Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS SENGKETA PERBUATAN MELAWAN HUKUM:

STUDI KASUS CV. SINAR MULYA

Safina Nabila Fikrie1, Diva Salsabila Ferdiansyah2, Nafisa Verlee Ameeralia3


S1 Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
1
2110611311@mahasiswa.upnvj.ac.id, 22110611313@mahasiswa.upnvj.ac.id,
3
2110611327@mahasiswa.upnvj.ac.id

ABSTRAK
Dalam perkembangan di masyarakat perusahaan komanditer atau CV disebut sebagai
perusahaan yang tidak berbadan hukum. Pasal 19 KUHD menyebutkan bahwa Perusahaan
Komanditer adalah suatu bentuk perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang
dibentuk oleh satu atau lebih orang persero yang secara tanggung menanggung bertanggung
jawab atas seluruhnya (tanggung jawab slider) pada satu pihak, dan satu orang atau lebih
sebagai pemberi modal (geldscheiter) pada pihak lain. Dalam melakukan sebuah usaha,
dikenal juga dengan istilah Perbuatan Melawan Hukum. Istilah tersebut pun serupa dengan
studi kasus yang akan penulis bahas dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui penyelesaian permasalahan dari sengketa perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh Cv. Sinar Mulya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, yaitu studi pustaka.

Kata kunci: Persekutuan komanditer, Perbuatan Melawan hukum, dan Cv. Sinar
Mulya.
ABSTRACT
In the development of communities, the company commander or CV has been referred to as
unincorporated. Article 19 of the Commercial Law Code, states that a Limited Liability
Company is a form of company to run a company formed by one or more shareholders who
are responsible for the whole (slider responsibility) on one party, and one person or more as
a provider of capital (geldschieter) on other parties. In conducting a company, it is also known
as an act against the law. The term is also similar to the case study that the author will discuss
in this study. The purpose of this research is to find out the completion of the issue of what
goes against the law done by CV. Sinar Mulya. The method used in this study is a qualitative
method, which is a library study.

Keywords: Company Commander, Act Against the Law, and Cv. Sinar Mulya

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara multikultural yang memiliki beragam budaya dan
hukum yang mengaturnya. Berbicara mengenai hukum, tidak terlepas dari jenis hukum
yang berlaku saat ini, salah satunya adalah hukum perdagangan. Hukum perdagangan
merupakan salah satu hukum khusus yang diatur dalam buku ke-3 hukum perdata yakni
mengatur masalah perikatan dan perjanjian. Dalam suatu asas perundangan, hal ini dikenal
dengan Lex Specialis Derogat Lex Generalis atau hukum dagang menyampingkan hukum
perdata.

Undang-Undang 2 Juli 1934 (Stb. Nomor 347 Tahun 1934) menjelaskan bahwa istilah
“Perdagangan” dalam KUHD dihapus dan diganti dengan istilah “perusahaan”. Jika
semula pengertian hukum dagang dapat ditemukan dalam Pasal 2 sampai 5 KUHD,
sebaliknya pengertian “perusahaan” tidak terdapat dalam KUHD dengan alasan agar
pengertian perusahaan dapat berkembang sempurna dan sesuai dengan langkah dalam lalu
lintas perusahaan.

Pengertian perusahaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang


Dokumen Perusahaan, yaitu bentuk usaha yang melakukan kegiatan tetap, terus-menerus
mencari untung atau laba, baik dilakukan oleh orang-perorangan maupun badan usaha
yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum. Sebelum membahas mengenai
badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, perlunya mengetahui
pengertian dari perkumpulan yang dibagi menjadi dua bentuk. Dalam arti sempit,
perkumpulan adalah bentuk asal persekutuan yang tidak bertujuan ekonomi. Sementara
itu, perkumpulan dalam arti luas merupakan perkumpulan yang tidak dapat dibedakan
dengan jenis lain dan tidak memiliki kepribadian tertentu.

Dalam arti luas, perkumpulan yang mencari keuntungan dan menjalankan kegiatan
ekonomi terbagi menjadi dua perusahaan, yaitu perusahaan berbadan hukum dan
perusahaan tidak berbadan hukum. Perusahaan yang berbadan hukum adalah perusahaan
yang sifatnya bertanggung jawab terbatas hanya modal yang ditanamkan, sedangkan
perusahaan yang tidak berbadan hukum adalah perusahaan yang menurut sifatnya dan
bentuknya memiliki tanggung jawab yang luas secara pribadi.

Dalam hal ini, perusahaan yang tidak berbadan hukum dapat disebut sebagai perusahaan
komanditer. Perkumpulan menjadi asal mula terbentuknya suatu Persekutuan Komanditer.
Persekutuan Komanditer merupakan hasil dari terjemahan bahasa Belanda, yaitu
commanditaire vennootschap atau CV. Sementara itu, Persekutuan Komanditer yang
digunakan dalam bahasa Inggris adalah limited corporation.
Persekutuan Komanditer atau CV termasuk dalam badan usaha bukan berbadan hukum.
Selain itu, Persekutuan Komanditer atau CV juga dapat disebut sebagai perusahaan yang
tidak berbadan hukum sesuai dengan arti luas dari perkumpulan. Berdasarkan Pasal 19
KUHD menyebutkan bahwa CV adalah suatu bentuk perseroan untuk menjalankan suatu
perusahaan yang dibentuk oleh satu atau lebih orang persero yang secara tanggung
menanggung bertanggung jawab atas seluruhnya (tanggung jawab slider) pada satu pihak,
dan satu orang atau lebih sebagai pemberi modal (geldscheiter) pada pihak lain.
Persekutuan komanditer terbagi menjadi dua bentuk sekutu, yaitu sekutu komplementer
atau sekutu kerja (aktif) perusahaan dan sekutu komanditer atau sekutu tidak kerja (tidak
aktif) perusahaan.

Dalam ilmu hukum dikenal juga ada perbuatan melawan hukum (PMH). Perbuatan
melawan hukum diidentifikasikan sebagai perbuatan yang dianggap melawan kaidah
hukum, baik kaidah hukum tertulis maupun tidak tertulis yang hidup di masyarakat. Dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal
1365 sampai dengan Pasal 1380. Pada Pasal 1365 KUH Perdata, perbuatan melawan
hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan seseorang, yang karena
kesalahannya itu menimbulkan kerugian pada orang lain.

Oleh karena itu, penulis akan membahas tentang sengketa yang dilakukan oleh Cv. Sinar
Mulya. Kasus ini termasuk dalam jenis perbuatan melawan hukum kepada Tjhin Hoi
Khiong selaku pembantah terkait sebuah utang senilai Rp 12.000.000.000 yang tidak
dapat dibayarkan oleh direktur dari Cv. Sinar Mulya selaku terbantah I dan terbantah II.
Terbantah II merupakan seorang perseroan komanditer yang tidak dapat melakukan
perikatan terhadap pihak ketiga atau pihak manapun tanpa persetujuan dari terbantah I.
Maka dari itu terbantah I merasa bahwa pembantah keliru dengan mengikutsertakan
terbantah I perihal utang piutang yang dilakukan terbantah II.

1.2 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu studi
pustaka. Metode penelitian kualitatif merupakan suatu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan melakukan penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai
laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan. Maka dari itu, penelitian
ini bersumber pada buku, jurnal, dan situs internet yang terkait dengan topik yang telah
dipilih.

II. PEMBAHASAN
2. 1 Kronologi Sengketa Perbuatan Melawan Hukum Cv. Sinar Mulya
Berdasarkan putusan Nomor 169/Pdt.Bth/2017/PN. Bdg, sengketa tersebut merupakan
kasus Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Cv. Sinar Mulya terhadap TJHIN
HOI KHIONG. TJHING HOI KHIONG yang disebut sebagai Pembantah, beralamat di
Jln. Krendang Barat RT. 010. RW. 005 Kel/Desa Krendang, Kec. Tambora, yang dalam
hal ini diwakili oleh 1.TUTI WIDANINGSIH, S.H. 2. FAJAR NUGRAHA, S. Sy. Para
Advokat - Pengacara - Penasehat Hukum pada kantor hukum TUTI WIDANINGSIH, S.H.
& Rekan. Beralamat kantor di Komplek Taman Cibaduyut Indah Blok B. 15 Cibaduyut-
Kabupaten Bandung. Sementara itu, DJONI YAHYA, Direktur CV. Sinar Mulya yang
disebut sebagai Terbantah I beralamat di Jl. Pajagalan No. 33 RT. 004, RW. 004
Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung. Dan TONNY JAYA,
Persero Komanditer CV. Sinar Mulya yang disebut sebagai Terbantah II beralamat di jl.
Cibadak No. 10 RT 005 RW 002 Kelurahan Karang Anyar, Kec.Astana Anyar, Kota
Bandung.
Kronologi sengketa ini berawal dari :
1. Terbantah II yaitu Tonny Jaya memiliki utang senilai Rp 12.000.000.000 (Dua
Belas Miliar) kepada pembantah yaitu Tjhin Hoi Khiong.
2. Terbantah ke-II (Tonny Jaya) tidak bisa bayar hutang pada 31 Oktober 2016.
3. Sudah dilakukan peringatan secara lisan dan tertulis (somasi) tetapi Terbantah I
(Djoni Yahya) dan Terbantah II (Tonny Jaya) tidak mengindahkannya.
4. Terbantah II (Tonny Jaya) menarik Terbantah I (Djoni Yahya) untuk ikut serta
bertanggung jawab terhadap utang piutang.
5. Pembantah mengajukan gugatan perdata kepada Terbantah I (Djoni Yahya) dan
Terbantah II (Tonny Jaya) dengan menuntut jaminan atas objek tanah dan
bangunan.
6. Pembantah mengajukan Derden Verzet dengan alas hak dan alat bukti perjanjian
antara Pembantah (Tjhin Hoi Khiong) dan Terbantah II (Tonny Jaya) dimana
Terbantah I (Djoni Yahya) adalah satu kesatuan dalam Cv. Sinar Mulya.
7. Kekeliruan Pembantah (Tjhin Hoi Khiong) dalam menarik Terbantah I (Djoni
Yahya).
8. Pembantah (Tjhin Hoi Khiong) menarik Terbantah I (Djoni Yahya) karena dalam
surat perjanjian hutang, pihak kedua meminjam untuk kepentingan Cv. Sinar
Mulya
9. Bantahan Pembantah (Tjhin Hoi Khiong) memuat isi yang tidak jelas dan gelap
karena formulasi bantahan Pembantah (Tjhin Hoi Khiong) yang bertentangan
dengan Hukum Acara Perdata.
10. Bahwa substansi gugatan yang diajukan sama dengan perkara yang sedang
diperiksa oleh pengadilan.
11. Bahwa Pembantah (Tjhin Hoi Khiong) mengajukan bantahan a quo bukanlah
terhadap kepemilikan
12. Bahwa bantahan Pembantah (Tjhin Hoi Khiong) sudah jelas karena materi
bantahannya adalah adanya ingkar janji sesuai dengan surat perjanjian.
13. Terdapat perbedaan kepentingan atau maksud tujuan dalam bantahan a quo di
surat gugatan ingkar janji (wanprestasi) dalam Perkara Nomor
458/Pdt.G/2016/PN.Bdg. antara Tjhin Hoi Khiong melawan Tonny Jaya dan
Djoni Yahya tertanggal 30 November 2017.

2.2 Analisis Sengketa Perbuatan Melawan Hukum Cv. Sinar Mulya


Berikut ini adalah analisis sengketa perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Cv.
Sinar Mulya :
1. Bahwa mengenai utang piutang antara Pembantah (Tjhin Hoi Khiong) dengan
Terbantah II (Tonny Jaya) merupakan utang pribadi dan Terbantah I (Djonny
Yahya) tidak ada hubungan hukum dengan perjanjian tersebut sehingga
Terbantah I (Djonny Yahya) tidak dapat dituntut.
2. Sejak Cv. Sinar Mulya didirikan pada tahun 2012, Cv. Sinar Mulya tidak pernah
beroperasi dan menjalankan usahanya. Kemudian, Cv. Sinar Mulya secara
bersama sama menjalankan usaha antara Terbantah I (Djonny Yahya) dan
Terbantah II (Tonny Jaya).
3. Terbantah II (Tonny Jaya) tidak memiliki kewenangan perjanjian tanpa
persetujuan pihak pertama.
4. Jaminan yang diajukan Pembantah (Tjhin Hoi Khiong) atas sita jaminan hal
mana objek yang dimaksud adalah berkaitan dengan upaya eksekusi.
5. Bantahan Pembantah (Tjhin Hoi Khiong) telah keliru dalam formalitas gugatan
bantahan dan bantahan tidak dapat diterima.

Selanjutnya, Pembantah (Tjhin Hoi Khiong) melalui kuasanya telah mengajukan upaya
hukum banding yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bandung pada tanggal
24 Januari 2018 dibawah Register Banding Nomor : 10/PDT.B/2018/PN.BDG.
Lalu terdapat Putusan Nomor 169/Pdt.Bth/2017/PN.Bdg, Terbantah I (Djonny Yahya)
melalui kuasanya telah mengajukan upaya hukum banding yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Bandung pada tanggal 30 Januari 2018 dibawah Register Banding
Nomor : 10/DT.B/2018/PN.BDG.

Kemudian, Majelis Hakim menentukan bahwa permohonan upaya hukum banding


Terbantah I ditolak. Maka dari itu Terbantah I mengajukan permohonan upaya hukum
kasasi. Namun, pada akhirnya permohonan upaya hukum kasasi Terbantah I tersebut
dinyatakan ditolak lalu mengabulkan bantahan pembantah seluruhnya dan menyatakan
Terbantah I dan II memiliki utang senilai Rp 12.000.000.000 (Dua Belas Miliar) dan wajib
dibayarkan secara seketika.

Berdasarkan kasus tersebut, Terbantah I dan Terbantah II memang melakukan Perbuatan


Melawan Hukum yaitu tidak dapat membayar utang dan tidak mengindahkan peringatan
yang sudah dilakukan secara lisan dan tulisan (somasi). Hal ini sesuai dengan Pasal 1365
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “Tiap perbuatan yang
melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Oleh karena itu,
menurut Pasal 1365 KUH Perdata, Terbantah I dan Terbantah II sudah memenuhi unsur-
unsur Perbuatan Melawan Hukum yaitu dengan adanya perbuatan, adanya Perbuatan
Melawan Hukum, adanya kesalahan dari pelaku, dan adanya hubungan kausal atau sebab
akibat antara perbuatan dan kerugian.

Selanjutnya berdasarkan kronologi di atas, terdapat sengketa ingkar janji (wanprestasi)


dimana Terbantah II (Tonny Jaya) tidak bisa bayar hutang pada 31 Oktober 2016, sesuai
dengan yang tercantum didalam surat perjanjian antara CV. Sinar Mulya dengan
Terbantah II. Sebagaimana kita ketahui bahwa, wanprestasi adalah tidak terlaksananya
prestasi karena kesalahan debitur baik karena kelalaian atau kesengajaan. Wanprestasi
sendiri terdapat 4 macam, diantaranya adalah tidak melaksanakan prestasi sama sekali,
melaksanakan tetapi tidak tepat waktu (terlambat), melaksanakan tetapi tidak seperti yang
diperjanjikan, dan melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Dalam sengketa ini Terbantah II melakukan wanprestasi dengan bentuk melaksanakan
prestasi namun tidak tepat waktu (terlambat). Debitur dapat dinyatakan lalai dengan surat
perintah atau semacamnya dan/atau berdasarkan kekuatan perikatan itu sendiri, hal ini
tercantum didalam Pasal 1238 KUH Perdata. Akibat hukum wanprestasi dalam sengketa
ini adalah debitur diwajibkan membayar ganti kerugian yang telah diderita kreditur sesuai
dengan Pasal 1234 KUH Perdata.

Dalam perkara a quo, akibat hukum dari CV. Sinar Mulya yang didirikan oleh Terbantah
I dan Terbantah II menjadi tanggung jawab bersama untuk menanggung kerugian maupun
beban utang perusahaan. Terbantah 1 dan Terbantah II merupakan sekutu komplementer,
maka berdasarkan ketentuan Pasal 19 KUHD mengatur bahwa pihak yang bertanggung
jawab dan berurusan dengan urusan di luar adalah sekutu kerja atau sekutu komplementer.

III. Kesimpulan
Persekutuan komanditer dapat disebut juga dengan CV atau commanditaire vennootschap.
Persekutuan komanditer terbentuk dari adanya perkumpulan. Perkumpulan ini mencari
keuntungan serta menjalankan kegiatan ekonomi dalam perusahaan yang tidak berbadan
hukum sehingga terbentuklah persekutuan komanditer. Pengertian persekutuan
komanditer atau CV dinyatakan dalam Pasal 19 KUHD bahwa “Perseroan yang terbentuk
dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga perseroan komanditer, didirikan antara
seseorang atau antara beberapa orang persero yang bertanggung jawab secara tanggung-
renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang”.
Penelitian ini membahas sengketa mengenai perbuatan melawan hukum. Hukum perdata
di Indonesia mengenal istilah PMH atau perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan
hukum merupakan suatu perbuatan yang melawan aturan-aturan hukum tertulis dan
hukum tidak tertulis dalam kehidupan bermasyarakat. Ketentuan yang diatur mengenai
perbuatan melawan hukum terdapat dalam Pasal 1365 sampai dengan Pasal 1380 KUH
Perdata.

Berdasarkan putusan Nomor 169/Pdt.Bth/2017/PN. Bdg, sengketa ini merupakan


Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh DJONI YAHYA, Direktur CV. Sinar
Mulya yang disebut sebagai Terbantah I dan TONNY JAYA, Persero Komanditer CV.
Sinar Mulya yang disebut sebagai Terbantah II terhadap TJHIN HOI KHIONG yang
disebut sebagai Pembantah. Kasus tersebut diawali dengan Terbantah II yaitu Tonny Jaya
memiliki utang senilai Rp 12.000.000.000 (Dua Belas Miliar) kepada pembantah yaitu
Tjhin Hoi Khiong. Namun Terbantah ke-II (Tonny Jaya) tidak mampu membayar hutang
kepada Tjhin Hoi Khiong. Setelah itu Tjhin Hoi Khiong melakukan peringatan secara lisan
dan tertulis (somasi) tetapi Terbantah I (Djoni Yahya) dan Terbantah II (Tonny Jaya) tidak
mengindahkannya. Selanjutnya Pembantah mengajukan gugatan perdata kepada
Terbantah I (Djoni Yahya) dan Terbantah II (Tonny Jaya) dengan menuntut jaminan atas
objek tanah dan bangunan. Tetapi terdapat kekeliruan Pembantah (Tjhin Hoi Khiong)
dalam menarik Terbantah I (Djoni Yahya). Pembantah (Tjhin Hoi Khiong) menarik
Terbantah I (Djoni Yahya) karena dalam surat perjanjian hutang, pihak kedua meminjam
untuk kepentingan Cv. Sinar Mulya. Tetapi Bantahan dari Pembantah (Tjhin Hoi Khiong)
memuat isi yang tidak jelas dan gelap karena formulasi bantahan Pembantah (Tjhin Hoi
Khiong) yang bertentangan dengan hukum acara perdata.

Berdasarkan kronologi sebelumnya, upaya hukum yang telah dilalui sengketa tersebut
yaitu Pembantah dan Terbantah I mengajukan banding. Kemudian, Majelis Hakim
menentukan bahwa permohonan upaya hukum banding Terbantah I ditolak. Maka dari itu
Terbantah I mengajukan permohonan upaya hukum kasasi. Namun, pada akhirnya
permohonan upaya hukum kasasi Terbantah I tersebut dinyatakan ditolak lalu
mengabulkan bantahan pembantah seluruhnya dan menyatakan Terbantah I dan II
memiliki utang senilai Rp 12.000.000.000 (Dua Belas Miliar) dan wajib dibayarkan secara
seketika. Maka penulis menyimpulkan bahwa sengketa Cv. Sinar Mulya terdapat
perbuatan melawan hukum dan ingkar janji (wanprestasi).
Daftar Pustaka

Buku
Ramlan, Dewi Kartika. 2020. Pendirian Persekutuan Komanditer Pasca Lahirnya
Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018. Medan: Pustaka Prima.

Asikin, Zainal. 2018. Hukum Acara Perdata di Indonesia. Jakarta: Prenada Media
Group.

Jurnal
Diani, R., & Kusuma, M. (2020). Persekutuan Komanditer (Commanditaire
Vennootschap atau CV) Sebagai Badan Usaha Dalam Kajian Hukum Perusahaan.
Justici, 12(1), 79-97.

Adhim, N., Mahmudah, S., & Benuf, K. (2020). Telaah Yuridis Pemberian Hak Guna
Bangunan Kepada Persekutuan Komanditer (CV). Justitia et Pax, 36(1).

Dachniar, B., Berty P. R., Dyah I., & Mahmud A. (2019). Persekutuan Komanditer.
(Makalah Universitas Tulungagung, 2018). Diakses dari
https://osf.io/9z4py/download/?format=pdf

Anda mungkin juga menyukai