Anda di halaman 1dari 46

MATA KULIAH: HUKUM BISNIS

MODUL HUKUM BISNIS

Oleh:

R. Rahaditya
NIDN : 0409056702

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2019

1
BAB I
PENGERTIAN, SUBYEK DAN OBJEK
SERTA BENTUK HUKUM

A. PENGERTIAN HUKUM.
Dalam mengemukakan tentang pengertian hukum selain dijelasakan mengenai
definisi hukum, disini juga akan dijelaskan pula tentang unsur-unsur hukum, ciri-ciri hukum,
sifat hukum, tujuan hukum, dan sumber-sumber serta pembagian dari hukum.

1. DEFINISI HUKUM
Apabila akan memulai mempelajari hukum, pertama-tama yang harus diketahui
adalah apakah definisi hukum itu? Banyak pendapat dari para ahli hukum (juris) yang
mendefinisikan tentang hukum, ada yang mengatakan bahwa hukum itu gejala
kemasyarakatan, gejala sosial atau hukum mengatur hubungan anggota masyarakat yang
seorang dengan yang lain, begitu pula mengatur anggota itu dengan masyarakat.
Bahkan Van Apeldoorn menyatakan bahwa tidak ada seorangpun ahli hukum yang mampu
mendefinisikan hukum. Ada beberapa ahli hukum yang berpendapat tentang apa itu hukum
antara lain :
a. J. Van kan : hukum adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan kehidupan yang bersifat
memaksa yang melindungi kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat. (Inleiding
tot de Rechts wetenschap)
b. Han Kelsen : hukum terdiri dari kaidah-kaidah bagaimana orang harus berlaku. (Reine
Rechtslehre).
c. Wirjono Prodjodikoro: hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah
laku orang-orang sebagai anggota suatu masyarakat dan bertujuan mengadakan tata
tertib di antara anggota-anggota masyarakat itu.

2. UNSUR-UNSUR HUKUM.
Berdasarkan beberapa definisi hukum tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. Norma atau kaidah (yang mengandung nilai-nilai)
b. Mengatur hubungan manusia (baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat) dalam
masyarakat, termasuk antar negara.
c. Menuju ketertiban, kedamaian, keadilan, kesejahteraan, kebahagiaan

2
d. Bersifat memaksa, disertai sanksi
e. Masyarakat menegara (nasional & internasional)

3. CIRI-CIRI HUKUM.
Agar dapat memahami apa itu hukum, perlu diketahui tentang ciri-ciri hukum, antara lain
a. adanya perintah dan/atau larangan
b. perintah dan/atau larangan yang ada, harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap orang maupun
lembaga/badan hukum.
c. adanya sanksi

4. SIFAT HUKUM
Hukum mempunyai sifat mengatur dan memaksa, sifat ini dimiliki oleh seorang hakim.
Dengan demikian dari segi sifatnya hukum merupakan peraturan-peraturan hidup
kemasyarakatan (atau yang disebut norma atau kaidah) yang dapat memaksa orang supaya
mentaati tata tertib dalam kehidupan bermasyarakat, serta memberikan sanksi yang tegas
(berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau mentaatinya.
Hukum juga sebagai kekuasaan yang hidup, yaitu sebagai kekuasaan yang mengatur
dan memaksa, tetapi juga sebagai kekuasaan yang senantiasa berkembang, bergerak,
karena pengadilan selalu membentuk peraturan baru.

5. TUJUAN HUKUM
Tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup secara damai. Hukum menghendaki
perdamaian di antara manusia, dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia yang
tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda dan sebagainya terhadap yang
merugikannya.

6. SUMBER-SUMBER HUKUM
Sumber dalam arti formal (sumber hukum positif) ialah :
a. undang-undang
b. kebiasaan
c. traktat (perjanjian internasional), perjanjian harus dipenuhi (pacta sunt servanda).
d. yurisprudensi (keputusan hakim)
e. doktrin (pendapat para sarjana hukum)

7. PEMBAGIAN HUKUM
a. Menurut daya kerjanya, hukum dapat dibagi dalam :

3
(1) hukum yang memaksa
(2) hukum yang mengatur
b. Menurut hukumnya, hukum dapat dibagi dalam :
(1) hukum tertulis
(2) hukum tidak tertulis (kebiasaan)
c. Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam ;
(1) Ius Constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang dalam
masyarakat tertentu, di suatu daerah tertentu.
(2) Ius Constituendum, yaitu hukum yang akan berlaku di masa datang
(3) Hukum Alam, yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan
untuk segala bangsa di dunia.
d. Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam :
(1) Hukum Privat (sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu
dengan yang lainnya, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
(2) Hukum Publik (hukum negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan negara dengan
alat-alat perlengkapan negara atau hubungan warga negara dengan warganegaranya, yaitu
:
o hukum tata negara
o hukum administrasi negara
o hukum pidana
o hukum internasional
o hukum pajak
o hukum perburuhan/tenaga kerja dll.

B. SUBYEK DAN OBYEK HUKUM


1. SUBYEK HUKUM
a. Pengertian
o adalah sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban
o atau sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang untuk melakukan perbuatan
hukum (cakap dalam hukum).
o Juga dapat dikatakan bahwa subyek hukum merupakan sesuatu pendukung hak
menurut hukum berwenang bertindak menjadi pendukung hak.

b. Kewajiban subyek hukum :


o mematuhi hukum/tidak melanggar dari apa yang merupakan haknya.
o Hak dan kewajiban ini dilindungi oleh hukum,

4
Misalnya:
adanya larangan perampasan atas pendukung hak yang mengakibatkan kematian
perdata/burger lijke dood (Pasal 3 KUH Perdata) seperti : perbudakan.

Dalam sila kedua Pancasila “Perikemanusiaan” melarang manusia dijadikan sebagai


obyek hukum, atau dijadikan benda (objek yang dapat dijual belikan, digadaikan dsb), karena
hal ini bertentangan dengan hak asasi manusia.
Subyek Hukum Ada 2 :
o manusia sebagai pribadi (men persoon/natuur lijk persoon)
o manusia sebagai badan hukum (recht persoon)

Ada 2 Pengertian Manusia Sebagai Badan Hukum :


o Publiek Recht Persoon, sifatnya ada unsur kepentingan umum (negara, propinsi,
kabupaten, desa
o Privat Recht Persoon/Badan Hukum Privat, sifatnya kepentingan individual. (PT, CV,
dll.)

Ada beberapa pendapat tentang subyek hukum, antara lain :


o Prof. J. Hardjawidjaya dan Prof. Eggens : subyek hukum adalah orang sebagai manusia
(rechtspersoon)
o Prof. Ko Tjai Sing : subyek hukum adalah tidak hanya orang, tetapi juga badan hukum

2. OBJEK HUKUM
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum
(manusia/badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok suatu perhubungan hukum, karena
sesuatu itu dikuasai oleh subyek hukum. Atau dengan kata lain bahwa objek hukum
merupakan sesuatu yang mempunyai harga dan nilai, serta penguasaanya diatur oleh
hukum. Sebagai contoh : perjanjian jual beli rumah (rumah=objek hukum)
Secara implisit : obyek hukum bukan manusia tetapi benda. Hal ini ditegaskan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana kita, yaitu dalam Pasal 499, 503, 504 dan 505 KUHAP
diyatakan bahwa manusia bukan obyek hukum.

Dasar Hukum Tentang Objek Hukum


Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang objek hukum, antara
lain :

5
o Buku II KUHPerdata yang mengatur tentang benda (berwujud, benda bergerak dan benda
tidak bergerak).
o UUPA (UU No. 5 Tahun 1960) tentang tanah kecuali tentang hipotik. Hipotik dihapus
diganti dengan Hak Tanggungan (UU No. 4 Tahun 1996)
o Buku II KUHD mengatur tentang benda-benda di laut atau di kapal. Kapal di atas 20m3
dianggap benda tetap, sedangkan kurang dari 20m3 sebagai benda bergerak.
o UU No. 6 Tahun 1982 tenang Hak Cipta (mengatur tentang kebendaan khususnya hak
cipta milik pencipta lagu, musik, seni dan karya budaya lainnya)

3. BADAN HUKUM (SEBAGAI SUBYEK HUKUM)


Badan hukum adalah suatu perkumpulan orang yang mengadakan kerjasama di
bidang ekonomi, sosial, politik, agama, kebudayaan dan lain sebagainya. Dan atas dasar
tujuan kerjasama itu, sehingga merupakan suatu kesatuan yang telah memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan hukum

Syarat-syarat Badan Hukum :


 Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggota-anggotanya
 Hak dan kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para anggota-
anggotanya

Contoh Badan Hukum yang telah diatur dalam perundang-undangan:


 Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam UU No. 1 Tahun 1995 jo UU No. 40 Tahun
2007 dan Buku I KUHD Bab III bagian ketiga
 Koperasi : UU No. 25 Tahun 1992
 Yayasan : UU No. 16 Tahun 2001
 Perbankan : UU No. 7/1992 jo UU No. 10/1998
Contoh-contoh di atas adalah badan hukum di bidang ekonomi, contoh lain di bidang
politik, misalnya : partai politik, di bidang sosial misalnya lembaga swadaya masyarakat, atau
di bidang keagamaan, misalnya organisasi massa Islam seperti NU dan Muhammadiyah.

4. PEMBAGIAN BENDA (Buku II BW)


Benda sesuai yang diatur dalam Pasal 503 BW terbagi atas :
o Benda berwujud/bertubuh (sifatnya dapat dilihat, diraba dan dirasakan dengan
pancaindra) dan
o Benda tidak berwujud (hanya dapat dirasakan oleh pancaindra)
Contoh : merek, paten dan hak cipta

6
Sedangkan Benda sesuai yang diatur dalam Pasal 504 BW terbagi atas 2 benda juga, yaitu
:
o Benda bergerak/benda tidak tetap dan (Ps. 509 s.d. 518 BW)
Jenis-jenis benda bergerak diatur dalam (Ps. 509 s.d. 518 BW)
Misalnya : kendaraan bermotor (dalam BW : kapal)
o Benda tidak bergerak/benda tetap
Jenis-jenis benda tidak bergerak diatur dalam (Ps. 506 s.d. 508 BW)
Misalnya : tanah beserta tanaman atau rumah

C. BENTUK HUKUM
1. HUKUM PRIVAT (HUKUM SIPIL)
Hukum privat (sipil) terdiri dari :
a. Hukum privat dalam arti luas, yang meliputi hukum perdata dan hukum dagang
b. Hukum privat dalam arti sempit, meliputi hukum perdata saja.

PEMBAGIAN HUKUM PERDATA (BURGERLIJK RECHT)


o Hukum perdata dibagi dalam hukum perdata materiil dan hukum perdata formil.
o Hukum perdata materiil mengatur kepentingan-kepentingan perdata,
o sedangkan hukum perdata formil mengatur pertikaian hukum mengenai
kepentingan-kepentingan perdata (mempertahankan peraturan hukum perdata
materiil dengan bantuan hakim).
Hukum perdata terutama bersumber pada Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer)
atau Burgerlijk Wetboek/BW.
KUHPer terdiri dari 4 buku ;
a. Buku Kesatu tentang orang (van personen) yang memuat hukum perorangan dan
hukum kekeluargaan.
b. Buku Kedua tentang kebendaan (van zaken) yang memuat hukum benda (zaken
recht) dan hukum waris (erfrecht).
c. Buku Ketiga tentang perikatan (van verbintenniasen) yang memuat hukum harta
kekayaan (vermorgensrecht), yaitu berkenaan dengan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban yang berlaku bagi orang-orang atau pihak-pihak tertentu.
d. Buku Keempat tentang pembuktian dan kedaluwarsa (van bewijs en verjaring),
memuat perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu terhadap
hubungan-hubungan hukum.
2. HUKUM DAGANG (HANDELSRECHT) ATAU HUKUM BISNIS.

7
Hukum dagang bersumber pada :
a. KUHPerdata khususnya Buku Ketiga tentang perikatan dan ketentuan-ketentuan
tentang badan hukum (rechtspersoon)
b. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
c. Peraturan-peraturan di bidang perdagangan di luar KUHD, seperti : koperasi, paten,
hak milik industri, perum, perjan, persero, bumn dan lain-lain.
KUHD terdiri dari dua buku ;
a. Buku I tentang perdagangan pada umumnya
b. Buku II tentang hukum laut (maritim).

D. POKOK-POKOK HUKUM DAGANG


Hukum Dagang Yang Diatur Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPer).
1. SISTEMATIKA KUHPerdata.
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antara perseorangan yang
satu dengan perseorangan yang lain dalam segala usaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Hukum Perdata dalam KUH Perdata sebagaiman telah disebutkan di atas terdiri
dari 4 kitab :
a. Kitab I berjudul „Perihal Orang“, yang mengatur tentang diri seseorang, kekeluargaan,
dan perkawinan.
b. Kitab II berjudul „Perihal Benda“, yang mengatur tentang benda dan perkawinan.
c. Kitab III berjudul „Perihal Perikatan“, yang mengatur tentang harga kekayaan dan
perjanjian.
d. Kitab IV berjudul „Perihal Pembuktian dan Kadaluwarsa“, mengatur tentang alat-alat
pembuktian dan akibat-akibat lampau waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.

Bagian-bagian KUH Perdata yang mengatur tentang Hukum Dagang sebagian besar
terletak di Kitab III tentang Perikatan. Yang dimaksud dengan Hukum Perikatan adalah
hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang terletak dalam
lapangan harta kekayaan dimana pihak yang satu wajib berprestasi dan pihak yang lain
berhak atas prestasi tersebut.
Mengapa hukum dagang terletak dalam hukum perikatan, karena hukum dagang juga
mengatur perikatan-perikatan yang timbul dalam lapangan harta kekayaan yang bersumber
pada perjanjian, seperti : jual-beli, asuransi, pengangkutan, makelar, komisioner, wesel, CV,
Perseroan Terbatas dan sebagainya.

8
2. HUKUM DAGANG (lex specialis) yang diatur dalam Buku III KUH Perdata (lex
generalis)
Hukum Dagang sebagian besar terletak pada Buku III tentang perikatan, karena hukum
dagang mengatur juga perikatan-perikatan yang timbul dalam lapangan harta kekayaan.

Dalam buku ketiga diatur tentang : perjanjian jual beli, perikatan yang lahir dari kontrak
(jual beli, sewa menyewa dll), tukar menukar, sewa-menyewa, pinjam pakai, pinjam peminjam
(perjanjian kredit), pertanggungan (hipotik), pinjam pakai dan hapusnya perikatan dan
perjanjian dst.

3. HUKUM DAGANG, yang diatur dalam dan di luar KUHD


Dalam KUHD :
Bentuk-bentuk perusahaan dan kegiatan perdagangan yang diatur dalam KUHD antara lain
: Firma (Ps. 16), Perseroan Komanditer (Ps. 19), Perseroan Terbatas (Ps. 36 s.d. 56),
komisioner, CV, Kepailitan, Asuransi,, dst

Di luar KUHD (Peraturan perdagangan dan jasa) :


Disamping perusahaan dan kegiatan perdagangan yang diatur di dalam KUHD juga di luar
KUHD, antara lain : Perseroan Terbatas (UU No. 1/1995), Hak Cipta (UU No. 19/2002), Merek
(UU No. 15/2001), Desain Industri (UU No. 31/2000), Paten (UU No. 14/2001), Pasar Modal
(UU No. 8/1995), Perbankan (UU No. 8/1992 jo No. 10/1998), Kepailitan (UU No. 4/1998),
Hukum Asuransi (UU No. 2/1992) dsb.

9
BAB II
PEMBAGIAN BENDA DAN HAK-HAK KEBENDAAN

A. PEMBAGIAN BENDA
Benda sesuai Pasal 503 BW terdiri dari :
 Benda berwujud/bertubuh (sifatnya dapat dilihat, diraba dan dirasakan dengan
pancaindra) dan
 Benda tidak berwujud/tidak bertubuh (hanya dapat dirasakan oleh pancaindra)
Contoh : merek, paten dan hak cipta
Benda sesuai Pasal 504 BW terdiri dari :
 Benda bergerak/benda tidak tetap dan (Ps. 509 s.d. 518 BW)
Pasal 505 menyatakan bahwa Tiap-tiap benda bergerak tidak dapat dihabiskan atau dapat
dihabiskan (bila dipakai/digunakan)
 Benda tidak bergerak/benda tetap

Jenis-jenis benda tidak bergerak diatur dalam (Ps. 506 s.d. 508 BW)
 Misalnya : tanah/pekarangan beserta tanaman atau rumah di atasnya
 Jenis-jenis benda bergerak diatur dalam (Ps. 509 s.d. 518 BW)
 Misalnya : kendaraan bermotor (dalam BW : kapal yang berkapasitas kurang dari
20m3)
Di dalam hukum kebendaan terdapat beberapa istilah yang terkait dengan kepemilikan atas
benda, seperti : istilah bezit.
BEZIT, adalah suatu keadaan dimana seseorang menguasai sesuatu benda, baik sendiri
maupun melalui orang lain, seolah-oleh milik sendiri.
Misalnya : Benda yang dijadikan jaminan, oleh karena secara fisik dikuasai oleh kreditur
Maka seakan-akan benda itu miliknya, meskipun sebenarnya milik debitur.
Contoh lain : benda yang tertinggal di suatu tempat, maka seseorang yang menemukan
benda itu (menguasai), seolah-oleh (untuk sementara waktu) menjadi pemiliknya, selama
benda tersebut tidak diakui oleh si pemilik yang sebenarnya.
Fungsi dari bezit ini, adalah agar si pemegang benda mendapatkan perlindungan hukum,
tanpa mempersoalkan siapa sebenarnya pemilik benda itu.

B. HAK-HAK KEBENDAAN.
1. HAK GADAI
Pengertian gadai menurut Pasal 1150 BW/KUH Perdata adalah :

10
Hak yang diperoleh kreditur atas suatu benda bergerak untuk menjamin suatu
hutang, dan memberikan kreditur untuk memperoleh pelunasan.
Dan bendanya dikuasai oleh kreditur

SIFAT GADAI :
Bersifat asesor (pelengkap dari perjanjian pokok), artinya tidak ada perjanjian utang-
piutang, maka tidak ada hak gadai.
merupakan jaminan hutang (dikuasai/disimpan oleh kreditur)
tidak dapat dibagi-bagi (tidak dapat hapus, jika hutang baru dibayar sebagian),
dengan demikian barang/benda jaminannya tidak dapat diambil oleh debitur, selama
hutangnya belum lunas, meskipun sudah mencapai 90%.

SYARAT/CARA ADANYA GADAI :


Adanya perjanjian hutang piutang (perjanjian pokok)
adanya benda bergerak (jaminan hutang)
dibuat perjanjian (tertulis/tidak tertulis)

HAK & KEWAJIBAN PENERIMA GADAI :


berhak menahan benda jaminan sampai hutang lunas
berhak mengambil pelunasan dari penjualan benda jaminan, apabila debitur tidak
dapat membayar hutangnya.
berhak menggadaikan kembali atas benda jaminan.

HAPUSNYA GADAI :
hutang debitur sudah lunas (meskipun waktunya tidak sesuai dengan perjanjian)
benda jaminan dilepaskan oleh kreditur dengan suka rela
penerima gadai menjadi pemilik benda jaminan, karena alasan hak tertentu.
Caranya : dilelang untuk melunasi utang debitur, dalam hal si debitur tidak mampu membayar
hutangnya.

2. HIPOTIK
Pengertian Hipotik menurut Pasal 1162 BW adalah
Hak kebendaan atas suatu benda tidak bergerak untuk mengambil penggantian dari
benda tersebut, untuk pelunasan suatu hutang.

11
Setelah adanya UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak tanggungan, benda yang dapat
dibebani hak hipotik yaitu : kapal terbang dan kapal yang berat/volumenya nya di atas
20m3

SIFAT HIPOTIK :
Bersifat asesor (pelengkap dari perjanjian pokok)
jaminan pelunasan hutang
tidak dapat dibagi-bagi (tidak dapat hapus, jika hutang baru dibayar sebagian)
mengikuti bendanya di tangan siapa benda itu berada
bersifat droit de preference (hak untuk lebih didahulukan pelunasannya dari pada
piutang-piutang lain).

SYARAT/CARA ADANYA HIPOTIK :


Adanya perjanjian hutang piutang/kredit sebagai perjanjian pokok
adanya benda tidak bergerak (jaminan hutang), selain tanah beserta benda-benda
yang ada di atasnya.
dibuat perjanjian (tertulis/tidak tertulis), sebisa mungkin dengan akta otentik, karena
dalam praktek dalam pemasangan hipotiknya, juga harus dilakukan oleh Notaris
dengan dibuatkannya akte pemasangan hipotik dan didaftarkan ke kantor/badan
pertanahan nasional.

ASAS-ASAS HIPOTIK :
perlu diketahui oleh umum dan dirinci secara khusus (asas specialitas)
perlu didaftarkan dalam daftar khusus (BPN) (asas publisitas)
hal ini merupakan asas publikasi dan (asas spesifikasi)

HAPUSNYA HIPOTIK:
hutang debitur sudah lunas
dilepaskan oleh kreditur/penetapan hakim
pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan umum
tanah yang dibebani hipotik dikuasasi oleh negara (sebelum berlakunya undang-
undang hak tanggungan (UUHT), yaitu UU No. 4 Tahun 1996.

3. FIDUSIA (CREDIET VERBAND)


Pengertian Fidusia menurut Pasal 1 ayat 1 UU No.42/1999 tentang Jaminan Fidusia

12
pengalihan hak milik atas suatu benda atas dasar kepercayaan (benda tetap dikuasai
oleh debitur/pemilik benda)
JAMINAN FIDUSIA, hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun
tidak berwujud dan benda tidak bergerak yang tidak diatur dalam UUHT (UU No.
4/1996) atau di luar tanah dan benda-benda di atasnya.
termasuk fidusia dalam UU tentang Rumah Susun No. 16 Tahun 1985.

RUANG LINGKUP :
untuk setiap perjanjian yang bertujuan pembebanan benda
tidak berlaku hak tanggungan atas tanah (HGB, HGU & HM)
tidak berlaku terhadap hipotik atas kapal berukuran 20m3/lebih
juga hipotik atas pesawat terbang, dan termasuk gadai

SYARAT/CARA ADANYA FIDUSIA :


Adanya perjanjian hutang piutang/kredit (baik yang telah maupun yang akan ada)
adanya benda bergerak/tidak bergerak (jaminan hutang yang telah/akan ada)
dibuat perjanjian dan sertifikat jaminan fidusia
didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia

HAPUSNYA FIDUSIA :
hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia
pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh kreditur/penerima
musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia
tanah yang dibebani hipotik dikuasasi oleh negara.

4. HAK TANGGUNGAN
Pengertian hak tangungan menurut Pasal 1 ayat (1) UUHT No. 4 Tahun 1996 adalah :
o Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah, berikut/tidak berikut benda-benda
lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu.
o Yang memberikan kedudukan yang diutamakan lepada kreditor tertentu terhadap
kreditor-kreditor lain.

OBJEK HAK TANGGUNGAN


o Benda-benda tidak bergerak (khususnya tanah) baik ada maupun tidak ada benda-
benda di atasnya.

13
o Berupa hak atas tanah tersebut (HM, HGB, HGU dan Hak pakai atas tanah yang
sudah bersertifikat).

SYARAT-SYARAT SEBAGAI OBJEK HAK TANGGUNGAN :


o Dapat dinilai dengan uang (utang berbentuk uang)
o Memenuhi Asas Publisitas, yaitu termasuk Hak yang didaftar di daftar Umum di kantor
Badan Pertanahan Nasional (BPN)
o Mempunyai sifat dapat dipindahtangankan (dapat diperjual belikan/dihibahkan dan
lain-lain)
o Memerlukan penunjukkan dengan undang-undang

HAK_HAK ATAS TANAH yang dapat dijadikan sebagai OBJEK HAK


TANGGUNGAN menurut Pasal 4 UUHT, adalah :
o HAK MILIK (Pasal 20 UUPA), hak atas tanah secara turun temurun, terkuat dan
terpenuh yang dapat dimiliki oleh orang (namur tetap mempunyai fungsi sosial
berdasarkan Pasal 6 UUPA).
o HAK GUNA BANGUNAN (Pasal 35 UUPA), hak untuk menggunakan tanah bukan
miliknya untuk mendirikan bangunan, dalam jangka waktu paling lama 30 tahun
(dapat diperpanjang 20th)
o HAK GUNA USAHA (Pasal 28 UUPA), yaitu hak untuk mengusahakan tanah yang
dikuasai langsung oleh negara, dalam jangka waktu paling lama 25 tahun (pertanian,
perikanan), 35 tahun untuk perusahaan tertentu) dan dapat diperpanjang (paling lama
25 tahun).
o HAK PAKAI (Pasal 41 UUPA), hak untuk menggunakan/memungut hasil atas tanah
negara. Dapat Sebagai objek hak tanggungan jika menurut UU dapat
dipindahtangankan (sudah bersetifikat/didaftarkan di BPN)

CIRI-CIRI HAK TANGGUNGAN


1) Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada pemegangnya/krediturnya (Pasal
1 (1) UUHT)
2) Mengikuti objeknya ditangan siapapun obyek itu berada (Ps.7UUHT)
3) Memenuhi ASAS SPESIALITAS dan ASAS PUBLISITAS.
4) Dalam pelaksanaan eksekusi atas objek Hak tanggungan, mudah dan pasti.
5) Objek hak tanggungan tidak masuk dalam ketentuan kepailitan pemberi hak
tanggungan (kreditur diutamakan)

14
Agar Memenuhi Asas Spesialitas karena dalam APHT (Akta Pemberian Hak
Tanggungan) wajib memuat :
o Identitas & Domisili pemberi dan pemegang hak tanggungan
o Jumlah utang yang dijamin
o Nilai tanggungan
o Benda yang menjadi objek Hak tanggungan
o Memenuhi Asas Publisitas karena Pemberian Hak Tanggungan tersebut wajib
didaftarkan di BPN.

SIFAT-SIFAT HAK TANGGUNGAN


o Tidak dapat dibagi-bagi (Pasal 2 UUHT)
o Bersifat accesoir (ada perjanjian pokok, yaitu perjanjian Utang Piutang).
o Mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek itu berada.
o Hanya dapat dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada
o Dapat Dibebankan Selain Atas Tanahnya, Juga Berikut Benda-Benda Yang Berkaitan
Dengan Tanah Tersebut
o Dapat Diberikan Dengan Disertai Janji-Janji Tertentu

HAPUSNYA HAK TANGGUNGAN


• Hapus/lunasnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan

• dilepaskannya Hak Tanggungan oleh pemegang hak tanggungan

• pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan Pengadilan

• hapusnya hak atas tanah yagn dibebani hak tanggunan

ADA BEBERAPA CARA EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN.


1. Penjualan secara di bawah tangan, jika dapat diperoleh harga tertinggi dan
menguntungkan kedua belah pihak (Ps. 20 ayat 2 UUHT).
2. Menjual objek hak tanggungan, atas kekuasaan sendiri dengan cara pelelangan
umum tanpa fiat eksekusi dari Pengadilan (Ps. 6 UUHT).
3. Memberikan kemungkinan penggunaan acara fiat eksekusi melalui pengadilan (Pasal
20 jo Pasal 14 UUHT).

15
BAB III
PERIKATAN DAN PERJANJIAN

A. PERIKATAN
Perikatan adalah suatu hubungan hukum mengenai harta kekayaan/harta benda antara dua
orang, yang memberi hak kepada yang satu untuk menuntut sesuatu dari yang lainnya,
sedangkan orang yang lainnya diwajibkan memenuhi tuntutan itu.

Sesuatu yang dituntut di dalam perikatan dinamakan PRESTASI, dan menurut undang-
undang dapat berupa :
1. Menyerahkan sesuatu barang
2. Melakukan suatu perbuatan (pekerjaan)
3. Tidak melakukan suatu perbuatan (misalnya : tidak melakukan ganggungan kepada
orang lain)
1. LAHIRNYA PERIKATAN.
Ada dua hal tentang lahirnya perikatan, yaitu :
a. Lahir Karena Perjanjian
Perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang/lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain/lebih untuk melakukan sesuatu/tidak melakukan sesuatu.

Setiap perjanjian yang dibuat secara sah, (sesuai Pasal 1320 BW) berlaku sebagai
undang-undang bagi pihak yang membuatnya (Pasal 1338 BW).

b. Lahir Karena Undang-Undang


Perjanjian yang lahir karena undang-undang terbagi dua, yaitu :
1) perikatan yang lahir karena undang-undang saja.
Misalnya : JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK), perjanjian timbul antara
pemberi kerja/pengusaha dengan pekerja tentang jaminan kesehatan, hari tua, kecelakaan
kerja. Perjanjian ini timbul karena adanya UU Jamsostek (UU No. 3 Tahun 1992).
2) Dan yang lahir karena undang-undang karena perbuatan manusia.
Misalnya ; jual-beli, sewa-menyewa dan pinjam pakai (Pasal 1235 s.d. 1238 BW).

Karena Perbuatan manusia ada dua, yaitu :

16
a. perbuatan yang dibolehkan hukum dan
b. perbuatan yang tidak dibolehkan hukum/tindakan melawan hukum.
Misalnya : perjanjian jual beli barang-barang terlarang (barang selundupan) atau obat
terlarang (psikotropika)

2. JENIS-JENIS PERIKATAN
a. PERIKATAN BERSYARAT :
• perikatan yang digantungkan pada syarat, yaitu peristiwa yang masih akan terjadi/
belum pasti terjadi, baik dengan menangguhkan maupun dengan membatalkan
pelaksanaan perikatan s.d. terjadinya peristiwa. (Ps. 1253 BW)
• Contoh : perjanjian jual beli A dan B ttg tanah belum bersetifikat, B akan membeli/
membayar, jika sertifikat tanah sudah terbit
b. PERIKATAN DENGAN KETETAPAN WAKTU
• Pelaksanaan perikatan digantungkan pada waktu yang ditetapkan. (Ps. 1269 BW)
• Contoh : perjanjian sewa menyewa, perjanjian kredit (uang/barang)

3. HAPUSNYA PERIKATAN
Cara hapusnya perikatan menurut Pasal 1381 BW :
o PEMBAYARAN, namun bukan hanya penyerahan sejumlah uang, juga menyerahkan
suatu benda
o PENAWARAN PEMBAYARAN TUNAH DIIKUTI PENITIPAN, artinya jika debitur
telah melakukan penawaran dengan perantara Notaris/jurusita, dan kreditur menolak,
atas penolakan itu debitur menitipkan pembayaran kepada Panitera Pengadilan
Negeri untuk disimpan (Ps. 1404 BW)
o PEMBARUAN HUTANG (NOVASI), terjadi dengan mengganti hutang lama dengan
hutang baru.
o PERJUMPAAN HUTANG (KOMPENSASI), apabila hutang-piutang debitur dengan
kreditur secara timbal balik dilakukan suatu perhitungan.
o PEMBEBASAN HUTANG, apabila dengan tegas kreditur tidak menghendaki lagi
prestasi debitur, dan dilepaskan haknya atas pembayaran utangnya.

B. PERJANJIAN
adalah suatu perbuatan di mana satu orang/lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain/lebih untuk melakukan sesuatu/tidak melakukan sesuatu atau memberikan keuntungan
kepada pihak lain dan tidak untuk dirinya sendiri (secara Cuma-Cuma).

17
1. SYARAT SYAHNYA PERJANJIAN menurut Pasal 1320 BW
a. Kesepakatan dari kedua belah pihak
- tidak ada paksaan
- bukan unsur kekhilafan/kekeliruan
- tidak mengandung unsur penipuan
b. Ada kemampuan membuat perjanjian
- mampu mempertanggungjawabkan atas apa yang diperjanjikan (sudah dewasa)
- pihak yang dianggap tidak mampu (Pasal 1330 BW) antara lain :
1) anak belum dewasa
2) berada di bawah pengampunan (curatele), tidak sehat akalnya, pemboros, lemah akal.
3) seorang istri (pada masa lampau)
KEDUA syarat a dan b di atas, merupakan syarat subyektif

c. Ada objek perjanjian/hal tertentu


- barang : jumlah, jenis, dan harganya
- jasa : jenis, waktu penyelesaian, dan biaya (mis : AJB)
d. Ada causa/sebab yang halal
- Isinya tidak melanggar hukum
- objeknya bukan barang terlarang.
KEDUA syarat d dan e di atas, merupakan syarat 0byektif

3. PELAKSANAAN PERJANJIAN
Di dalam pelaksanaan suatu perjanjian ada beberapa asas yang harus dipahami oleh
kedua belah pihak, antara lain :
o ASAS KONSENSUALITAS
Perjanjian sudah timbul dan mengikat sejak tercapainya konsensus/kesepakatan kedua
belah pihak.
o PERJANJIAN BERLAKU SEBAGAI UNDANG-UNDANG (Pasal 1338 KUH
Perdata).
Setiap perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
Maka Jika perjanjian telah dilahirkan,
- pihak yang membuat perjanjian harus mentaatinya
- dalam melaksanakan perjanjian harus dengan itikad baik, dan
- tidak boleh merugikan pihak lain.

18
o PERJANJIAN BERDASAR PADA KEPATUHAN, KEBIASAAN DAN UNDANG-
UNDANG.
Perjanjian tidak hanya mengikat dari isi/hal-hal yang diperjanjikan, tetapi juga mengikat (yang
menurut sifat dari perjanjian) diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan dan UU (Pasal 1339 KUH
Perdata).

Dari Isi/Prestasinya, ada tiga macam perjanjian, yaitu :


o Untuk memberikan/menyerahkan sesuatu
Misalnya : jual beli, sewa menyewa, pinjam pakai (Ps. 1235 s/d 1238 BW).
o Untuk berbuat sesuatu
Misalnya : membangun rumah, perjanjian memberikan pekerjaan/perburuhan dsb. (Pasal
1239 BW)
o Untuk tidak berbuat sesuatu
Misalnya : berbuat untuk tidak menimbulkan ganggungan, dsb …. Ps. 1242 BW).

Selain Asas-Asas Di Atas, Di Dalam Perjanjian Juga Ada Beberapa Asas Yang Harus
Ditaati Para Pihak, Antara Lain :
o Tidak boleh main hakim sendiri.
artinya apabila pihak debitur tidak dapat memenuhi perjanjian, pihak kreditur tidak
boleh memaksa(main hakim sendiri) agar memenuhi kewajibannya, tetapi harus melalui
pengadilan
o Kebebasan berkontrak
artinya sistem dalam perjanjian itu bersifat terbuka dan bebas, sehingga setiap orang
dapat membuat perjanjian sesuai dengan maksud dan keinginannya.
Namun tetap harus diperhatikan Pasal 1320 BW dan Pasal 1338 BW)
o Konsensualisme.
bahwa perjanjian itu lahir sejak saat tercapainya kata sepakat.
Misalnya : sesuai Pasal 1458 BW, bahwa jual beli dianggap terjadi, ketika telah
tercapai kata sepakat tentang benda dan harganya, meskipun barang belum diserahkan dan
harganya belum dibayar.

4. BATALNYA PERJANJIAN
Untuk Batalnya Suatu Perjanjian, ADA 2 SYARAT , yaitu :
a) TIDAK DIPENUHINYA SYARAT SUBYEKTIF
artinya unsur kesepakatan dan kecakapan sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
BW tidak terpenuhi.

19
Akibat Hukumnya ;
Perjanjian itu dapat dibatalkan (vernietigbaar)

Contohnya : Perjanjian yang dibuat oleh anak di bawah umur (belum dewasa), masih
di bawah pengampuan atau perjanjian itu dibuat dengan kesepakatan yang tidak bebas
(dalam tekanan)

b) TIDAK DIPENUHINYA SYARAT OBYEKTIF


artinya unsur materi (objek perjanjian), suatu hal tertentu dan sebab yang halal/legal,
sesuai syarat syahnya perjanjian dalam Pasal 1320 BW tidak terpenuhi.
Akibat Hukumnya :
Perjanjian itu batal demi hukum (nietig verklaard)

Contohnya : Perjanjiannya mengenai barang/ sesuatu yang dilarang oleh negara


(ganja, barang selundupan dan lain-lain)

5. TIDAK TERLAKSANANYA PERJANJIAN


Ada beberapa kejadian/situasi yang menyebabkan tidak terlaksananya suatu perjanjian,
baik itu dilakukan oleh salah satu pihak maupun oleh kedua belah pihak, antara lain :
a) RISIKO
artinya kewajiban untuk memikul kerugian atas objek perjanjian, yang disebabkan oleh suatu
peristiwa yang terjadi di luar kesalahan salah satu pihak.
Akibat Hukumnya :
Menurut Pasal 1460 BW, jika barang yang dibeli sudah ditentukan sejak perjanjian,
maka risiko ini ditanggung oleh pembeli, meskipun barang belum diserahkan dan penjual
berhak menuntut harganya. Pasal ini tidak diberlakukan lagi melalui SEMA No. 3 Tahun 1963.

Menurut Pasal 1474 BW ), penjual mempunyai kewajiban utama, yaitu menyerahkan


barangnya dan menanggung nya. Penyerahan barang ini harus sudah dalam kekuasaan dan
kepunyaan pembeli (Pasal 1475 BW).

Dalam perjanjian sewa-menyewa barang (Pasal 1553 BW), bahwa jika barang yang
sedang disewa itu musnah karena kesalahan yang tidak disengaja, maka perjanjian sewa
menyewa gugur demi hukum (tidak ada hak dan kewajiban)

b) KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT/FORCE MAJEURE)

20
Karena peristiwanya datang tiba-tiba (tak terduga), di luar kontrol para pihak.
Misalnya ; bencana alam.
Akibat Hukumnya :
Perjanjian itu batal, dihentikan atau diberi kelonggaran kepada debitur.

c) WANPRESTASI
artinya keadaan dimana pihak debitur tidak dapat melaksanakan prestasi/
melaksanakan tidak tepat waktu atau melaksanakan tidak sesuai dengan yang seharusnya.

Prestasi adalah hal-hal yang harus dilaksanakan dalam suatu perjanjian (pemenuhan
perjanjian).
Akibat Hukumnya :
Pihak debitur dapat dikatakan telah melakukan pelanggaran hukum atau tindakan
melawan hukum terhadap hak kreditur (onrechtmatigedaan).

6. HUBUNGAN PERIKATAN DENGAN PERJANJIAN.


Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa perikatan (verbinntenis) adalah
hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang terletak dalam
lapangan harta kekayaan dimana pihak yang satu wajib berprestasi dan pihak yang lain
berhak atas prestasi tersebut.
Pihak yang wajib berprestasi disebut debitur dan yang berhak atas prestasi disebut kreditur.
Jika pihak debitur tidak melaksanakan kewajibannya, maka pihak kreditur dapat menuntut di
muka hakim. Namun demikian tidak semua hubungan dapat disebut mempunyai akibat
hukum.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana pihak yang satu berjanji kepada pihak yang
lain untuk melaksanakan suatu hal.

C. PERJANJIAN DALAM KUH PERDATA


1. JUAL BELI
Pengertian jual beli menurut KUH Perdata adalah suatu perjanjian atau persetujuan timbal
balik antara pihak yang satu (penjual) yang berjanji untuk menyerahkan suatu barang kepada
pihak lain (pembeli), dan pembeli membayar harga yang telah dijanjikan (Pasal 1457 BW).

Dari suatu perjanjian jual beli ini maka akan Timbul Hak dan Kewajiban :
o penjual berkewajiban untuk menyerahkan hak milik atas barang yang dijualnya
o penjual berhak menerima pembayaran atas barang yang dijual

21
o pembeli berkewajiban untuk memenuhi pembayarannya sesuai harga yang
diperjanjikan
o pembeli berhak menerima barang yang dibelinya.

a) Lahirnya Jual Beli (Pasal 1458 BW) :


o ketika para pihak tercapai kata sepakat
o tentang barang dan harganya
o meskipun barang belum diserahkan (namun ditegaskan dalam Pasal 1459 BW,
bahwa barang harus sudah diterima oleh pembeli)

b) CARA PENYERAHAN BARANG/BENDA (HAK KEBENDAAN)


Cara penyerahan dan berpindahnya hak milik, bergantung pada jenis atau macam benda
yang diperjual-belikan
o Jika benda bergerak, caranya :
- dengan menyerahkan kekuasaan atas benda barang tersebut, secara nyata (bila
benda bertubuh)
- Atau apabila benda itu dalam jumlah banyak, maka penyerahannya secara
simbolik, yaitu dituangkan dalam surat tanda terima/berita acara serah terima
barang,
o Jika benda tidak bergerak
 Misalnya berupa sebidang tanah, Cara pengalihannya dilakukan dengan balik
nama sertifikat berdasarkan ketentuan UUPA (UU NO. 5/1960) jo PP No. 10/1961.
 Perjanjian jual beli tersebut harus dituangkan dalam Akte Jual beli yang dibuat
oleh PPAT.
o Jika benda itu tidak bertubuh
 Penyerahannya dapat dilakukan dengan cara Cessie (pemindahan piutang)
sesuai Pasal 613 BW, yang berbunyi ;
 “Penyerahan piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh, dengan membuat
akta otentik atau di bawah tangan, yang mana hak-hak kenbendaan itu
dilimpahkan kepada pihak lain”.

2. JUAL BELI DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI


dasarnya adalah diterbitkannya suatu janji bahwa adanya kekuasaan untuk membeli kembali
atas barang yang telah dijual.

Syaratnya adalah Pembeli harus memenuhi beberapa kewajiban, antara lain :

22
mengembalikan harga pembelian asal,
o disertai penggantian biaya yang telah dikeluarkan menurut hukum, dalam pembelian
dan penyerahan barangnya
o biaya perbaikan (jika barang pernah rusak)
o biaya lain, apabila barang tersebut dijual harganya bertamah.

Batas waktu :
o hak untuk membeli kembali, tidak dapat diperjanjikan lebih dari lima tahun.
o apabila penjual lalai tidak membeli kembali dalam waktu lima tahun, maka pembeli
tetap menjadi pemilik atas barang tersebut.

3. JUAL BELI (KHUSUS PERUSAHAAN)


adalah jual beli perdagangan (handelskoop), jual beli perniagaan, dan jual beli antar
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain.

a. Ciri-cirinya :
- unsur subyek terdiri dari penjual dan pembeli (salah satunya adalah perusahaan),
yaitu badan hukum atau perseorangan yang menjalankan perusahaan
- unsur obyek terdiri dari benda (barang dagangan) dan harga (yang disepakati)
- unsur perbuatan (menjual dengan menyerahkan barang, dan membeli dengan
pembayaran harga.
- unsur tujuan (keuntungan/laba yang telah diperhitungkan).

b. Syarat-syarat penyerahan :
1. Syarat loco artinya gudang penjual pembeli menerima barangnya di gudang penjual.
2. Syarat F.A.S (Free Alongside Ship) artinya bebas di samping kapal (barang
diserahkan di dermaga)
3. Syarat F.o.B (Free on Board) artinya bebas di atas kapal (barang diserahkan di atas
kapal)
4. Syarat C.I.F (Cost, Insurance, and Freight)
artinya semua ongkos, premi asuransi dan biaya angkutan sampai pelabuhan
pembongkaran menjadi tanggung jawab penjual.
5. Syarat C.F. (Cost and Freight)
artinya ongkos dan biaya angkutan ditanggung pembeli, namun premi asuransi
ditanggung pembeli.
6. Syarat Franco (bebas)

23
artinya penjual harus menyerahkan sampai dengan gudang pembeli. (biaya apapun
ditanggung penjual)
c. Syarat pembayaran jual beli dalam perdagangan.
Karena sebagian besar cara pembayarannya dilakukan di Bank dengan menggunakan surat-
surat berharga. Apalagi untuk perdagangan dengan perusahaan di luar negeri (seperti :
ekspor-impor), Maka pembayaran melalui bank dilakukan dengan membuka Letter of Credit
(L/C).

Pembayaran dan Penyerahan, harus ada dokumen-dokumen antara lain ;


1. Konosemen (Bill of Lading)
yaitu surat bukti pengangkutan barang (dokumen induk)
2. Faktur (Invoice)
yaitu dokumen (penunjang) yang berisi catatan barang dan harga ditempat penjual.
3. Polis Asuransi (Insurance Plicy)
Yaitu dokumen yang berisi bahwa barang yang dikirimkan sudah diasuransikan
4. Keterangan Asli (Certificate of Origin)
Yaitu surat bukti keaslian barang yang dibuat oleh kamar dagang negara
penjual
5. Daftar Koli (Packing List)
Yaitu surat bukti pengepakan dan isinya, yang dibuat oleh perusahaan yang mengepak
6. Daftar Timbangan (Weight List)
Yaitu surat bukti daftar timbangan barang di pelabuhan embarkasi (pemuatan)

4. SEWA MENYEWA (DALAM KUH PERDATA)


• Suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan suatu
benda akan dipakai dalam jangka waktu tertentu, dan pihak lainnya menyanggupi
membayar biaya pemakaian dalam jangka waktu yang ditentukan (Pasal 1548 BW).
• Kewajiban Pokok Penyewa :
1) Membayar uang sewa tepat pada waktunya
2) Memelihara barang yang disewa, sebaik-baiknya seolah-olah milik sendiri.

Dalam hal sewa-menyewa sebuah rumah.


• Jika ada kerusakan kecil menjadi kewajiban penyewa, sedangkan untuk kerusakan
besar, kewajiban pemilik rumah yang memperbaiki.
• Jika rumah dijual, maka penyewa tetap berhak untuk meneruskan perjanjiannya,
sampai jangka waktu yang ditentukan dalam sewa menyewa (Pasal 1576 BW)

24
5. PEMBERIAN (HIBAH) DALAM KUH PERDATA
• Suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi dengan Cuma-Cuma dan
secara mutlak memberikan suatu benda pada pihak lainnya (Pasal 1666 BW).
• Syarat Hibah :
1) Harus diberikan secara Cuma-cuma
2) Meskipun ada tujuan lain, misalnya ; agar benda tersebut digunakan untuk fasilitas
umum, dll.
3) Jika benda itu merupakan hak-hak piutang atas nama, harus dilakukan dengan
akta notaris.

6. PERSEKUTUAN (MAATSCHAP)
• Suatu perjanjian dimana beberapa orang bermufakat untuk bekerja sama dalam
lapangan ekonomi, dengan tujuan membagi keuntungan yang akan diperoleh (Pasal
1618 BW).
• Syarat Persekutuan (Pasal 1619 BW):
1) Harus sesuatu usaha yang halal
2) Harus dibuat untuk manfaat bersama para pihak
3) Masing-masing pihak harus memasukan uang, barang ataupun
tenaganya/kreasinya di dalam persekutuan itu.
Persekutuan harus dibuat dalam suatu perjanjian :
- Akte perjanjian (Tertulis)
- Secara lisan (secara konsensus/Consensueel, artinya sudah cukup jika ada kata
sepakat)

D. PERJANJIAN KHUSUS DI LUAR KUH PERDATA (BW)


1. PERJANJIAN JUAL BELI DENGAN CARA CICILAN atau SEWA BELI
(Huurkoop) :
Adalah jual beli yang dilaksanakan, dimana pembayarannya dilakukan secara bertahap
dalam waktu tertentu atau waktu yang diperjanjikan, dengan jumlah cicilan yang ditentukan
dan disertai dengan pembayaran bunga tertentu sebagai jasa.
Catatan :
 Meskipun barang sudah diserahkan, tetapi hak milik (eigendom) atas barang tersebut
beralih kepada penjual setelah angsuran lunas.
 barang tersebut tidak boleh dijual maupun digadaikan.

25
 seolah-olah pembeli masih dalam keadaan menyewa barang, meskipun barang
tersebut sudah sebagian dibayar.
 Jika dilanggar , maka ia dapat dituntut dengan perkara penggelapan.
 Dalam perjanjian yang dinamakan “Koop op Afbetaling”, hak milik (eigendom)
sudah berpindah pada saat penyerahan barang kepada si pembeli, tetapi harganya
boleh dicicil.

2. LEMBAGA PEMBIAYAAN (Kepres No. 61/1988)


Adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
dana/barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.

Bidang Usaha (Pasal 2 Kepmenkeu No. 1251/1988) antara lain :


a) Sewa Guna Usaha (Leasing)
b) Modal Ventura (Venture Capital)
c) Perdagangan Surat Berharga/Perusahaan Efek
d) Anjak Piutang (Factoring)
e) Usaha Kartu Kredit
f) Pembiayaan Konsumen lainnya.
Lembaga pembiayaan ini dapat dilakukan oleh :
o Bank
o Lembaga Keuangan bukan bank
o Perusahaan pembiayaan (dapat berbentuk Perseroan Terbatas atau
Koperasi)

a). SEWA GUNA USAHA (LEASING)


adalah kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk
digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, dengan pembayaran secara
berkala (jangka waktu menengah/1-5 tahun).
Leasing Company adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal (secara Finance Lease dan Operating Lease)

PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DALAM PERJANJIAN LEASING :


o Leasor, (Equity holders/trusters owners/investor), pihak yang menyewakan barang
(dapat lebih dari 1 bank)
o Lesee, pihak yang menikmati barang, dengan membayar sewa guna yang
mempunyai hak opsi.

26
o Kreditur/lender, sebagai debt holder atas loan participants dalam transaksi leasing.
o Supplier, penjual dan pemilik barang yang disewakan.
Dasar hukum :
o UU Perbankan 1992.
o Kepres No. 61 tahun 1992 tentang Lembaga Pembiayaan
o Kepmen Keuangan No. 1251 tahun 1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

Contoh :
1. Bank Mandiri mendanai PT. Sarana Leasing. melalui kepemilikian saham.
2. Aldira Finance (pembiayaan dibiayai oleh beberapa bank).
Gambar : 1

b). MODAL VENTURA (Venture Capital)


o merupakan pembiayaan yang berupa penyertaan modal (equity) ke dalam
perusahaan nasabah (investee company). … tanpa benda jaminan (collateral).
o Ventura (risiko)
o uang yang diinvestasikan ke dalam suatu perusahaan atau perorangan yang berisiko
tinggi bagi investor.
Ventura Capital Company, badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (invester company)
untuk jangka waktu tertentu. (5-10 tahun)

Kegiatannya untuk :

27
1. Pengembangan suatu penemuan baru
2. Pengembangan perusahaan yg awal usahanya mengalami kesulitan dana
3. Membantu perusahaan yang berada pada tahap pengembangan dan kemunduran
usaha
4. Pengembangan proyek penelitian dan rekayasa, serta penggunaan teknologi
baru/alih teknologi.
5. Membantu pengalihan pemilikan perusahaan

Ada 3 jenis pembiayaan yang dilakukan modal ventura :


1. Conventional Loan, pinjaman ini dapat dilakukan tanpa maupun dengan jaminan
2. Conditional Loan, modal ventura ikut menikmati laba/menanggung kerugian.
3. Equity Invesment, ikut menyertakan saham pada perusahaan yang baru berdiri.

c). PERUSAHAAN EFEK (Perdagangan surat berharga)


o Perusahaan yang melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara
pedagang efek, manajer investasi.
o perseroan yang telah memperoleh ijin usaha dari Bappepam, dan harus ada keahlian
dan permodalan yang kuat.
Dasar hukum :
o UU No. 7/1992 jo 10/1998 tentang Perbankan
o UU No. 8/1995 jo UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal
o PP No. 76/2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Usaha di Bidang Penanaman
Modal.
o Keppres No. 61 tahun 1992 tentang Lembaga Pembiayaan
o Kepmen Keuangan No. 1251 tahun 1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

Contoh : PT. Dana Loka Pratama (Dalta), yaitu perusahaan patungan antara :
o Jardine Fleming Nusantara, Bapindo, BNI, BDNI, Bank Tiara Asia, Bank Rajawali
dan
o YDPBEII

d). USAHA ANJAK PIUTANG (FACTORING)


 UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
 Perusahaan Anjak Piutang (Factoring Company) adalah badan usaha yang
melakukan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta

28
pengurusan piutang/tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam/luar negeri (Pasal 1 ayat 8 Kepres No. 61/1988 jo Pasal 1 butir
(l) Kepmenkeu No. 1251/1988).

Ada tiga pihak dalam usaha factoring :


1. Bank (perusahaan factor)
2. Klien (perusahaan yang menjual tagihan)
3. Nasabah (pihak/perusahaan yang berutang).

PIUTANG yang diperjualbelikan :


1. Surat pengakuan hutang (promissory note) atau
2. Piutang yang terbit dari transaksi dagang (trade transaction)
melalui pemberitahuan tentang adanya pengalihan piutang (klien factoring)

Ada 2 bagian pokok produk jasa anjak piutang :


1. Jasa Non Financing
o Credit investigation, yang fungsinya sama dengan credit assessment
o Sales ledger administration, fungsinya sama dengan sales accounting.
o Credit Control (penagihan), fungsinya sama dengan kedua credit di atas.
o Protection against credit risk, yaitu risiko kredit macet (bad debt) diambil oleh
perusahaan faktor.
2. Jasa Financing.
Melalui transaksi, perusahaan faktor dapat memberikan pre financing 80% s.d. 90% dari
jumlah piutang dagang.

e). USAHA KARTU KREDIT


Kartu kredit adalah alat pembayaran pengganti uang tunai atau cek.
Para pihak yang terkait, yaitu :
o Pemegang kartu (card holder), pihak yang telah memenuhi seluruh persyaratan yang
ditetapkan oleh penerbit.
o Penerima pembayaran dengan kartu (merchant), biasanya pemilik tempat
perbelanjaan (toko, pasar swalayan), tempat hiburan, perusahaan jasa, restoran,
hotel dan lain-lain.
o Penerbit (issuer), perusahaan khusus (master/visa card) dan bank (BCA card).

Dilihat dari jenisnya, kartu kredit ini dapat dikualifikasikan menurut :

29
 Cara pembayarannya, ada 2 yaitu
1) jenis charge card, yaitu kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang
pelunasan tagihannya dilakukan secara keseluruhan pada saat tagihan datang.
2) credit card, yaitu pembayarannya dapat dilakukan secara bertahap (cicilan) dan
diberikan pembatasan kredit (credit limit)
 Tempat berlakunya, ada 2 yaitu
1) bersifat lokal, yaitu terbatas hanya berlaku di suatu tempat (negara) tertentu.
2) Bersifat internasional, berlaku untuk seluruh dunia.
 Afiliasinya.
segi keanggotaannya (silver, gold, diamond, platinum).

f). ASURANSI (INSURANCE)


 perusahaan di bidang jasa keuangan
 dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi,
 untuk memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi,
 terhadap kemungkinan timbulnya kerugian, hidup atau meninggalnya seseorang.
 karena suatu peristiwa yang tidak pasti
Misalnya :
1. Bank Aken pada Asuransi Aken Life
2. Bank Lippo pada Asuransi Aig Lippo Life
3. BCA pada Asuransi Central Asia Life
4. BRI pada Asuransi Bringin Life
Perihal asuransi lebih lanjut akan dibahas dalam bab tersendiri.

g). Penyertaan Modal Sementara Untuk Mengatasi Kegagalan Kredit.


Antara lain :
1. Bantuan dalam bentuk bantuan tenaga ahli
2. Bantuan dalam bentuk modal kerja (sebagai pinjaman atau penyertaan modal), dapat
jangka pendek maupun jangka panjang.

h). Usaha Lain yang lazim dilakukan Bank,


Antara lain :
1. Bank Garansi (jaminan yang diberikan oleh bank)
2. Bank Persepsi (bank yang dapat ditunjuk oleh Menkeu untuk menerima setoran
penerimaan negara) seperti pajak.

30
3. Swap Bunga (swap adalah transaksi pertukaran dua valuta asing dengan pembelian
tunai, dengan penjualan kembali secara berjangka).
4. Membantu administrasi usaha nasabah.

3. FRANCHISE (WARALABA)
a). Pengertian
Waralaba/franchise adalah suatu cara melakukan kerja sama di bidang bisnis antara
dua/lebih perusahaan, di mana satu pihak bertindak sebagai franchisor/pemberi dan pihak
lain sebagai franchisee/penerima (Dominique Voillemont).
Pihak franchisor/pemilik suatu merek dan know how, memberikan haknya kepada franchisee
melakukan kegiatan bisnis yang berkaitan dengan merek dan know how tersebut.
Rooseno Harjowidigdo, mengartikan sebagai suatu usaha yang sudah khas atau memiliki
ciri bisnis di bidang perdagangan atau jasa, berupa produk atau bentuk yang diusahakan,
identitas perusahaan (logo, desain, merek), bahkan pakaian dan penampilan karyawannya.

Menurut Martin D. Ferin, ada 4 unsur hak kebendaan yang terdapat dalam Franchise :
a) Hak untuk berusaha dalam bisnis tertentu
b) Adanya hak berupa penggunaan tanda pengenal usaha, sekaligus menjadi ciri
pengenal, berupa merek dagang/jasa.
c) Hak dapat dialihkan ke pihak lain dengan lisensi (penggunaan rencana pemasaran,
bantuan manajemen)
d) Adanya hak franchisor untuk mendapatkan prestasi dalam perjanjian.

HAK-HAK YANG TIDAK DAPAT PENUH DIKUASAI OLEH FRANCHISOR


(PEMILIK)
a) Hak untuk berusaha dalam bisnis tertentu.
b) Hak untuk menggunakan identitas perusahaan.
c) Hak untuk menguasai/monopoli keahlian operasional manajemen pemasaran dll.
d) Hak untuk menentukan lokasi usaha
e) Hak untuk menentukan jumlah perusahaan

Figur hukum franchise ini, tidak hanya terdapat pada hak cipta, hak merek, hak paten, hak
desain industri, tetapi juga hak immateriil lainnya (hak atas keahlian/ketrampilan)

Dalam praktek, ada 2 bentuk franchise, yaitu :

31
a) Franchise distribusi, dalam aktifitasnya hanya menyangkut pendistribusian barang/jasa,
dan tidak memproduksi barang/jasa tersebut.
b) Franchise format, dalam aktifitasnya memproduksi, sekaligus mendistribusikan
barang/jasa, dengan syarat harus mengikuti format yang ditetapkan oleh franchisor
(pemilik).
Contoh : Pizza Hut, Kentucky Fried Chicken dll.
Namun obyeknya tetap merupakan Hak Kekayaan Intelektual.

b). WARALABA MENURUT PP NO. 16 TAHUN 1997


Pengertian menurut PP No. 16/1997
Waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan
dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha
yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak
lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan/atau penjualan barang dan/atau jasa.

Pihak dalam waralaba, ada 2 yaitu


1. Pemberi waralaba, yaitu badan usaha atau perorangan yang memberikan hak
kepada orang lain untuk memanfaatkan HAKI/ penemuan/ciri khas usaha yang
dimiliki
2. Penerima waralaba, yaitu badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk
memanfaatkannya.
Persyaratannya, ada 2 yaitu
1. Perjanjian tertulis dan dibuat dalam bahasa Indonesia dan berlaku hukum Indonesia.
2. Didaftarkan di Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

c). TATA CARA PELAKSANAAN PENDAFTARAN USAHA


(Kepmen Perindustrian & Perdagangan NO. 259/1997)
Sebelum Perjanjian Franchisor menyampaikan keterangan tertulis, mengenai :
1. Identitas, termasuk kegiatan usaha, neraca dan daftar rugi laba selama 2 tahun
terakhir
2. HAKI (penemuan/ciri khas usaha) yang menjadi objek
3. Persyaratan yang harus dipenuhi franchisee
4. Bantuan/fasilitas yang ditawarkan
5. Hak dan kewajiban
6. Cara-cara dan syarat pengakhiran, pemutusan dan perpanjangan perjanjian

32
7. Hal lain yang perlu diketahui franchisee dalam rangka pelaksanaan perjanjian
waralaba.

Isi perjanjian, sekurang-kurangnya memuat :


1. Nama, alamat dan tempat kedudukan perusahaan
2. Nama dan jabatan yang berwenang menandatangani perjanjian
3. Nama dan jenis HAKI (sistem manajemen, cara penjualan, penataan, cara distribusi
dll) yang merupakan ciri khusus objek
4. Hak dan kewajiban
5. Wilaya pemasaran
6. Jangka waktu perjanjian dan tata cara/syarat perpanjangan (minimal 5 tahun)
7. Cara penyelesaian perselisihan
8. Cara pemberian imbalan
9. Penggunaan barang atau bahan hasil produksi
10. Pembinaan, bimbingan dan pelatihan franchisee.

4. PERJANJIAN KREDIT BANK


a). PENGERTIAN KREDIT :
• Credere, artinya kepercayaan, namun di kalangan masyarakat umum diartikan
sebagai pemberian sesuatu benda/pinjaman sejumlah uang dengan membayar
secara mencicil.
• Fasilitas pinjaman uang berdasarkan persetujuan pinjam meminjam
• Dasar pemberian kredit adalah kepercayaan
• Menurut UU No. 14/1967 (Pokok-pokok Perbankan), kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mana pihak peminjam
berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga yang ditetapkan.
• UU No. 7/1992 menambahkan kata : imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
• Menurut Pasal 1 butir 11 UU No. 10/1998 (Perubahan UU No. 7/1992), kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.

33
b). UNSUR DAN TUJUAN KREDIT
Ditinjau dari unsur dan tujuannya, kredit dapat dibagi dalam beberapa segi, yaitu :
1. Segi Penggunaannya,
• Kredit Produktif, yaitu bantuan kredit usaha-usaha untuk menghasilkan sesuatu
barang dan jasa yang mempunyai nilai ekonomis.
• Kredit Konsumtif, kredit untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dari si peminjam.
2. Segi Keperluannya,
• Kredit investasi, yaitu kredit yang diberikan kepada perusahaan untuk melakukan
investasi dan rehabilitasi perusahaannya.
• Kredit Binmas, diberikan kepada para peserta Bimbingan Massal yang seluruh
danaya dari Bank Indonesia (pelatihan di bidang industri dll)
• Kredit Inmas, diberikan kepada peserta Intensifikasi Massal yang seluruh danaya dari
Bank Indonesia (penyuluhan di bidang pertanian, peternakan, perkebunan dll)
3. Segi Cara mendapatkannya,
• Kredit dengan uang muka (Down Payment), penarikannya sekaligus
• Kredit rekening koran, diberikan dalam bentuk rekening koran (nasabah diberikan
blanko cek)
4. Segi Jangka Waktunya,
• Kredit jangka pendek, maksimum 1 tahun
• Kredit jangka menengah, antara 1-3 tahun
• Kredit jangka panjang, lebih dari 3 tahun

c). SYARAT PENGAJUAN KREDIT


Ada beberapa persyaratan dalam mengajukan kredit, sbb :
1. KREDIT PERORANGAN, antara lain :
• Mengisi formulir (aplikasi) permohonan, dengan dilengkapi, seperti :
• Sertifikat tanah hak (apabila ada bangunannya termasuk IMB)
• Surat Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), apabila jaminannya kendaraan
bermotor.
• Surat Kuasa untuk memasang pemberian hak tanggungan (tanah) atau fidusia
(kendaraan)
• KTP suami/istri
• Akta Jual beli tanah/bangunan
• Denah lokasi/petas lokasi
• Fotokopi rekening bank untuk 3 bulan terakhir (bila ada)

34
2. KREDIT PERUSAHAAN (BADAN HUKUM), antara lain :
• Mengisi formulir (aplikasi) permohonan, dengan dilengkapi, seperti :
• Sertifikat tanah hak (apabila ada bangunannya termasuk IMB)
• Surat Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), apabila jaminannya kendaraan
bermotor.
• Surat Kuasa untuk memasang pemberian hak tanggungan (tanah) atau fidusia
(kendaraan)
• Akta Pendirian Perusahaan
• Surat Ijian Usaha Perusahaan (SIUP)
• Tanda Daftar Perusahaan
• Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
• Akta Jual beli tanah/bangunan
• Denah lokasi/petas lokasi
• Fotokopi rekening bank untuk 3 bulan terakhir (bila ada)

d). JAMINAN KREDIT


Kegunaannya, adalah :
• Untuk memberikan hak dan kekuasaan kepada bank, mendapatkan pelunasan utang.
• Memberikan dorongan kepada debitur, agar betul-betul menjalankan usaha/proyeknya
yang dibiayai dengan kredit.
Menurut Pasal 24 ayat (1) UU No. 14/1967 dikatakan bahwa “Bank Umum tidak memberikan
kredit tanpa jaminan kepada siapapun”
• jaminan kredit mutlak, baik bersifat materiil maupun immateriil.
• Jaminan materiil, seperti sebidang tanah kosong (berikut rumah/bangunan),
kendaraan bermotor, dll.
• Jaminan immateriil, seperti jenis usaha debitur (usaha di bidang apa dan bagaimana
prospek masa depannya).
Sedangkan Pasal 8 (1) UU No. 10/1998 menentukan bahwa baik untuk bank umum maupun
berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan tidak mutlak (khususnya jaminan
tambahan/jaminan materiil), faktor penting yang harus diperhatikan adalah keyakinan atas
keanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai yang diperjanjikan.

35
Prosedur dalam pengajuan kredit, dapat digambarkan sebagai berikut : (Gambar 2)

PROSEDUR PENGAJUAN KREDIT


ditolak
Mengisi aplikasi
CALON DEBITUR KREDITUR
(Perorangan/Perusahaan Melengkapi syarat
(BANK)
Pengecekan syarat

-Pengadilan PENYELESAIAN Disetujui


TIDAK
-Di luar LANCAR
pengadilan

LANCAR PEMBAYARAN Akad


kredit

e). Bank Dalam Memberian Kredit Berpedoman Pada Formula 4P Dan Formula
5C
FORMULA 4P, ANTARA LAIN :
1. Personality, pihak bank harus mencari data tentang kepribadian si
peminjam/pemohon.
2. Purpose, pihak bank harus mencari data tentang tujuan/penggunaan kreditnya,
sesuai line of business kredit bank yang berangkutan
3. Prospect, pihak bank harus mengadakan analisis tentang bentuk usaha yang akan
dilakukan pemohon kredit.
4. Payment, pihak bank harus mengetahui kemampuan dari pemohon kredit, dalam
pengembalian pinjamannya, ditinjau dari segi waktu dan jumlah yang dikembalikan.

FORMULA 5C, ANTARA LAIN :


1. Character, calon nasabah memiliki watak, moral, dan sifat-sifat yang baik.
2. Capasity, kemampuan calon nasabah untuk mengendalikan, menguasai usahanya
dan mampu melihat prospek/perspektif masa depan.
3. Capital, bank harus meneliti terhadap permodalan pemohon kredit
4. Collateral, jaminan dalam pemberian kredit, untuk menghindari risiko yang timbul
dikemudian hari.
5. Condition, kondisi ekonomi secara umum dan sektor usaha si peminjam.
Dasar Hukumnya SE Bank Indonesia No. 23/6/UKU Tanggal 28 Februari 1991.

36
f). KOLEKTIBILITAS KREDIT
Keadaan pembayaran pokok/angsuran pokok dan bunga kredit oleh nasabah, serta
kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan surat-surat berharga atau
penanaman lalinnya.
PENGGOLONGAN KOLEKTIBILITAS KREDIT
Diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia NO. 23 Tahun 1991
1. Lancar, apabila tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga atau
cerukan karena penarikan.
atau, terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi belum melampaui 1 bulan (6 bulan
untuk KPR)
atau, terdapat tunggakan bunga tetapi belum melampui jangka waktu pinjaman (1
bulan u/ jangka waktu 1 bulan)
2. Kurang Lancar, apabila terdapat tunggakan angsuran pokok lebih dari 1 bulan (untuk
KPR 6 bulan)
atau, terdapat cerukan karena penarikan yang jangka waktunya melebihi 15 hari kerja
(belum 30 hari kerja)
atau, terdapat tunggakan bunga melebihi 1 bulan (kurang 3 bulan) dengan jangka
waktu kredit 1 bulan, melebihi 3 bulan (kurang 6 bulan) untuk kredit jangka waktu lebih dari 1
bulan.
3. Deragukan, apabila tidak memenuhi kriteria lancar dan kurang lancar.
- kredit dapat diselamatkan dan agunannya bernilai 75%
- kredit tidak dapat diselamatkan, tetapi agunannya bernilai 100%
4. Macet, apabila tidak memenuhi kriteria lancar, tidak lancar dan diragukan,
atau, memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 21 bulan, belum ada
pelunasan
atau, kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan ke Pengadilan Negeri/Badan
Urusan Piutang Negara/Asuransi

g). RAHASIA BANK


Diatur dalam Pasal 36 UU No. 14/1967, yang menyatakan bahwa :
“ Bank tidak boleh memberikan keterangan keadaan keungan, dan hal-hal lain yang harus
dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali yang
ditentukan dalam undang-undang”.

37
Pengecualian Pasal 36 :
• keperluan perpajakan (Ps. 37 ayat 1)
• kepentingan peradilan dalam perkara tindak pidana (Pasal 37 ayat 1).
• perkara perdata di pengadilan antara pihak bank dengan nasabahnya (Ps. 43 UU
7/1992)
• Dalam rangka tukar-menukar informasi antar bank (Ps. 44 UU No. 7/1992).
• Oleh pihak yang dirugikan dari keterangan bank (Ps. 45 UU No. 7/1992).
Sanksi jika membuka rahasia bank (Pasal 39 UU No. 14/1967)
• Hukuman penjara selama-lamanya 1 tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp.
10.000.
• Hukuman penjara 3 tahun, denda 3 milyar (UU No. 7/1992 pasal 47)
h). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK DAN NASABAH
1. Perlindungan dari UU No. 7/1992 antara lain:
• Pembinaan & pengawasan Bank dilakukan oleh Bank Indonesia (Pasal 29 ayat 1)
• Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutang sesuai yang
diperjanjikan (Pasal 8)
• Adanya ketentuan yang mengatur tentang batas maksimum pemberian kredit (Legal
Lending Limit)
• Dalam memberikan kredit dan melakukan kegiatan lainnya, bank wajib menempuh
cara-cara yang tidak merugikan nasabah, dan menyediakan informasi mengenai
kemungkinan timbulnya risiko kerugian bagi transaksi nasabah yang dilakukan
melalui bank.
• Bank wajib memelihara kesehatan bank, serta dalam melakukan usahanya sesuai
prinsip kehati-hatian (Pasal 29 ayat 2)
• Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca dan perhitungan
laba/rugi tahunan (Pasal 34)
• Bank Indonesia melakukan pemeriksaan kepada bank, secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan (Pasal 31 ayat 1)
• Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba/rugi dalam waktu dan
bentuk yang telah ditetapkan Bank Indonesia (Pasal 35)
• Adanya ketentuan rahasia bank dan saksinya
• Pembayaran kembali uang deposito kepada para nasabah secara yuridis menjadi
tanggung jawab bank sebagai suatu badan hukum (Pususan MA No. 2990 Tahun
1989)
2. Perlindungan dari Asas Perbankan antara lain:

38
a. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Regulation), dalam hal :
- kewajiban penyediaan modal minimum,
- kualitas aktifa produktif dan pembentukan cadangan,
- jaminan pemberian kredit, pembatasan pemberian kredit untuk pembelian dan
pemilikan saham
- batas maksimum pemberian kredit
- pembatasan Transaksi jual beli valuta asing
- ketentuan bank dalam memelihara devisa netto (misalnya : secara keseluruhan,
setinggi-tingginya 20% dari modal)
b. Kesehatan dan sanksi pelanggaran.
Dimaksudkan agar digunakan sebagai :
• Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai, apakah pengelolaan bank telah
dilakukan sesuai asas-asas perbankan yang sehat.
• Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, baik
secara individual maupun industri bank secara keseluruhan.

i). PENYERTAAN MODAL (EQUITY PARTICIPATION)


Pasal 7 UU Perbankan 1992, menyatakan bahwa bank umum dapat melakukan
kegiatan usaha dalam bidang penyertaan modal, tetapi bersifat sementara.
Antara lain : Sewa Guna Usaha (leasing), Modal Ventura, Perusahaan Efek, Asuransi dan
Penyertaan Modal Sementara untuk mengatasi kegagalan kredit.

5. USAHA WALI AMANAT


a). Pengertian.
Pengertian menurut UU Perbankan 1992
Wali amanat adalah suatu perjanjian antara Bank Umum dengan emiten surat berharga,
dimana bank umum tersebut, ditunjuk untuk mewakili kepentingan semua pemegang surat
berharga.
Pengertian menurut UU Pasar Modal 1995
Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat hutang.

Hal-hal yang diamanatkan, antara lain :


1. Mewakili pemegang efek (baik perorangan maupun perusahaan), untuk :
• mengadministrasikan,
• mendaftarkan
• dan mengalihkan surat-surat berharga yang dimilikinya.

39
2. Mewakili pemegang efek untuk menuntut hak-haknya, di dalam maupun di luar pengadilan
tanpa surat kuasa.

6. PEMBERIAN KUASA
Yang dimaksud dengan pemberian kuasa adalah suatu perjanjian, di mana seseorang
memberi kekuasaan atau wewenang (lastgeving) kepada orang lain yang menerimanya,
untuk dan atas namanya menyelenggarakan suatu urusan.
Dari Uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam suatu pemberian kuasa dari pihak
terkait, terdapat hal-hal penting yang kemungkinan harus dilakukan, antara lain :
o Dapat diserahkan dan diterimakan dalam akta umum, dalam suatu tulisan di bawah
tangan, bahkan boleh melalui sepucuk surat (Ps. 1793 BW)
o Penerima Kuasa mewakili perbuatan hukum si pemberi kuasa
Contoh : Perusahaan A memberikan kuasa kepada salah satu direksi untuk mengadakan
perjanjian jual beli sebuah apartemen

a). ADA DUA PEMBERIAN KUASA, yaitu :


o Pemberian Kuasa Umum
Yaitu mewakili segala kepentingan si pemberi kuasa

o Pemberian Kuasa Khusus


yaitu hanya mewakili satu atau lebih kepentingan si pemberi kuasa.
Misalnya : A mewakili untuk menandatangani akta jual beli sebuah rumah atas nama
perusahaan.

b). KEWAJIBAN PENERIMA KUASA


o Melaksanakan kuasanya (sebelum dia dibebaskan)
o Menanggung segala biaya, kerugian dan biaya
o Menyelesaikan urusan yang sudah dimulai/dikerjakan pada waktu si pemberi kuasa
meninggal (Pasal 1800 BW)
o Melaksanakan tugas (yang sudah disanggupi) dengan sebaik-baiknya dalam waktu
singkat (tepat waktu)

Kewajiban penerima kuasa setelah urusan selesai ;


o Memberi laporan tentang apa yang telah dikerjakannya
o Memberikan perhitungan

40
o Bertanggung jawab untuk orang yang telah ditunjuk olehnya sebagai pengganti untuk
melaksanakan kuasanya, apabila : si kuasa menunjuk lagi orang lain (Pasal 1803 BW)
Hal ini karena adanya Hak Substitusi, yaitu pemberi kuasa selalu dianggap telah
menyerahkan si penerima kuasa untuk menunjuk seorang lain sebagai panggantinya.
o Membayar bunga atas uang pokok yang dipakainya untuk keperluan sendiri (Pasal
1805 BW) terhitung sejak ia lalai melaporkan penutupan perhitungan, sebesar 6%
setahun.

c). KEWAJIBAN PEMBERI KUASA


o Menerima perikatan-perikatan yang dibuat oleh penerima kuasa
o Mengembalikan kepada penerima kuasa semua perskot dan biaya-biaya, yang
dikeluarkannya untuk melaksanakan kuasanya dan membayar upahnya (jika
diperjanjikan)
o Tetap harus memenuhi semua kewajibannya kepada penerima kuasanya, sekalipun
urusannya tidak berhasil (Pasal 1808 BW)
o Harus memberikan ganti rugi kepada si penerima kuasa tentang kerugian yang
diderita sewaktu menjalankan kuasanya, kecuali si penerima kuasa berbuat kurang
hati-hati (Pasal 1802 BW)
o Harus membayar kepada si penerima kuasa, bunga atas persekot yang telah
dikeluarkan, sebesar 6% setahun terhitung sejak dikeluarkannya uang muka
(persekot).

d). BERAKHIRNYA PEMBERIAN KUASA


Menurut Pasal 1813 BW berakhirnya suatu pemberian kuasa karena:
o Kuasa yang diberikan ditarik kembali
o Pemberitahuan penghentian kuasa.
Setiap saat kuasa dapat dihentikan, namun harus memperhatikan waktu yang cukup, jika
memang si penerima kuasa dalam melaksanakan pekerjaannya lambat (Pasal 1814 BW)
Dalam praktek, penarikan kembali diumumkan di surat kabar, diberikan surat ke pihak terkait
yang berkepentingan.
o Meninggalnya pengampu atau pailitnya pemberi kuasa maupun penerima kuasa
o Perkawinan perempuan yang memberi atau yang menerima kuasa (sudah tidak
berlaku lagi)

41
E. MERANCANG DAN MENYUSUN SUATU PERJANJIAN
(CONTRACT DRAFTING)
Dalam merancang dan menyusun statu kontrak atau perjanjian, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan sebagai kerangka konsep dari kontrak atau perjanjian itu, yaitu apa
yang dinamakan dengan pola dari suatu perjanjian atau konrak.

1. POLA SUATU PERJANJIAN/KONTRAK (ANATOMI AKTA), antara lain :


a). JUDUL (heading) atau nama kontrak
• Diberi nama sesuai dengan isinya (misalnya : perjanjian jual beli, sewa menyewa
dan sebagainya)
• Dapat diberikan nomor kontrak/perjanjian
• Singkat dan jelas
b). PEMBUKAAN (opening).
• Pada akta di bawah tangan :
Dibuka dengan “ yang bertandatangan di bawah ini …….”
- Tuan ……. berikutnya : alamat, tanggal lahir dan seterusnya
- menyangkut hal-hal yang terkait dengan identitas para pihak.
• Pada Akta notariil (notaris) :
Umumnya dibuka dengan “pada hari ini, ………… hadir dihadapan saya ….
-Tuan …………………. Dan selanjutnya
c). KOMPARISI (Para Pihak/parties).
Comparitie/verschijning van partijen/menghadap, merupakan bagian
suatu akta yang menyebutkan nama para pihak yang membuat perjanjian, lengkap dengan
penyebutan identitas dan tempat tinggal yang bersangkutan

Komparisi, adalah bagian dari akta yang dimuat setelah judul dan awal akta, yang
mengandung identitas para pihak (pembuat perjanjian), termasuk uraian yang dapat
menunjukan bahwa para pihak mempunyai kecakapan (rechtsbekwaamheid) serta
kewenangan (rechtsbevoegdheid) untuk melakukan tindakan hukum (rechtshandelingen)
seperti dinyatakan dalam akta.
Fungsinya :
1. Menjelaskan identitas para pihak
2. Dalam kedudukan apa para pihak bertindak
3. Berdasarkan apa kedudukan para pihak.
4. Bahwa ia cakap dan berwenang melakukan tindakan hukum

42
5. Mempunyai hak untuk melakukan tindakan yang dinyatakan dalam akta

Para pihak (pembuat akta) dapat bertindak :


1. Untuk dirinya sendiri
2. Sebagai kuasa/penerima kuasa, … bertindak untuk dan atas nama
3. Sebagai wakil/yang mewakili, … bertindak untuk dan atas nama yang diwakili
4. Dengan bantuan/persetujuan, karena memerlukan persyaratan khusus mis :
- suami/istri yang menjual harta bersama, harus mendapatkan persetujuan salah satu
(pihak Istri/suami), atau harta warisan.
- anak di bawah umur
- direktur PT, dalam melakukan tindakan hukum harus dibantu/disetujui oleh
komisaris.
5. Lebih dari satu status/peran ganda
- disamping untuk dirinya sendiri, juga
- sebagai pemegang kuasa, atau lainnya (mis : pemegang saham)
Contoh komparisi subyek :
- Tuan …… bertindak selaku kuasa dari dan karena itu bertindak untuk dan atas
nama tuan …… dengan surat kuasa tanggal …… dst
- Tuan ….. Selaku manajer berdasarkan surat kuasa tgl. ….. Sebagai kuasa dan
karena itu, bertindak untuk dan atas nama PT …………. Dst.
- Tuan …… dalam hal ini bertindak sebagai wali mewakili anak dibawah umur,
sebagaiman dinyatakan dalam surat perwalian …….. Karena itu bertindak untuk
dan atas nama …….
- Nyonya ….. Dalam hal ini dibantu oleh suaminya untuk melakukan tindakan
hukum sebagaimana dinyatakan dalam surat persetujuan tgl… terlampir, yang
ditandatangani bermaterai, cukup , ….dst
d). PREMISE (recitals).
- dipergunakan sebagai pendahuluan (introduction)
- pengantar dari maksud utama para pihak
- alasan mengapa akta dibuat (konsiderans/pertimbangan)
- dimulai dengan kata “bahwa” ………. Dst
Contoh : bahwa pihak pertama hendak menjual tanah berikut bangunannya yang
terletak di …………….. Dst.

43
e). ISI PERJANJIAN
- bagian penting yang merupakan pokok perjanjian
- mencakup Ketentuan dan Persyaratan
- harus memuat secara mendetail mengenai objek perjanjian, hak dan kewajiban, dan uraian
secara lengkap mengenai prestasi.
Dengan sistem terbuka (sesuai hukum perjanjian)/”freedom of contract”/beginsel der
contractsvrijheid. :
- Semua pihak bebas dalam membuat isi perjanjian sesuai kepentingannya
- Asal tidak melanggar kepentingan umum, kesusilaan dan UU.
- Tetap akan mengikat bagi para pihak yang membuat perjanjian (Pasal 1338 BW)

Isi Perjanjian (Pasal-pasal) dapat dikelompokan sebagai :


a. UNSUR ESENSIALIA (Essential elements), sesuatu yang harus ada dan hal pokok
sebagai syarat yang tidak boleh diabaikan, harus dicantumkan dalam kontrak. Mis :
macam barang dan harga termasuk cara pembayarannya.
b. Unsur Naturalia (Natural Elements), ketentuan hukum umum, suatu syarat yang
harus dicantumkan dalam kontrak. Mis : waktu dan tempat penyerahan
c. Unsur Aksidentalia (Accidental Elements), hal khusus dalam perjanjian yang
disetujui oleh para pihak (bisa ada bisa tidak tergantung keinginan para pihak). Mis :
biaya pemasangan dll.

f). KLAUSULA (Clause)


Bagian (pasal) tertentu yang mengatur hal khusus (bersifat spesial) dan berkaitan dengan hal
yang tidak ingin dikehendaki oleh para pihak di kemudian hari. Apalagi pada perjanjian yang
sifatnya lintas batas (across border contract), antara lain hal-hal sbb :
a. Arbitrase, untuk penyelesaian perselisihan para pihak
b. Force Majeure, untuk langkah awal, antisipasi terhadap kejadian yang akan timbul
di kemudian hari.
c. Choice of Law (pilihan hukum), diperlukan apabila perjanjian dengan pihak asing.
d. Entirety (keseluruhan), bahwa objek perjanjian yang diatur didalamnya adalah
merupakan satu kesatuan yang utuh.
e. Waiver (pelepasan hak), untuk mencegah penafsiran yang keliru terhadap peristiwa
yang terjadi.
f. Severability, terjadi bila satu/lebih ketentuan (pasal) dalam perjanjian/ dokumen
yang dilaksanakan menjadi tidak berlaku/tidak sah/tidak dapat di laksanakan sesuai hukum
yang berlaku.

44
g. Assignability, untuk diketahui oleh para pihak bahwa perjanjian tidak dapat
dialihkan begitu saja, baik langsung/maupun tidak langsung.
h. Domicile, apabila timbul masalah para pihak dapat dituntut di pengadilan negeri,
dimana mereka tinggal.
i. Heading, judul perjanjian harus sesuai dengan isi perjanjian
j. Lain-lain, misalnya : ditambahkan tentang definisi suatu benda/objek perjanjian
g). PENUTUP (Testimonium clause/closer)
- demikianlah perjanjian ini dibuat dengan sesungguhnya…….. Dst.
- Jakarta. ……tanggal…. Bulan … tahun… dst. …….
h). TANDA TANGAN (attestation) para pihak …… bermaterai

2. TAHAP PENYUSUNAN KONTRAK


Ada beberapa tahapan sejak persiapan/perencanaan sampai dengan pelaksanaan isi kontrak
:
• PRA-KONTRAK
1. Negoisasi, proses upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain.
2. Memorandum of Understanding (MoU), merupakan pencatatan hasil negoisasi awal
dan sebagai dasar untuk melakukan studi kelayakan/pembuatan kontrak.
3. Studi kelayakan (feasibility study), untuk melihat kelayakan dan prospek transaksi
bisnis dari sudut pandang yang diperlukan (ekonomi, keuangan, pemasaran, teknik,
lingkungan, sosial budaya dan hukum).
4. Negoisasi lanjutan, dituangkan dalam kontrak

• KONTRAK
1. Penulisan naskah awal dan perbaikan naskah
2. Penulisan naskah akhir dan Penandatanganan

• PASCA KONTRAK
1. Pelaksanaan, Penafsiran dan Penyelesaian sengketa

45
46

Anda mungkin juga menyukai