Anda di halaman 1dari 6

Hukum Perdata

Perbuatan Melawan Hukum

Kelompok 10:
 Stella Livia
 Zulfadila
 Septini anriwati
 Sinan Lazuardi

Fakultas Hukum
Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jakarta
I. Makna Perbuatan Melawan Hukum
agar memahami mengenai perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad),
perlu dibaca Pasal 1365 KUHPer yang sama rumusannya dengan Pasal 1401 BW
Belanda yang menentukan sebagai berikut:
“setiap perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian pada orang
lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menimbulkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut”
Perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad,tort) menurut pasal 1365 KUH
Perdata adalah perbuatan yang melanggar hukum perdata yang dilakukan oleh
seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagiorang lain,
yang mengharuskan orang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian
tersebut untuk mengganti kerugian.

dapat di pahami bahwa suatu perbuatan dinyatakan melawan hukum apabila


memenuhi empat unsur sebagai berikut:

 Perbuatan itu harus melawan hukum (onrechtmatig)


 Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian
 Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan
 Antara perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada hubungan kausal
1.1 Perbuatan (daad)
kata perbuatan dalam hal ini meliputi perbuatan positif dan perbuatan negative.
Perbuatan positif adalah perbuatan yang benar-benar dikerjakan diatur dalam
pasal 1365 KUHPer dan pasal 1401 BW Belanda. Perbuatan negative adalah
perbuatan yang benar-benar tidak dikerjakan, diatur dalam pasal 1366 KUHPer.
Rumusan perbuatan positif dalam pasal 1365 KUHPer dan perbuatan negative
dalam pasal 1366 KUHPer hanya digunakan sebelum ada Putusan Hoge Raad
Nederlands 31 Januari 1919 karena pada waktu itu pengertian melawan hukum
hanya bagi perbuatan positif, dalam arti sempit. Setelah keluar Putusan Hoge
Raad 31 Januari 1919, pengertian melawan hukum diperluas, mencakup juga
perbuatan negative,tidak berbuat.
Jadi, perbuatan melawann hukum dalam pasal 1365 KUHPer adalah berbuat atau
tidak berbuat yang merugikan orang lain. Berbuat, contohnya merusak barang
milik orang lain. Tidak berbuat, contohnya tidak mengerjakan pekerjaan
borongan yang telah disanggupi.
1.2 Melawan hukum (onrechtmatlg)
putusan Hoge Raad Nederlands sebelum tahun 1919, yang merumuskan:
“perbuatan melawan hukum adalah suatu perbuatan yang melanggar hak orang
lain atau jika orang berbuat bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri.”
Yang perlu di pertimbangkan hanya hak dan kewajiban hukum berdasar pada
undang-undang (wet). Jadi, perbuatan itu harus melanggar hak orang lain atau
bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri yang diberikan undang-
undang (wet). Dengan demikian, melanggar hukum (onrechtmatlg) sama dengan
melanggar undang-undang (onwetmatlg).
1.3 ganti kerugian
kerugian yang dimaksud dalam pengertian ini dapat berupa kerugian materiel
atau kerugian imateliel. Menurut yurisprudensi, pasal 1246-1248 KUHPer
mengenai ganti kerugian dalam hal terjadi wanprestasi tidak dapat diterapkan
secara langsung pada berbuatan melawan hukum, tetapi dibuka kemungkinan
penerapan secara alanogis.
Dalam pasal-pasal mengenal ganti kerugian akibat wanprestas, kerugian ini
meliputi tiga unsur, yaitu biasa (ongkos), kerugian sesungguhnya, dan
keuntungan diharapkan (bunga). Ukuran penilaian yag dipakai adalah uang. Pada
perbuatan melawan hukum, unsur-unsur kerugian dan ukuran penilain dengan
uang dapat diterapkan secara analogis. Dengan demikian, perhitungan ganti
kerugian pada kerugian pada perbuatan melawan hukum didasarkan pada
kemungkinan adanya tiga unsur tersebut dan kerugian itu dihitung dalam
sejumlah uang.
1.4 kesalahan, kelalaian
kesalahan dalam rumusan pasal 1365 KUHPer melingkupisemua gradasi, dari
kesalahan dalam arti “kesengajaan” samapi pada kesalahan dalam arti
“kelalaian”. Menurut konsep hukum perdata, seseorang dikatakan bersalah jika
kepadanya data disesalkan bahwa dia telah melakukan atau tidak melakukan
suatu perbuatan yang seharusnya dihindarkan. Perbuatan yang seharusnya
dilakukan atau tidak dilakukan itu tidak terlepas dari dapat tidaknya dikira-
kirakan. Dapat dikira-kirakan itu harus diukur secara objektif. Artinya, manuasia
normal dapat mengira-ngirakan dalam keadaan tertentu itu perbuatan
seharusnya dilakukan atau tidak dilaukakan. Dapat dikira-kirakan itu harus dapat
diukur secara subjektif. Artinya, apa yang justru orang itu dalam kedudukannya
dapat mengira-ngirakan bahwa perbuatan itu seharusnya dilakukan atau tidak
dilakukan.
Selain dari hukum objektif dan subjektif, orang yang berbuat itu harus dapat
dipertanggungjawabkan (responsible). Artinya, orang yang berbuat itu sudah
dewasa, sehat akalnya, dan tidak berada di bawahnya pengampuan. Dalam
pengertian “tanggung jawab” itu termasuk juga akibat hukum hukum dari
perbuatan orang yang berada dibawah pengawasnnya, kukuasaannya, dan akibat
yang timbul dari bintang yang berada dalam pemeliharaanya dan benda-benda
yang berada dibawah pengawasannya dan benda-benda yang berada di bawah
pengawasnnya (pasal 1367 dan 1368 KUHPer).
1.5 hubungan kausal
dapat disimpulkan dari kalimat pasal 1365 KUHPer “perbuatan yang karena
kesalahannya menimbulkan kerugian”. Kerugian itu harus timbul sebagai akibat
dari perbuatan orang itu. Jika ada perbuatan, tidak pula ada akibat, dalam hal ini
kerugian. Jadi, antara perbuatan dan kerugian yang timbulnya harus ada
hubungan langsung (hubungan sebab akibat).
Sebagai contoh, seseorang lewat melalui perkarangan orang lain kemudian pot
kembang milik perkarangan itu tersentuh hingga jatuh dan pecah. Di sini, antara
perbuatan tersentuh (sebab) dan kerugian yang timbul, yaitu pecahnya pot
kembang (akibat) ada hubungan kausal. Akan tetapi, jika ada lewat dalam
perkarangan itu bertepataan dengan jatuhnya pot kembang karena tataannya
lapuk, di situ tidak ada hubungan kausal.

II. perbuatan melawan hukum terhadap pribadi


apabila perbuatan melawan hukum ditujukan kepada diri pribadi orang lain,
perbuatan melawan hukum dapat menimbulkan kerugian fisik atau pun kerugian
nama baik (martabat).
Kerugian fisik, misalnya, luka, cederan, dan cacat tubuh.
Penghinaan adalah perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan, yang dapat
dimasukkan perbuatan melawan hukum pencemaran nama baik seseorang. Oleh
karena itu, dapat dituntut berdasar pada pasal 1365 KUHPer. Penghinaan itu
menimbulkan kerugian terhadap nama baik, martabat, harga diri, dan kedudukan
dalam masyarakat. Menurut ketentuan pasal 1372 KUHPer, gugatan berdasar
pada banghinaan bertujuan untuk memperoleh ganti kerugian yang dituntut,
pengadilan harus mempertimbangkan berat ringan penghinaan, kedudukan,
jabatan, keadaan, dan kemampuan pihak-pihak.

III. Unsur ada perbuatan melawan hukum


Perbuatan melawan hukum berarti adanya perbuatan atau tindakan
dari pelaku yang melanggar/melawan hukum.
Dulu, pengertian melanggar hukum ditafsirkan sempit, yakni hanya
hukum tertulis saja, yaitu undang-undang. Jadi seseorang atau badan
hukum hanya bisa digugat kalau dia melanggar hukum tertulis
(undang-undang) saja.
Tapi sejak tahun 1919, ada putusan Mahkamah Agung Belanda
dalam kasus Arrest Cohen-Lindenbaum (H.R. 31 Januari 1919), yang
kemudian telah memperluas pengertian melawan hukum tidak hanya
terbatas pada undang-undang (hukum tertulis saja) tapi juga hukum
yang tidak tertulis, sebagai berikut:
1. Melanggar Undang-Undang, artinya perbautan yang dilakukan jelas-
jelas melanggar undang-undang.
2. Melanggar hak subjektif orang lain, artinya jika perbuatan yang
dilakukan telah melanggar hak-hak orang lain yang dijamin oleh
hukum (termasuk tapi tidak terbatas pada hak yang bersifat pribadi,
kebebasan, hak kebendaan, kehormatan, nama baik ataupun hak
perorangan lainnya.
3. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, artinya
kewajiban hukum baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis,
termasuk hukum publik.
4. Bertentangan dengan kesusilaan, yaitu kaidah moral (Pasal 1335
Jo Pasal 1337 KUHPerdata)
5. Bertentangan dengan sikap kehati-hatian yang sepatutnya dalam
masyarakat. Kriteria ini bersumber pada hukum tak tertulis (bersifat
relatif). Yaitu perbuatan yang dilakukan bertentangan dengan sikap
yang baik/kepatutan dalam masyarakat untuk memperhatikan
kepentingan orang lain.

IV. Unsur adanya kesalahan


Kesalahan ini ada 2 (dua), bisa karena kesengajaan atau karena
kealpaan.
Kesengajaan maksudnya ada kesadaran yang oleh orang normal
pasti tahu konsekuensi dari perbuatannya itu akan merugikan orang
lain.
Sedang, Kealpaan berarti ada perbuatan mengabaikan sesuatu yang
mestinya dilakukan, atau tidak berhati-hati atau teliti sehingga
menimbulkan kerugian bagi orang lain [2]
Namun demikian adakalanya suatu keadaan tertentu dapat
meniadakan unsur kesalahan, misalnya dalam hal keadaan memaksa
(overmacht) atau si pelaku tidak sehat pikirannya (gila)

V. Unsur adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan


perbuatan
(Hubungan Kausalitas)

Maksudnya, ada hubungan sebab akibat antara perbuatan yang


dilakukan dengan akibat yang muncul.
Misalnya, kerugian yang terjadi disebabkan perbuatan si pelaku atau
dengan kata lain, kerugian tidak akan terjadi jika pelaku tidak
melakukan perbuatan melawan hukum tersebut.

VI. Unsur adanya kerugian

Akibat perbuatan pelaku menimbulkan kerugian. Kerugian di sini


dibagi jadi 2 (dua) yaitu Materil dan Imateril.
Materil misalnya kerugian karena tabrakan mobil, hilangnya
keuntungan, ongkos barang, biaya-biaya, dan lain-lain.
Imateril misalnya ketakutan, kekecewaan, penyesalan, sakit, dan
kehilangan semagat hidup yang pada prakteknya akan dinilai dalam
bentuk uang.
Adapun pemberian ganti kerugian menurut KUHPerdata sebagai
berikut:
1. Ganti rugi untuk semua perbuatan melawan hukum (Pasal 1365
KUHPerdata);
2. Ganti rugi untuk perbuatan yang dilakukan oleh orang lain (Pasal
1367 KUHPerdata). Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata, seseorang
tidak hanya bertanggungjawab atas kerugian yang disebabkan
perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan
perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau
disebabkan barang-barang yang berada dalam pengawasannya
(vicarious liability)
3. Ganti rugi untuk pemilik binatan (Pasal 1368 KUHPerdata)
4. Ganti rugi untuk pemilik gedung yang ambruk (Pasal 1369
KUHPerdata)
5. Ganti rugi untuk keluarga yang ditinggalkan oleh orang yang dibunuh
(Pasal 1370 KUHPerdata)
6. Ganti rugi karena telah luka tau cacat anggota badan (Pasal 1371
KUHPerdata)
7. Ganti rugi karena tindakan penghinaan (Pasal 1372 KUHPerdata)
KUHPerdata tidak mengatur soal ganti kerugian yang harus dibayar
karena Perbuatan Melawan Hukum sedang Pasal 1243 KUHPerdata
membuat ketentuan tentang ganti rugi karena Wanprestasi.
Maka menurut Yurisprudensi ketentuan ganti kerugian karena
wanprestasi dapat diterapkan untuk menentukan ganti kerugian
karena Perbuatan Melawan Hukum

Anda mungkin juga menyukai