A. PENGERTIAN HUKUM.
Dalam mengemukakan tentang pengertian hukum selain dijelasakan mengenai
definisi hukum, disini juga akan dijelaskan pula tentang unsur-unsur hukum, ciri-ciri hukum,
sifat hukum, tujuan hukum, dan sumber-sumber serta pembagian dari hukum.
1. DEFINISI HUKUM
Apabila akan memulai mempelajari hukum, pertama-tama yang harus diketahui
adalah apakah definisi hukum itu? Banyak pendapat dari para ahli hukum (juris) yang
mendefinisikan tentang hukum, ada yang mengatakan bahwa hukum itu gejala
kemasyarakatan, gejala sosial atau hukum mengatur hubungan anggota masyarakat yang
seorang dengan yang lain, begitu pula mengatur anggota itu dengan masyarakat.
Bahkan Van Apeldoorn menyatakan bahwa tidak ada seorangpun ahli hukum yang mampu
mendefinisikan hukum. Ada beberapa ahli hukum yang berpendapat tentang apa itu hukum
antara lain :
a. J. Van kan : hukum adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan kehidupan yang bersifat
memaksa yang melindungi kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat. (Inleiding
tot de Rechts wetenschap)
b. Han Kelsen : hukum terdiri dari kaidah-kaidah bagaimana orang harus berlaku. (Reine
Rechtslehre).
c. Wirjono Prodjodikoro: hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah
laku orang-orang sebagai anggota suatu masyarakat dan bertujuan mengadakan tata
tertib di antara anggota-anggota masyarakat itu.
2. UNSUR-UNSUR HUKUM.
Berdasarkan beberapa definisi hukum tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. Norma atau kaidah (yang mengandung nilai-nilai)
b. Mengatur hubungan manusia (baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat) dalam
masyarakat, termasuk antar negara.
c. Menuju ketertiban, kedamaian, keadilan, kesejahteraan, kebahagiaan
d. Bersifat memaksa, disertai sanksi
1
e. Masyarakat menegara (nasional & internasional)
3. CIRI-CIRI HUKUM.
Agar dapat memahami apa itu hukum, perlu diketahui tentang ciri-ciri hukum, antara lain
a. adanya perintah dan/atau larangan
b. perintah dan/atau larangan yang ada, harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap orang maupun
lembaga/badan hukum.
c. adanya sanksi
4. SIFAT HUKUM
Hukum mempunyai sifat mengatur dan memaksa, sifat ini dimiliki oleh seorang hakim.
Dengan demikian dari segi sifatnya hukum merupakan peraturan-peraturan hidup
kemasyarakatan (atau yang disebut norma atau kaidah) yang dapat memaksa orang supaya
mentaati tata tertib dalam kehidupan bermasyarakat, serta memberikan sanksi yang tegas
(berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau mentaatinya.
Hukum juga sebagai kekuasaan yang hidup, yaitu sebagai kekuasaan yang mengatur
dan memaksa, tetapi juga sebagai kekuasaan yang senantiasa berkembang, bergerak,
karena pengadilan selalu membentuk peraturan baru.
5. TUJUAN HUKUM
Tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup secara damai. Hukum menghendaki
perdamaian di antara manusia, dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia yang
tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda dan sebagainya terhadap yang
merugikannya.
6. SUMBER-SUMBER HUKUM
Sumber dalam arti formal (sumber hukum positif) ialah :
a. undang-undang
b. kebiasaan
c. traktat (perjanjian internasional), perjanjian harus dipenuhi (pacta sunt servanda).
d. yurisprudensi (keputusan hakim)
e. doktrin (pendapat para sarjana hukum)
7. PEMBAGIAN HUKUM
a. Menurut daya kerjanya, hukum dapat dibagi dalam :
(1) hukum yang memaksa
2
(2) hukum yang mengatur
b. Menurut hukumnya, hukum dapat dibagi dalam :
(1) hukum tertulis
(2) hukum tidak tertulis (kebiasaan)
c. Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam ;
(1) Ius Constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang dalam
masyarakat tertentu, di suatu daerah tertentu.
(2) Ius Constituendum, yaitu hukum yang akan berlaku di masa datang
(3) Hukum Alam, yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan
untuk segala bangsa di dunia.
d. Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam :
(1) Hukum Privat (sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu
dengan yang lainnya, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
(2) Hukum Publik (hukum negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan negara dengan
alat-alat perlengkapan negara atau hubungan warga negara dengan warganegaranya, yaitu
:
o hukum tata negara
o hukum administrasi negara
o hukum pidana
o hukum internasional
o hukum pajak
o hukum perburuhan/tenaga kerja dll.
3
Misalnya:
adanya larangan perampasan atas pendukung hak yang mengakibatkan kematian
perdata/burger lijke dood (Pasal 3 KUH Perdata) seperti : perbudakan.
2. OBJEK HUKUM
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum
(manusia/badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok suatu perhubungan hukum, karena
sesuatu itu dikuasai oleh subyek hukum. Atau dengan kata lain bahwa objek hukum
merupakan sesuatu yang mempunyai harga dan nilai, serta penguasaanya diatur oleh
hukum. Sebagai contoh : perjanjian jual beli rumah (rumah=objek hukum)
Secara implisit : obyek hukum bukan manusia tetapi benda. Hal ini ditegaskan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana kita, yaitu dalam Pasal 499, 503, 504 dan 505 KUHAP
diyatakan bahwa manusia bukan obyek hukum.
4
o Buku II KUHPerdata yang mengatur tentang benda (berwujud, benda bergerak dan benda
tidak bergerak).
o UUPA (UU No. 5 Tahun 1960) tentang tanah kecuali tentang hipotik. Hipotik dihapus
diganti dengan Hak Tanggungan (UU No. 4 Tahun 1996)
o Buku II KUHD mengatur tentang benda-benda di laut atau di kapal. Kapal di atas 20m3
dianggap benda tetap, sedangkan kurang dari 20m3 sebagai benda bergerak.
o UU No. 6 Tahun 1982 tenang Hak Cipta (mengatur tentang kebendaan khususnya hak
cipta milik pencipta lagu, musik, seni dan karya budaya lainnya)
5
Sedangkan Benda sesuai yang diatur dalam Pasal 504 BW terbagi atas 2 benda juga, yaitu
:
o Benda bergerak/benda tidak tetap dan (Ps. 509 s.d. 518 BW)
Jenis-jenis benda bergerak diatur dalam (Ps. 509 s.d. 518 BW)
Misalnya : kendaraan bermotor (dalam BW : kapal)
o Benda tidak bergerak/benda tetap
Jenis-jenis benda tidak bergerak diatur dalam (Ps. 506 s.d. 508 BW)
Misalnya : tanah beserta tanaman atau rumah
C. BENTUK HUKUM
1. HUKUM PRIVAT (HUKUM SIPIL)
Hukum privat (sipil) terdiri dari :
a. Hukum privat dalam arti luas, yang meliputi hukum perdata dan hukum dagang
b. Hukum privat dalam arti sempit, meliputi hukum perdata saja.
6
Hukum dagang bersumber pada :
a. KUHPerdata khususnya Buku Ketiga tentang perikatan dan ketentuan-ketentuan
tentang badan hukum (rechtspersoon)
b. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
c. Peraturan-peraturan di bidang perdagangan di luar KUHD, seperti : koperasi, paten,
hak milik industri, perum, perjan, persero, bumn dan lain-lain.
KUHD terdiri dari dua buku ;
a. Buku I tentang perdagangan pada umumnya
b. Buku II tentang hukum laut (maritim).
Bagian-bagian KUH Perdata yang mengatur tentang Hukum Dagang sebagian besar
terletak di Kitab III tentang Perikatan. Yang dimaksud dengan Hukum Perikatan adalah
hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang terletak dalam
lapangan harta kekayaan dimana pihak yang satu wajib berprestasi dan pihak yang lain
berhak atas prestasi tersebut.
Mengapa hukum dagang terletak dalam hukum perikatan, karena hukum dagang juga
mengatur perikatan-perikatan yang timbul dalam lapangan harta kekayaan yang bersumber
pada perjanjian, seperti : jual-beli, asuransi, pengangkutan, makelar, komisioner, wesel, CV,
Perseroan Terbatas dan sebagainya.
7
2. HUKUM DAGANG (lex specialis) yang diatur dalam Buku III KUH Perdata (lex
generalis)
Hukum Dagang sebagian besar terletak pada Buku III tentang perikatan, karena hukum
dagang mengatur juga perikatan-perikatan yang timbul dalam lapangan harta kekayaan.
Dalam buku ketiga diatur tentang : perjanjian jual beli, perikatan yang lahir dari kontrak
(jual beli, sewa menyewa dll), tukar menukar, sewa-menyewa, pinjam pakai, pinjam peminjam
(perjanjian kredit), pertanggungan (hipotik), pinjam pakai dan hapusnya perikatan dan
perjanjian dst.
8
BAB II
PEMBAGIAN BENDA DAN HAK-HAK KEBENDAAN
A. PEMBAGIAN BENDA
Benda sesuai Pasal 503 BW terdiri dari :
Benda berwujud/bertubuh (sifatnya dapat dilihat, diraba dan dirasakan dengan
pancaindra) dan
Benda tidak berwujud/tidak bertubuh (hanya dapat dirasakan oleh pancaindra)
Contoh : merek, paten dan hak cipta
Benda sesuai Pasal 504 BW terdiri dari :
Benda bergerak/benda tidak tetap dan (Ps. 509 s.d. 518 BW)
Pasal 505 menyatakan bahwa Tiap-tiap benda bergerak tidak dapat dihabiskan atau dapat
dihabiskan (bila dipakai/digunakan)
Benda tidak bergerak/benda tetap
Jenis-jenis benda tidak bergerak diatur dalam (Ps. 506 s.d. 508 BW)
Misalnya : tanah/pekarangan beserta tanaman atau rumah di atasnya
Jenis-jenis benda bergerak diatur dalam (Ps. 509 s.d. 518 BW)
Misalnya : kendaraan bermotor (dalam BW : kapal yang berkapasitas kurang dari
20m3)
Di dalam hukum kebendaan terdapat beberapa istilah yang terkait dengan kepemilikan atas
benda, seperti : istilah bezit.
BEZIT, adalah suatu keadaan dimana seseorang menguasai sesuatu benda, baik sendiri
maupun melalui orang lain, seolah-oleh milik sendiri.
Misalnya : Benda yang dijadikan jaminan, oleh karena secara fisik dikuasai oleh kreditur
Maka seakan-akan benda itu miliknya, meskipun sebenarnya milik debitur.
Contoh lain : benda yang tertinggal di suatu tempat, maka seseorang yang menemukan
benda itu (menguasai), seolah-oleh (untuk sementara waktu) menjadi pemiliknya, selama
benda tersebut tidak diakui oleh si pemilik yang sebenarnya.
Fungsi dari bezit ini, adalah agar si pemegang benda mendapatkan perlindungan hukum,
tanpa mempersoalkan siapa sebenarnya pemilik benda itu.
B. HAK-HAK KEBENDAAN.
1. HAK GADAI
Pengertian gadai menurut Pasal 1150 BW/KUH Perdata adalah :
9
Hak yang diperoleh kreditur atas suatu benda bergerak untuk menjamin suatu
hutang, dan memberikan kreditur untuk memperoleh pelunasan.
Dan bendanya dikuasai oleh kreditur
SIFAT GADAI :
Bersifat asesor (pelengkap dari perjanjian pokok), artinya tidak ada perjanjian utang-
piutang, maka tidak ada hak gadai.
merupakan jaminan hutang (dikuasai/disimpan oleh kreditur)
tidak dapat dibagi-bagi (tidak dapat hapus, jika hutang baru dibayar sebagian),
dengan demikian barang/benda jaminannya tidak dapat diambil oleh debitur, selama
hutangnya belum lunas, meskipun sudah mencapai 90%.
HAPUSNYA GADAI :
hutang debitur sudah lunas (meskipun waktunya tidak sesuai dengan perjanjian)
benda jaminan dilepaskan oleh kreditur dengan suka rela
penerima gadai menjadi pemilik benda jaminan, karena alasan hak tertentu.
Caranya : dilelang untuk melunasi utang debitur, dalam hal si debitur tidak mampu membayar
hutangnya.
2. HIPOTIK
Pengertian Hipotik menurut Pasal 1162 BW adalah
Hak kebendaan atas suatu benda tidak bergerak untuk mengambil penggantian dari
benda tersebut, untuk pelunasan suatu hutang.
10
Setelah adanya UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak tanggungan, benda yang dapat
dibebani hak hipotik yaitu : kapal terbang dan kapal yang berat/volumenya nya di atas
20m3
SIFAT HIPOTIK :
Bersifat asesor (pelengkap dari perjanjian pokok)
jaminan pelunasan hutang
tidak dapat dibagi-bagi (tidak dapat hapus, jika hutang baru dibayar sebagian)
mengikuti bendanya di tangan siapa benda itu berada
bersifat droit de preference (hak untuk lebih didahulukan pelunasannya dari pada
piutang-piutang lain).
ASAS-ASAS HIPOTIK :
perlu diketahui oleh umum dan dirinci secara khusus (asas specialitas)
perlu didaftarkan dalam daftar khusus (BPN) (asas publisitas)
hal ini merupakan asas publikasi dan (asas spesifikasi)
HAPUSNYA HIPOTIK:
hutang debitur sudah lunas
dilepaskan oleh kreditur/penetapan hakim
pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan umum
tanah yang dibebani hipotik dikuasasi oleh negara (sebelum berlakunya undang-
undang hak tanggungan (UUHT), yaitu UU No. 4 Tahun 1996.
11
pengalihan hak milik atas suatu benda atas dasar kepercayaan (benda tetap dikuasai
oleh debitur/pemilik benda)
JAMINAN FIDUSIA, hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun
tidak berwujud dan benda tidak bergerak yang tidak diatur dalam UUHT (UU No.
4/1996) atau di luar tanah dan benda-benda di atasnya.
termasuk fidusia dalam UU tentang Rumah Susun No. 16 Tahun 1985.
RUANG LINGKUP :
untuk setiap perjanjian yang bertujuan pembebanan benda
tidak berlaku hak tanggungan atas tanah (HGB, HGU & HM)
tidak berlaku terhadap hipotik atas kapal berukuran 20m3/lebih
juga hipotik atas pesawat terbang, dan termasuk gadai
HAPUSNYA FIDUSIA :
hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia
pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh kreditur/penerima
musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia
tanah yang dibebani hipotik dikuasasi oleh negara.
4. HAK TANGGUNGAN
Pengertian hak tangungan menurut Pasal 1 ayat (1) UUHT No. 4 Tahun 1996 adalah :
o Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah, berikut/tidak berikut benda-benda
lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu.
o Yang memberikan kedudukan yang diutamakan lepada kreditor tertentu terhadap
kreditor-kreditor lain.
12
o Berupa hak atas tanah tersebut (HM, HGB, HGU dan Hak pakai atas tanah yang
sudah bersertifikat).
13
Agar Memenuhi Asas Spesialitas karena dalam APHT (Akta Pemberian Hak
Tanggungan) wajib memuat :
o Identitas & Domisili pemberi dan pemegang hak tanggungan
o Jumlah utang yang dijamin
o Nilai tanggungan
o Benda yang menjadi objek Hak tanggungan
o Memenuhi Asas Publisitas karena Pemberian Hak Tanggungan tersebut wajib
didaftarkan di BPN.
14
BAB III
PERIKATAN DAN PERJANJIAN
A. PERIKATAN
Perikatan adalah suatu hubungan hukum mengenai harta kekayaan/harta benda antara dua
orang, yang memberi hak kepada yang satu untuk menuntut sesuatu dari yang lainnya,
sedangkan orang yang lainnya diwajibkan memenuhi tuntutan itu.
Sesuatu yang dituntut di dalam perikatan dinamakan PRESTASI, dan menurut undang-
undang dapat berupa :
1. Menyerahkan sesuatu barang
2. Melakukan suatu perbuatan (pekerjaan)
3. Tidak melakukan suatu perbuatan (misalnya : tidak melakukan ganggungan kepada
orang lain)
1. LAHIRNYA PERIKATAN.
Ada dua hal tentang lahirnya perikatan, yaitu :
a. Lahir Karena Perjanjian
Perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang/lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain/lebih untuk melakukan sesuatu/tidak melakukan sesuatu.
Setiap perjanjian yang dibuat secara sah, (sesuai Pasal 1320 BW) berlaku sebagai
undang-undang bagi pihak yang membuatnya (Pasal 1338 BW).
15
a. perbuatan yang dibolehkan hukum dan
b. perbuatan yang tidak dibolehkan hukum/tindakan melawan hukum.
Misalnya : perjanjian jual beli barang-barang terlarang (barang selundupan) atau obat
terlarang (psikotropika)
2. JENIS-JENIS PERIKATAN
a. PERIKATAN BERSYARAT :
• perikatan yang digantungkan pada syarat, yaitu peristiwa yang masih akan terjadi/
belum pasti terjadi, baik dengan menangguhkan maupun dengan membatalkan
pelaksanaan perikatan s.d. terjadinya peristiwa. (Ps. 1253 BW)
• Contoh : perjanjian jual beli A dan B ttg tanah belum bersetifikat, B akan membeli/
membayar, jika sertifikat tanah sudah terbit
b. PERIKATAN DENGAN KETETAPAN WAKTU
• Pelaksanaan perikatan digantungkan pada waktu yang ditetapkan. (Ps. 1269 BW)
• Contoh : perjanjian sewa menyewa, perjanjian kredit (uang/barang)
3. HAPUSNYA PERIKATAN
Cara hapusnya perikatan menurut Pasal 1381 BW :
o PEMBAYARAN, namun bukan hanya penyerahan sejumlah uang, juga menyerahkan
suatu benda
o PENAWARAN PEMBAYARAN TUNAH DIIKUTI PENITIPAN, artinya jika debitur
telah melakukan penawaran dengan perantara Notaris/jurusita, dan kreditur menolak,
atas penolakan itu debitur menitipkan pembayaran kepada Panitera Pengadilan
Negeri untuk disimpan (Ps. 1404 BW)
o PEMBARUAN HUTANG (NOVASI), terjadi dengan mengganti hutang lama dengan
hutang baru.
o PERJUMPAAN HUTANG (KOMPENSASI), apabila hutang-piutang debitur dengan
kreditur secara timbal balik dilakukan suatu perhitungan.
o PEMBEBASAN HUTANG, apabila dengan tegas kreditur tidak menghendaki lagi
prestasi debitur, dan dilepaskan haknya atas pembayaran utangnya.
B. PERJANJIAN
adalah suatu perbuatan di mana satu orang/lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain/lebih untuk melakukan sesuatu/tidak melakukan sesuatu atau memberikan keuntungan
kepada pihak lain dan tidak untuk dirinya sendiri (secara Cuma-Cuma).
16
1. SYARAT SYAHNYA PERJANJIAN menurut Pasal 1320 BW
a. Kesepakatan dari kedua belah pihak
- tidak ada paksaan
- bukan unsur kekhilafan/kekeliruan
- tidak mengandung unsur penipuan
b. Ada kemampuan membuat perjanjian
- mampu mempertanggungjawabkan atas apa yang diperjanjikan (sudah dewasa)
- pihak yang dianggap tidak mampu (Pasal 1330 BW) antara lain :
1) anak belum dewasa
2) berada di bawah pengampunan (curatele), tidak sehat akalnya, pemboros, lemah akal.
3) seorang istri (pada masa lampau)
KEDUA syarat a dan b di atas, merupakan syarat subyektif
3. PELAKSANAAN PERJANJIAN
Di dalam pelaksanaan suatu perjanjian ada beberapa asas yang harus dipahami oleh
kedua belah pihak, antara lain :
o ASAS KONSENSUALITAS
Perjanjian sudah timbul dan mengikat sejak tercapainya konsensus/kesepakatan kedua
belah pihak.
o PERJANJIAN BERLAKU SEBAGAI UNDANG-UNDANG (Pasal 1338 KUH
Perdata).
Setiap perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
Maka Jika perjanjian telah dilahirkan,
- pihak yang membuat perjanjian harus mentaatinya
- dalam melaksanakan perjanjian harus dengan itikad baik, dan
- tidak boleh merugikan pihak lain.
17
o PERJANJIAN BERDASAR PADA KEPATUHAN, KEBIASAAN DAN UNDANG-
UNDANG.
Perjanjian tidak hanya mengikat dari isi/hal-hal yang diperjanjikan, tetapi juga mengikat (yang
menurut sifat dari perjanjian) diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan dan UU (Pasal 1339 KUH
Perdata).
Selain Asas-Asas Di Atas, Di Dalam Perjanjian Juga Ada Beberapa Asas Yang Harus
Ditaati Para Pihak, Antara Lain :
o Tidak boleh main hakim sendiri.
artinya apabila pihak debitur tidak dapat memenuhi perjanjian, pihak kreditur tidak
boleh memaksa(main hakim sendiri) agar memenuhi kewajibannya, tetapi harus melalui
pengadilan
o Kebebasan berkontrak
artinya sistem dalam perjanjian itu bersifat terbuka dan bebas, sehingga setiap orang
dapat membuat perjanjian sesuai dengan maksud dan keinginannya.
Namun tetap harus diperhatikan Pasal 1320 BW dan Pasal 1338 BW)
o Konsensualisme.
bahwa perjanjian itu lahir sejak saat tercapainya kata sepakat.
Misalnya : sesuai Pasal 1458 BW, bahwa jual beli dianggap terjadi, ketika telah
tercapai kata sepakat tentang benda dan harganya, meskipun barang belum diserahkan dan
harganya belum dibayar.
4. BATALNYA PERJANJIAN
Untuk Batalnya Suatu Perjanjian, ADA 2 SYARAT , yaitu :
a) TIDAK DIPENUHINYA SYARAT SUBYEKTIF
artinya unsur kesepakatan dan kecakapan sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
BW tidak terpenuhi.
18
Akibat Hukumnya ;
Perjanjian itu dapat dibatalkan (vernietigbaar)
Contohnya : Perjanjian yang dibuat oleh anak di bawah umur (belum dewasa), masih
di bawah pengampuan atau perjanjian itu dibuat dengan kesepakatan yang tidak bebas
(dalam tekanan)
Dalam perjanjian sewa-menyewa barang (Pasal 1553 BW), bahwa jika barang yang
sedang disewa itu musnah karena kesalahan yang tidak disengaja, maka perjanjian sewa
menyewa gugur demi hukum (tidak ada hak dan kewajiban)
19
Karena peristiwanya datang tiba-tiba (tak terduga), di luar kontrol para pihak.
Misalnya ; bencana alam.
Akibat Hukumnya :
Perjanjian itu batal, dihentikan atau diberi kelonggaran kepada debitur.
c) WANPRESTASI
artinya keadaan dimana pihak debitur tidak dapat melaksanakan prestasi/
melaksanakan tidak tepat waktu atau melaksanakan tidak sesuai dengan yang seharusnya.
Prestasi adalah hal-hal yang harus dilaksanakan dalam suatu perjanjian (pemenuhan
perjanjian).
Akibat Hukumnya :
Pihak debitur dapat dikatakan telah melakukan pelanggaran hukum atau tindakan
melawan hukum terhadap hak kreditur (onrechtmatigedaan).
Dari suatu perjanjian jual beli ini maka akan Timbul Hak dan Kewajiban :
o penjual berkewajiban untuk menyerahkan hak milik atas barang yang dijualnya
o penjual berhak menerima pembayaran atas barang yang dijual
20
o pembeli berkewajiban untuk memenuhi pembayarannya sesuai harga yang
diperjanjikan
o pembeli berhak menerima barang yang dibelinya.
21
mengembalikan harga pembelian asal,
o disertai penggantian biaya yang telah dikeluarkan menurut hukum, dalam pembelian
dan penyerahan barangnya
o biaya perbaikan (jika barang pernah rusak)
o biaya lain, apabila barang tersebut dijual harganya bertamah.
Batas waktu :
o hak untuk membeli kembali, tidak dapat diperjanjikan lebih dari lima tahun.
o apabila penjual lalai tidak membeli kembali dalam waktu lima tahun, maka pembeli
tetap menjadi pemilik atas barang tersebut.
a. Ciri-cirinya :
- unsur subyek terdiri dari penjual dan pembeli (salah satunya adalah perusahaan),
yaitu badan hukum atau perseorangan yang menjalankan perusahaan
- unsur obyek terdiri dari benda (barang dagangan) dan harga (yang disepakati)
- unsur perbuatan (menjual dengan menyerahkan barang, dan membeli dengan
pembayaran harga.
- unsur tujuan (keuntungan/laba yang telah diperhitungkan).
b. Syarat-syarat penyerahan :
1. Syarat loco artinya gudang penjual pembeli menerima barangnya di gudang penjual.
2. Syarat F.A.S (Free Alongside Ship) artinya bebas di samping kapal (barang
diserahkan di dermaga)
3. Syarat F.o.B (Free on Board) artinya bebas di atas kapal (barang diserahkan di atas
kapal)
4. Syarat C.I.F (Cost, Insurance, and Freight)
artinya semua ongkos, premi asuransi dan biaya angkutan sampai pelabuhan
pembongkaran menjadi tanggung jawab penjual.
5. Syarat C.F. (Cost and Freight)
artinya ongkos dan biaya angkutan ditanggung pembeli, namun premi asuransi
ditanggung pembeli.
6. Syarat Franco (bebas)
22
artinya penjual harus menyerahkan sampai dengan gudang pembeli. (biaya apapun
ditanggung penjual)
c. Syarat pembayaran jual beli dalam perdagangan.
Karena sebagian besar cara pembayarannya dilakukan di Bank dengan menggunakan surat-
surat berharga. Apalagi untuk perdagangan dengan perusahaan di luar negeri (seperti :
ekspor-impor), Maka pembayaran melalui bank dilakukan dengan membuka Letter of Credit
(L/C).
23
5. PEMBERIAN (HIBAH) DALAM KUH PERDATA
• Suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi dengan Cuma-Cuma dan
secara mutlak memberikan suatu benda pada pihak lainnya (Pasal 1666 BW).
• Syarat Hibah :
1) Harus diberikan secara Cuma-cuma
2) Meskipun ada tujuan lain, misalnya ; agar benda tersebut digunakan untuk fasilitas
umum, dll.
3) Jika benda itu merupakan hak-hak piutang atas nama, harus dilakukan dengan
akta notaris.
6. PERSEKUTUAN (MAATSCHAP)
• Suatu perjanjian dimana beberapa orang bermufakat untuk bekerja sama dalam
lapangan ekonomi, dengan tujuan membagi keuntungan yang akan diperoleh (Pasal
1618 BW).
• Syarat Persekutuan (Pasal 1619 BW):
1) Harus sesuatu usaha yang halal
2) Harus dibuat untuk manfaat bersama para pihak
3) Masing-masing pihak harus memasukan uang, barang ataupun
tenaganya/kreasinya di dalam persekutuan itu.
Persekutuan harus dibuat dalam suatu perjanjian :
- Akte perjanjian (Tertulis)
- Secara lisan (secara konsensus/Consensueel, artinya sudah cukup jika ada kata
sepakat)
24
seolah-olah pembeli masih dalam keadaan menyewa barang, meskipun barang
tersebut sudah sebagian dibayar.
Jika dilanggar , maka ia dapat dituntut dengan perkara penggelapan.
Dalam perjanjian yang dinamakan “Koop op Afbetaling”, hak milik (eigendom)
sudah berpindah pada saat penyerahan barang kepada si pembeli, tetapi harganya
boleh dicicil.
25
o Kreditur/lender, sebagai debt holder atas loan participants dalam transaksi leasing.
o Supplier, penjual dan pemilik barang yang disewakan.
Dasar hukum :
o UU Perbankan 1992.
o Kepres No. 61 tahun 1992 tentang Lembaga Pembiayaan
o Kepmen Keuangan No. 1251 tahun 1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
Contoh :
1. Bank Mandiri mendanai PT. Sarana Leasing. melalui kepemilikian saham.
2. Aldira Finance (pembiayaan dibiayai oleh beberapa bank).
Gambar : 1
Kegiatannya untuk :
26
1. Pengembangan suatu penemuan baru
2. Pengembangan perusahaan yg awal usahanya mengalami kesulitan dana
3. Membantu perusahaan yang berada pada tahap pengembangan dan kemunduran
usaha
4. Pengembangan proyek penelitian dan rekayasa, serta penggunaan teknologi
baru/alih teknologi.
5. Membantu pengalihan pemilikan perusahaan
Contoh : PT. Dana Loka Pratama (Dalta), yaitu perusahaan patungan antara :
o Jardine Fleming Nusantara, Bapindo, BNI, BDNI, Bank Tiara Asia, Bank Rajawali
dan
o YDPBEII
27
pengurusan piutang/tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam/luar negeri (Pasal 1 ayat 8 Kepres No. 61/1988 jo Pasal 1 butir
(l) Kepmenkeu No. 1251/1988).
28
Cara pembayarannya, ada 2 yaitu
1) jenis charge card, yaitu kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang
pelunasan tagihannya dilakukan secara keseluruhan pada saat tagihan datang.
2) credit card, yaitu pembayarannya dapat dilakukan secara bertahap (cicilan) dan
diberikan pembatasan kredit (credit limit)
Tempat berlakunya, ada 2 yaitu
1) bersifat lokal, yaitu terbatas hanya berlaku di suatu tempat (negara) tertentu.
2) Bersifat internasional, berlaku untuk seluruh dunia.
Afiliasinya.
segi keanggotaannya (silver, gold, diamond, platinum).
29
3. Swap Bunga (swap adalah transaksi pertukaran dua valuta asing dengan pembelian
tunai, dengan penjualan kembali secara berjangka).
4. Membantu administrasi usaha nasabah.
3. FRANCHISE (WARALABA)
a). Pengertian
Waralaba/franchise adalah suatu cara melakukan kerja sama di bidang bisnis antara
dua/lebih perusahaan, di mana satu pihak bertindak sebagai franchisor/pemberi dan pihak
lain sebagai franchisee/penerima (Dominique Voillemont).
Pihak franchisor/pemilik suatu merek dan know how, memberikan haknya kepada franchisee
melakukan kegiatan bisnis yang berkaitan dengan merek dan know how tersebut.
Rooseno Harjowidigdo, mengartikan sebagai suatu usaha yang sudah khas atau memiliki
ciri bisnis di bidang perdagangan atau jasa, berupa produk atau bentuk yang diusahakan,
identitas perusahaan (logo, desain, merek), bahkan pakaian dan penampilan karyawannya.
Menurut Martin D. Ferin, ada 4 unsur hak kebendaan yang terdapat dalam Franchise :
a) Hak untuk berusaha dalam bisnis tertentu
b) Adanya hak berupa penggunaan tanda pengenal usaha, sekaligus menjadi ciri
pengenal, berupa merek dagang/jasa.
c) Hak dapat dialihkan ke pihak lain dengan lisensi (penggunaan rencana pemasaran,
bantuan manajemen)
d) Adanya hak franchisor untuk mendapatkan prestasi dalam perjanjian.
Figur hukum franchise ini, tidak hanya terdapat pada hak cipta, hak merek, hak paten, hak
desain industri, tetapi juga hak immateriil lainnya (hak atas keahlian/ketrampilan)
30
a) Franchise distribusi, dalam aktifitasnya hanya menyangkut pendistribusian barang/jasa,
dan tidak memproduksi barang/jasa tersebut.
b) Franchise format, dalam aktifitasnya memproduksi, sekaligus mendistribusikan
barang/jasa, dengan syarat harus mengikuti format yang ditetapkan oleh franchisor
(pemilik).
Contoh : Pizza Hut, Kentucky Fried Chicken dll.
Namun obyeknya tetap merupakan Hak Kekayaan Intelektual.
31
7. Hal lain yang perlu diketahui franchisee dalam rangka pelaksanaan perjanjian
waralaba.
32
b). UNSUR DAN TUJUAN KREDIT
Ditinjau dari unsur dan tujuannya, kredit dapat dibagi dalam beberapa segi, yaitu :
1. Segi Penggunaannya,
• Kredit Produktif, yaitu bantuan kredit usaha-usaha untuk menghasilkan sesuatu
barang dan jasa yang mempunyai nilai ekonomis.
• Kredit Konsumtif, kredit untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dari si peminjam.
2. Segi Keperluannya,
• Kredit investasi, yaitu kredit yang diberikan kepada perusahaan untuk melakukan
investasi dan rehabilitasi perusahaannya.
• Kredit Binmas, diberikan kepada para peserta Bimbingan Massal yang seluruh
danaya dari Bank Indonesia (pelatihan di bidang industri dll)
• Kredit Inmas, diberikan kepada peserta Intensifikasi Massal yang seluruh danaya dari
Bank Indonesia (penyuluhan di bidang pertanian, peternakan, perkebunan dll)
3. Segi Cara mendapatkannya,
• Kredit dengan uang muka (Down Payment), penarikannya sekaligus
• Kredit rekening koran, diberikan dalam bentuk rekening koran (nasabah diberikan
blanko cek)
4. Segi Jangka Waktunya,
• Kredit jangka pendek, maksimum 1 tahun
• Kredit jangka menengah, antara 1-3 tahun
• Kredit jangka panjang, lebih dari 3 tahun
33
2. KREDIT PERUSAHAAN (BADAN HUKUM), antara lain :
• Mengisi formulir (aplikasi) permohonan, dengan dilengkapi, seperti :
• Sertifikat tanah hak (apabila ada bangunannya termasuk IMB)
• Surat Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), apabila jaminannya kendaraan
bermotor.
• Surat Kuasa untuk memasang pemberian hak tanggungan (tanah) atau fidusia
(kendaraan)
• Akta Pendirian Perusahaan
• Surat Ijian Usaha Perusahaan (SIUP)
• Tanda Daftar Perusahaan
• Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
• Akta Jual beli tanah/bangunan
• Denah lokasi/petas lokasi
• Fotokopi rekening bank untuk 3 bulan terakhir (bila ada)
34
Prosedur dalam pengajuan kredit, dapat digambarkan sebagai berikut : (Gambar 2)
e). Bank Dalam Memberian Kredit Berpedoman Pada Formula 4P Dan Formula
5C
FORMULA 4P, ANTARA LAIN :
1. Personality, pihak bank harus mencari data tentang kepribadian si
peminjam/pemohon.
2. Purpose, pihak bank harus mencari data tentang tujuan/penggunaan kreditnya,
sesuai line of business kredit bank yang berangkutan
3. Prospect, pihak bank harus mengadakan analisis tentang bentuk usaha yang akan
dilakukan pemohon kredit.
4. Payment, pihak bank harus mengetahui kemampuan dari pemohon kredit, dalam
pengembalian pinjamannya, ditinjau dari segi waktu dan jumlah yang dikembalikan.
35
f). KOLEKTIBILITAS KREDIT
Keadaan pembayaran pokok/angsuran pokok dan bunga kredit oleh nasabah, serta
kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan surat-surat berharga atau
penanaman lalinnya.
PENGGOLONGAN KOLEKTIBILITAS KREDIT
Diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia NO. 23 Tahun 1991
1. Lancar, apabila tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga atau
cerukan karena penarikan.
atau, terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi belum melampaui 1 bulan (6 bulan
untuk KPR)
atau, terdapat tunggakan bunga tetapi belum melampui jangka waktu pinjaman (1
bulan u/ jangka waktu 1 bulan)
2. Kurang Lancar, apabila terdapat tunggakan angsuran pokok lebih dari 1 bulan (untuk
KPR 6 bulan)
atau, terdapat cerukan karena penarikan yang jangka waktunya melebihi 15 hari kerja
(belum 30 hari kerja)
atau, terdapat tunggakan bunga melebihi 1 bulan (kurang 3 bulan) dengan jangka
waktu kredit 1 bulan, melebihi 3 bulan (kurang 6 bulan) untuk kredit jangka waktu lebih dari 1
bulan.
3. Deragukan, apabila tidak memenuhi kriteria lancar dan kurang lancar.
- kredit dapat diselamatkan dan agunannya bernilai 75%
- kredit tidak dapat diselamatkan, tetapi agunannya bernilai 100%
4. Macet, apabila tidak memenuhi kriteria lancar, tidak lancar dan diragukan,
atau, memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 21 bulan, belum ada
pelunasan
atau, kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan ke Pengadilan Negeri/Badan
Urusan Piutang Negara/Asuransi
36
Pengecualian Pasal 36 :
• keperluan perpajakan (Ps. 37 ayat 1)
• kepentingan peradilan dalam perkara tindak pidana (Pasal 37 ayat 1).
• perkara perdata di pengadilan antara pihak bank dengan nasabahnya (Ps. 43 UU
7/1992)
• Dalam rangka tukar-menukar informasi antar bank (Ps. 44 UU No. 7/1992).
• Oleh pihak yang dirugikan dari keterangan bank (Ps. 45 UU No. 7/1992).
Sanksi jika membuka rahasia bank (Pasal 39 UU No. 14/1967)
• Hukuman penjara selama-lamanya 1 tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp.
10.000.
• Hukuman penjara 3 tahun, denda 3 milyar (UU No. 7/1992 pasal 47)
h). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BANK DAN NASABAH
1. Perlindungan dari UU No. 7/1992 antara lain:
• Pembinaan & pengawasan Bank dilakukan oleh Bank Indonesia (Pasal 29 ayat 1)
• Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutang sesuai yang
diperjanjikan (Pasal 8)
• Adanya ketentuan yang mengatur tentang batas maksimum pemberian kredit (Legal
Lending Limit)
• Dalam memberikan kredit dan melakukan kegiatan lainnya, bank wajib menempuh
cara-cara yang tidak merugikan nasabah, dan menyediakan informasi mengenai
kemungkinan timbulnya risiko kerugian bagi transaksi nasabah yang dilakukan
melalui bank.
• Bank wajib memelihara kesehatan bank, serta dalam melakukan usahanya sesuai
prinsip kehati-hatian (Pasal 29 ayat 2)
• Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca dan perhitungan
laba/rugi tahunan (Pasal 34)
• Bank Indonesia melakukan pemeriksaan kepada bank, secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan (Pasal 31 ayat 1)
• Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba/rugi dalam waktu dan
bentuk yang telah ditetapkan Bank Indonesia (Pasal 35)
• Adanya ketentuan rahasia bank dan saksinya
• Pembayaran kembali uang deposito kepada para nasabah secara yuridis menjadi
tanggung jawab bank sebagai suatu badan hukum (Pususan MA No. 2990 Tahun
1989)
37
2. Perlindungan dari Asas Perbankan antara lain:
a. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Regulation), dalam hal :
- kewajiban penyediaan modal minimum,
- kualitas aktifa produktif dan pembentukan cadangan,
- jaminan pemberian kredit, pembatasan pemberian kredit untuk pembelian dan
pemilikan saham
- batas maksimum pemberian kredit
- pembatasan Transaksi jual beli valuta asing
- ketentuan bank dalam memelihara devisa netto (misalnya : secara keseluruhan,
setinggi-tingginya 20% dari modal)
b. Kesehatan dan sanksi pelanggaran.
Dimaksudkan agar digunakan sebagai :
• Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai, apakah pengelolaan bank telah
dilakukan sesuai asas-asas perbankan yang sehat.
• Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, baik
secara individual maupun industri bank secara keseluruhan.
38
• dan mengalihkan surat-surat berharga yang dimilikinya.
2. Mewakili pemegang efek untuk menuntut hak-haknya, di dalam maupun di luar pengadilan
tanpa surat kuasa.
6. PEMBERIAN KUASA
Yang dimaksud dengan pemberian kuasa adalah suatu perjanjian, di mana seseorang
memberi kekuasaan atau wewenang (lastgeving) kepada orang lain yang menerimanya,
untuk dan atas namanya menyelenggarakan suatu urusan.
Dari Uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam suatu pemberian kuasa dari pihak
terkait, terdapat hal-hal penting yang kemungkinan harus dilakukan, antara lain :
o Dapat diserahkan dan diterimakan dalam akta umum, dalam suatu tulisan di bawah
tangan, bahkan boleh melalui sepucuk surat (Ps. 1793 BW)
o Penerima Kuasa mewakili perbuatan hukum si pemberi kuasa
Contoh : Perusahaan A memberikan kuasa kepada salah satu direksi untuk mengadakan
perjanjian jual beli sebuah apartemen
39
o Bertanggung jawab untuk orang yang telah ditunjuk olehnya sebagai pengganti untuk
melaksanakan kuasanya, apabila : si kuasa menunjuk lagi orang lain (Pasal 1803 BW)
Hal ini karena adanya Hak Substitusi, yaitu pemberi kuasa selalu dianggap telah
menyerahkan si penerima kuasa untuk menunjuk seorang lain sebagai panggantinya.
o Membayar bunga atas uang pokok yang dipakainya untuk keperluan sendiri (Pasal
1805 BW) terhitung sejak ia lalai melaporkan penutupan perhitungan, sebesar 6%
setahun.
40
E. MERANCANG DAN MENYUSUN SUATU PERJANJIAN
(CONTRACT DRAFTING)
Dalam merancang dan menyusun statu kontrak atau perjanjian, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan sebagai kerangka konsep dari kontrak atau perjanjian itu, yaitu apa
yang dinamakan dengan pola dari suatu perjanjian atau konrak.
Komparisi, adalah bagian dari akta yang dimuat setelah judul dan awal akta, yang
mengandung identitas para pihak (pembuat perjanjian), termasuk uraian yang dapat
menunjukan bahwa para pihak mempunyai kecakapan (rechtsbekwaamheid) serta
kewenangan (rechtsbevoegdheid) untuk melakukan tindakan hukum (rechtshandelingen)
seperti dinyatakan dalam akta.
Fungsinya :
1. Menjelaskan identitas para pihak
2. Dalam kedudukan apa para pihak bertindak
3. Berdasarkan apa kedudukan para pihak.
4. Bahwa ia cakap dan berwenang melakukan tindakan hukum
41
5. Mempunyai hak untuk melakukan tindakan yang dinyatakan dalam akta
42
e). ISI PERJANJIAN
- bagian penting yang merupakan pokok perjanjian
- mencakup Ketentuan dan Persyaratan
- harus memuat secara mendetail mengenai objek perjanjian, hak dan kewajiban, dan uraian
secara lengkap mengenai prestasi.
Dengan sistem terbuka (sesuai hukum perjanjian)/”freedom of contract”/beginsel der
contractsvrijheid. :
- Semua pihak bebas dalam membuat isi perjanjian sesuai kepentingannya
- Asal tidak melanggar kepentingan umum, kesusilaan dan UU.
- Tetap akan mengikat bagi para pihak yang membuat perjanjian (Pasal 1338 BW)
43
g. Assignability, untuk diketahui oleh para pihak bahwa perjanjian tidak dapat
dialihkan begitu saja, baik langsung/maupun tidak langsung.
h. Domicile, apabila timbul masalah para pihak dapat dituntut di pengadilan negeri,
dimana mereka tinggal.
i. Heading, judul perjanjian harus sesuai dengan isi perjanjian
j. Lain-lain, misalnya : ditambahkan tentang definisi suatu benda/objek perjanjian
g). PENUTUP (Testimonium clause/closer)
- demikianlah perjanjian ini dibuat dengan sesungguhnya…….. Dst.
- Jakarta. ……tanggal…. Bulan … tahun… dst. …….
h). TANDA TANGAN (attestation) para pihak …… bermaterai
• KONTRAK
1. Penulisan naskah awal dan perbaikan naskah
2. Penulisan naskah akhir dan Penandatanganan
• PASCA KONTRAK
1. Pelaksanaan, Penafsiran dan Penyelesaian sengketa
44
45