Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH HUKUM PERDATA 

( PERIHAL BADAN HUKUM DAN DOMISILI )

Dosen Pembimbing: Aminuddin Lahami, S.H., M.H

DISUSUN OLEH:

Muayyad Faturusi 

Ade Priatama

1
HUKUM EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE

(STAIN MAJENE)

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan

penyertaannya, kami bisa menyelesaikan makalah ini. 

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata. 

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan,

maka dari itu, kami mengharapkan kritikan dan saran untuk bisa menjadi lebih baik lagi. 

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.  

Majene,          31-10-2021

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Badan Hukum sebagai Subyek Hukum 3

B. Perihal Domisili 15

BAB III PENUTUP 20

A. Kesimpulan 20

DAFTAR PUSTAKA 21

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakansuatu Negara hukum yang berasaskan demokrasi dan menerapkan nilai-

nilai Pancasila dalam setiap peraturan perundangan- undangan yang dibuat oleh lembaga

kekuasaan Negara. Dengan adanya suatu konstitusi suatu Negara sebagai dasar atau pedoman

dalam menjalankan bernegara atas hukum sehingga setiap perbuatan yang dilakukan dengan

perangkat Negara sesuai dengan kewenangan harus taat dan patuh terhadap atuaran yang

berlaku.

Sehubungan dengan aturan yang dibuat tersebut yang diberlakukan kepada setiap warga

Negara Indonesia dan badan hukum yang merupakan sebagai pendukung hak dan kewajiban

dalam norma hukum yang berlaku. 

Dan juga seseorang dapat melakukan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dengan

adanya pencatata sipil atau domisili. 

Domisili adalah tempat tinggal yang harus dimiliki semua orang. Domisili diperlukan untuk

berbagai keperluan seperti mengurus pemilihan umum, pernikahan, tuntutan hukum,

pembayaran pajak, perceraian, dan masih banyak lagi. Domisili seseorang juga menentukan

suatu tempat di mana berbagai perbuatan hukum harus atau dapat dilakukan.

Oleh karena itu, kami dari kelompok 3 akan mencoba membahas secara singkat perihal

Badan Hukum dan Domisili. 

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan perihal Badan Hukum

2. Bagaimana penjelasan perihal Domisili 

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui perihal Badan Hukum

2. Untuk mengetahui perihal Domisili


BAB II

PEMBAHASAN 

A. Badan Hukum sebagai Subyek Hukum 

Dalam konteks subyek hukum, di samping manusia sebagai pembawa hak, badan

badan atau perkumpulan-perkumpulan dipandang sebagai subyek hukum yang dapat

memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti manusia. Badan-badan

dan perkumpulan-perkumpulan itu dapat memiliki kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu

lintas hukum dengan perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan menggugat di muka

pengadilan. Badan-badan atau perkumpulan tersebut dinamakan Badan Hukum

(rechtpersoon) yang berarti orang (persoon) yang diciptakan oleh hukum. Hukum 

memberikan kedudukan sebagai badan pribadi dalam wujud yang lain selain manusia yaitu

badan hukum atau rechtspersoon. Rechtspersoon biasa disebut sebagai badan hukum yang

merupakan persona ficta atau orang yang diciptakan oleh hukum sebagai persona. Selain

subyek hukum yang orang perorang, badan hukum atau legal entity adalah satu subyek

hukum lain yang diakui sebagai subyek hukum.  

  

Dalam peraturan di Indonesia, istilah yang resmi digunakan adalah badan hukum,

istilah ini dapat ditemukan dalam peraturan perundang-undangan berikut: 

1. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Agraria 

2. Perpu No. 19 Tahun 1960 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara 

3. UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara 

4. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan sebagainya. 

3
Terjadi banyak perdebatan mengenai bagaimana badan hukum dapat menjadi subyek

hukum dan memiliki sifat-sifat subyek hukum seperti manusia. Banyak sekali teori yang ada
dan digunakan dunia akademis untuk menjelaskan hal tersebut, namun demikian menurut

Salim, teori yang paling berpengaruh dalam hukum positif adalah teori konsensi yang pada

intinya mengajarkan bahwa badan hukum dalam negara tidak dapat memiliki kepribadian

hukum yaitu hak dan kewajiban dan harta kekayaan kecuali di perkenankan oleh hukum

dalam hal ini berarti negara sendiri. 

Badan hukum merupakan terjemahan dari rechtspersoon, namun demikian di

kalangan hukum ada yang menggunakan istilah purusa hukum (Oentari Sadino), awak hukum

(St.K. Malikul Adil), pribadi hukum (Soerjono Soekamto, Purnadi Purbacaraka) dan

sebagainya. Dalam kepustakaan hukum Belanda istilah badan hukum dikenal dengan sebutan

“rechtpersoon” dan dalam kepustakaan common law seringkali disebut dengan istilah-istilah

legal entity, juristic person, atau artificial person.  

  

Kamus Besar Bahasa Indonesia, memberikan pengertian badan hukum sebagai badan

yang dalam hukum diakui sebagai subyek hukum (peseroan, yayasan, lembaga, dan

sebagainya). Selanjutnya Kamus Hukum Ekonomi mengartikan badan hukum sebagai badan

atau organisasi yang oleh hukum diperlakukan sebagai subyek hukum, yaitu pemegang hak

dan kewajiban. Suatu badan yang bukan berupa orang tapi mempunyai hak dan kewajiban

seperti orang serta mempunyai harta kekayaan sendiri yang terpisah dari harta kekayaan

pribadinya. 

4
Sebelumnya dalam KUH Perdata Pasal 1653  diatur berkaitan dengan perkumpulan adalah

selainnya perseroan yang sejati oleh undang-undang diakui pula perhimpunan-perhimpunan

orang sebagai perkumpulan-perkumpulan, baik perkumpulan-perkumpulan itu diadakan atau

diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum, maupun perkumpulan-perkumpulan itu

diterima sebagai diperbolehkan, atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak

bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan. Dengan demikian berdasarkan  Pasal

1653 Bab Kesembilan dari Buku Ketiga KUH Perdata,  disebutkan 3 macam perkumpulan

yaitu : 

1. Perkumpulan yang diadakan oleh kekuasaan umum  

2. Perkumpulan yang diakui oleh kekuasaan umum 

3. Perkumpulan yang diperkenankan atau untuk suatu maksud tertentu tidak berlawanan

dengan undang-undang atau kesusilaan. 

Pasal 1653 tersebut merupakan landasan yuridis keberadaan badan hukum baik badan hukum

publik maupun privat, meskipun tidak secara tegas mengaturnya. 

Pada umumnya, ahli hukum tidak sependapat dengan menempatkan pengaturan 

badan hukum di dalam Buku III KUH Perdata. Badan hukum yang pada dasarnya merupakan

subyek hukum tidaklah tepat dimasukkan dalam hukum perikatan, walau sebagian  dari

badan hukum tersebut lahir dari perjanjian. Namun demikian tidaklah tepat pula bila badan

hukum yang merupakan subyek hukum diatur bersama-sama dengan subyek hukum manusia.

Badan hukum merupakan persoon karena hukum dan struktur badan hukum yang menopang

eksistensi badan hukum adalah struktur hukum, berbeda dengan manusia yang struktur

manusia sama sekali bukan persoalan hukum. 

5
Apakah pengertian badan hukum menurut para ahli? Para ahli hukum telah

mengemukakan  pengertian  badan hukum, yang antara lain sebagai berikut.  

Menurut Van Apeldoorn, yang dimaksud dengan purusa hukum (badan hukum)

adalah:  

1. Tiap-tiap persekutuan manusia, yang bertindak dalam pergaulan hukum seolah-olah  ia

suatu purusa yang tunggal; 

2. Tiap-tiap harta dengan tujuan yang tertentu, tetapi dengan tiada yang empunya, dalam

pergaulan hukum diperlakukan seolah-olah  ia sesuatu purusa (yayasan). 

Utrecht, memberikan pengertian badan  hukum sebagai setiap pendukung hak yang

tidak berjiwa atau bukan manusia. Sudikno Mertokusumo mendefinisikan badan hukum

adalah organisasi atau kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat

menyandang hak dan kewajiban.

Adapun menurut Subekti badan hukum  pada pokoknya adalah  suatu badan atau

perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak melakukan perbuatan seperti seorang manusia,

serta memiliki kekayaan sendiri yang dapat digugat atau menggugat di depan hakim. Dengan

demikian  rechtspersoon atau badan hukum adalah orang yang diciptakan oleh hukum dan

mampu melakukan perbuatan-perbuatan hukum yang memiliki kekayaan sendiri.  

Pengertian mengenai badan hukum yang lebih lengkap dapat ditemukan dari pendapat

Molengraaff. Badan hukum menurut Molengraaff merupakan hak dan kewajiban dari para

anggotanya secara bersama-sama, dan didalamnya terdapat harta kekayaan bersama yang

tidak dapat dibagi-bagi. Setiap anggota tidak hanya menjadi pemilik sebagai pribadi untuk

masing-masing bagiannya dalam satu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi itu, tetapi juga

sebagai pemilik bersama untuk keseluruhan harta kekayaan, sehingga setiap pribadi anggota

adalah juga pemilik harta kekayaan yang terorganisasikan dalam badan hukum itu. 

6
Oentari Sadino menterjemahkan buku L.J. van Apeldoorn yang berjudul Inleiding tot de

Studie van het Nederlandse Recht (Pengantar Ilmu Hukum) tentang masalah subyek hukum

dengan menterjemahkannya dalam bahasa Indonesia sebagai berikut. 

Walaupun demikian, ajaran hukum dan kini juga undang-undang mengakui adanya purusa

atau subyek hukum yang lain dari manusia. Untuk membedakannya, manusia disebut purusa

kodrat (natuurlijke personen) yang lain purusa hukum. Akan tetapi ini tidak berarti, bahwa

purusa yang demikian itu juga benar-benar terdapat. Itu hanya berarti, bahwa sesuatu yang

bukan purusa atau tidak dapat merupakan purusa, diperlakukan seolah-olah ia adalah suatu

purusa.  

Istilah purusa kodrat dan purusa hukum bersandar pada pandangan (yang berasal dari

ajaran hukum kodrat) bahwa menurut kodratnya manusia adalah subyek hukum dan

yang lain-lainnya memperoleh kewenangan hukumnya dari hukum positif... 

  

Sri Soedewi Maschun Sofwan, mengartikan badan hukum sebagai kumpulan dari

orang-orang yang bersama-sama mendirikan suatu badan (perhimpunan) dan kumpulan harta

kekayaan yang ditersendirikan untuk tujuan tertentu. Kedua-duanya merupakan badan

hukum. Tidak terlalu jauh berbeda dengan pendapat Sri Soedewi tersebut di atas, adalah

pendapat yang dikemukakan oleh J.J. Dormeiner yang membagi 2 pengertian badan hukum,

yaitu: 

1. Persekutuan orang-orang, yang di dalam pergaulan hukum bertindak selaku seorang saja;

dan 

2. Yayasan, yaitu suatu harta atau kekayaan yang dipergunakan untuk suatu maksud yang

tertentu. Yayasan itu digunakan sebagai oknum. 

7
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli hukum mengenai badan hukum di atas dapat

diketahui bahwa tidak ada keraguan sedikitpun mengenai kedudukan badan hukum sebagai

subyek hukum, karena badan hukum merupakan lembaga yang independen, penyandang hak

dan kewajiban, serta dapat bertindak di depan hukum. Implikasi hukum dari independen atau

kemandirian tersebut, bahwa keberadaan badan hukum tersebut tidak digantungkan pada

kehendak pendiri atau organ namun ditentukan oleh hukum.  Dalam pengertian pokok, apa

badan hukum itu adalah segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat

yang demikian itu oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban. 

Sebagai pendukung hak dan kewajiban yang bukan manusia, dalam badan hukum

terdapat 2 (dua) unsur penting yang harus diperhatikan, yaitu: pertama, dapat dipisahkannya

hak dan kewajiban badan hukum dari hak dan kewajiban anggota badan hukum dan kedua,

organ badan hukum dapat berganti –ganti namun demikian badan hukum tetap ada. Dengan

demikian badan hukum merupakan penyandang hak dan kewajibannya sendiri sebagai

subyek hukum yang memiliki status yang dipersamakan dengan orang perorangan sebagai

subjek hukum. Pengertian sebagai penyandang hak dan kewajiban, dengan demikian badan

hukum dapat digugat maupun menggugat di pengadilan. Kondisi ini membawa konsekuensi

bahwa keberadaannya dan ketidakberadaannya sebagai badan hukum tidak digantungkan

kepada kehendak sendiri atau anggotanya melainkan pada sesuatu yang ditentukan oleh

hukum. 

Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang kriteria badan hukum yang telah

dipaparkan di atas, maka dapat disusunlah unsur-unsur badan hukum adalah sebagai berikut. 

1. Adanya pemisahan harta kekayaan antara pendiri dengan badan hukum 

2. Mempunyai harta kekayaan tertentu 


3. Memiliki kepentingan tertentu 

4. Memiliki organ yang menjalankan badan hukum 

5. Adanya managemen yang teratur  

Unsur-unsur inilah yang dapat ditemukan dalam suatu badan hukum, serta dapat digunakan

untuk membedakan badan hukum dengan bukan badan hukum. 

Sedangkan agar perkumpulan atau badan usaha dapat disebut sebagai badan hukum,

maka beberapa syarat harus dipenuhi. Dari sumber hukum formal, beberapa syarat yang harus

dipenuhi untuk menjadi badan hukum yaitu:  

1) Syarat berdasarkan ketentuan perundang-undangan ; 

1. Syarat berdasarkan pada hukum kebiasaan; 

1. Syarat berdasarkan yurisprudensi; 

1. Syarat berdasarkan pada pandangan doktrin. 

  

Dalam hukum perdata telah lama diakui bahwa suatu badan hukum (sebagai

suatu subyek hukum mandiri; persona standi in judicio) dapat melakukan perbuatan

melawan hukum (onrechtmatig handelen; tort). Penafsiran ini dilakukan melalui asas

kepatutan (doelmatigheid) dan keadilan (bilijkheid). Oleh karena itu dalam hukum

perdata suatu korporasi (legal person) dapat dianggap bersalah melakukan perbuatan

melawan hukum, disamping para anggota direksi sebagai natural persons. 

Sebagai subyek hukum yang berkedudukan sebagai pendukung hak dan

kewajiban, badan hukum diakui eksistensinya. Berdasarkan Pasal 1653 KUH Perdata,

terdapat 4 jenis badan hukum yaitu: 

9
1. Badan hukum yang didirikan oleh Pemerintah. Termasuk dalam kategori badan

hukum ini adalah baan hukum publik seperti provinsi, kabupaten, kota dan lain

sebagainya; 

2. Badan hukum yang diakui oleh Pemerintah, misalnya gereja atau badan

keagamaan lainnya; 

3. Badan hukum yang diijinkan oleh Pemerintah; 

4. Badan hukum yang didirikan oleh pihak swasta atau partikelir. 

Namun demikian, dari beberapa pendapat ahli dapat dikemukakan  jenis-jenis

badan hukum yang berbeda satu dengan yang lain. Utrecht menyatakan bahwa dalam

pergaulan hukum terdapat bermacam-macam badan hukum, yaitu: 

1. Perhimpunan yang dibentuk dengan sengaja dan sukarela oleh orang yang

bermaksud memperkuat kedudukan ekonomis mereka, memelihara kebudayaan,

mengurus soal-soal sosial dan sebagainya. 

2. Persekutuan orang yang ada kerena perkembangan faktor-faktor sosial dan politik

dalam sejarah. Termasuk dalam badan hukum ini adalah negara, provinsi,

kabupaten, dan desa. 

3. Organisasi yang didirikan berdasarkan undang-undang, tetapi bukan perhimpunan

yang termasuk dalam nomor 1. 

4. Yayasan.  

Apeldoorn membagi badan hukum menjadi 3 jenis, sebagai berikut. 

1. Perhimpunan yaitu persekutuan-persekutuan yang hidupnya timbul dari

penggabungan secara sukarela dari purusa-purusa pribadi yang berdasarkan

perjanjian dan bertindak seolah-olah  adalah suatu purusa. 

10
2. Persekutuan yang tidak didirikan oleh purusa-purusa khususnya, melainkan

tumbuh secara historis, seperti negara, propinsi dan sebagainya. 

3. Persekutuan yang didirikan oleh kekuasaan umum seperti waterschappen. 

Sri Soedewi Masjchun Sofwan membagi badan hukum menjadi 2 bagian besar yaitu 

1. Badan Hukum ketatanegaraan; 

a. Daerah otonom, sebagai contoh: Propinsi, Kabupaten 

b. Lembaga-lembaga, Majelis, Bank-bank 

2. Badan Hukum Keperdataan; 

a. Zadelijk lichaam 

b. Yayasan 

c. Badan-badan hukum yang termasuk dalam hukum dagang 

Secara sederhana pembagian badan hukum, dikemukakan oleh Chidir Ali,

yang membagi badan hukum menjadi 2 bagian menurut golongan hukum yaitu

golongan hukum publik dan golongan hukum privat, yang dapat dijelaskan sebagai

berikut. 

1) Badan hukum publik 

2) Badan hukum privat 

Secara alamiah, badan hukum tidaklah dapat berkedudukan sebagai subyek

hukum. Hal ini dikarenakan badan hukum tidak memiliki kehendak, tidak dapat

bertindak dan tidak dapat hadir atau ada seperti halnya karakteristik yang dapat

ditemukan pada orang seperti yang telah dikemukakan di atas. Karakteristik tersebut

11
yang mengakibatkan orang dapat berkedudukan sebagai subyek hukum secara

kodrati. 

Ketiadaan karakteristik tersebut, berimplikasi bahwa badan hukum tidak dapat

menjalankan fungsinya sebagai subyek hukum. Problematika yang dihadapi oleh

badan hukum tersebutlah yang pada akhirnya menghadirkan teori-teori badan hukum.

Teori-teori badan hukum yang berkembang, adalah sebagai berikut:  

1. Teori Fiksi, teori ini dikemukakan oleh Frederich Carl von Savigny pada

permulaan abad 19. Teori ini menyatakan bahwa badan hukum adalah suatu

abstraksi, bukan merupakan sesuatu yang konkrit.  Hukum memberikan kepada

subyek hukum hak-hak suatu kekuasaan dan menimbulkan kehendak berkuasa

(wilsmacht). Adapun badan hukum hanyalah buatan negara yang sebenarnya tidak

ada tetapi orang menghidupkannya dalam bayangannya untuk menerangkan

sesuatu hal. Adapun yang  menjadi wakil-wakil dalam melakukan perbuatan

adalah manusia yang ada dalam badan hukum tersebut. Oleh sebab itu teori ini

dikenal sebagai teori fiksi.  

2. Teori Organ, teori ini dikemukakan oleh Otto von Gierke (1841-1921). Badan

hukum itu seperti manusia, menjadi penjelmaan yang benar-benar dalam

pergaulan hukum. Teori organ memandang badan hukum sebagai suatu yang

nyata (reliteit) bukan fiksi, pandangan ini diikuti oleh L.C. Polano. Menurut teori

organ badan hukum merupakan een bestaan, dat hun realiteit dari konstruksi

yuridis seolah-olah sebagai manusia yang sesungguhnya dalam lalu lintas hukum

yang juga mempunyai kehendak sendiri yang dibentuk melalui alat-alat

kelengkapannya yaitu pengurus dan anggotanya dan sebagainya. Putusan yang

dibuat oleh pengurus adalah kemauan badan hukum. Badan hukum itu menjadi

12
3. suatu badan yang membentuk kehendaknya dengan perantaraan alat-alat atau

organ-organ yang terdapat dalam badan tersebut, misalnya anggota atau pengurus

badan hukum tersebut.  Apa yang diputuskan dan dilakukan  oleh organ adalah

kehendak dari badan hukum. Dengan demikian berdasarkan teori organ, badan

hukum adalah sesuatu yang riil, benar-benar ada.  

4. Teori kekayaan bertujuan, destinataristheorie atau leer van het doelvermogen

yang diajarkan oleh A. Brinz dan F.J. van Heyden.  Teori harta kekayaan

bertujuan oleh A. Brinz dalam bukunya Lehrbuch der Pandecten (1883)

dinyatakan bahwa,  

“Only human beings can be considered correctly as ‘person’. The law,

however, protects purpose other than those concerning the interest of human

beings. The property ‘owned’ by corporations does not ‘belong’ to anybody.

But it may considered as belonging for certain purposes and the device of

the corporation is used to protect those purpose.  

Badan hukum menurut teori kekayaan bertujuan bukanlah terdiri dari

anggotaanggota yang merupakan subyek hukum, namun badan hukum ini terdiri

atas harta kekayaan tertentu yang terlepas dari yang memegangnya atau

onpersoonlijk. Sehingga dapat dijelaskan teori harta kekayaan bertujuan ini

melihat bahwa pemisahan kekayaan badan hukum dengan kekayaan anggotanya

dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Harta kekayaan ini menjadi

milik dari perkumpulan yang bersangkutan, yang menyebabkan perkumpulan ini

menjadi subjek hukum. Implementasi tentang teori pemisahan harta kekayaan

dalam badan hukum ini dasarnya terdapat dalam pasal 1618, 1640, 1641 KUH

Perdata.  

13
1. Teori tentang harta kekayaan yang dimiliki oleh seseorang dalam jabatannya

atau Leer van het ambtelijk vermogen. Teori ini mengajarkan tentang harta

kekayaan yang dimiliki seseorang dalam jabatannya (ambtelijk vermogen) yaitu

suatu hak yang melekat pada suatu kualitas. Teori zweck vermogen ataupun doel

vermogens theorie mengembangkan pendapat bahwa badan hukum merupakan

badan yang mempunyai hak atas harta kekayaan tertentu yang dibentuk untuk

tujuan melayani kepentingan tertentu. Adanya tujuan tersebut menentukan bahwa

harta kekayaan dimaksud sah untuk diorganisasikan menjadi badan hukum.Teori

ini menitik beratkan pada daya berkehendak (wilsvermogen) dari suatu subyek

hukum. Adapun dalam badan hukum, yang berkehendak ialah pengurus dari

badan hukum yang bersangkutan. Dalam kualitasnya sebagai pengurus mereka

adalah berhak, maka dari itu disebut ambtelijk vermogen.  

Dengan bertitik tolak dari pemikiran bahwa manusia sajalah yang dapat menjadi

subyek hukum, maka badan hukum bukanlah sunyek hukum.  Adapun hak-hak

yang diberikan kepada subyek hukum pada hakikatnya adalah hak-hak dengan

tiada subyek hukum namun merupakan kekayaan yang terikat oleh suatu tujuan

atau kekayaan yan dimiliki oleh tujuan itu.  

1. Teori Kekayaan Bersama, dikemukakan oleh Rudolf von Jhering pada tahun

1818-1892. Pengikut dari teori ini adalah Marcel Planiol (Perancis), Molengraaff

(Belanda), Star Busmann Kranenburg, Paul Scholten dan Apeldoorn. Teori

kekayaan bersama ini menganggap badan hukum sebagai kumpulan manusia.

Kepentingan badan hukum adalah kepentingan seluruh anggotanya. Dengan

demikian badan hukum berdasarkan teori Kekayaan Bersama ini adalah suatu

konstruksi yuridis dari kepentingan-kepentingan anggota, dengan demikian hak

dan kewajiban badan hukum adalah hak dan kewajiban serta tanggung jawab

14
2. hukum dari anggota secara bersama-sama. Konsekwensi yuridisnya bahwa

harta kekayaan badan hukum adalah milik bersama seluruh anggota.  

1. Teori Kenyataan Yuridis atau Juridische Realiteitsleer, dikemukakan oleh

E.M. Meijers dan dianut oleh Paul Scholten. Teori ini menyatakan bahwa badan

hukum merupakan suatu realitas, konkrit, riil walaupun tidak dapat diraba dan

merupakan kenyataan yuridis. Dengan demikian Meijers ingin mempersamakan

badan hukum dengan manusia hanya sebatas pada bidang hukum saja. Dalam

kenyataan yuridis, badan hukum adalah wujud riil, sama riilnya dengan manusia.

Badan hukum adalah persoon dalam artian subyek hak saja. Menurut teori badan

hukum ini, badan hukum merupakan kelompok yang kegiatan dan aktivitas

kelompok tersebut diakui hukum  (seperate legal recognition) dari kegiatan dan

aktivitas individu kelompok yang terlibat dalam badan hukum.Mengenai

bertindaknya badan hukum ini dilakukan dengan perantaraan orang.

B. Perihal Domisili 
Domisili berasal dari kata domicile atau woonplaats yang artinya tempat tinggal. KBBI

mendefinisikan domisili sebagai tempat kediaman yang sah dari seseorang. Apa itu domisili

bisa dibilang merupakan tempat tinggal resmi seseorang. Secara yuridis, yang dimaksud

dengan domisili adalah tempat seseorang atau Badan Hukum dianggap selalu hadir

berhubungan dengan pelaksanaan kewajiban maupun pemenuhan hak-haknya. Meski pada

kenyataannya dia bertempat tinggal di tempat lain.

15
Menurut hukum perdata, domisili adalah tempat kedudukan resmi yang dapat berupa tempat

tinggal, rumah, kantor atau kota yang mempunyai kedudukan hak serta kewajiban di mata

hukum.

Domisili bisa jadi memiliki definisi berbeda, ketika seseorang tidak memiliki kediaman tetap

dan belum tercatat untuk melakukan hak dan kewajiban di manapun. Status demikian

memiliki arti bahwa, domisili adalah tempat tinggal seseorang benar-benar berada.

Domisili menurut para ahli

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan

Apa itu domisili adalah tempat dimana seseorang memenuhi kewajiban dan melakukan hak-

haknya meskipun pada kenyataannya saat sekarang ini dia sedang tidak berada di tempat

tersebut.

Prawirohamidjojo dan Pohan

Domisili adalah tempat seseorang yang selalu hadir dalam kaitannya dengan melaksanakan

hak dan kewajiban individu. Secara singkat, dapat dipahami sebagai tempat tinggal sah dari

individu yang melakukan perbuatan atau hubungan hukum.

Beda tempat tinggal dan domisili

Anda mungkin pernah mendengar tempat tinggal dan domisili digunakan secara bergantian

untuk merujuk ke rumah. Namun, kedua istilah tersebut memiliki arti hukum yang berbeda.

Faktor yang membedakan kedua kata tersebut adalah lamanya waktu seseorang berniat untuk

tinggal di sana.

16
Tempat tinggal adalah rumah yang Anda harapkan untuk ditinggali untuk sementara waktu,

sedangkan domisili adalah rumah yang Anda rencanakan untuk ditinggali untuk jangka waktu

yang tidak terbatas. Dengan demikian, seseorang dapat memiliki banyak tempat tinggal,

tetapi hanya dapat memiliki satu domisili di satu tempat yang dimaksudkan. Domisili juga

merupakan tempat tinggal, tetapi tempat tinggal mungkin atau mungkin bukan domisili.

Macam-macam domisili: 

● Domisili Terikat

Domisili terikat menentukan seseorang harus menyesuaikan dengan keadaan orang

sekitarnya, dalam hal ini keluarga.Misalnya saja seperti seorang istri yang berdomisili di

tempat tinggal suami. Lalu seorang anak yang berdomisili di tempat tinggal orang tuanya.

Undang-Undang yang mengatur:

1. Tempat tinggal istri sama dengan tempat tinggal suami (pasal 32 UU No.1 Tahun 1974)

2. Tempat tinggal anak mengikuti tempat tinggal orang tua (pasal 47 UU No.1 tahun 1974)

3. Tempat tinggal orang dibawah pengampuan mengikuti tempat tinggal

pengampunya/walinya (pasal 50 UU No.1 tahun 1974)

● Domisili Bebas

Domisili bebas sangat bertolak belakang dengan domisili terikat. Seseorang tidak terikat

sama sekali dengan keadaan orang sekitarnya, dalam hal ini keluarga.Bisa diartikan pula,

seseorang berhak secara bebas menentukan domisili atau tempat tinggalnya. Domisili bebas

ada dua, terkait dengan wewenang perdata dan penunjukkan.

17
Undang-Undang yang mengatur:

1. Tempat tinggal yang terpaksa dipilih ditentukan undang-undang. (pasal 106:2

KUHPdt)

2. Tempat kediaman yang dipilih secara bebas misalnya tempat tinggal yang dipilih

secara sukarela harus dilakukan secara tertulis artinya harus dengan akta, bila ia

pindah maka untuk tindakan hukum yang dilakukannya ia tetap bertempat tinggal di

tempat yang lama. (pasal 24:1 KUHPdt).

● Domisili sesungguhnya

Domisili sesungguhnya adalah tempat kediaman yang bertalian dengan hal-hal melaksanakan

kewenangan perdata pada umumnya. Domisili ini dapat dibagi lagi menjadi 2 jenis:

A.  Domisili yang sukarela (berdiri sendiri)

Domisili yang sesungguhnya tapi bebas ditentukan oleh seseorang dengan pendapat dan

pertimbangannya sendiri. Adapun syaratnya adalah Dia harus berkehendak, adanya

perbuatan, tinggal ditempat kediaman pokok, dan tergantung pada keadaan dirinya sendiri.

● Domisili yang wajib (lanjutan)

Domisili seseorang yang tidak bergantung pada keadaan dirinya tetapi tergantung pada

hubungan hukum dengan orang lain yang telah mereka perbuat atau memang telah diatur

dalam undang-undang. Contohnya seorang istri tinggal di rumah suami, anak di rumah orang

tua, buruh di rumah majikan, dll.

18
● Domisili yang dipilih

Domisili yang berhubungan dengan benda tertentu atau bertalian dengan melakukan

perbuatan-perbuatan hukum tertentu saja. Misalnya menyimpan surat wasiat di rumah

seorang notaris.

19
BAB III

PENUTUP  

A. Kesimpulan

Subyek hukum yang memiliki kewenangan dan mampu bertindak melakukan

perbuatan-perbuatan hukum, terdiri dari manusia dan badan hukum. Esensi manusia

menjadikan manusia sebagai  subyek hukum kodrati. Sedangkan badan hukum yang nota

bene adalah subyek hukum yang diberikan oleh negara, memiliki batasan dan syarat-syarat

tertentu dalam menjalankan kewengannya sebagai subyek hukum. 

Menurut hukum perdata, domisili adalah tempat kedudukan resmi yang dapat berupa

tempat tinggal, rumah, kantor atau kota yang mempunyai kedudukan hak serta kewajiban di

mata hukum.

20
DAFTAR PUSTAKA  

Chidir, A. (2005). Badan Hukum. Bandung: Alumni.

Prananinggrum, D. H. (2019). JOO866. Telaah terhadap Esensi Subyek Hukum : Manusia dan Badan
Hukum.

Sendari, A. A. (2021, April 15). Liputan 6. Retrieved Oktober 31, 2021, from Apa itu Domisili?
Ketahui Pengertian dan Macamnya: https://m.liputan6.com/hot/read/4532735/apa-itu-
domisili-ketahui-pengertian-dan-macamnya

Subekti. (1996). Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta: Pembimbing Masa.

Yahya, H. (2009). Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika.

21

Anda mungkin juga menyukai