1
berwujud maupun yang tak berwujud, dan benda tak bergerak yang tidak dapat
dibebani dengan hak tanggungan sebagaimana ditentukan dalam UU No. 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan.
Debt collector ini sudah diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia.
Namun, masih saja terjadi kejadian mengenai cara-cara debt collector yang tidak
manusiawi dan menjadi catatan penting bahwa masalah pokok mengenai cara debt
collector melakukan kerjanya menjadi momok tersebdiri yang tidak dapat
dipisahkan dalam praktik eksekusi jaminan fidusia. Bukan lagi mengenai proses
eksekusinya, tetapi lebih ditekankan kepada bagaimana cara perusahaan dalam
melakukan atau menjalankan eksekusinya. Perusahaan dalam ketentuan UU
Jaminan Fidusia harus diarahkan untuk taat dalam menerapkan asas hukum yang
baik dan benar, bukan hanya sekedar mengalihfungsikan tanggung jawab pada
keanggotaan perusahaan dan pertanggung jawaban kemudia beralih pada anak
2
buah. Hal ini menjadi suatu problematika pokok dalam hal eksekusi jaminan
fidusia.
Perlibatan pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Hukum dan HAM
dalam problematika eksekusi jaminan fidusia yang timbul di lapangan lebih pas
daripada melibatkan debt collector. Pasal 30 UU No. 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia menjelaskan bahwa pemberi fidusia wajib menyerahkan benda
yang menjadi objek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan
fidusia. Penjelasan pasal ini memberikan hak kepada penerima fidusia untuk
mengambil benda yang menjadi objek jaminan fidusia dan jika perlu dapat
meminta bantuan pihak yang berwenang. Jika hendak memberikan kewenangan
kepada Kementerian Hukum dan HAM untuk membantu eksekusi, maka harus
ada perubahan pada UU Jaminan Fidusia.
3
Solusinya bagi kreditur adalah tetap berpacu pada Pasal 29 dan 30 UU
Jaminan Fidusia. Pada Pasal 29 mengatur tentang tiga cara eksekusi benda
jaminan fidusia. Pertama, yaitu pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2). Kedua, penjualan benda yang menjadi objek
jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum
serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Ketiga,
penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan
penerima fidusia jika dengan cara ini dapat diperoleh harga tertinggi yang
menguntungkan para pihak. Dalam hal pemberi fidusia tidak menyerahkan benda
yang menjadi objek jaminan fidusia pada wakyu eksekusi dilaksanakan, penerima
fidusia berhak mengambil benda yang menjadi objek jaminan fidusia dan apabila
perlu dapat meminta bantuan pihak yang berwenang.