I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjanjian kredit kendaraan melalui leasing diikatkan juga dengan
pengikatan jaminan fidusia. Jadi seandainya karena alasan apapun, benda
jaminan fidusia tersebut beralih ke tangan orang lain, maka fidusia atas benda
tersebut tetap saja berlaku dan tidak ada kewajiban dan tanggung jawab dari
penerima fidusia atas akibat kesalahan (kesengajaan atau kelalaian) dari
pemberi fidusia, yang timbul karena hubungan kontraktual ataupun karena
perbuatan melawan hukum, sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan
benda yang menjadi obyek jaminan fidusia tersebut.
Debitur atau pemberi fidusia apabila ingkar janji, eksekusi terhadap benda
yang menjadi obyek jaminan fidusia sesuai aturannya dengan pelaksanaan
penjualan objek jaminan fidusia tersebut dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu)
bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan penerima fidusia
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2
(dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan. Pemberi fidusia
wajib menyerahkan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam rangka
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia. Dalam hal benda yang menjadi obyek
jaminan fidusia terdiri atas benda perdagangan atau efek yang dapat dijual di
pasar atau di bursa, penjualannya dapat dilakukan di tempat-tempat tersebut
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
memberikan jaminan kepada debitur dan kreditur (leasing) dalam proses
eksekusi atau penarikan kendaraan yang mengalami kredit macet. Tanpa adanya
sertifikat fidusia, debt-collector tidak diperbolehkan melakukan eksekusi di jalan
raya karena berpotensi menimbulkan tindak pidana. Fidusia adalah pengalihan
hak kepemilikan sebuah benda bergerak yang hak kepemilikannya masih dalam
kekuasaan pemilik benda tersebut. Misalnya ketika seseorang yang melakukan
kredit mobil, mobil tersebut adalah milik perusahaan leasing akan tetapi hak
miliknya dialihkan kepada debitur. Dalam pelaksaan eksekusi ini, perusahaan
leasing harus melengkapi diri dengan sertifikat jaminan fudisia setelah
menempuh upaya somasi terhadap debitur terlebih dahulu. 1
1
Mei Amelia R, Tanpa Sertifikat Fudisia, Debt Collector Tak Boleh Eksekusi di
Jalan, Detiknews.com. https://m.detik.com/news/berita/tanpa-sertifikat-fudisia-debt-
2
yang timbul dari undang-undang. Menurut Pasal 1365 KUH Perdata, yang
dimaksud dengan perbuatan melawan hukum adalah Perbuatan yang melawan
hukum yang dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan
kerugian bagi orang lain.4
Pengertian perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 KUH Perdata
tidaklah dirumuskan secara eksplisit. Pasal 1365 KUH Perdata hanya mengatur
apabila seseorang mengalami kerugian karena perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh orang lain terhadap dirinya, maka ia dapat mengajukan tuntutan
ganti rugi kepada Pengadilan Negeri. Jadi Pasal tersebut bukan mengatur
mengenai onrechtmatigedaad, melainkan mengatur mengenai syarat-syarat
untuk menuntut ganti kerugian akibat perbuatan melawan hukum. 5
Perbuatan melawan hukum adalah suatu bentuk perikatan yang lahir dari
undang-undang sebagai akibat dari perbuatan manusia yang melanggar hukum,
yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Perbuatan Melawan
Hukum itu sendiri dalam Bahasa Belanda disebut dengan istilah “Onrechmatige
daad” atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan istilah “tort”.
Kata tort itu sendiri sebenarnya hanya berarti salah (wrong). Akan tetapi
khususnya dalam bidang hukum kata tort itu berkembang sedemikian rupa
sehingga berarti kesalahan perdata yang bukan berasal dari wanprestasi
kontrak. Jadi serupa dengan pengertian perbuatan melawan hukum Belanda
atau di negara-negara Eropa Kontinental lainnya.
Kata tort berasal dari kata latin torquere atau tortus dalam bahasa
Prancis, seperti kata wrong berasal dari kata Prancis wrung yang berarti
kesalahan atau kerugian (injury). Dalam arti sempit, perbuatan melawan hukum
diartikan bahwa Orang yang berbuat pelanggaran terhadap hak orang lain atau
telah berbuat bertentangan dengan suatu kewajiban hukumnya sendiri.6
Perbuatan pelanggaran terhadap hak orang lain, hak-hak yang dilanggar
tersebut adalah hak-hak yang diakui oleh hukum, termasuk tetapi tidak terbatas
pada hak-hak sebagai berikut yaitu hak-hak pribadi (persoonlijkheidrechten),
hak-hak kekayaan (vermogensrecht), hak atas kebebasan dan hak atas
kehormatan dan nama baik.
4
Munir Fuady, Op.Cit, hal. 62
5
Ibid, hal. 17
6
Ibid, hal. 9
5
2000, hal. 2.
6
Karena untuk mengetahui lebih dalam bagaimana suatu sengketa itu dan
bagaimana penyelesaiannya.9
Secara etimologis, pengertian sengketa dalam kamus Bahasa Indonesia
adalah pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi atau
pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-
organisasi terhadap satu obyek permasalahan. Menurut Winardi, pertentangan
atau konflik yang terjadi antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang
mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu obyek
kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain.
Berikut ini beberapa teori tentang sebab-sebab timbulnya sengketa,
antara lain :10
a. Teori hubungan masyarakat, menitikberatkan adanya
ketidakpercayaan dan rivalisasi kelompok dalam masyarakat. Para
penganut teori ini memberikan solusi-solusi terhadap konflik-konflik
yang timbul dengan cara peningkatan komunikasi dan saling
pengertian antara kelompok-kelompok yang mengalami konflik, serta
pengembangan toleransi agar masyarakat lebih bisa saling menerima
keberagaman dalam masyarakat.
b. Teori negosiasi prinsip menjelaskan bahwa konflik terjadi karena
adanya perbedaan-perbedaan diantara para pihak. Para penganjur
teori ini berpendapat bahwa agar sebuah konflik dapat diselesaikan,
maka pelaku harus mampu memisahkan perasaan pribadinya dengan
masalah-masalah dan mampu melakukan negosiasi berdasarkan
kepentingan dan bukan pada posisi yang sudah tetap.
c. Teori identitas, menjelaskan bahwa konflik terjadi karena sekelompok
orang merasa identitasnya terancam oleh pihak lain. Penganut teori
identitas mengusulkan penyelesaian konflik karena identitas yang
terancam dilakukan melalui fasilitasi lokakarya dan dialog antara
wakil-wakil kelompok yang mengalami konflik dengan tujuan
mengidentifikasikan ancaman-ancaman dan kekhawatiran yang
mereka rasakan serta membangun empati dan rekonsiliasi. Tujuan
9
Ibid.
10
Sarjita, Op.Cit, hal. 11
10
12
Mochammad Dja’is, Membaca dan Mengerti HIR, Semarang: Badan Penerbit
Undip, 2002 hal. 83
13
Akibat hukum adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh hukum, terhadap
suatu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum. Akibat hukum merupakan
suatu akibat dari tindakan yang dilakukan, untuk memperoleh suatu akibat yang
diharapkan oleh pelaku hukum. Akibat yang dimaksud adalah akibat yang diatur
15
A. Kesimpulan
1. Perbuatan melawan hukum diatur dalam Buku III Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Pasal 1365-1380 KUHPerdata, termasuk ke dalam
perikatan yang timbul dari undang-undang. Menurut Pasal 1365 KUH
Perdata, yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum adalah
Perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang
karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Pengertian
perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 KUHPerdata tidaklah
dirumuskan secara eksplisit. Pasal 1365 KUHPerdata hanya mengatur
apabila seseorang mengalami kerugian karena perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh orang lain terhadap dirinya, maka ia dapat
mengajukan tuntutan ganti rugi kepada Pengadilan Negeri. Jadi Pasal
tersebut bukan mengatur mengenai onrechtmatigedaad (perbuatan
melawan hukum), melainkan mengatur mengenai syarat-syarat untuk
menuntut ganti kerugian akibat perbuatan melawan hukum.
2. Penyelesaian sengketa leasing adalah perusahaan leasing akan
melakukan penyitaan atau dapat disamakan dengan parate eksekusi
dengan alasan bahwa dengan eksekusi langsung berdasarkan parate
eksekusi seperti lebih sederhana dibandingkan dengan proses melalui
pengadilan. Relatif efektif dan efisien dalam waktu dan biaya karena bisa
19
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Andasasmita, Komar. 1983. Leasing, Bandung, Ikatan Notaris Indonesia
Fuady, Munir. 1995. Hukum Tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek,
Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
____________. 2008. Pengantar Hukum Bisnis, Bandun, PT. Citra Aditya Bakti
Ibrahim, Johny. 2007. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Edisi
Revisi). Malang, Bayu Media Publishing
Ismijati, Siti. 1994. Tinjauan Umum mengenai Leasing dan Peranannya dalam
Usaha Memenuhi Kebutuhan akan Alat-alat Produksi, Diktat Penataran
Dosen Hukum Perdata Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, UGM
Press
21
Sofwan, Sri Soedewi. 1982. Hukum Perdata: Hukum Benda, Yogyakarta, Liberty
Sutantio, Retnowulan. 1989. Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktik,
Bandung, Mundur Maju
Triandaru, Sigit Totok Budisantoso. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lain
Edisi 2, Jakarta, Salemba Empat
Widiyono, Tri. 2009. Agunan Kredit dalam Financial Engineering, Bogor, Ghalia
Indonesia
B. Perundang- Undangan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
Peraturan Menteri Keuangan No.130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran
Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan.
C. Internet
Mei Amelia R, Tanpa Sertifikat Fudisia, Debt Collector Tak Boleh Eksekusi di
Jalan, Detiknews.com.
https://m.detik.com/news/berita/tanpa-sertifikat-fudisia-debt-collector-tak-boleh-
eksekusi-di-jalan
D. Putusan
Putusan Nomor 209/Pdt/2019/PT Mdn