Anda di halaman 1dari 15

Makalah Hukum Benda

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang
Hukum perdata Indonesia Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan
larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuaanya
berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi
pelanggarnya. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada
subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat
atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata
negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara),
kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau
warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, beberapa sistem hukum
yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum tersebut juga mempengaruhi bidang hukum
perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan
Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran atau negara-negara yang terpengaruh oleh
Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum Eropa kontinental, sistem hukum komunis,
sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya. Hukum perdata di Indonesia didasarkan
pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan.
Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia tidak
lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW)yang
berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda)
berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda,
BW diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang
berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian. Kitab undang-undang hukum perdata
(disingkat KUHPer) terdiri dari empat bagian, yaitu:
Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu hukum
yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain
ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan, perkawinan,
keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan,
sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU
nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.Ø
Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur hak
dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak
kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud
yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda
berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda
berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus
untuk bagian tanah, sebagian keØtentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan
di undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai
penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU tentang
hak tanggungan.
Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga
perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum
yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain
tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-
undang dan perikatan yang timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan
suatu perjanjian. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang
(KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku
III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.

1.2 Rumusan Masalah


Dari pembahasan diatas, saya ingin menyampaikan beberapa inti permasalahan, antara lain :
a). Apakah pengertian Hukum Benda ?
b). Apa yang Menjadi Dasar Hukum Benda ?
c).asas-asas hukum benda?
d).Mengapa Hukum Benda Perlu Dijelaskan pada KUHPerdata ?
e).pengertian benda menurut KUHP perdata
f).contoh kasus mengenai hak kebendaan

1.3Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui pengertian
dan syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam hukum benda. Dapat mengetahui macam-
macam hukum benda dan bisa mengetahui ciri-ciri hukum benda. Jadi dengan penulisan
makalah ini kita dapat melatih kita dalam mempelajiri apa itu hukum benda.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hukum Benda


Yang dimaksud dengan Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu yang dapat
diberikan / diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya yang berupa hak milik. Dengan demikian,
yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut adalah Subyek Hukum, sedangkan sesuatu yang
dibebani hak itu adalah Obyek Hukum. Benda yang dalam hukum perdata diatur dalam Buku II
BWI, tidak sama dengan bidang disiplin ilmu fisika, di mana dikatakan bahwa bulan itu adalah
benda (angkasa), sedangkan dalam pengertian hukum perdata bulan itu bukan (belum) dapat
dikatakan sebagai benda, karena tidak / belum ada yang (dapat) memilikinya . Pengaturan
tentang hukum benda dalam Buku II BWI ini mempergunakan system tertutup, artinya orang tidak
diperbolehkan mengadakan hak hak kebendaan selain dari yang telah diatur dalam undang
undang ini. Selain itu, hukum benda bersifat memaksa (dwingend recht), artinya harus dipatuhi,
tidak boleh disimpangi, termasuk membuat peraturan baru yang menyimpang dari yang telah
ditetapkan.
Lebih lanjut dalam hukum perdata, yang namanya benda itu bukanlah segala sesuatu yang
berwujud atau dapat diraba oleh pancaindera saja, melainkan termasuk juga pengertian benda
yang tidak berwujud, seperti misalnya kekayaan seseorang. Istilah benda yang dipakai untuk
pengertian kekayaan, termasuk didalamnya tagihan piutang, atau hak hak lainnya, misalnya
bunga atas deposito . Meskipun pengertian zaak dalam BWI tidak hanya meliputi benda berwujud
saja, namun sebagian besar dari materi Buku II tentang Benda mengatur tentang benda yang
berwujud. Pengertian benda sebagai yang tak berwujud itu tidak dikenal dalam Hukum Adat kita,
karena cara berfikir orang Indonesia cenderung pada kenyataan belaka, berbeda dengan cara
berfikir orang Barat yang cenderung mengkedepankan apa yang ada di alam pikirannya. Selain
itu, istilah zaak didalam BWI tidak selalu berarti benda, tetapi bisa berarti yang lain, seperti :
“perbuatan hukum “ (Ps.1792 BW), atau “kepentingan” (Ps.1354 BW), dan juga berarti“kenyataan
hukum” (Ps.1263 BW).
2.2 Dasar Hukum
Pada masa kini, selain diatur di Buku II BWI, hukum benda juga diatur dalam:
a) Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak hak kebendaan yang
berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya.
b) Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang hak atas penggunaan
merek perusahaan dan merek perniagaan.
c) Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur tentang hak cipta sebagai benda
tak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik.
d) Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang mengatur tentang hakatas tanah
dan bangunan diatasnya sebagai pengganti hipotik dan crediet verband .
2.3. Asas-Asas Hukum Benda
1. pengertian
Asas-asas hukum benda berasal dari kata asas dan hukum benda. Asas berarti pokok, dasar,
prinsip. Sedangkan hukum benda yaitu hubungan hukum antara sebyek hukum dengan objek
hukum (benda). Jadi yang yang dimaksud dari asas hukum benda yaitu dasar-dasar atau pokok-
pokok hubungan antara sebyek hukum dengan objek hukum (benda).
Sebelum kita mulai membicarakan hak-hak kebendaan itu satu persatu secara lebih mendalam,
lebih dahulu asas-asas umum dari hukum benda. Di dalam kita memperkenalkan atau
menafsirkan aturan-aturan dari hukum benda itu hendaklah selalu ingat asas-asas umum itu.
Dalam hukum benda (buku II KUHPdt) diatur mengenai beberapa asas yang berlaku bagi hak-
hak kebendaan. Asas-asas tersebut adalah seperti diuraikan berikut ini:
1) Asas hukum pemaksa (dewingenrecht)
Hukum pemaksa artinya berlakunya aturan-aturan itu tidak dapat disimpangi oleh para pihak .
Hak-hak kebendaan tersebut tidak akan memberikan wewenang yang lain daripada apa yang
sudah ditentukan oleh Undang-undang. Dengan kata lain, bahwa kehendak para pihak itu tidak
dapat memengaruhi isi hak kebendaan. Hukum benda adalah merupakan dwigendrecht (hukum
memaksa), artinya bahwa berlakunya aturan-aturan itu tidak dapat disimpangi oleh para pihak.
Akan tetapi terhadap asas tersebut terdapat pengecualiannya, antara lain pada:
• Pasal 674 KUH perdata /BW mengenai pengabdian pekarangan; di sini para pihak diberi
kebebasan untuk menentukan sendiri jenisnya, misalnya: hak jalan, hak pemandangan, dan lain-
lain.
• Pasal 1165 KUH perdata /BW berkaitan dengan hipotek khususnya mengenai ligkup / luas
hipotek. Dalam hal ini para pihak dapat mempengaruhi sedikit isi dari hak kebendaan tersebut.
2) Asas dapat di pindah tangankan
Menurut perdata barat, tidak semua hak kebendaan dapat dipindahkan, kecuali hak pakai dan
hak mendiami. Tetapi setelah berlakunya UUHT , semua benda dapat dipindah tangankan.
Berlainan dengan pada tagihan, di sini para pihak dapat menentukan bahwa, tidak dapat dipindah
tangankan. Namun berhak juga menyanggupi akan tidak memperlainkan (vervreemden)
barangnya, Tetapi berlakunya dibatasi oleh `etische causaliteitsregel [pasal 1337 KUH perdata]:
tidak berlaku jika tujuannya bertentangan dengan kesusilaan. Hak milik kebendaan dapat
dialihkan dari pemiliknya semula kepada pihak lainnya, dengan segala akibta hukumnya.
3) Asas individualiteit
Objek hak kebendaan selalu benda tertentu atau dapat ditentukan secara individual , yang
merupakan kesatuan. Artinya orang hanya dapat sebagai pemilik dari barang yang berwujud yang
merupakan kesatuan , misalnya: rumah, meubel, dan hewan. Tidak dapat atas barang yang
ditentukan menurut jenis dan jumlah, misalnya 10 buah kendaraan bermotor, 100 ekor burung.
4) Asas totaliteit
hak kebendaan selalu terletak diatas seluruh objeknya sebagai satu kesatuan (psl 500, 588, 606
KUHPdt). Siapa yang mempunayai zakelijkrecht atas suatu zaak ia mempunyai zakelijkrecht itu
atas keseluruhan zaak itu, jadi juga atas bagian-bagiannya yang tidak sendiri. Misalnya hak
jaminan piutang atas kendaraan bermotor mobil BE 2601 AA, sebagai satu kesatuan, termasuk
ban serep, kunci, dongkrak, tape recorder dalam mobil.
Demikian pula terhadap barang-barang yang tidak berdiri sendiri. Akibatnya, jika suatu benda
sudah terlebur dalam benda lain, maka hak kebendaan atas benda pertama menjadi lenyap.
Terhadap akibat tersebut terdapat pelunakan:
a) Adanya hak milik bersama atas barang baru (pasal 607 KUHPerdata / BW).
b) Jika pada waktu terlebur sudah ada hubungan antara kedua pemilik yang bersangkutan (lihat
pasal 714, 725,1567 KUHPerdata / BW).
c) Lenyapnya barang yang ternyata terjadi atas usaha pemiliknya sendiri (pasal 602, 606, 608
KUHPerdata / BW).
5) Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid)
Orang yang berhak tidak boleh memindah tangankan sebagian dari kekuasaan yang termasuk
suatu hak kebendaan yang ada padanya . Misalnya pemillik kendaraan mobil tidak boleh
memindahtangankan sebagian kekuasaannya atas mobil itu terhadap orang lain. Kekuasaannya
atas mobil itu harus utuh sesuai dengan kebendaan itu. Pemilik rumah menyewahkan sebuah
kamar kepada mahasiswa tidaklah termasuk dalam pengertian memisahkan kekuasaannya
sebagai pemilik. Hak miliknya tetap utuh. pemilik Pemisahan daripada zakelijkrecht itu tidak
diperkenankan, tetapi pemilik dapat membebani hak miliknya dengan iura in realina (pemilik diberi
kewenangan untuk membebani hak miliknya dengan hak kebendaan lainnya yang bersifat
terbatas). Ini kelihatannya seperti melepaskan sebagian dari wewenangnya. Tetapi itu hanya
kelihatannya saja, hak miliknya tetap utuh.
6) Asas prioriteit
Hak prioriteit adalah hak yang lebih dahulu terjadinya dimenangkan dengan hak hak yang terjadi
kemudian. Semua hak kebendaan memberi kekuasaan yang sejenis dengan kekuasaan atas hak
milik (eigendom) sekalipun luasnya berbeda-beda, dus perlu diatur urutannya.Ius realiena
meletakkan sebagai beban atas eigendom. Sifat ini membawa serta bahwa iura in realiena
didahulukan [pasal 674, 711, 720, 756, dan 1150 KUHPer.]. misalnya atas sebuah rumah
dibebani hipotik, kemudian dibebani lagi dengan hak memungut hasil. Dalam hal ini hipotik
diprioritaskan karena terjadinya lebih dahulu daripada hak memungut hasil. Artinya kreditur
mempunyai hak memperlakukan (melelang) benda jaminan itu tanpa memperhatikan hak-hak
yang terjadi lebih kemudian, seolah-olah benda jamina itu tidak dibebani oleh hak-hak yang
lainnya.
Asas prioriteit sifatnya tidak tegas, tetapi akibat dari sifat ini bahwa seorang itu hanya dapat
membarikan hak yang tidak melebihi apa yang dipunyai (asas nemoplis) yang artinya bahwa
orang dapat memberikan atau memindahkan kepada orang lain suatu hak yang lebih besar
(banyak) daripada hak yang ada pada dirinya. Vollmar berpendapat, bahwa orang yang
memperoleh peralihan hak tidak bisa memperoleh hak lebih daripada yang dimiliki pemilik yang
lebih dahulu. Berlakunya asas prioriteit didalam praktek ternyata ada yang ditrobos, sehingga
urut-urutan hak kebendaan menjadi terganggu. Misalnya seseorang memberikan wewenang
pada temannya untuk menempati rumahnya, tetapi malahan rumah itu dihipotekkan oleh yang
menempati (dijadikan tanggungan hutang). Disini asas prioriteit ditrobos sebab yang didahulukan
adalah hipotek recht-nya.
7) Asas percampuran (Verminging)
Hak kebendaan yang terbatas jadi selain hak milik hanya mungkin atas benda orang lain. Tidak
dapat orang itu untuk kepentingan sendiri memperoleh hak gadai (menerima gadai) hak
memungut hasil atas barangnya sendiri. Apabila hak yang membebani dan yang dibebani itu
terkumpul dalam satu tangan , maka hak yang membebani itu lenyap (pasal 706, 718, 724, 736,
807 KUHPdt). Jadi orang yang mempunyai hak memungut hasil atas tanah kemudian membeli
tanah itu, maka hak memungut hasil itu lenyap, contohnya ialah hak numpang karang lenyap
apabila tanah pekarangan itu dibeli oleh yang bersangkutan (pasal 718 KUHPdt). Hak memungut
hasil lenyap apabila pemegang hak tersebut menjadi pemilik pekarangan itu. Misalnya karena
jual beli, karena pewarisan, karena hibah (pasal 807 KUHPdt).
8) Asas perlakuan
yang berlainan terhadap benda bergerak dan tidak bergerak
Terhadap benda bergerak tak bergerak terdapat perbedaan pengaturan dalam hal terjadi
peristiwa hukum penyerahan , pembebanan , bezit , kedaluarsa mengenai benda-benda roernd
dan Onroerend berlainan. Demikian menegenai Iura in realina yang dapat diadakan, misalnya
untuk benda bergerak maka hak kebendaan yang dapat diadakan : gadai, hak memungut hasil;
sedangkan untuk benda tetap ; pengabdian pekarangan, erfpacht, postal, hipotek, hak pakai dan
mendiami.
9) Asas publiciteit
Hak kebendaan atas benda tidak bergerak diumumkan dan didaftarkan dalam register umum,
misalnya hak milik, hak guna usaha. sedangkan mengenai benda-benda yang bergrak cukup
dengan penyerahan nyata, tanpa pendaftaran dalam register umum, misalnya hak milik atas
pakaian sehari-hari, hak gadai. Kecuali apabila ditentukan lain oleh Undang-undang bahwa hak
kebendaan itu harus didaftarkan, misalnya hak milik atas kendaraan bermotor.
10) Asas mengenai sifat perjanjiannya/ Asas bahwa hak kebendaan mempunyai sifat zakelijk
overeenkomst
Hak yang melekat atas benda itu berpindah, apabila bendanya itu di serahkan kepada yang
memperoleh hak kebendaan itu. Untuk memperoleh hak kebendaan perlu dilakukan dengan
perjanjian zakelijk. Yaitu perjanjian memindahkan hak kebendaan. Setelah perjanjian zakelijk
selesai dilakukan, tujuan pokok tercapai yaitu adanya hak kebendaan. Tegasnya, hak yang
melekat atas benda itu berpindah, apabila bendahnya itu diserahkan kepada yang memperoleh
hak kebendaan itu. Misalnya hak sewa rumah. Hak mendiami rumah hanya akan diperoleh
apabila rumah itu diserahkan kepada penyewa, diserahkan kepada yang mendiaminya.
Sifat perjanjian ini menjadi makin penting adanya dalam pemberian hak kebendaan yang terbatas
Iura in Realina sebagaimana dimungkinkan dalam Undang Undang.[1]

2.4. Macam-macam Benda


Doktrin membedakan berbagai macam benda menjadi :
a. Benda berwujud dan benda tidak berwujud
arti penting pembedaan ini adalah pada saat pemindah tanganan benda dimaksud, yaitu :
Kalau benda berwujud itu benda bergerak, pemindah tanganannya harus becara nyata dari
tangan ke tangan.
Kalau benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah tanganannyaharus dilakukan dengan
balik nama.
Contohnya, jual beli rokok dan jual beli rumah.
Penyerahan benda tidak berwujud dalam bentuk berbagai piutang dilakukan dengan :
• Piutang atas nama (op naam) dengan cara Cessie.
• Piutang atas tunjuk (an toonder) dengan cara penyerahan surat dokumen yang bersangkutan
dari tangan ke tangan.
• Piutang atas pengganti (aan order) dengan cara endosemen serta penyerahandokumen yang
bersangkutan dari tangan ke tangan ( Ps. 163 BWI).

b. Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak


Benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat dipindahkan (Ps.509 BWI). Benda
bergerak karena ketentuan undang undang adalah hak hak yang melekat pada benda bergerak
(Ps.511 BWI), misalnya hak memungut hasil atas benda bergerak, hak memakai atas benda
bergerak, saham saham perusahaan.Ø
Benda tidak bergerak adalah benda yang menurut sifatnya tidak dapat dipindahpindahkan,
seperti tanah dan segala bangunan yang berdiri melekat diatasnya.
Benda tidak bergerak karena tujuannya adalah benda yang dilekatkan pada benda tidak
bergerak sebagai benda pokoknya, untuk tujuan tertentu, seperti mesin mesin yang dipasang
pada pabrik.Tujuannya adalah untuk dipakai secara tetap dan tidak untuk dipindah-pindah
(Ps.507 BWI).Ø
Benda tidak bergerak karena undang undang adalah hak hak yang melekat pada benda tidak
bergerak tersebut, seperti hipotik, crediet verband, hak pakai atas benda tidak bergaerak, hak
memungut hasil atas benda tidak bergerak (Ps.508 BWI).
Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak bergerak terletak pada:
penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak maka orang yang menguasai benda
tersebut dianggap sebagai pemiliknya (Ps.1977 BWI); azas ini tidak berlaku bagi benda tidak
bergerak.
penyerahannya (levering), yaitu terhadap benda bergerak harus dilakukan secara nyata,
sedangkan pada benda tidak bergerak dilakukan dengan balik nama ;
kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak dikenal daluwarsa, sedangkan pada
benda tidak bergerak terdapat kadaluwarsa :
dalam hal ada alas hak, daluwarsanya 20 tahun;
dalam hal tidak ada alas hak, daluwarsanya 30 tahun
pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda bergerak dengan gadai, sedangkan untuk
benda tidak bergerak dengan hipotik.Ø
dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslah (penyitaan untuk menuntut kembali
barangnya),hanya dapat dilakukan terhadap barang barang bergerak . Penyitaan untuk
melaksanakan putusan pengadilan (executoir beslah) harus dilakukan terlebih dahulu
terhadapbarang barang bergerak, dan apabila masih belum mencukupi untuk pelunasan hutang
tergugat, baru dilakukan executoir terhadap barang tidak bergerak.

c. Benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis


Pembedaan ini penting artinya dalam hal pembatalan perjanjian. Pada perjanjian yang obyeknya
adalah benda yang dipakai habis, pembatalannya sulit untuk mengembalikan seperti keadaan
benda itu semula, oleh karena itu
harus diganti dengan benda lain yang sama / sejenis serta senilai, misalnya beras, kayu bakar,
minyak tanah dlsb. Pada perjanjian yang obyeknya adalah benda yang tidak dipakai habis
tidaklah terlalu sulit bila perjanjian dibatalkan, karena bendanya masih tetap ada,dan dapat
diserahkan kembali, seperti pembatalan jual beli televisi, kendaraan bermotor, perhiasan dlsb .
d. Benda sudah ada dan benda akan ada
Arti penting pembedaan ini terletak pada pembebanan sebagai jaminan hutang, atau pada
pelaksanaan perjanjian. Benda sudah ada dapat dijadikan jaminan hutang dan pelaksanaan
perjanjiannya dengan cara menyerahkan benda tersebut. Benda akan ada tidak dapat dijadikan
jaminan hutang, bahkan perjanjian yang obyeknya benda akan ada bisa terancam batal bila
pemenuhannya itu tidak mungkin dapat dilaksanakan (Ps.1320 btr 3 BWI) .
e. Benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan
Arti penting dari pembedaan ini terletak pada pemindah tanganan benda tersebut karena jual beli
atau karena warisan. Benda dalam perdagangan dapat diperjual belikan dengan bebas, atau
diwariskan kepada ahli waris,sedangkan benda luar perdagangan tidak dapat diperjual belikan
atau diwariskan, umpamanya tanah wakaf, narkotika, benda benda yang melanggar ketertiban
dan kesusilaan.
f. Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi
Letak pembedaannya menjadi penting dalam hal pemenuhan prestasi suatu perjanjian, di mana
terhadap benda yang dapat dibagi, prestasi pemenuhan perjanjian dapat dilakukan tidak
sekaligus, dapat bertahap, misalnya perjanjian memberikan satu ton gandum dapat dilakukan
dalambeberapa kali pengiriman, yang penting jumlah keseluruhannya harus satu ton. Lain halnya
dengan benda yang tidak dapat dibagi, maka pemenuhan prestasi tidak dapat dilakukan sebagian
demi sebagian, melainkan harus secara seutuhnya, misalnya perjanjian sewa menyewa mobil,
tidak bisa sekarang diserahkan rodanya, besok baru joknya dlsb.
g. Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar
Arti penting pembeaannya terletak pada pembuktian kepemilikannya. Benda terdaftar dibuktikan
dengan bukti pendaftarannya, umumnya berupa sertifikat/dokumen atas nama si pemilik, seperti
tanah, kendaraan bermotor, perusahaan, hak cipta, telpon, televisi dlsb. Pemerintah lebih mudah
melakukan kontrol atas benda terdaftar, baik dari segi tertib administrasi kepemilikan maupun
dari pembayaran pajaknya. Benda tidak terdaftar sulit untuk mengetahui dengan pasti siapa
pemilik yang sah atas benda itu, karena berlaku azas ‘siapa yang menguasai benda itu dianggap
sebagai pemiliknya’. Contohnya, perhiasan, alat alat rumah tangga, hewan piaraan, pakaian
dlsb.[2]
2.5. Hak Kebendaan
2.5.1. Sifat / Karakter Hak kebendaan.
Perbedaan antara hak kebendaan yang diatur dalam Buku II BWI dengan hak
perorangan yang diatur dalam Buku III BWI adalah sebagai berikut :
a) Hak kebendaan bersifat mutlak (absolut), karena berlaku terhadap siapa saja, dan orang lain
harus menghormati hak tersebut, sedangkan hak perorangan berlaku secara nisbi (relatief),
karena hanya melibatkan orang / pihak tertentu saja, yakni yang ada dalam suatu perjanjian saja.
b) Hak kebendaan berlangsung lama, bisa jadi selama seseorang masih hidup, atau bahkan bisa
berlanjut setelah diwariskan kepada ahli warisnya, sedangkan hokum perorangan berlangsung
relatif lebih singkat, yakni sebatas pelaksanaan perjanjian telah selesai dilakukan.
c) Hak kebendaan terbatas pada apa yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan yang
berlaku, tidak boleh mengarang / menciptakan sendiri hak yang lainnya, sedangkan dalam hak
perorangan, lingkungannya amat luas, apa saja dapat dijadikan obyek perjanjian, sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Oleh karena itu sering
dikatakan hokum kebendaan itu bersifat tertutup, sedangkan hukum perorangan bersifat terbuka.

Ciri ciri Hak Kebendaan adalah :


mutlak / absolute
mengikuti benda dimana hak itu melekat, misalnya hak sewa tetap mengikuti benda itu berada,
siapapun yang memiliki hak diatasnya.
hak yang ada terlebih dahulu (yang lebih tua), kedudukannya lebih tinggi; misalnya sebuah
rumah dibebani hipotik 1 dan hipotik 2, maka penyelesaian hutang atas hipotik 1 harus
didahulukan dari hutang atas hipotik 2.
memiliki sifat diutamakan, misalnya suatu rumah harus dijual untuk melunasi hutang, maka hasil
penjualannya lebih diutamakan untuk melunasi hipotik atas rumah itu.dapat dilakukan gugatan
terhadap siapapun yang mengganggu hak yang bersangkutan.
pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan kepada siapapun.[3]
2.5.2. Penggolongan Hak Kebendaan
Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu :
• Hak Kebendaaan yang memberi kenikmatan.
• Hak Kebendaan Yang bersifat Memberi Jaminan

2.5.3. Perolehan Hak Kebendaan


Ada beberapa cara untuk memperoleh hak kebendaan, seperti:
a. Melaui Pengakuan
Benda yang tidak diketahui siapa pemiliknya (res nullius) kemudian didapatkan dan
diakui oleh seseorang yang mendapatkannya, dianggap sebagai pemiliknya.
Contohnya, orang yang menangkap ikan, barang siapa yang mendapat ikan itu dan
kemudian mengaku sebagai pemiliknya, dialah pemilik ikan tersebut. Demikian
pula halnya dengan berburu dihutan, menggali harta karun dlsb.
b.Melalui Penemuan
Benda yang semula milik orang lain akan tetapi lepas dari penguasaannya, karena
misalnya jatuh di perjalanan, maka barang siapa yang menemukan barang tersebut
dan ia tidak mengetahui siapa pemiliknya, menjadi pemilik barang yang
diketemukannya .
Contoh ini adalah aplikasi hak bezit.
c.Melalui Penyerahan
Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui penyerahan
berdasarkan alas hak (rechts titel) tertentu, seperti jual beli, sewa menyewa, hibah
warisan dlsb
Dengan adanya penyerahan maka titel berpindah kepada siapa benda itu
diserahkan.
d.Dengan Daluwarsa
Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak ketahui pemilik benda itu
sebelumnya (misalnya karena menemukannya), hak milik atas benda itu diperoleh
setelah lewat waktu 3 tahun sejak orang tersebut menguasai benda yang
bersangkutan.
Untuk benda tidak bergerak, daluwarsanya adalah
• jika ada alas hak, 20 tahun
• jika tidak ada alas hak, 30 tahun

e Melalui Pewarisan
Hak kebendaan bisa diperoleh melalui warisan berdasarkan hukum waris yang
berlaku, bisa hukum adat, hukum Islam atau hukum barat.

f. Dengan Penciptaan
Seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda yang sudah ada maupun
samasekali baru, dapat memperoleh hak milik atas benda ciptaannya itu.
Contohnya orang yang menciptakan patung dari sebatang kayu, menjadi pemilik
patung itu, demikian pula hak kebendaan tidak berwujud seperti hak paten, hak
cipta dan lain sabagainya.

g.Dengan cara ikutan / turunan


Seseorang yang membeli seekor sapi yang sedang bunting maka anak sapi yang
dilahirkan dari induknya itu menjadi miliknya juga. Demikian pula orang yang
membeli sebidang tanah, ternyata diatas tanah itu kemudian tumbuh pohon durian,
maka pohon durian itu termasuk milik orang yang membeli tanah tersebut[4]

2.5.4. Hapusnya Hak Kebendaan


Hak kebendaan dapat hapus / lenyap karena hal hal :
a. Bendanya Lenyap / musnah
Karena musnahnya sesuatu benda, maka hak atas benda tersebut ikut lenyap,
misalnya hak sewa atas sebuah rumah yang habis/musnah ketimbun longsoran
tanah gunung, menjadi musnah juga. Atau, hak gadai atas sebuah sepeda
motor, ikut habis apabila barang tersebut musnah karena kebakaran .

b. Karena dipindah-tangankan
Hak milik, hak memungut hasil atau hak pakai menjadi hapus bila benda yang
bersangkutan dipindah tangankan kepada orang lain.
c. Karena Pelepasan Hak
Dalam hal ini pada umumnya pelepasan yang bersangkutan dilakukan secara
sengaja oleh yang memiliki hak tersebut, seperti radio yang rusak dibuang
ketempat sampah. Dalam hal ini maka halk kepemilikan menjadi hapus dan
bisa menjadi hak milik orang lain yang menemukan radio tersebut.
d. Karena Kadaluwarsa
Daluwarsa untuk barang tidak bergerak pada umumnya 30 tahun (karena ada
alas hak), sedangkan untuk benda bergerak 3 tahun.
e. Karena Pencabutan Hak
Penguasa publik dapat mencabut hak kepemilikan seseorang atas benda
tertentu, dengan memenuhi syarat :
• harus didasarkan suatu undang undang
• dilakukan untuk kepentingan umum (dengan ganti rugi yang layak )

2.6 Pengertian Benda menurut KUHP perdata


Pengertian benda secara hukum dapat kita lihat dalam Pasal 499 KUHPerdata yang berbunyi
sebagai berikut:
“Menurut paham Undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap
hak yang dapat dikuasai oleh hak milik”.Didalam KUHPerdata kita temukan dua istilah yaitu
benda (zaak) dan barang (goed).Pada umumnya yang diartikan dengan benda baik itu berupa
benda yang berwujud, bagian kekyaan, ataupun yang berupa hak ialah segala sesuatu yang
dapat dikuasai manusia dan dapat dijadikan obyek hukum.Kata “dapat” dalam definisi tersebut
mengandung arti/mempunyai arti yang penting karena membuka berbagai kemungkinan yaitu
pada saat-saat tertentu sesuatu itu belum berstatus sebagai objek hukum namun pada saat-saat
yang lain merupakan obyek hukum seperti aliran listrik.
Jadi untuk dapat menjadi obyek hukum ada syarat yang harus dipenuhi yaitu penguasaan
manusia dan mempunyai nilai ekonomidan karena itu dapat dijadikan sebagai obyek hukum.
Misalnya:
Jika seorang membuka hutan dan mengolahnya, maka lahir penguasaannya terhadap tanah
tersebut. Penguasaan itu menjadi pasti setelah pohon-pohon yang ditanami pembuka hutan itu
tumbuh berbuah sehingga hutan yang dibuka tadi bukan lagi “res nullius” akan tetapi sudah ada
pemiliknya.
Selain daripada itu di dalam KUHPerdata terdapat istilah Zaak yang tidak berarti benda tetapi
dipakai untuk arti yang lain, yaitu misalnya:
Pasal 1792 KUHPerdata: Lastgeving ialah suatu perjanjian yang disitu seseorang
memberikan kuasa kepada seorang lain danorang ini menerimanya untuk melakukan suatu
zaak lastgever itu.
Zaak disini berarti perbuatan hukum
Pasl 1354 KUHperdata: apabila seseorang dengan sukarela tanpa mendapat pesanan untuk itu
untuk menyelenggarakan zaak seorang lain dengan atau tanpa diketahui orang lain…dan
sebagainya
Zaak disini berarti kepentingan.
Pasal 1263 KUHPerdata : perutangan dengan syarat menunda ialah perutangan yang tergantung
daripada suatu kejadian yang akan datang dan tidak pasti atau daripada suatu zaak yang sudah
terjadi tetapi belum diketahui oleh para pihak.[5]

2.7 PEMBEDAAN HAK KEBENDAAN


1. bersifat memberikan kenikmatan (zekelijk genotsrecht)
a) Bezit, merupakan suatu keadaan dimana seseorang menguasai suatu benda , baik sendiri
maupun dengan perantaraan orang lain , seolah-olahnya benda itu miliknya sendiri
b) Hak milik (hak eigendom), disebutkan dalam pasal 570 BW menyatakan bahwa hak milik
adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu benda dengan sepenuhnya dan untuk berbuat
sebebas-bebasnya terhadap benda itu
c) Hak memungut hasil adalah hak untuk menarik hasil (memungut) hasil dari benda orang
lain , seolah-olah benda itu miliknya sendiri dengan kewajiban untuk menjaga benda tersebut
tetap dalam keadaan seperti semula .
d) Hak pakai dan mendiami, dalam BW hak pakai dan hak mendiami ini diatur dalam buku
II title XI dari pasal 818 s.d 829 . dalam pasal 818 BW hanya disebutkan bahwa hak pakai dan
hak mendiami itu merupakan hak kebendaan yang terjadinya dan hapusnya sama seperti hak
memungut hasil (vruchtgebruik)
2. bersifat memberikan jaminan :
1) hak gadai (pasal 1150 BW) : hak yang diperoleh atas suatu benda bergerak yang diberikan
kepadanya oleh debitur obyek : benda bergerak subyek : orang cakap
2) jaminan fidusia : hak jaminan atas benda bergerak baik berwujud maupun tidak dan benda
tidak bergerak dibebani hak tanggungan. Subyek : orang yang membuat perjanjian
3) hypotheek : hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan kepada kreditur bahwa
piutangnya akan dilunasia debitur (dalam buku II title XXI pasal 1162 s.d 1232, tidak semua
berlaku )
4) privilege (piutang –piutang yang di istimewakan)[6]

2.8 Contoh kasus mengenai hak kebendaan:


Hak kebendaanadalah suatu hak absolut, hak yang melekat pada suatu benda, memberikan
kekuasaan langsung atas benda tersebut dan dapat dipertahankan terhadap tuntutan oleh setiap
orang.

Ciri-ciri hak kebendaan:


Bersifat absolut artinya dapat dipertahankan terhadap tuntutan setiap orang;
Droit de suite artinya suatu hak yang terus mengikuti pemilik benda, atau hak yang mengikat
bendanya di tangan siapa pun;
Droit de preference: hak yang didahulukan atau diutamakan.
Jika pemegang hak kebendaan pailit hak kebendaan lain yang melekat di atasnya dapat
dipertahankan dari kepailitan artinya hak kebendaan lain tersebut dapat dituntut seratus persen
karena tidak dipengaruhi oleh kepailitan.
Jika terjadi kepailitan maka para pemegang hak perorangan harus puas menerima, jika ada,
sebagian dari tagihannya seimbang dengan besarnya hak masing-masing.
Kalau terjadi benturan antara hak kebendaan dengan hak perorangan, maka hak kebendaan
yang didahulukan tanpa memperhatikan apakah ada hak kebendaan tersebut terjadi lebih dulu
atau sesudah terjadinya hak perorangan.
Kasus selebritis dalam hal hak kebendaan adalah kasus harta pembagian harta gono-gini ketika
pasangan musisi Maia dan Ahmad Dhani bercerai, dalam kasus ini dalam hal ini bisa dibuktikan
bahwa dalam gugat kebendaan, dapat dilakukan terhadap siapa saja yang mengganggu haknya.
Pengertian benda secara hukum dapat kita lihat dalam Pasal 499 KUHPerdata yang berbunyi
sebagai berikut:
“Menurut paham Undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap
hak yang dapat dikuasai oleh hak milik”.
Didalam KUHPerdata kita temukan dua istilah yaitu benda (zaak) dan barang (goed).
Pada umumnya yang diartikan dengan benda baik itu berupa benda yang berwujud, bagian
kekyaan, ataupun yang berupa hak ialah segala sesuatu yang dapat dikuasai manusia dan dapat
dijadikan obyek hukum.
Kata “dapat” dalam definisi tersebut mengandung arti/mempunyai arti yang penting karena
membuka berbagai kemungkinan yaitu pada saat-saat tertentu sesuatu itu belum berstatus
sebagai objek hukum namun pada saat-saat yang lain merupakan obyek hukum seperti aliran
listrik.
Jadi untuk dapat menjadi obyek hukum ada syarat yang harus dipenuhi yaitu penguasaan
manusia dan mempunyai nilai ekonomidan karena itu dapat dijadikan sebagai obyek hukum.

Misalnya:
- Jika seorang membuka hutan dan mengolahnya, maka lahir penguasaannya terhadap tanah
tersebut. Penguasaan itu menjadi pasti setelah pohon-pohon yang ditanami pembuka hutan itu
tumbuh berbuah sehingga hutan yang dibuka tadi bukan lagi “res nullius” akan tetapi sudah ada
pemiliknya.
Berikut adalah materi tentang teori hukum benda yang akan penulis paparkan:
Hukum Benda adalah Peraturan –peraturan hukum yang mengatur tentang benda atau barang-
barang (zaken) dan Hak Kebendaan (zakelijk recht). Pengertian benda dapat dibedakan menjadi
pengertian dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pengertian ialah benda dalam arti sempit ialah
setiap barang yang dapat diihat saja (berwujud). Sedangkan pengertian benda dalam arti luas
disebut dalam Pasal 509 KUHPerdata yaitu benda ialah tiap barang-barang dan hak-hak yamg
dapat dikuasai dengan hak milik atau denga kata lain benda dalam konteks hukum perdata
adalah segala sesuatu yang dapat diberikan / diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya yang
berupa hak milik. Dengan demikian, yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut adalah Subyek
Hukum, sedangkan sesuatu yang dibebani hak itu adalah Obyek Hukum.[7]
2.9 Hapusnya Hak Kebendaan
Hak kebendaan dapat hapus / lenyap karena hal hal :
a. Bendanya Lenyap / musnah
Karena musnahnya sesuatu benda, maka hak atas benda tersebut ikut lenyap,
misalnya hak sewa atas sebuah rumah yang habis/musnah ketimbun longsoran
tanah gunung, menjadi musnah juga. Atau, hak gadai atas sebuah sepeda
motor, ikut habis apabila barang tersebut musnah karena kebakaran .
b. Karena dipindah-tangankan
Hak milik, hak memungut hasil atau hak pakai menjadi hapus bila benda yang
bersangkutan dipindah tangankan kepada orang lain.
c. Karena Pelepasan Hak
Dalam hal ini pada umumnya pelepasan yang bersangkutan dilakukan secara
sengaja oleh yang memiliki hak tersebut, seperti radio yang rusak dibuang
ketempat sampah. Dalam hal ini maka halk kepemilikan menjadi hapus dan
bisa menjadi hak milik orang lain yang menemukan radio tersebut.

d. Karena Kadaluwarsa
Daluwarsa untuk barang tidak bergerak pada umumnya 30 tahun (karena ada
alas hak), sedangkan untuk benda bergerak 3 tahun.
e. Karena Pencabutan Hak
Penguasa publik dapat mencabut hak kepemilikan seseorang atas benda
tertentu, dengan memenuhi syarat:
• harus didasarkan suatu undang undang
• dilakukan untuk kepentingan umum (dengan ganti rugi yang layak )[8]

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian benda dalam hukum berbeda dengan pengertian umum secara fisika, karena dalam
pengertian hukum, benda adalah sesuatu yang dapat diberikan hak diatasnya.Ø

Terdapat beberapa batasan tentang benda dipandang dari sifat/karakternya, seperti benda
berwujud /tidak berwujud, benda habis / tidak habis dibagi, benda bergerak / tidak bergerak,
benda habis/tidak habis terpakai, benda yang sudah /akan ada dlsb.
Hak Kebendaan bersifat mutlak, berlangsung lama, bersifat tertutup,yang lebih tua
kedudukannya lebih tinggi / didahulukan, mengikuti benda dimana hak itu melekatØ

Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu hak kebendaaan yang member
kenikmatan (misalnya Bezit ; Hak Milik /eigendom; Hak Memungut Hasil; Hak Pakai) dan hak
kebendaan yang bersifat memberi jaminan (misalnya Gadai, Hipotik,) .

DAFTAR PUSTAKA

http://ninyasmine.wordpress.com/2011/08/14/teorihukumbenda/
http://kbmfhub.blogspot.com/2010/07/makalah-hukum-benda_17.html
http://id.scribd.com/doc/41514393/HUKUM-BENDA
http://kuliahade.wordpress.com/2010/05/20/hukum-perdata-sistem-buku-ii-dan-pengertian-
benda/
http://ninyasmine.wordpress.com/2011/08/14/teorihukumbenda/
http://mohammadblogspotcom.blogspot.com/p/asas-hukum-benda.html
http://ninaekasari.blogspot.com/2012/05/tulisan-4-pengakuan-hukum-tentang-hak.html

Anda mungkin juga menyukai