Anda di halaman 1dari 42

JAMINAN

FIDUSIA
Oleh :
Dr. Putu Ayu Sriasih Wesna,
S.H., M.Kn
Pengertian

▫ Fidusia berasal dari kata fiduciair atau fides, yang artinya


kepercayaan,yaitu penyerahan hak milik atas benda secara
kepercayaan sebagai jaminan(agunan) bagi pelunasan
piutang kreditor. Fidusia sering disebut denganistilah FEO,
yang merupakan singkatan dari Fiduciare Eigendom
Overdracht.

2
PENGERTIAN DALAM
PERATURAN
PERUNDANG-

1
UNDANGAN
Pengertian fidusia dinyatakan dalam Undang-Undang No 42
Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia Pasal 1 angka 1,
bahwa
fidusia adalah pengalihan hak
kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa
benda yang hak kepemilikannya dialihkan
tersebut tetap dalam penguasaan pemilik
benda.

4
jaminan fidusia terdapat dalam Pasal 1 angka 2 UUJF yang
menyatakan, bahwa : jaminan fidusia adalah hak jaminan atas
benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud
dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat
dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996tentang Hak Tanggungan yang tetap
berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi
pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya

5
OBJEK JAMINAN

2
FIDUSIA
Objek jaminan fidusia adalah benda-benda apa yang dijadikan
jaminanutang dengan dibebani jaminan fidusia.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia,yang menjadi
objek jaminan fidusia adalah benda bergerak yang
terdiri dari benda dalam persediaan, benda dalam
dagangan,piutang, peralatan mesin dan kendaraan
bermotor

7
▫ Namun dengan berlakunya Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999, yang dapat menjadi objek
jaminan fidusia diatur dalam Pasal 1 aNGKA 4,
Pasal 9, Pasal.10 dan Pasal 20 Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999,

8
benda-benda yang menjadi objek jaminan fidusia adalah:
▫ Benda yang dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum
▫ Dapat berupa benda berwujud.
▫ Benda berwujud termasuk piutang.
▫ Benda bergerak.
▫ Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan Hak Tanggungan ataupun
hipotek.
▫ Baik benda yang ada ataupun akan diperoleh kemudian.
▫ Dapat atas satu satuan jenis benda.
▫ Dapat juga atas lebih dari satu satuan jenis benda.
▫ Termasuk hasil dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia
▫ Benda persediaan.

9
PRINSIP JAMINAN

3
FIDUSIA
▫ Asas asscesoir
▫ Menurut Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia, jaminan fidusia adalah
perjanjian ikutan dari perjanjian pokok (principal agreement). Perjanjian
pokoknya adalah perjanjian utang, dengan demikian keabsahan perjanjian
jaminan fidusia tergantung pada perjanjian pokok, dan penghapusan benda
objek jaminan fidusia tergantung pada penghapusan perjanjian pokok.

11
1. Asas Spesialitas atas Fixed Loan
Asas ini ditegaskan dalam Pasal 1 dan 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia.
Objek jaminan fidusia merupakan agunan atau jaminan atas pelunasan utang
tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima
fidusia terhadap kreditur lainnya.Oleh karena itu, objek jaminan fidusia harus
jelas dan tertentu pada satu segi, dan pada segi lain harus pasti jumlah utang
debitur atau paling tidak dipastikan atau diperhitungkan jumlahnya
(verrekiningbaar,deductable).

12
▫ Asas Droit de Suite PASAL 20
▫ Menurut Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Jaminan Fidusia dinyatakan
Jaminan Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek Jaminan
Fidusia dalam tangan siapapun berada, kecuali keberadaannya pada tangan
pihak ketiga berdasarkan pengalihan hak atas piutang atau cessie
berdasarkan Pasal 613 KUHPerdata.

13
▫ Asas Preferen (Droit de Preference)
▫ Pengertian Asas Preferen atau hak didahulukan ditegaskan dalam Pasal 27
ayat (1) Undang-Undang Jaminan Fidusia yaitu memberi hak didahulukan
atau diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lain untuk
mengambil pemenuhan pembayaran pelunasan utang atas penjualan benda
objek fidusia. Kualitas hak didahulukan penerima fidusia, tidak hapus
meskipun debitur pailit atau dilkuidasi sebagaimana diatur dalam Pasal 27
ayat (3) Undang-Undang Jaminan Fidusia.

14
PEMBEBANAN

4
JAMINAN FIDUSIA
Pembebanan kebendaan dengan Jaminan Fidusia dibuat
dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris dalam
bahasa Indonesia yang merupakan akta Jaminan Fidusia.
(Pasal 5 ayat (1) UUJF). Dalam akta Jaminan fidusia
tersebut selain dicantumkan hari dan tanggal, juga
dicantumkan mengenai waktu (jam) pembuatan akta
tersebut.

16
Akta Jaminan Fidusia sekurang-kurangnya memuat:
▫ Identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia;
▫ uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan
fidusia
▫ nilai penjaminan
▫ nilai benda yang menjadi objek Jaminan fidusia

17
PENDAFTARAN

5
JAMINAN FIDUSIA
Tujuan pendaftaran dimaksudkan untuk memenuhi asas
publisitas dengan maksud masyarakat dapat mengakses
informasi dan mengetahui adanya dan keadaan benda
yang merupakan objek fidusia juga untuk memberikan
kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang
telah dibebani dengan jaminan fidusia, hal ini mencegah
terjadinya fidusia ulang sebagaimana yang dilarang oleh
Pasal 17 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang
Jaminan fidusia

19
Prosedur selanjutnya, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 14 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Kantor
Pendaftaran Fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada Penerima
Fidusia Sertifikat Jaminan Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal
penerimaan permohonan pendaftaran.
Sertifikat Jaminan fidusia yang merupakan salinan dari Buku Daftar Fidusia
memuat catatan tentang hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(2) diatas. Jaminan Fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal
dicatatnya Jaminan fidusia dalam Buku Daftar Fidusia

20
Pada saat ini proses pendaftaran dan penghapusan jaminan Fidusia
secara manual melalui kantor jaminan Fidusia telah sudah beralih
dari system konvensional ke dalam dengan sistem administrasi
pendaftaran jaminan Fidusia secara online yang dipertegas dengan
diterbitkannya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan
Fidusia Secara Elektronik, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor 25 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pendaftaran,
Perubahan, dan Penghapusan Jaminan Fidusia dan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran
Fidusia dan Biaya Akta Jaminan Fidusia.

21
SERTIFIKAT JAMINAN

6
FIDUSIA
▫ Sertifikat Jaminan Fidusia dicantumkan kata-kata ”DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”.

▫ Jaminan Fidusia ini mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama


dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.

23
▫ Sertifikat Jaminan Fidusia dicantumkan kata-kata ”DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Sertifikat
▫ Jaminan Fidusia ini mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama
dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap. Oleh karena itu pula, apabila debitur cidera janji, Penerima Fidusia
mempunyai hak untuk menjual Benda yang menjadi objek Jaminan
fidusia atas kekuasaannya sendiri. Yang dimaksud dengan ”kekuatan
eksekutorial” adalah langsung dapat dilaksanakan tanpa melalui
pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk
melaksanakan putusan tersebut.

24
EKSEKUSI JAMINAN

7
FIDUSIA
▫ Apabila debitur cedera janji, maka menurut Pasal 15 ayat
(3) UU 42/1999,penerima fidusia mempunyai hak untuk
menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas
kekuasaannya sendiri.

26
▫ Sertifikat jaminan fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama
dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (Pasal
15 ayat 2). Berdasarkan Pasal 15 ayat (1) apabila penerima fidusia tidak
mendaftarkan jaminan pendaftaran fidusia pada kantor pendaftaran
fidusia, maka jaminan fidusia tersebut tidak mempunyai kekuatan
eksekutorial dan tidak dapat dilakukan eksekusi secara paksa melalui
pengadilan apabila debitur melakukan wanprestasi.

27
▫ Sebelum berlakunya Putusan MK Nomor 18/ PUU-XVII/ 2019,
eksekusi jaminan fidusia diatur berdasarkan Pasal 29 ayat (1)
menyatakan, eksekusi terhadap jaminan fidusia dapat dilakukan
dengan cara;

28
▫ a, pelaksanaan titel eksekutorial, pada sertifikat sertifikat fidusia terdapat
kata-kata “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhaann yang Maha Esa”
mempunyai kekuatan eksekutorial sama dengan putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap:
▫ b. penerima fidusia atau kreditur dapat melakukan penjualan benda yang
menjadi jaminan objek jaminan atas atas kekuasaan penerima fidusia
melalui pelelangan umum dan mengambil pelunasannya piutanganya
dari hasil penjualan;
▫ c. dan penjualan dibawah tangan yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan pemberi dan penerima fidusia dengan cara demikian
diperoleh dengan harga yang tertinggi yang menguntungkan kepada para
pihak.
29
▫ Jadi pendaftaran fidusia bertujaun untuk melindungi kepentingan kreditur
sebagai penerima fidusia apabila debitur pemberi fidusia melakukan wanprestasi,
kreditur dapat melakukan eksekusi secara paksa terhadap objek jaminan fidusia.
Selanjutnya Pasal 15 ayat (3) menyatakan apabila debitur cidera janji, penerima
fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan
Fidusia atas kekuatannya sendiri. Berdasarkan Pasal 15 ayat (3), penerima fidusia
dapat melakukan parate eksekusi dengan cara menjual objek jaminan fidusia atas
kekuatan sendiri secara sepihak tanpa kompromi terlebih dahulu dengan pihak
debitur yang cidera janji. Hal ini juga bertentangan dengan pendapat Subekti
yang menyatakan sebelum debitur dikatakan melakukan wanprestasi, kreditur
terlebih dahulu untuk melakukan teguran baik secara lisan atau tertulis. Pasal 15
ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia hanya melindungi kepentingan kreditur tapi tidak melindungi
kepentingan debitur.
30
▫ Tanggal 6 Januari 2020 Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi
mengucapkan Putusan Perkara uji materil terhadap Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Putusan Mahkam
Konstitusi, mengabulkan permohonan para Pemohon untuk sebagian”
menyatakan beberapa frasa beserta penjelasannya pada Pasal 15 ayat (2)
dan Pasal 15 ayat (3) Undang –Undang Nomor 42 Thun 1999 tentang
Jaminan Fidusia bertentangan dengan Undang Undang Dasar Tahun
1945. Frasa-frasa yang dimaksud yaitu, frasa “kekuatan eksekutorial”
sama dengan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang
diatur pada Pasal 15 ayat (2) dan frasa “cidera janji” yang terdapat pada
Pasal 15 ayat (3) UU Fidusia.

31
▫ Putusan Mahkamah Konstitusi, menyatakan Pasal 15 ayat (2) kata- kata “
kekuatan eksekutorial” dan putusan pengadilan yang berkuatan hukum
tetap bertentangan dengan Undang Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sepanjang tidak dimaknai
tidak ada kesepakatan dalam hal cidera janji dan debitur keberatan
menyerahkan secara sukarela objek yang menjadi jaminan fidusia,
maka pelaksanaan prosedur hukum pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia
harus dilakukan dan berlaku sama dengan eksekusi putusan pengadilan
hukum yang berkekuatan hukum tetap.

32
▫ Sebaliknya jika klausul cidera janji sudah ada kesepakatan di awal antara
debitur dengan kreditur, maka perusahaan pembiayaan dapat melakukan
eksekusi sendiri tidak melalui pengadilan. Jadi setelah adanya putusan
Mahkamah Konstitusi, kreditur tidak dapat lagi melakukan eksekusi
secara sepihak terhadap objek jaminan fidusia harus melalui Pengadilan
Negeri, kecuali jika ada kesepakatan cidera janji diawal antara debitur
dengan kreditur dan debitur menyerahkan secara sukarela objek jaminan
fidusia kepada kreditur.

33
▫ Mahkamah Konstitusi juga, menyatakan terhadap frasa "cidera janji"
sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat (3) UU Jaminan Fidusia,
bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang tidak dimaknai bahwa "adanya cidera janji tidak
ditentukan secara sepihak oleh kreditur melainkan atas dasar
kesepakatan antara kreditur dengan debitur atau atas dasar upaya
hukum yang menentukan telah terjadinya cidera janji".

34
▫ Putusan MK Nomor 2/ PUU/XIX/2021
petitum permohonan Pemohon, yaitu petitum angka 2 yang pada
pokoknya meminta kepada Mahkamah agar menyatakan Pasal 15 ayat (2)
UU 42/1999 bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang dimaknai kembali
ke Pasal 15 ayat (2) UU 42/1999 sebelum diputus dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 18/PUU-XVII/2019 yang menurut Pemohon justru
dengan adanya Putusan Mahkamah, eksekusi melalui pengadilan telah
menyulitkan Pemohon selaku kolektor atau perusahaan pembiayaan, aparat
penegak hukum, dan konsumen terhadap pelaksanaan eksekusi terhadap
barang jaminan fidusia.

35
▫ Putusan MK
Mahkamah, Pemohon tidak memahami substansi Putusan Mahkamah Konstitusi
sebelumnya karena penafsiran norma dalam frasa “kekuatan eksekutorial” dan frasa
“sama dengan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap” dalam norma
Pasal 15 ayat (2) dan Penjelasan Pasal 15 ayat (2) UU 42/1999 dimaknai “terhadap
jaminan fidusia yang tidak ada kesepakatan tentang cidera janji dan debitur
keberatan menyerahkan secara sukarela objek yang menjadi jaminan fidusia, maka
segala mekanisme dan prosedur hukum dalam pelaksanaan eksekusi Sertifikat
Jaminan Fidusia harus dilakukan dan berlaku sama dengan pelaksanaan eksekusi
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap” sudah tepat dan
memberikan sebuah bentuk perlindungan hukum baik kepastian hukum maupun
keadilan terhadap pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian fidusia;

36
PUTUSAN Nomor 71/PUU-XIX/2021
▫ Menyatakan frasa “pihak yang berwenang” dalam Penjelasan Pasal 30
UndangUndang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3889),
bertentangan dengan UUD 1945 dan tidakmempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang tidak dimaknai “pengadilan negeri”;

37
berdasarkan uraian pertimbangan hukum tersebut di atas, dalil para Pemohon
berkenaan dengan Pasal 30 UU 42/1999 telah menimbulkan ketidakpastian hukum
sebagaimana termaktub dalam Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 dan menghilangkan
hak perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, dan martabat sebagaimana
termaktub dalam Pasal 28G ayat (1) UUD 1945 adalah tidak beralasan menurut
hukum.
Sedangkan, terhadap dalil para Pemohon berkenaan dengan Penjelasan Pasal 30 UU
42/1999 telah menimbulkan ketidakpastian hukum sebagaimana termaktub dalam
Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 dan menghilangkan hak perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan, dan martabat sebagaimana termaktub dalam Pasal 28G ayat
(1) UUD 1945 adalah beralasan menurut hukum untuk sebagian.

38
Untuk mengamankan pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia, Polri
menerbitkan Peraturan Kapolri (Perkap) No 8 Tahun 2011. Mulai berlaku
sejak 22 Juni lalu, Perkap ini bertujuan untuk terselenggaranya pelaksanaan
eksekusi jaminan fidusia secara aman, tertib, lancar, dan dapat
dipertanggungjawabkan.

39
berkaitan dengan eksekusi jaminan objek fidusia, penting ditegaskan oleh
Mahkamah, perjanjian fidusia adalah hubungan hukum yang bersifat
keperdataan (privat) oleh karena itu kewenangan aparat kepolisian hanya
terbatas mengamankan jalannya eksekusi bila diperlukan, bukan sebagai
bagian dari pihak eksekutor, kecuali ada tindakan yang mengandung
unsurunsur pidana maka aparat kepolisian baru mempunyai kewenangan
untuk penegakan hukum pidananya. Oleh karena itu, berkenaan dengan
frasa “pihak yang berwenang” dalam Penjelasan Pasal 30 UU 42/1999
adalah dimaknai “pengadilan negeri” sebagai pihak yang diminta bantuan
untuk melaksanakan eksekusi tersebut.

40
HAPUSNYA JAMINAN

8
FIDUSIA
▫ Apabila terjadi hal-hal tertentu, maka Jaminan fidusia demi hukum
dianggap telah hapus, kejadian-kejadian tersebut adalah:17
▫ Hapusnya Hutang yang dijamin oleh Jaminan fidusia

▫ Pelepasan hak atas Jaminan fidusia oleh Penerima Fidusia

▫ Musnahnya benda yang menjadi Jaminan Fidusia.

42

Anda mungkin juga menyukai