2. Kudeta bisa terjadi pada keduanya, yang berbeda adalah pelakunya. Pada
kerajaan pelakunya umumnya adalah para sanak keluarga raja yang memiliki
kekuasaan, tapi pada republik pelakunya umumnya adalah para elit negara, atau
pejabat negara yang memiliki kekuasaan.
5. Pelaksanaan yang diktator atau “tangan besi” bisa terjadi pada keduanya,
jika kepala pemerintahan mengendalikan semua kekuasaan negara lalu pelaksanaan
pemerintahannya hanya dengan menggunakan kekuatan tanpa musyawarah lagi.
Setiap negara bercita-cita untuk hidup dalam waktu yang lama, tapi
kenyataannya daya tahan hidup pada negara kerajaan lebih banyak tergantung pada
satu orang yakni raja, sehingga kalau rajanya dianggap lemah maka seluruh kerajaan
akan hancur. (ingat kisah “The Last Emperor”)
Jadi dalam mempertahankan hidupnya umumnya kerajaan lebih rentan dan
lebih mudah untuk punah, dan umumnya tidak bisa bertahan untuk waktu yang lama
sampai berabad-abad, sudah banyak kerajaan yang hancur.
Mungkin kejadian paling tragis yang dialami oleh Ahmed Zogu yang diangkat
oleh rakyat daerah Balkan menjadi presiden Albania pada tahun 1925, tetapi dengan
“tangan besi” dia merubah sistim pemerintahannya menjadi sistim kerajaan pada
tahun 1928 dan mengangkat dirinya menjadi Raja Zog-1. Pada tahun 1939
dianeksasi oleh Musolini, kerajaannya hilang dan dia melarikan diri ke Inggris sampai
akhir hayatnya.
Apapun kerajaan yang masih dapat bertahan sampai sekarang, karena sudah
tidak laagi menjalankan sistim kerajaan secara murni dan tradisional, tetapi sudah
dimodifikasi dengan sistim republik. Walaupun berbentuk kerajaan, tapi memiliki
badan legislatif dan badan yudikatif yang berkerja dengan solid, valid dan efisien.
Contohnya : Jepang, Inggris, Belanda, Saudi Arabia dan lain-lain.
b. Raja dan keluarga raja selalu dilayani oleh para penjaga dan para
dayang, sikap yang ingin selalu dihormati dan dilayani disertai rakyat yang
memandang tinggi pada keturunan raja dan pada para abdi dalem.
Pengaruh budaya ini terlihat, bahwa masyarakat masih ada yang
memandang tinggi para pegawai negeri dan para pejabat negara, karena
pegawai negeri sejajar dengan “tingkat abtenar” pada masa penjajahan
Belanda. Dan tidak mengherankan jika terdapat pegawai negeri
yang bersikap ingin dilayani, dan ingin hidup di dalam istana. Padahal
pegawai negeri adalah unsur pelayanan sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat. (apakah jika rakyat memerlukan tanda tangan pejabat karena
suatu urusan, lalu menjadi sulit ditemui dan rakyat harus sabar menunggu?
Mengapa ada istilah “DPR seperti menara gading”?)
b. Segi ekonomi.
Di daerah kerajaan terjadi pengaturan ekonomi yang berdiri sendiri,
perubahan dari sistim sentralisasi ke sistim desentralisasi seharusnya mendorong
dan memperkuat ekonomi di daerah tersebut.