Anda di halaman 1dari 16

Perkembangan Bentuk Kehidupan

Bernegara Pada Zaman Klassik


NURBETI, S.H., M.H.
Zaman Yunani
Tugas Negara:
Menurut Socrates, adalah “Menciptakan hukum dan keadilan
yang harus dilakukan oleh para pemimpin atau penguasa negara
yang dipilih oleh rakyat. Dan negara bukanlah dibuat (dibentuk)
untuk kepentingan pribadi dari penguasa negara, melainkan
negara adalah suatu susunan yang obyektif berdasarkan pada
sifat hakikat manusia. Karena itu bertugas melaksanakan hukum
yang obyektif dimana termuat keadilan bagi umum dan tidak
hanya melayani kebutuhan para penguasa. Sebaliknya rakyat
sendiri harus tunduk dan patuh kepada
negara walaupun keadaan negara itu sendiri harus diperbaiki”.
Tujuan Negara:
Menurut Plato, untuk mengetahui dan mencapai
ide atau cita-cita yang sesungguhnya dari
negara. Sedangkan yang dapat mengetahui dan
mencapai ide yang sesungguhnya itu adalah
para ahli filsafat saja. Maka dari itu pimpinan
negara harus atau sebaiknya dipegang oleh para
ahli fisafat atau cendikiawan.
Terjadinya Negara:
• penggabungan keluarga sehingga menjadi kelompok
yang lebih besar. Kemudian kelompok itu bergabung lagi
menjadi desa-desa bergabung pula sehingga menjadi
negara yang sifatnya masih merupakan suatu kota.
• Desa yang sesuai dengan kodratnya adalah desa yang
bersifat genealogis, yaitu yang berdasarkan keturunan.
Dengan demikian adanya negara adalah berdasarkan
kodrat.
• Manusia sebagai anggota keluarga menurut kodratnya
tidak dapat dipisahkan dari negara sebab manusia itu
adalah makhluk sosial / zoon politicon. Manusia akan
menjadi baik dan sempurna karena pergaulan dan
masyarakat. Sebab negara itu adalah keadilan dan juga
kesusilaan dipandang sebagai bagian dari kehidupan
negara.
Zaman Abad Pertengahan
Menurut Thomas Aquinas:
• Kedudukan negara dan gereja sama namun
menpunyai tugas yang berbeda,
• Negara mempunyai tugas dilapangan
keduniawian sedangkan gereja dilapangan
kerohanian.Namun gereja merupakan wakil
kerajaan tuhan di dunia, oleh karena itu hukum
keduniawian dilindungi gereja maka menurut
kodratnya kekuasaan keduniawian harus tunduk
kepada kekuasaan kerohanian
• 4 Golongan Hukum Menurut Thomas :
1. Lex Asterna (Ratio Tuhan)
Mengatur sgl sesuatu yang ada sesuai dengan sifat dan
tujuannya.
2. Lex Duvina.
Sebagian Lex dari Asterna yang diwahyukan pada
manusia.
3. Lex Naturalis
sebagian Lex Duvina yang dapat ditangkap oleh akal
manusia
4. Lex Positif.
Hukum yang berlaku.
Dante Aughieri:
• Judul Bukunya : De Monarhia
• Tujuan Negara: Untuk menyelenggarakan perdamaian
dunia dengan cara mengadakan peraturan perundang-
undangan.
• Pemerintahan yang baik adalah pemusatan kekuatan
pada satu orang, sebab jika lebih dari satu orang akan
selalu timbul pertentangan.
• Raja atau Kaisar memperoleh kekuasaan langsung dari
Tuhan.
• Akibat dari tulisannya muncul perselisihan antara paus
dengan raja, yang berakhir dengan kemenangan bagi
raja.
• Kaum legist mulai mendapatkan kemenangan yang
terkenal dengan sebutan YEREGOIS.
Marsilius Padua:
• Judul Buku : Defensor Facis
• Tujuan Negara : Menyelenggarakan dan
mempertahankan perdamaian.
• Terjadinya Negara : Karena perjanjian antara
orang2 yang hidup bersama untuk
menyelenggarakan perdamaian.
• Dalam perjanjian membentuk negara
ini,rakyat menunjuk seseorang yang diserahi
tugas untuk menyelenggarakan perdamaian,
dan terhadap orang yang ditunjuk ini rakyat
melakukan penundukan diri.
• Perjanjian penundukan diri ini disebut Factum
Subjection, ada dua :
• 1. Factum Subjection yang bersifat Concessio
yaitu penundukan terbatas pada apa yang
dikehendaki oleh rakyat.
• 2. Factum Subjection yang bersifat Translatio
yaitu penundukan secara mutlak.
Zaman Renaissance
• Ajaran Nicollo M bersifat naturalis dan realisme moderen.
• Dalam praktek ketatanegaraan tidak perlu menghiraukan asas kesusilaan,
bahkan negara akan rugi jika tidak berbuat demikian. Hal ini berarti
adanya pemisahan antara asas moral, dan susila dengan asas
kenegaraan.

• Tujuan negara menurut Machiavelli :


Untuk mengusahakan terlaksananya ketertiban,keamanan, dan
ketentraman.

Tujuan ini hanya dapat dicapai oleh pemerintahan seorang raja yang
mempunyai kekuasaan yang absolut.
Jadi usahanya itu menuju kearah mendapatkan dan menghimpun
kekuasaan yang sebesarnya ditangan seorang raja. Namun sebeanarnya
ini bukanlah tujuan yang terakhir melainkan sebagai sarana/alat untuk
mencapai tujuan yang lebih tinggi yakni untuk kemakmuran bersama.
Menurut machiavelli :

Moral dan Susila merupakan sesuatu yang diharapkan/dicita-


citakan (Das Sollen), sedangkan Kenegaraan merupakan suatu
kenyataan (Das Sein).
Suatu kenyataan selalu berbeda dengan apa yang diharapkan, jauh
sekali bedanya bagaimana orang seharusnya hidup dengan hidup
yang sebenarnya. Apa yang dikatakan tidak sama dengan apa yang
diperbuat. Apabila orang lupa dengan kenyataan maka orang itu
akan lebih membinasakan dirinya dari pada menyelamatkan dirinya.
Dilingkungan orang-orang jahat, orang baik akan binasa, oleh
karena itu raja harus belajar bagaimana menjadi orang yang tak
baik, raja harus sanggup untuk tidak menepati janji, apalagi kalau
janji itu merugikan negara.Raja yang dapat berlaku demikianlah
yang telah mencapai hasil yang besar.Sebab dalam kenyataan orang
yang mempercayai kejujuran orang lain sering dikalahkan karena
kepecayaan tersebut, oleh karena itu orang seharusnya berjuang
dengan menggunakan kekuasaan dan kekerasan seperti binatang
dan tidak menggunakan hukum.
Seorang raja harus dapat berbuat seperti kancil sekaligus
singa.Merupakan kancil supaya tidak terjerat jaring-jaring orang
lain, merupakan singa supaya tidak gentar mendengar raungan
serigala. Dengan demikian dia dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.
Selanjutnya dikatakan adanya negara adalah untuk kepentingan
negara itu sendiri dan seharusnya negara mencapai tujuan dan
kepentingan sendiri dengan cara yang dianggap paling tepat
meskipun dengan cara yang sangat licik sekalipun.
Dengan demikian kepentingan negara dijadikan ukuran
tertinggi bagi pelaksanaan pemerintahan. Untuk itu dia tidak
saja menganggap perlu melepaskan pikiran yang bersifat
keagamaan tetapi juga moral dan susila sebab praktek moral
dan susila sifatnya berbeda dengan praktek kenegaraan yang
nyata.
Ajarannya ini dikenal dengan ajaran kepentingan negara (Staars
Raison).
Jean Bodin:
• Judul buku : Les Six De La Repulique
• Pada prinsipnya ajaran Jean Bodin adalah memberi
dasar-dasar yuridis terhadap kekuasaan absolut di
bawah pemerintah Raja Hendry IV di Prancis.
• Negara : Keseluruhan dari keluarga yang dipimpin
oleh akal dari seorang penguasa yang berdaulat.
• Tujuan Negara :
Menghimpun dan mendapatkan kekuasaan yang
sebesar-besarnya ditangan penguasa.
Menurut Jean Bodin,
Kedaulatan : Kekuasaan tertinggi terhadap warga negara
atau rakyatnya tanpa adanya suatu
pembatasan apapun dari UU.

Raja yang membuat UU tetapi dia tidak terikat dengan UU.


UU adalah hukum positif bukan hukum Tuhan atau hukum alam.

Kekuasaan tertinggi membentuk UU mempunyai sifat :


1. Tunggal yaitu hanya negara yang mempunyai kekuasaan
membentuk UU, tidak ada badan lain yang berhak membuat UU.
2. Asli yaitu kekuasaan membentuk UU tidak berasal dari kekuasaan
lain.
3. Abadi yaitu kekuasaan membentuk UU ada pada negara dan
adanya negara itu abadi.
4. Tidak dapat dibagi-bagi yaitu kekusaan itu tidak dapat diserahkan
pada pihak lain baik sebagian maupun keseluruhan
Monarkomaken
• Monarkomaken artinya anti raja, namun yang dimaksud
bukan anti pada rajanya secara pribadi, tetapi anti pada
kekuasaan raja yang bersifat absolut.
• Tujuannya : Untuk membatasi kekuasaan
raja yang bersifat absolut.
Jadi secara prinsipil mereka tidak akan mencari atau
meletakan dasar baru bagi suatu sistem ketatanegaraan
dan tidak menentang adanya kerajaan, tetapi hanya
mencari dasar dan batas dari kekuasaan raja serta apa
alasannya atau tindakan apa yang harus dilakukan bila raja
melampaui batasan tersebut.
Johanes Althusius Menyatakan :
1. Terjadinya negara.
Pendapatnya hampir sama dengan Aristoteles, Yaitu bahwa
negara merupakan kesatuan keluarga dalam bentuk yang
tertinggi dan mempunyai tujuan yang beraneka ragam, dan
secara berangsur-ansur kesatuan itu berkembang yang akhir
bentuknya mencapai tujuan negara.
2. Kedaulatan adalah bentuk kekuasaan tertinggi untuk
menyelenggarakan segala sesuatu yang bertujuan untuk
kepentingan jasmani dan rohani dari warga negara.
3. Penguasa atau raja harus diangkat oleh rakyat untuk
melaksanakan UU. Pengangkatan tersebut harus dilakukan
dalam suatu perjanjian, maka raja terikat untuk menjalankan
UU.Sebaliknya rakyat sendiri berjanji untuk taat dan tunduk
pada penguasa.
Rakyat sebagai kesatuan boleh melakukan perlawanan
terhadap raja yang berlaku sewenang-wenang.

Anda mungkin juga menyukai