Wanprestasi
Sumber hukum
PMH
Wanprestasi
Pasal
KUHPer KUHPer
1243
timbul
akibat
menuntut
pada
hak
mendapat
tidak
waktu bagaimana
ganti
mengatur
bentuk
dan
nyata
dan
kerugian
Wanprestasi berarti melanggar tindakan yang sudah disepakati dan dapat dituntut.
Wanprestasi adalah keadaan tidak dipenuhinya prestasi sebagaimana ditetapkan dalam
perikatan karena kesalahan debitur (sengaja/lalai) atau keadaan memaksa (di luar
kemampuan debitur).
Macam keadaan wanprestasi :
a. debitur tidak berprestasi sama sekali.
b. debitur berprestasi tapi tidak baik/keliru.
c. debitur berprestasi tapi tidak tepat waktu/terlambat.
d. debitur melakukan sesuatu yang menurut perikatan tidak boleh dilakukan.
Syarat terjadinya keadaan wanprestasi :
a. syarat materiil > adanya unsur kesalahan debitur (sengaja/lalai).
b. syarat formil > adanya peringatan/teguran terhadap debitur.
perikatan (ontbinding).
PMH dimungkinkan dalam satu gugatan asalkan diurai dengan tegas pemisahan
keduanya.
Di dalam praktik sendiri terdapat beberapa yurisprudensi yang tidak membenarkan
adanya penggabungan antara Wanprestasi dengan PMH, diantaranya yakni Putusan MA
No. 1875 K/Pdt/1984 tertanggal 24 April 1986, dan Putusan MA No. 879 K/Pdt/1997
tanggal 29 Januari 2001 dijelaskan bahwa penggabungan PMH dengan wanprestasi
dalam satu gugatan melanggar tata tertib beracara dengan alasan bahwa keduanya harus
diselesaikan tersendiri.
Begitu juga dala Putusan MA No. 2452 K/Pdt/2009, dalam pertimbangannya MA
menyatakan Bahwa karena gugatan Penggugat merupakan penggabungan antara
perbuatan melawan hukum dan wanprestasi , maka gugatan menjadi tidak jelas dan
kabur (obscuur libel). Ada juga Putusan PN Surakarta No. 194/Pdt.G/2011/PN.Ska,
yang telah berkekuatan hukum tetap dengan berdasarkan dua Yurisprudensi MA, dalam
pertimbangannya menyatakan Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat, Majelis
Hakim berpendapat, bahwa dalam gugatannya Penggugat telah menggabungkan dalilnya
antara perbuatan wanprestasi dengan perbuatan melawan hukum, oleh karenanya
berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I Nomor : 492 K/Sip/1970 tanggal 21
Nopember 1970 yo Putusan Mahkamah Agung R.I Nomor : 897/K/Sip/Pdt/1997 yang
pada pokoknya menyatakan, bahwa penggabungan gugatan perbuatan melawan hukum
dan wanprestasi dalam satu gugatan melanggar tertib beracara, karena keduanya harus
diselesaikan secara sendiri-sendiri, sehingga berdasarkan hal tersebut, maka menurut
Majelis Hakim gugatan Penggugat yang seperti itu adalah kabur.
Kemudian ada juga beberapa Yurisprudensi yang membenarkan penggabungan antara
Wanprestasi dengan PMH. Seperti Putusan MA No. 2686 K/Pdt/1985 tanggal 29 Januari
1987, yang mana dalam putusan tersebut dikatakan bahwa meskipun dalil gugatan yang
dikemukakan dalam gugatan adalah PMH, sedangkan peristiwa hukum yang sebenarnya
adalah Wanprestasi, namun gugatan dianggap tidan obscuurlible. Apabila hakim
menemukan kasus seperti ini, dia dapat mempertimbangkan , bahwa dalil gugatan itu
dianggap Wanprestasi.
2. Pilih salah satu bidang hukum ketenaga kerjaan kemudian jelaskan aspek
perlindungan hukum secara normatif
PERLINDUNGAN ANAK DAN PEREMPUAN
Menurut Soepomo, perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi 3 (tiga ) macam, yaitu
1. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan
yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya.
2. Perlindungan sosial, yaitu : perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan
kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.
3. perlindungan teknis, yaitu : perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan
keselamatan kerja.
Berdasarkan objek perlindungan tenaga kerja Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan mengatur perlindungan khusus pekerja/buruh perempuan, anak dan
penyandang cacat sebagai berikut :
1. Perlindungan pekerja/buruh Anak
a. Pengusaha dilarang mempekerjakan anak (Pasal 68), yaitu setiap orang yang
berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun (Pasal 1 nomor 26).
b. Ketentuan tersebut dapat dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 tahun
sampai 15 tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu
c.
perkembangan dari kesehatan fisik, mental dan sosial (Pasal 69 ayat( 1)).
Pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan tersebut harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
sama dengan ketentuan tenaga kerja tersebut tidak berhak lagi istirahat
tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan.
h. Untuk pekerja wanita, terdapat beberapa hak khusus sesuatu dengan kodrat
kewanitaannya, yaitu :
1) Pekerja wanita yang mengambil cuti haid tidak wajib bekerja pada hari
pertama dan kedua (Pasal 81 ayat (1))
2) Pekerja wanita berhak memperoleh istirahat selama 1,5 bulan sebelum saatnya
melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter
kandungan/bidan (Pasal 82 ayat (1))
3) Pekerja wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh
istirahat 1,5 bulan sesuai ketentuan dokter kandungan/bidan (Pasal 82 (2))
4) Pekerja wanita yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan
sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu
kerja (Pasal 83)
5) Pekerja wanita yang mengambil cuti hamil berhak mendapat upah penuh
(Pasal 84).
Perlindungan kerja terhadap tenaga kerja/buruh merupakan sesuatu yang mutlak dalam
pemborongan pekerjaan, hal ini sesuai dengan KEPMENAKERTRANS No. KEP101/MEN/IV/2004 tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/buruh.
Setiap pekerjaan yang diperoleh perusahaan dari perusahaan lainnya, maka kedua belah
pihak harus membuat perjanjian tertulis yang memuat sekurang-kurangnya :
a. Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja/buruh dari perusahaan penyedia
jasa;
b. Pengesahan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud huruf a,
hubungan kerja yang terjadi adalah antara perusahaan penyedia jasa dengan
pekerja/buruh yang dipekerjakan perusahaan penyedia jasa, sehingga perlindungan
upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi
tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh sebelumnya, untuk jenisjenis pekerjaan yang terus menerus ada di perusahaan pemberi kerja dalam terjadi
penggantian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. (Pasal 4)