Disusun Oleh:
2 HTN C
FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H SAIFUDDIN ZUHRI
2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain manusia yang secara kodrati merupakan subjek hukum, hukum juga
mengakui eksistensi badan hukum atau rechtspersoon sebagai badan hukum, yang
berkedudukan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Badan-badan dan perkumpulan-
perkumpulan itu dapat memiliki kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum
dengan perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan menggugat di muka pengadilan.
Badan-badan atau perkumpulan tersebut dinamakan Badan Hukum (rechtpersoon) yang
berarti orang (persoon) yang diciptakan oleh hukum.1 Rechtspersoon biasa disebut sebagai
badan hukum yang merupakan persona ficta atau orang yang diciptakan oleh hukum
sebagai persona.
Badan hukum dapat ditemukan dalam berbagai Peraturan Perundang-undangan
yang pernah berlaku dan masih berlaku sampai saat ini sehingga istilah badan hukum
merupakan istilah yang resmi. Adapun Peraturan Perundang-undangan yang menyebutkan
istilah badan hukum antara lain diantaranya Perpu Nomor 19 tahun 1960 tentang
Perusahaan Negara, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dan Perubahannya Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
Agraria, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
Istilah badan hukum sendiri sudah lazim diketahui dan digunakan dalam pergaulan
di masyarakat termasuk dalam berbagai lalu lintas hukum. Badan hukum merupakan
subyek hukum selain manusia sebagai subyek hukum. Dalam bahasa Belanda badan hukum
sebagai subyek hukum merupakan terjemahan dari rechtspersoon untuk manusia sebagai
subyek hukum terjemahan dari natuurlijke persoon, sementara itu dalam literatur bahasa
Inggris badan hukum sebagai subyek hukum dalam disebut legal person sedangkan natural
person diterjemahkan sebagai manusia sebagai subyek hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembentukan badan hukum menjadi subjek hukum?
1
C.S.T. Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Balai Pustaka.
PEMBAHASAN
2
Praningrum, Dyah Hapsari. 2014. TELAAH TERHADAP ESENSI SUBYEK HUKUM : MANUSIA DAN
BADAN HUKUM. hlm 78
3
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan. 1964. HUKUM BADAN PRIBADI. Yogyakarta. PB Gadjah Mada. hlm 29
4
Salim.H.S. 2021. PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW). Jakarta. Sinar Grafika. hlm 19
5
Matompo, Osgar S. 2017. PENGANTAR HUKUM PERDATA. Malang. Setara Press. hlm 15
subjek hukum,6 yaitu manusia pribadi (naturlijk persoon) dan badan hukum
(rechtpersoon).7
Badan hukum ini mulai berlaku sebagai subjek hukum sejak badan hukum tersebut
disahkan oleh undang-undang dan berakhir pada saat dinyatakan bubar (dinyatakan pailit)
oleh Pengadilan. Dengan demikian, suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahannya
sebagai badan hukum melalui:
Mengenai syarat pendirian badan hukum diatur dalam berbagai peraturan perundang-
undangan, antara lain:
6
Simanjuntak. P.N.H. 2017. Hukum Perdata Indonesia. Jakarta. Kencana. hlm 23
7
Matompo, Osgar S. 2017. PENGANTAR HUKUM PERDATA. Malang. Setara Press. hlm 13
8
Simanjuntak. P.N.H. 2017. Hukum Perdata Indonesia. Jakarta. Kencana. hlm 26
D. Pembagian Badan Hukum
Menurut ketentuan Pasal 1653 KUHPerdata ada tiga jenis klasifikasi badan hukum
berdasarkan keberadaannya, yaitu:
1) Badan hukum yang didirikan oleh pemerintah, seperti instansi pemerintah,
perusahaan negara;
2) Badan hukum yang diakui pemerintah seperti perseroan terbatas, koperasi;
3) Badan hukum yang diperbolehkan atau badan hukum untuk keperluan tertentu
seperti yayasan.
9
Simanjuntak. P.N.H. 2017. Hukum Perdata Indonesia. Jakarta. Kencana. hlm 28
f) Yayasan, diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001.10
Dalam Pasal 1653 KUHPerdata : Selain perseroan Perdata sejati, perhimpunan orang-
orang sebagai badan hukum juga mengakui undang-undang, apakah badan hukum itu
diadakan oleh kekuasaan umum, apakah badan hukum yang didirikan dengan tujuan
tertentu dan tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan.11
10
Matompo, Osgar S. 2017. PENGANTAR HUKUM PERDATA. Malang. Setara Press. hlm 16-17
11
Chidir Ali, 2005, Badan Hukum, Alumni, Bandung
12
Yulia. 2015. Buku Ajar HUKUM PERDATA. Aceh. BieNa Edukasi.
Hendaknya dalam mempersamakan badan hukum dengan manusia terbatas sampai
pada bidang hukum apa saja.13
Berakhirnya badan hukum memiliki status sebagai subjek hukum adalah sejak
badan hukum tersebut dibubarkan secara yuridis.
13
Simanjuntak. P.N.H. 2017. Hukum Perdata Indonesia. Jakarta. Kencana. hlm 27
KESIMPULAN
Menurut ketentuan Pasal 1653 KUH Perdata ada tiga macam klasifikasi badan hukum
berdasarkan eksistensinya, yaitu:
Selanjutnya berdasarkan wewenang yang diberikan kepada badan hukum, maka badan
hukum juga dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu:
1) Badan hukum publik, yaitu badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah dan
diberi wewenang menurut hukum publik, seperti departemen, provinsi,
lembaga-lembaga Negara;
2) Badan hukum privat, yaitu badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah atau
swasta dan diberi wewenang menurut hukum perdata.
Dalam Hukum Perdata tidak ada ketentuan yang mengatur tentang syarat-syarat
materiil pembentukan badan hukum. Biasanya yang ditentukan adalah syarat formal, yaitu
dengan akta notaries. Berdasarkan doktrin ada beberapa syarat materiil yang haus dipenuhi
dalam pembentukan badan hukum yaitu:
Prosedur pembentukan badan hukum dapat dilakukan dengan perjanjian atau dapat pula
dilakukan dengan Undang-Undang. Pada badan hukum yang dibentuk dengan perjanjian, status
badan hukum itu diakui oleh pemerintah melalui pengesahan anggaran dasar yang termuat
dalam akta pendirian. Anggaran Dasar itu adalah kesepakatan yang dibuat oleh para
pendirinya. Pada badan hukum yang dibuat dengan undang-undang, status badan hukum itu
ditetapkan oleh undang-undang itu sendiri.
Di dalam literatur hukum, ada beberapa teori untuk menentukan bahwa suatu lembaga
itu merupakan sebuah badan hukum, yaitu:
Salim. H.S. 2021. PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW). Jakarta. Sinar
Grafika
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan. 1964. HUKUM BADAN PRIBADI. Yogyakarta. PB Gadjah Mada