Anda di halaman 1dari 5

Oleh : ARI WAROKAH LATIF

Berikut ini saya sampaikan gambaran umum terlebih dahulu tentang


penyelenggaraan negara menurut sistim kerajaan dan republik, meliputi : a).
Persamaan antara negara kerajaan dengan negara republik; b). Perbedaan antara
negara kerajaan dengan negara republik; c). Modifikasi negara kerajaan; d). Defiasi
negara republik.

A). Persamaan antara Negara Kerajaan dengan Negara Republik


Dikenal dua sistim penyelenggaraan negara, yakni sistim kerajaan dan sistim
republik, keduanya mempunyai persamaan sebagai berikut :

1. Keduanya menyelenggarakan urusan-urusan kepentingan umum, yakni


berusaha meningkatkan kesejahteraan moril dan materil semua rakyat.

2. Kudeta bisa terjadi pada keduanya, yang berbeda adalah pelakunya. Pada
kerajaan pelakunya umumnya adalah para sanak keluarga raja yang memiliki
kekuasaan, tapi pada republik pelakunya umumnya adalah para elit negara, atau
pejabat negara yang memiliki kekuasaan.

3. Perpecahan bisa terjadi pada keduanya. Bedanya, perpecahan yang terjadi


pada kerajaan disebabkan kepala daerah (setingkat gubernur yang diangkat oleh
raja) memisahkan diri dan mengangkat dirinya menjadi raja dan mendirikan kerajaan
sendiri, maka berpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Perpecahan yang
terjadi pada negara republik umumnya pada negara serikat, karena masing-masing
negara bagian memisahkan diri dan berdiri sendiri, contoh : hilangnya USSR, RPA
dan lain-lain.

4. Pelanggaran hukum dapat terjadi pada keduanya. Pada negara kerajaan


disebabkan lemahnya pengawasan oleh seorang raja, sedang pada negara republik
disebabkan lemahnya pengawasan oleh para aparat penegak hukum.

5. Pelaksanaan yang diktator atau “tangan besi” bisa terjadi pada keduanya,
jika kepala pemerintahan mengendalikan semua kekuasaan negara lalu pelaksanaan
pemerintahannya hanya dengan menggunakan kekuatan tanpa musyawarah lagi.

B). Perbedaan antara Negara Kerajaan dengan Negara Republik


Perbedaan antara negara kerajaan dengan negara republik, mungkin dapat
dijelaskan dalam tabel berikut :

Negara Kerajaan Negara Republik

1. Sistem kerajaan yang 1. Sistem republik yang


berkuasa adalah raja dan berkuasa adalah Presiden dan
pimpinan tertinggi negera pimpinan tertinggi negara
dikepalai oleh Raja. dikepalai oleh presiden.
2. Siapa saja yang 2. Presiden hanya pilihan
mempunyai kekuasaan yang rakyat, siapapun tidak bisa
besar dan pendukung setia mengangkat dirinya jadi
yang banyak, dapat membuat presiden, karena tidak akan
dinasti baru dan mengangkat diakui rakyatnya.
dirinya menjadi raja.
3. Masa jabatan presiden
3. Masa jabatan seorang dibatasi, tidak bisa seumur
raja ditentukan oleh hidup, paling lama 12 tahun
kehendak raja sendiri, (lihat presiden/khalifah
umumnya masa jabatannnya Usman bin Affan RA), tetapi
seumur hidup. umumnya berkisar 4-5 tahun.

4. Pemilihan raja baru 4. Pemilihan presiden baru,


ditentukan dan diangkat oleh tidak ditentukan oleh presiden
raja sebelumnya, sebagai lama, tapi dipilih, ditentukan,
penggantinya. diangkat dan oleh rakyat.

5. Raja bersifat turun- 5. Siapapun yang memenuhi


temurun, umumnya putra persyaratan dan disenangi
mahkota yang menjadi raja, rakyat banyak, bisa dipilih
atau sanak keluarga dari raja jadi presiden baru.
sebelumnya.
6. Semua pejabat dan
6. Semua pejabat dan aparatur negara dipilih,
aparatur negara dipilih, diangkat dan diberhentikan
diangkat dan diberhentikan sesuai ketentuan yang
oleh raja dan menurut berlaku.
kehendak raja.
7. Pendelegasian tugas dan
7. Pendelegasian tugas dan wewenang kenegaraan, diatur
wewenang kenegaraan, diatur ketentuan yang berlaku.
langsung oleh raja sendiri
termasuk perubahannya 8. Penetapan aturan hukum
semua diatur oleh raja dan pelaksanaannya diatur,
sendiri. diawasi dan dikendalikan oleh
badan Legislatif dan badan
8. Penetapan aturan hukum Yudikatif. Presiden
dan pelaksanaannya diatur, mengesahkan dan
diawasi dan dikendalikan menghormati hukum yang
langsung oleh raja sendiri. berlaku.
Raja bebas merubah-rubah
hukum yang dibuatnya 9. Semua orang
sendiri. kedudukannya sama dimata
hukum, tidak ada yang lebih
9. Raja mempunyai istimewa. Jika Presiden dan
kedudukan yang lebih atau keluarga presiden
istimewa di mata hukum, raja melanggar hukum, maka
bebas melakukan tindakan tetap akan terkena sanksi
hukum apa saja. Jika raja dan hukum.
atau keluarga raja melanggar
hukum, maka bebas dari 10. Setiap negara republik
sanksi hukum. umumnya menghargai hidup
dan berkembangnya negara
10. Setiap kerajaan lain, bahkan ada yang
umumnya saling berebut mengakui secara resmi
kekuasaan, berusaha untuk kerajaan yang ada dan
saling menjatuhkan dan berkembang di wilayahnya.
saling “mencaplok” yang lain.
Terutama sekali bila rajanya
sangat ambisius dengan
kekuasaan.

C). Modifikasi Negara Kerajaan

Setiap negara bercita-cita untuk hidup dalam waktu yang lama, tapi
kenyataannya daya tahan hidup pada negara kerajaan lebih banyak tergantung pada
satu orang yakni raja, sehingga kalau rajanya dianggap lemah maka seluruh kerajaan
akan hancur. (ingat kisah “The Last Emperor”)
Jadi dalam mempertahankan hidupnya umumnya kerajaan lebih rentan dan
lebih mudah untuk punah, dan umumnya tidak bisa bertahan untuk waktu yang lama
sampai berabad-abad, sudah banyak kerajaan yang hancur.
Mungkin kejadian paling tragis yang dialami oleh Ahmed Zogu yang diangkat
oleh rakyat daerah Balkan menjadi presiden Albania pada tahun 1925, tetapi dengan
“tangan besi” dia merubah sistim pemerintahannya menjadi sistim kerajaan pada
tahun 1928 dan mengangkat dirinya menjadi Raja Zog-1. Pada tahun 1939
dianeksasi oleh Musolini, kerajaannya hilang dan dia melarikan diri ke Inggris sampai
akhir hayatnya.
Apapun kerajaan yang masih dapat bertahan sampai sekarang, karena sudah
tidak laagi menjalankan sistim kerajaan secara murni dan tradisional, tetapi sudah
dimodifikasi dengan sistim republik. Walaupun berbentuk kerajaan, tapi memiliki
badan legislatif dan badan yudikatif yang berkerja dengan solid, valid dan efisien.
Contohnya : Jepang, Inggris, Belanda, Saudi Arabia dan lain-lain.

D). Defiasi Negara Republik

Dalam penyelenggaraan kenegaraan di Indonesia yang menganut sistim


republik, terjadi keunikan atau lebih tepat dikatakan defiasi percampur-bauran
dengan sistim kerajaan, ditandai dengan dua hal :

1. Defiasi karena pengaruh budaya


a. Watak masyarakat Indonesia umumnya ramah tamah, pendengar
yang baik, menghargai tamu dan terbuka bercampur gaul dengan orang asing,
tetapi masih sulit untuk diajak berdiskusi dalam pengambilan keputusan.
(mungkin ini watak orang asia secara umum atau watak orang-orang yang
bekas dijajah)
Pengaruh budaya ini, terlihat pada tingkat nasional, pada sekitar
tahun 50-an, terjadi perubahan yang terus-menerus antara sistim parlementer
dan sistim presidential, sehingga praktis dewan perwakilan rakyat pernah tidak
bekerja menjalankan tugas-tugas kenegaraan. (ini tidak pernah terjadi pada
negara republik lainnya di dunia ini)

b. Raja dan keluarga raja selalu dilayani oleh para penjaga dan para
dayang, sikap yang ingin selalu dihormati dan dilayani disertai rakyat yang
memandang tinggi pada keturunan raja dan pada para abdi dalem.
Pengaruh budaya ini terlihat, bahwa masyarakat masih ada yang
memandang tinggi para pegawai negeri dan para pejabat negara, karena
pegawai negeri sejajar dengan “tingkat abtenar” pada masa penjajahan
Belanda. Dan tidak mengherankan jika terdapat pegawai negeri
yang bersikap ingin dilayani, dan ingin hidup di dalam istana. Padahal
pegawai negeri adalah unsur pelayanan sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat. (apakah jika rakyat memerlukan tanda tangan pejabat karena
suatu urusan, lalu menjadi sulit ditemui dan rakyat harus sabar menunggu?
Mengapa ada istilah “DPR seperti menara gading”?)

c. Adanya kecenderungan suatu jabatan di negara republik Indonesia,


dijadikan seperti jabatan dikerajaan, yakni ada upaya-upaya untuk
menjadikan jabatan seumur hidup dan menjadikan seperti dinasti yang turun-
temurun.
Kecenderungan ini, mungkin dapat kita lihat, pada beberapa gejala :
– Telah terjadi penyelewengan dari UUD 1945 sehingga muncul dekrit
kembali ke UUD 1945 – Tap. MPR No.V/MPR/1973 menetapkan Dekrit 5 Juli
1959 sebagai sumber hukum –, (apakah presiden RI yang pertama ingin
memperpanjang masa jabatannya menjadi seumur hidup? Bagaimana
dengan presiden RI yang kedua?)
– Adanya upaya menundaan pemilihan umum/pemilihan daerah/pemilihan
kepala daerah dan adanya upaya penundaan pelantikan dan serah terima
jabatan. (bukankan penundaan walaupun hanya beberapa
waktu/bulan/tahun, berarti upaya memperpanjang masa jabatan pejabat
lama, sehingga pejabat lama masih bisa berkiprah?)
– Adanya upaya mempertahankan jabatan Ketua RT/Ketua RW/Kepala
Desa dan jabatan lainnya. Untuk selalu terpilih dan mungkin jika bisa
dijadikan jabatan seumur hidup atau untuk seterusnya dijabat oleh sanak
keluarga terdekat dari pejabat lama. (Apakah dalam profesi lain, jabatan
lain, bidang lain, ada upaya-upaya yang serupa ini?)

Pengaruh budaya masih banyak lagi implikasinya yang mengakibatkan


defiasi dalam penyelenggaraan tugas-tugas kenegaraan di republik ini.
(selanjutnya tidak dibahas semua, karena keterbatasan disini)

2. Defiasi di Daerah Kerajaan dan Daerah Istimewa


Di wilayah Indonesia masih terdapat kerajaan-kerajaan dan daerah istimewa,
seperti Yogjakarta, yang keberadaannya diakui secara resmi. Terjadilah defiasi yang
terlihat dari :
a. Segi Hukum.
Di seluruh wilayah kesatuan negara republik Indonesia berlaku hukum
nasional, tetapi pada daerah kerajaan, dimana rakyat yang masih mengakui
kekuasaan rajanya mengakui hukum kerajaan. Jadi seolah-olah rakyat di daerah
kerajaan memiliki dua hukum yang sedang berlaku, padahal kenyataannya kedua
hukum tersebut sejalan dan tidak bertentangan.

b. Segi ekonomi.
Di daerah kerajaan terjadi pengaturan ekonomi yang berdiri sendiri,
perubahan dari sistim sentralisasi ke sistim desentralisasi seharusnya mendorong
dan memperkuat ekonomi di daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai