perhitungan. Dengan perhitungan ini

hutang piutang lama menjadi lenyap.

5. Percampuran hutang, menurut pasal 1436 KUHPerdata, percampuran

hutang terjadi karena kedudukan debitur dan kreditur itu menjadi satu

artinya berada dalam satu tangan. Dalam percampuran ini hutang piutang

menjadi lenyap.

6. Pembebasan hutang, terjadi jika kreditur menyatakan dengan tegas tidak

menghendaki lagi prestasi dari debitur dan melepaskan haknya atas

pemenuhan perikatan.

7. Musnahnya barang yang terhutang, menurut pasal 1444KUHPerdata,

apabila objek benda tertentu itu musnah, maka tidak dapat lagi

diperdagangkan, atau hilang, diluar dari kesalahan debitur dan sebelum ia

lalai menyerahkannya pada waktu yang telah ditentukan, maka perikatannya

menjadi hapus.

8. Pembatalan, syarat untuk pembatalan yang disebutkan itu adalah syarat-

syarat subjektif yang ditentukan tidak dipenuhi, maka perikatan itu dapat

dibatalkan (vernietigbar, voidable).

9. Berlakunya suatu syarat batal, yaitu jika ketentuan isi perjanjian yang

disetujui oleh kedua belah pihak, syarat mana yang jika dipenuhi

mengakibatkan perikatan itu batal (nietig, void). Sehingga perikatan

menjadi hapus.

10
10. Lewatnya waktu (daluarsa), menurut pasal 1946 KUHPerdata, lewatnya aku

adalah untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu

perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang

ditentukan oleh Undang-Undang. Dari ketentuan pasal ini dapat diketahui

ada dua macam lampau waktu, yaitu:

 Lewatnya waktu untuk memperoleh hak milik atas suatu benda disebut

“acquisitieve verjaring”.

 Lewatnya waktu untuk dibebaskan dari suatu perikatan atau dibebaskan

dari tuntutan, disebut “extinctieve verjaring”.

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Perdata, perikatan adalah hubungan

hukum yang terjadi di antara 2 (dua) orang atau lebih, yang terletak di

dalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang satu berhak atas prestasi

dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.

2. Pengaturan hukum perikatan meliputi bagian umum dan bagian khusus.

Bagian umum memuat peraturan-peraturan yang berlaku bagi perikatan

pada umumnya. Sedangkan bagian khusus memuat peraturan-peraturan

yang berkaitan dengan perjanjian-perjanjian bernama dan banyak dipakai

dalam masyarakat.

3. Perikatan bersyarat, perikatan dengan ketetapan waktu, perikatan mana suka,

perikatan tanggung menanggung, perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak

dapat dibagi, dan perikatan dengan ancaman hukuman.

4. Menurut pasal 1381 KUHPerdata hapusnya suatu perikatan terjadi karena,

pembayaran, penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau

penitipan, pembaharuan hutang, perjumpaan hutang atau kompensasi,

percampuran hutang, pembebasan hutang, musnahnya barang yang terhutang,

pembatalan, berlakunya suatu syarat batal, dan lewatnya waktu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alfa, A. (2021, Maret 28). Hapusnya Perikatan. Diambil kembali dari

http://www.sangkoeno.com/2015/01/hapusnya-perikatan.html?m=1

Alfa, A. (2021, Maret 27). Pengertian Perikatan dan Pengaturan. Diambil

kembali dari http://www.sangkoeno.com/2015/01/pengertian-perikatan-

dan-pengaturan.html?m=1

Antonio, N. (2021, Maret 22). Hukum Perikatan. Diambil kembali dari

https://nickopites.wordpress.com/2012/11/25/hukum-

perikatan/#:~:text=Jika%20dirumuskan%2C%20perikatan%20adalah%

20hubungan,pihak%20lainnya%20wajib%20memenuhi%20prestasi.&t

ext=Hukum%20perikatan%20hanya%20berbicara%20mengenai,kontra

k%20bagian%20dari%20hukum%

Henri. (2021, Maret 28). Macam-Macam Hukum Perikatan Menurut Hukum

Perdata. Diambil kembali dari https://butew.com/2018/05/08/macam-

macam-perikatan-menurut-hukum-perdata/

13

Anda mungkin juga menyukai