Anda di halaman 1dari 13

REKONSEPTUALISASI PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL

PRESIDEN DALAM MASA JABATANNYA DI INDONESIA

Fitria Esfandiari
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang
E-mail : fit.esfan@gmail.com

ABSTRAK
Rekonseptualisasi dapat diartikan sebagai merumuskan kembali pemikiran mengenai
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya di Indonesia.
Persoalan mendasar dari pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden ada pada dua
hal yakni pertama, terkait alasan,kedua terkait tata cara. Tulisan ini mencoba
membandingkan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum dan sesudah
perubahan Undang-Undang Dasar 1945. Bergesernya sistem parlementer ke penguatan
sistem presidensial memiliki implikasi hukum dalam sistem ketatanegaraan.Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian normative dengan pendekatan
peraturan perundangan/statute approach. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam hal
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden berdasarkan sejarah di Indonesia lebih
didominasi aspek politis daripada murni pelanggaran hukum. Hal ini tertentangan dengan
asas kepastian hukum dan asas legalitas. Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara
yang menguji dan memutuskan pelanggaran hukum seorang Presiden dan/atau Wakil
Presiden secara historis dibentuk sebagai wujud prinsip-prinsip negara hukum yakni
peradilan yang bebas dan tidak memihak.

Kata Kunci : Rekonseptualisasi, Sistem Presidensial, Pemberhentian Presiden/Wakil


Presiden

ABSTRACT
Reconceptualization can be interpreted as redefining the idea of the dismissal of the
President and/or Vice President during his tenure in Indonesia. The fundamental problem
with the dismissal of the President and /or Vice-President is in two things, first, related to the
reasons, second, to procedures. This paper tries to compare the dismissal of the President
and /or Vice President before and after the amendment to the 1945 Constitution. The shifting
of the parliamentary system to strengthening presidential systems has legal implications in
the constitutional system. The research method used is a normative research method with a
statute approach. The results of the study show that in term of the dismissal of the President
and / or Vice President based on history in Indonesia, they are more dominated by political
aspects than purely violations of law. This is contradicted by the principle of legal certainty
and the principle of legality. The Constitutional Court as a state institution that examines and
decides the violation of the law of a President and / or Vice President has historically been
formed as a manifestation of the principles of the rule of law, namely a free and impartial
judiciary.

Keywords: Reconceptualization, Presidential System, Dismissal of President/Vice President


PENDAHULUAN adalah bentuk atau wadahnya, sedangkan functie
Agenda penting reformasi di Indonesia adalah isinya; organadalah status bentuknya
adalah perubahan naskah Undang-Undang Dasar (Inggris: form, Jerman: vorm) sedangkan
Republik Indonesia Tahun 1945 (disingkat UUD functie adalah gerakan wadah itu sesuai maksud
1945)1. Tuntutan masyarakat yang berkembang pembentukannya.Dalam naskah Undang-
dalam era reformasi salah satunya reformasi Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun
hukum yang menuju terwujudnya supremasi 1945, organ-organ yang dimaksud, ada yang
hukum di bawah sistem konstitusi yang berfungsi disebut secaraeksplisit namanya, dan ada pula
sebagai acuan dasar yang efektif dalam proses yang disebutkan eksplisit hanyafungsinya. Ada
penyelenggaraan negara dan juga kehidupan pula lembaga atau organ yang disebut bahwa
masyarakat sehari-hari. Salah satu upaya yang baik
dapat dilakukan guna mewujudkan sistem hukum namanya maupun fungsi atau kewenangannya
yang efektif, yaitu penataan kembali akan diatur denganperaturan yang lebih rendah.
kelembagaan hukum. Jika dikaitkan dengan hal tersebut di atas, maka
Pemikiran tentang hal ini dilatarbelakangi dapat dikemukakan bahwa dalam UUD 1945,
meningkatnya kualitas sumber daya manusia dan terdapat tidak kurang dari 28 subyek hukum
kultur serta kesadaran hukum masyarakat seiring kelembagaan atau subyek hukum tata negara dan
dengan pembaharuan materi hukum yang tata usaha negara yang disebut keberadaannya
terstruktur secara harmonis dan secara terus dalam UUD 1945.
menerus diperbaharui sesuai dengan kebutuhan Subyek-subyek hukum kelembagaan itu
masyarakat.2Bermula dari tiga agenda reformasi dapat disebut sebagai organ-organ negara dalam
tahun 1998 yaitu reformasi institusional arti yang luas. secara tekstual, terkait dengan
(institutional reform), reformasi instrumental Presiden dan Wakil Presiden diatur dalam dalam
(instrumental reform) dan reformasi budaya bab ketiga konstitusi, dimulai dari Pasal 4 ayat
(cultural reform).3Setidaknya ada tiga hal yang (1) dalam pengaturan mengenai Kekuasaan
pada awal reformasi itu mengemuka terkait Pemerintahan Negara yang berisi 17 pasal; 3)
dengan wacana untuk memperbaiki penegakan Wakil Presiden yang keberadaannya juga diatur
hukum kita melalui reformasi lembaga peradilan dalam Pasal 4 yaitu pada ayat (2) UUD 1945.
terutama, kekuasaan kehakiman.4 Pasal 4 ayat (2) UUD 1945 itu menegaskan,
Dalam setiap pembicaraan mengenai “Dalam melakukan kewajibannya, Presiden
lembaga negara, ada 2 (dua)unsur pokok yang dibantu oleh satu orang Wakil Presiden”;5
saling berkaitan, yaitu organ dan functie. Organ Terkait dengan pengaturan alasan dan tata
cara pemberhentian Presiden dalam masa
1
. Lihat Amandemen Undang-Undang Dasar Negara jabatan.6 Secara teoritis hal ini merupakan
Republik Indonesia konsekuensi logis terhadap adanya kemauan
2
. Jayus, Rekonseptualisasi Penyelesaian
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum di politik (political will) untuk mempertegas sistem
Indonesia,(Malang : Disertasi Program Doktor Ilmu pemerintahan Presidensial yang merupakan salah
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya satu kesepakatan dasar Panitia Ad Hoc I Badan
Malang, 2013) hal 37.
3 Pekerja MPR.7 Jika menilik lebih jauh
. Jazim Hamidi, Paradigma Baru Pembentukan dan
Analisis Perda (Studi Atas Perda Pelayanan Publik
5
dan Perda Keterbukaan Informasi Publik)bahan ajar . Jimly Asshiddiqie, Implikasi Perubahan UUD 1945
Teori Perancangan Perundang-undangan, Program terhadap Pembangunan Hukum Nasional, Mahkamah
Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, Jakarta, 2005,
Brawijaya Malang, 2013. hlm 12.
4 6
. Mahfud MD, Kekuasaan Kehakiman Pasca . Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara RI
Amandemen UUD 1945, makalah pada Diskusi pada pasal 3 ayat 3, Pasal 7A,7B dan pasal 24 C ayat
Publik tentang Wacana Amandemen Konstitusi yang 9(2)
7
diselenggarakan oleh Komisi Hukum Nasional (KHN) . Kesepakatan dasar yang disusun Panitia Ad Hoc
di Jakarta, tanggal 12 Juni 2008. diantaranya yakni (1) Tidak mengubah Pembukaan
UUD 1945; (2) tetap mempertahankan negara
pengaturan tentang pemberhentian Presiden hadir dan menolak memberikan
dalam masa jabatan juga merupakan konsekuensi pertanggungjawaban dalam Sidang Istimewa
dianutnya ajaran pemisahan kekuasaan dengan MPR tahun 2011, dinilai terlibat dalam kasus
mekanisme checks and balances system dalam penyelewenangan dana Bulog (Bulogate).
Perubahan UUD 1945. Praktik pemberhentian Presiden dan
Dalam sistem Presidensiil, Presiden tetap Wakil Presiden sebelum perubahan UUD 1945
dapat diberhentikan di tengah jalan melalui khususnya dalam kasus pemberhentian Presiden
mekanisme yang dikenal dengan sebutan Soekarno dan Presiden Abdurrahman Wahid oleh
“impeachment”. Tetapi, dalam sistem ini, MPR, tidak bisa lepas dari dinamika politik yang
“impeachment” dibatasi hanya dapat dilakukan terjadi pada saat itu. Dikarenakan pada saat itu
karena alasan pelanggaran hukum kriminal) yang lembaga peradilan tidak diberikan kesempatan
menyangkut tanggungjawab personal (individual untuk menguji keabsahan atas dugaan
responsibility). Di luar alasan hukum,proses pelanggaran yang ditujukan kepada kedua
tuntutan memberhentian tidak dapat dilakukan Presiden tersebut.
seperti halnya dalam sistem parlementer melalui Pembahasan tentang pengisian jabatan
mekanisme mosi tidak percaya (“vote of Presiden dan/ atau Wakil Presiden penting untuk
cencure”). karena itu, tidak perlu ada sebuah terlebih dahulu memberikan bingkai pengertian
kekhawatiran jika Presidennya diberhentikan dan tentang pengertian jabatan dan pengisian jabatan
Wakil Presiden tampil sebagai pengganti Presiden. Pengertian jabatan adalah lingkungan
meskipun ia berasal dari partai yang berbeda.8 kerja tetap yang berisi fungsi-fungsi tertentu
Ketetanegaraan di Indonesia dalam yang secara keseluruhan mencerminkan tujuan
sejarahnyatelah mencatat sebanyak empat kali dan tata kerja suatu organisasi. Agar jabatan
pergantian Presiden berhenti sebelum masa beserta fungsi-fungsi sebagai mana telah
jabatannya berakhir, Pertama, Presiden Soekarno diuraikan diatas menjadi kongkrit dan bergerak
diberhentikan melalui Ketetapan MPRS No mencapai sasaran dan tujuan maka harus ada
XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan pemangku jabatan yaitu jabatan yakni orang-
Kekuasaan Pemerintahan Negara Presiden perorangan yang duduk atau didudukkan dalam
Soekarno, Kedua, Presiden Soeharto berhenti suatu jabatan dengan tugas dan wewenang untuk
setelah Ketua MPR/ DPR mengumumkan merealisasikan atau melaksanakan berbagai
permintaan MPR agar Soeharto mengundurkan fungsi jabatan tertentu. 9 Dalam kaitanya dengan
diri menyusul desakan demonstrasi Mahasiswa pembahasan ini yang adalah jabatan Presiden dan
dan elemen masyarakat lainnya pada 21 Mei Wakil Presiden. Sedangkan konteks pembahasan
tahun 1998; Ketiga, Presiden BJ. Habibie pengisian jabatan Presiden dan jabatan Wakil
berhenti setelah MPR pertanggungjawaban pada Presiden secara umum dapat dibedakan menjadi
Sidang Istimewa MPR Tahun 1999, dan tiga yaitu pengisian jabatan Presiden dan Wakil
Keempat, Presiden KH. Abdurrahman Wahid Presiden melalui pemilihan (election), pengisian
diberhentikan oleh MPR melalui Ketetapan MPR jabatan melalui pengangkatan (appointment) dan
Nomor II/MPR/2001 tentang pengisian jabatan yang mengandung unsur
Pertanggungjawaban Presiden Republik pengangkatan dan pemilihan secara sekaligus
Indonesia KH. Abdurrahman Wahid karena tidak (election and appointment).10
Dalam praktiknya bukan hal yang mustahil
ada jabatan Presiden yang lowong dalam suatu
Kesatuan Republik Indonesia (3). Mempertegas
system pemerintahan presidensial; (4) Penjelasan
masa jabatan Presiden yang sedang berlangsung
UUD ditiadakan serta hal-hal normatif dalam
9
Penjelasan dimasukkan dalam Pasal-Pasal (5). . Jimly Assahiddiqie Bagir Manan,dkk.,Amandemen
Perubahan dilakukan secara adendum. UUD 1945 dan Pemilihan Presiden Secara Langsung,
8
. Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar- Setjen & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,
pilar Demokrasi, Konstitusi Press, Jakarta, 2005, hlm Jakarta, 2006,hlm .33.
10
116. . Ibid, hlm.35
sehingga harus segera diisi. Jika suatu jabatan Proses “Pemberhentian Presiden dan/atau
Presiden lowong dan diisi dengan atau oleh Wakil Presiden dalam masa jabatannya” di
pejabat tetap maka ini dikaitkan dengan apa yang Indonesia mau tidak mau menyebabkan
disebut pengisian jabatan Presiden dengan Mahkamah Konstitusi turut serta dalam
penggantian (substitution of thepresidency). memeriksa, mengadili, memutuskan. Sedangkan
Akan tetapi jika jabatan Presiden dan Wakil keikutsertaan Dewan Perwakilan Rakyat
Presiden lowong yang mengisi adalah pejabat kaitannya yaitu dasarnya dukungan sekurang-
sementara maka hal ini dikenal dengan istilah kurangnya 2/3 jumlah anggota Dewan
pemangkuan sementara jabatan Presiden dan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang
Wakil Presiden. Penggantian dan pemangkuan paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya
yang dimaksud dapat juga melalui pemilihan dan 2/3 dari jumlah anggota
perwakilan. Dewan Perwakilan Rakyat. Pada saat yang
Apabila dicermati lebih jauh kasus bersamaan ada dua lembaga peradilan yang
pemberhentian Presiden dalam masa jabatan memeriksa yaitu peradilan pidana yaitu Peradilan
sebelum Perubahan UUD 1945 khususnya Tindak Pidana Korupsi untuk memerika,
pemberhentian Soekarno dan Abdurrahman memutus, dan mengadili dugaan tindak pidana
Wahid semata didasarkan pada pertimbangan korupsinya. Maupun dalam ranah Peradilan
politik daripada alasan-alasan lainnya. Hal ini Konstitusi yaitu Mahkamah Konstitusi yang
dikarenakan tidak dilibatkannya lembaga memeriksa, memutus, mengadili dugaan
peradilan untuk menguji secara yuridis pelanggaran yang dilakukan oleh Presiden
kebenaran atas perbuatan yang dituduhkan dan/atau Wakil Presiden atas tindakan
kepada kedua Presiden tersebut. melakukan perbuatan pidana dan/atau tidak
Dalam konteks negara hukum jelas hal ini memenuhi lagi syarat sebagai Presiden dan/atau
bertentangan dengan pemikiran bahwa setiap Wakil Presiden. Walapun peradilan tersebut
pemberhentian Presiden harus melalui mengadili pokok perkara yang sama. Menurut
mekanisme yuridis konstitusional dengan penulis hal ini bisa saja terjadi mengingat
peradilan yang merdeka dan tidak memihak. lingkungan Peradilan Tindak Pidana Korupsi dan
Persoalan selanjutnya adalah terkait alasan dan Mahkamah Konstitusi itu berbeda karena telah
tata cara pemberhentian Presiden Indonesia dipisahkan dalam konsep pemisahan kekuasaan
dalam masa jabatan, pada Perubahan Ketiga “separation of power”. Maka hal tersebut telah
UUD 1945 diatur dalam beberapa pasal yaitu nyata berbeda maksud dan tujuan masing-
Pasal 3 ayat (3), Pasal 7A dan 7B, Pasal 8 ayat masing. Apabila peradilan tindak pidana korupsi
(1), (2),(3) dan Pasal 24 C ayat (1) dan (2).11 memiliki tujuan mengawal pemerintahan yang
sehat “good governance” tanpa korupsi, kolusi,
11 dan nepotisme dengan mengadili dan
. Pasal 3 ayat (3) Perubahan Ketiga UUD 1945
disebutkan : Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya menjatuhkan hukuman pidana, maka Mahkamah
dapat memberhentikan Presiden dan/Wakil Presiden Konstitusi memiliki tujuan mengawal konstitusi
dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang yang sehat tanpa adanya pelanggaran terhadap
Dasar. Sehingga dapat diketahui bahwa : (1). Pejabat
konstitusi.
negara yang dapat diberhentikan dalam masa
jabatannya hanya Presiden dan/wakil Presiden, (2).
Lembaga yang berwenang memberhentikan Presiden PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN
dan/wakil Presiden adalah MPR, dan (3) MPR hanya WAKIL PRESIDEN SEBELUM DAN
dapat memberhentikan Presiden dan/Wakil Presiden
menurut UUD 1945. Dalam Pasal 7A dirumuskan
SESUDAH AMANDEMEN KONSTITUSI
pula : Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan
Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat dan/atau Wakil Presiden.
Pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden tersebut DPR menggangap Presiden
Presiden sebelum dan sesudah amandemn telah nyata melanggar haluan negara yang telah
konstitusi dapat dibagi menjadi dua wilayah ditetapkan oleh UUD atau MPR maka DPR dapat
pembahasan,Pertama, terkait dengan alasan mengundang MPR untuk melakukan Sidang
pemberhentiannya, Kedua, terkait tata cara Istimewa untuk meminta pertanggungjawaban
pemberhentiannya. Undang-undang Dasar 1945 Presiden. Berdasarkan penjelasan ini tidak
yang disahkan oleh Panitia Persiapan ditemui satu dasar hukum pun bahwasanya
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 seorang Presiden yang ditolak
Agustus 1945 tidak secara tegas mengatur alasan pertanggungjawabannya dalam Sidang Istimewa
dan mekanisme Pemberhentian Presiden dalam merupakan alasan pemberhentian seorang
masa jabatan. Jika ditelusuri lebih jauh konstitusi Presiden dalam masa jabatannya.12
kita hanya mengenal „penggantian‟ kekuasaan Persoalan yang timbul terkait frasa
Presiden kepada Wakil Presiden jika yang :”haluan negara” sebagaimana dimaksud diatas,
bersangkutan mangkat, berhenti atau tidak dapat sifatnya sangat umum dan abstrak sehingga
melakuan kewajibannya dalam masa jabatannya. menimbulkan multitafsir. Sehingga kemungkinan
Rumusan Pasal 8 UUD 1945 (sebelum dipengaruhi oleh kepentingan politik golongan
amandemen) menguraikan bahwa seorang tertentu yang memanfaatkan situasi dan
Presidendapat berhenti dikarenakan dua hal yaitu kondisi,akibat lebih jauhnya adalah tidak ada
“mengundurkan diri”(resignation) atau karena kepastian hukum dalam penerapannya.
“diberhentikan dari jabatan” (impeachment) oleh Berkaitan dengan tata cara
MPR. Oleh karena itu, di samping karena alasan pemberhentian Presiden sebelum berakhir masa
pengunduran diri (atas pemintaan Presiden, jabatan, Pasal 7 TAP MPR RI No.III/MPR/1978
sehingga Presiden yang aktif mengajukan menentkan bahwa DPR menyampaikan
pengunduran diri), Presiden dapat juga memorandum untuk mengingatkanPresiden lalu
diberhentikan sebelum masa jabatan berakhir apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
oleh MPR (MPR yang aktif) dan selanjutnya Presiden tidak memperhatikan memorandum
jabatan Presiden tersebut akan digantikan oleh pertama maka DPR menyampaikan
Wakil Presiden sampai berakhir masa memorandum kedua. Selanjutnya apabila dalam
jabatannya. jangka waktu 1 (satu) bulan memorandum yang
Mengenai tata cara pemberhentian kedua tidak diindahkan oleh Presiden maka DPR
Presiden dalam masa jabatan, pada saat dapat meminta MPR mengadakan Sidang
berlakunya UUD 1945 (sebelum perubahan) Istimewa untuk meminta pertanggungjawaban.
dapat dipahami melalui Penjelasan Umum UUD Secara eksplisit tidak ada klausula yang secar
1945 Angka VII, Aline Ketiga bahwa DPR dapat tegas menyebutkan bahwa jika
senantiasa mengawasi tindakan-tindakan pertanggungjawaban Presiden ditolak dalam
Presiden, dan jika dianggap bahwa Presiden
12
nyata telah melakukan pelanggaran terhadap . Dalam Pasal 4 Ketetapan MPR RI
haluan negara yang telah ditetapkan UUD atau No.III/MPR/1978 memfokuskan bahwa MPR dapat
memberhentikan Presiden sebelum habis masa
Majelis Permusyawaratan Rakyat, maka Majelis
jabatannya karena beberapa hal yakni ; (a) atas
ini dapat diundang untuk persidangan Istimewa permintaan sendiri (b) berhalangan tetap, dan (c)
agar bisa meminta pertanggungjawaban Presiden. sungguh melanggar haluan negara. Frasa sungguh
Ketentuan Penjelasan Umum UUD 1945 melanggar haluan negara merupakan frasa yang
sangat luas dan tidak memiliki penjelasan yang
Angka VII, Alinea Ketiga memiliki uraian spesifik. Berdasarkan Ketetapan MPR RI No.II Tahun
keterkaitan dalam hal pemberhentian jabatan 1999 tentang Peraturan Tata Tertib Pasal 4e bahwa
Presiden dan/Wakil Presiden diantaranya yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat mempunyai
bahwa Pertama, DPR senantiasa mengawasi wewenang mencabut kekuasaan dan memberhentikan
Presiden dalam masa jabatannya, apabila sungguh-
tindakan-tindakan Presiden. Kedua, jika dalam sungguh melanggar garis-garis besar haluan negara
menjalankan tugas pengawasan terhadap dan/atau Undang undang Dasar.
Sidang Istimewa maka berarti juga Presiden untuk memperkuat sistem presidensial sehingga
diberhentikan dari jabatannya. Presiden tidak mudah dijatuhkan dalam masa
Uraian diatas menggambarkan alur jabatannya. Juga muncul pemikiran jika terdapat
pemberhentian Presiden dalam masa jabatannya wacana pelanggaran moral maka harus melalui
yang berwenang adalah MPR setelah terlebih pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.13
dahulu melalui permintaan DPR untuk Perubahan ketiga UUD 1945 embrio
menyelenggarakan Sidang Istimewa dalam hal pemikiran diatas disempurnakan lagi dengan
meminta pertanggung jawaban Presiden, setelah hanya menguraikan seorang Presiden dapat
dikeluarkannya memorandum I dan II oleh DPR dimakzulkan dengan dua (2) alasan yakni alasan
kepada Presiden dan jelas bahwa pejabat negara hukum dan alasan incapacity atau berhalangan
yang dapat diberhentikan adalah Presiden saja tetap. Jimly Asshiddiqie yang saat itu diminta
tidak termasuk Wakil Presiden. Maka menjadi pendapatnya sebagai Tim Ahli yang ikut
jelas bahwa prosedur dan mekanisme merumuskan sengaja tidak memperinci klausula
pemberhentian Presiden sebelum perubahan di atas. Tujuannya pemaknaan yang luas lebih
UUD 1945 hanya melibatkan dua lembaga tepat sebagai dasar pemikiran pemakzulan
negara yakni DPR dan MPR tanpa keterlibatan Presiden. Permasalahan ini kemudian dalam
MA sebagai pemegang kekuasaan kehakiman di rapat selanjutnya memfokuskan pada alasan-
Indonesia. alasan dan mekanisme pemakzulan. Alasan
Proses pemberhentian Presiden di pemakzulan Presiden yaitu (1) pelanggaran
Indonesia dalam masa jabatan sebelum sumpah jabatan (2) pelanggaran hukum berupa
perubahan UUD 1945 merupakan bentuk dari pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
sistem pemerintahan parlementer yang lebih kuat penyuapan dan perbuatan tercela, serta (3) tidak
dari pada sistem pemerintahan presidensial. Atas lagi memenuhi syarat sebagai Presiden.
dasar kepentingan politik dapat saja MPR Disepakati pula bahwa proses peradilan pidana
mengintrepretasikan bahwa pertanggungjawaban terhadap presiden hanya dapat dilakukan apabila
Presiden ditolak merupakan dasar bagi MPR yang bersangkutan telah menjadi warga negara
untuk memberhentikan seorang Presiden. biasa.
Alasan pemberhentian Presiden setelah Perbedaan mendasar ada pada definisi
Perubahan UUD 1945 dimulai saat pembahasan pelanggaran hukum dan pelanggaran sumpah
Perubahan Kedua UUD 1945 saat membahas jabatan. Jika pelanggaran hukum lebih pada
usul-usul perubahan mengenai kewenangan individual responsibility sedangkan melanggar
MPR. Sistem yang selama ini berjalan adalah sumpah jabatan kaitannnya dengan jabatan.
anggapan bahwa pertanggungjawaban politik Persamaannya ada pada bahwa keduanya
Presiden di hadapan MPR sebagai alasan melanggar hukum, karena bagimana pun sumpah
impeachment (pemakzulan). Pada umumnya ada jabatan tercantum dalam Undang-Undang Dasar.
dua pendapat mengenai pemakzulan Presiden Tabel 1 : Perbandingan Rumusan Alasan-
dalam sidang pembahasan ini, Pertama, masih alasan Pemberhentian Presiden Indonesia14
ada fraksi-fraksi yang mengusulkan alasan politis
terkait kebijakan Presiden sebagai alasan 13
. Pembahasan PAH 1 BP MPR 2000 sebenarnya
pemakzulan itu sendiri sedangkan pendapat telah menghasilkan rumusan alasan-alasan
kedua mengusulkan alasan-alasan pelanggaran pemakzulan yang mengkerucut pada alasan-alasan
hukum dan menghindari alasan-alasan politis. pembehentian seorang Presiden yakni (i) terbukti
melanggar Undang-Undang Dasar; (ii) melanggar
Pelanggaran hukum yang dimaksud terkait haluan negara;(iii) mengkhianati negara; (iv)
dengan alasan moral dan pidana. melakukan tindk pidana kejahatan; (v) melakukan
Pemikiran yang berkembang selanjutnya tindak pidana penyuapan dan/atau (vi) melakukan
ada pada pemahaman agar stabilitas perbuatan tercela.
14
. Hamdan Zoelva, Pemakzulan Presiden Indonesia,
pemerintahan lebih terjaga maka alasan-alasan Disertasi, Universitas Padjajaran Bandung, 2010, hlm
politis dikesampingkan. Timbul kesepahaman 158.
Rancangan Usulan Tim Ahli Rumusan diteruskan usulan pemberhentian Presiden
PAH I Final kepada MPR. Langkah selanjutnya MPR
Tahun menyelenggarakan sidang paripurna untuk
2000 mengambil keputusan bahwa Presiden
Melanggar Pelanggaran Melakukan diberhentikan dalam masa jabatannya atau tetap
UUD, sumpah perbuatan diperkenankan meneruskan jabatannya sampai
melanggar jabatan,pelanggar melangga akhir masa jabatan yang dihadiri oleh sekurang-
haluan an hukum berupa hukum yang kurangnya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui
negara, pengkhiantan berupa oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
mengkhiana terhadap pengkhianata anggota hadir. Presiden dan/atau Wakil Presiden
ti negara, negara,korupsi, n terhadap diberi kesempatan menyampaikan penjelasan
melakukan penyuapan dan negara, atau pembelaan.
tindak perbuatan tercela, korupsi, Singkatnya setelah tata cara
pidana dan/atau tidak lagi penyuapan, pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
kejahatan, memenuhi syarat tindak setelah perubahan melibatkan tiga (3) lembaga
melakukan sebagai Presiden pidana berat yang secara berkelanjutan yakni DPR, MK
tindak lainnya, danMPR. Berbeda dengan tata cara
pidana perbuatan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
penyuapan tercela sebelum perubahan UUD 1945. Mahkamah
dan atau dan/atau Konstitusi berada di tengah antara DPR dan
melakukan tidak lagi MPR yang kedudukannya sebatas memberikan
perbuatan memenuhi pertimbangan/saran yang selanjutnya sidang
tercela syarat paripurna MPR yang memiliki putusan yang
sebagai sifatnya final. Nampak jelas nuansa
Presiden powerparlemen dalam hal pemberhentian
dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa
Wakil jabatannya masih kuat.
Presiden Pergantian jabatan Presiden dalam
konstitusi ada dalam Perubahan Ketiga UUD
Bagaimana dengan tata cara NRI Tahun 1945 diatur dalam pasal 8 ayat (1),
pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden yang selengkapnya berbunyi: “Jika Presiden
dalam masa jabatannya setelah perubahan UUD mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak
1945? Jika merujuk pada Pasal 7B dan 24C UUD dapat melakukan kewajibannya dalam masa
1945 dimulai dengan mekanisme DPR jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden
mengajukan pendapat kepada MK bahwa sampai habis masa jabatannya”.
Presiden telah melakukan pelanggaran hukum Dari ketentuan pasal 8 ayat (1) di atas,
sebagaimana yang ada dalam pasal 7A dengan diketahui bahwa alasan pergantian Presiden
syarat disetujui sekurang-kurangnya 2/3 dari Indonesia dalam masa jabatannya adalah: (1)
jumlah anggota DPR yang hadir di sidang Presiden mangkat, (2) Presiden berhenti, (3)
paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya Presiden diberhentikan, dan (4) Presiden tidak
2/3 jumlah anggota DPR. Kemudian Mahkamah dapat melakukan kewajibannya. Sehingga,
Konstitusi memeriksa, mengadili, memutus apabila Presiden dalam masa jabatannya,
pendapat DPR apakah memang benar terjadi mengalami salah satu peristiwa dari keempat
pelanggaran ataukah belum bisa dikategorikan sebab tersebut di atas (mangkat, berhenti,
sebuah pelanggaran. Jika diputuskan bahwa diberhentikan, tidak dapat menjalankan
Presiden memang terbukti melakukan kewajibannya), maka ia akan digantikan oleh
pelanggaran hukum maka DPR Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.
menyelenggarakan sidang paripurna untuk
Dibandingkan dengan rumusan pasal 8 masa jabatannya.
sebelum Perubahan UUD 1945, dalam pasal 8
ayat (1) setelah Perubahan, terdapat satu Lebih lanjut perlu dilakukan elaborasi atau
tambahan alasan pergantian Presiden dalam masa penjabaran dari masing-masing pengertian alasan
jabatan ada tiga peristiwa yaitu mangkat, penggantian Presiden diatas, yaitu mengenai (1)
berhenti, dan tidak dapat melakukan Presiden mangkat, (2) Presiden berhenti (3)
kewajibannya. Setelah Perubahan UUD 1945, Presiden diberhentikan dan (4) Presiden tidak
alasan pergantian dalam masa jabatan menjadi 4 dapat melakukan kewajibannya.
(empat) yaitu: mangkat, berhenti, diberhentikan, Jika dalam UUD 1945 sebelum
dan tidak dapat melakukan kewajibannya. Perubahan, dikenal adanya Penjelasan UUD
Pengertian kata „diberhentikan‟ di sini, 1945, baik penjelasan umum maupun penjelasan
dirumuskan dalam konteks adanya upaya pasal demi pasal. Maka untuk untuk mengetahui
konstitusional yang datang dari luar diri Presiden pengertian masing-masing dari Presiden “
yaitu oleh MPR. Penambahan dasar pengertian Mangkat”, “ berhenti dan “ tidak dapat
atau pengisian jabatan Presiden, yakni menjalankan kewajibannya” seharusnya dapat
„diberhentikan‟ tidak terlepas dari pengalaman dicari, dilihat dan dibaca pada Penjelasan Pasal 8
sejarah 2 (dua) kali praktek diberhentikannya UUD 1945. Akan tetapi penjelasan ini tidak ada
Presiden dalam masa jabatan yaitu Presiden baik dalam penjelasan sebelum perubahan
Pertama, Ir. Soekarno melalui Ketetapan MPRS maupun setelah perubahan.
No. XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan Ketentuan mengenai prosedur atau
Kekuasaan Pemerintahan Negara Presiden proses pergantian Presiden oleh Wakil Presiden
Soekarno, dan Presiden Keempat, KH karena Presiden mangkat yaitu dengan cara MPR
Abdurrahman Wahid melalui Ketetapan No. mengadakan siding paripurna untuk melakukan
II/MPR/2001 tentang Pertanggungjawaban pelantikan Wakil Presiden menjadi Presiden
Presiden Republik Indonesia K.H. Abdurrahman dengan mengucapkan sumpah menurut agama
Wahid. dan berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan
Di samping adanya penambahan satu MPR..16 Jika satu dan lain hal MPR tidak dapat
alasan pergantian Presiden pada pasal 8 ayat 1 mengadakan sidang paripurna, Presiden
UUD 1945 pasca perubahan (Perubahan Ketiga) bersumpah menurut agama atau berjanji dengan
yaitu “diberhentikan”, juga terdapat perubahan sungguh-sungguh di hadapan sidang Paripurna
redaksi dari rumusan pasal 8, sehingga dari segi DPR. Dalam hal DPR tidak dapat mengadakan
bahasa menjadi lebih tepat dan sempurna. sidang paripurna, Presiden bersumpah menurut
Tabel 2 : Perbandingan alasan Pergantian agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di
Presiden Sebelum dan Sesudah Perubahan hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh
UUD 194515 pimpunan Mahkamah Agung.
Sebelum Perubahan Setelah Perubahan Jika merujuk pada prosedur pergantian
Pasal 8 Pasal 8 ayat 1 Presiden oleh Wakil Presiden sebagaimana
Jika Presiden mangkat, Jika Presiden disampaikan diatas, dapat diketahui prosesnya
berhenti, atau tidak mangkat, berhenti, panjang dan kurang efektif. Sehingga perlu
dapat melakukan diberhentikan atau disederhanakan agar berjalan lebih efektif dan
kewajibannya dalam tidak dapat melakukan efisien, semisal Wakil Presiden yang akan
masa jabatannya ia kewajibannya dalam menggantikan cukup bersumpah dan berjanji di
diganti oleh Wakil masa jabatannya, ia hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan
Presiden sampai habis digantikan oleh Wakil pimpinan Mahkamah Agung.
waktunya Presiden sampai habis
16
. Pasal 9 ayat (1) dan (2) UUD 1945 dan Pasal 107
15
. Hufron, Pemberhentian Presiden di Indonesia, sampai dengan 108 Ketetapan MPR No. I/MPR/2010
LaksBang Pressindo, Yogyakarta, 2018, hlm 298. tentang Peraturan Tata MPR RI.
Selanjutnya mengenai alasan pergantian “Presiden tidak dapat melakukan mewajinan”
yang kedua yaitu Presiden berhenti. Kata seperti termaktub pada pasal 8 ayat 1) UUD 1945
berhenti mengandung konotasi atas kemauan tidak sejalan dengan salah satu prinsip negara
sendiri, bukan dipaksakan oleh pihak lain. Istilah hukum demokratis yaitu adanya kepastian hukum
yang digunakan oleh pembuat UUD Amerika (Legal Certainty). Oleh karenanya persoalan ini
Serikat adalah resignation, pengunduran diri, harus medapatkan jawaban atau solusi agar tidak
atau meletakkan jabatan sebelum habis masa menimbulkan persoalan kelak dalam
jabatan. Dalam kaitan konteks “Presiden ketatanegaraanm
berhenti” dalam arti Presiden mengundurkan diri 1. Pengertian “ Presiden tidak dapat
dari jabatannya, kita mempunyai pengalaman melakukan kewajibannya “?
dalam praktek ketatanegaraan RI yaitu kasus Istilah “Presiden tidak dapat melakukan
pengunduran diri Presiden Soeharto pada 21 Mei kewajibannya “ diadopsi dari istilah yang
1998. Selesai Soeharto menyampaikan pidato dipergunakan perumus Konstitusi Amerika
pengunduran diri, BJ.Habibie maju ke depan sebagaimana tercantum pada Artikel II seksi
pada mikrofon yang sama mengucapkan sumpah Paragraf 6 yang berbunyi :
di hadapan pimpinan Mahkamah Agung. 17 “ In case of the removal of the President
Mengenai dasar pergantian yang ketiga from office, or his death, resignation, or inability
yaitu Presiden “diberhentikan”. Kata to discharge the powers and duties of office, the
diberhentikan mengandung konotasi atas same shall devolve on the Vice President” (
kemauan orang atau pidak lain, yang oleh Dalam hal Presiden diberhentikan dari
Pembuat UUD Amerika Serikat disebut Removal jabatannya, atau ia meninggal dunia,
From Office. Dalam kepustakan asing, mengundurkan diri, atau tidak mempu
pergantian Presiden karena alasan diberhentikan menjalankan kekuasaan dan kewajiban
dalam masa jabatan, dikenal dengan istilah “ jabatannya, maka kekuasaan dan kewajiban
impeachment” dalam istilah kepustakaan politik Presiden itu beralih kepada Wakil Presiden”
atau dikenal dengan nama “pemakzulan” dalam Jika dperhatikan ketentuan diatas dapat
Kamus Besar Bahasa Indonesia (terbitan Balai diketahui bahwa dalam hal ketidakmampuan
Pustaka). Berkaitan dengan pergantian Presiden Presiden dalam menjalankan kewajibannya
karena sebab “diberhentikan” telah diatur alasan- merupakan salah satu dari empat alas ituan
alasannya dalam pasal 7A UUD 1945 dan penghentian Presiden AS, di samping alasan
proses/prosedurnya dalam pasal 7B UUD 1945. diberhentikan dari jabatan dengan alasan
Dasar pergantian Presiden keempat yaitu kematian, dan alasan berhenti/mengundurkan
“Presiden tidak dapat melakukan kewajiban”, diri.
menurut Harun Alrasid menimbulkan persoalan Dalam amandemen ke 25 UUD Amerika
karena tidak diketahui dalam hal apa dapat Serikat alasan tidak mampu menjalankan
dikatakann “ Presiden tidak bisa melakukan kekuasaan dan kewajiban jabatannya tersebut
kewajibannya” dan “ siapa yang menentukan dihapus, sehingga sampai saat ini hanya memuat
Presiden tidak bisa melakukan kewajibannya”?18 tiga dasar pergantian Presiden. Sedangkan jika
Presiden tidak dapat menjalankan kewajibannya,
17
. James Luhullima, Hari-hari terpanjang Menjelang Wakil Presiden tidak menggantikan Presiden,
Mundurnya Presiden Soeharto dan Beberapa
Peristiwa Terkait, Penerbit Buku Kompas, Jakarta,
2001, hlm 234.
18
. Risalah Rapat ke-12 PAH I BP MPR, tanggal 29 Zoelva berpendapat, persoalan ketidakmampuan bisa
Maret 2001, hlm 13, Jimly Ashhidiqui menyampaikan menimbulkan multi tafsir, ketidakmampuannya bisa
pendapat tentang Pasal 8 UUD 1945 yakni diartikan hanya semata-mata sakit atau
mengusulkan tiga aspek yang harus dilihat atas, yaitu, ketidakmampuannya memperbaiki kondisi ekonomi,
satu, alasan pemberhentian, kedua, proses ketidakmampuan dalam mempertahankan keutuhan
pengambilan keputusannya untuk pemberhentian itu negara kesatuan. Diperlukan perumusan yang jelas
dan yang ketiga, Proceeding. Sedangkan Hamdan mengenai hal ini.
akan tetapi bertindak selaku Presiden (acting oleh Presiden. Sehingga permohonan bahwa
President). Presiden tidak mampu menjalankan
Apabila diperhatikan hasil kajian kewajibannya adalah tepat jika diajukan oleh
terhadap konsep tidak mampu menjalankan DPR sebagai bagian dari pelaksanaan fungsi ini.
kewajibannya di negara AS dan menilik pada Prasyarat yang dimaksud adalah adanya
rumusan Jimly Asshiddiqie menyebutkan bahwa pemeriksaan menyeluruh dari tim medis terkait
yang dimaksud Presiden idak dapat menjalankan kondisi kesehatan jasmani maupun rohani
kewajibannya adalah keadaan kesehatan Presiden Presiden. Setelah DPR melakukan penilaian
atau keadaan lain ( hilang ingatan, sakit maka tugas memutuskan ada pada MPR untuk
permanen yang tidak bisa disembuhkan lagi menyatakan bahwa Presiden tidak dapat
sedemikian rupa sehingga atas dasar menjalankan kewajibannya. Hal ini sebagaimana
pertimbangan atau penilaian dokter atau pihak kita ketahui bahwa MPR adalah lembaga negara
yang bekompeten yang dapat yang diberikan kewenangan oleh UUD 1945
dipertanggungjawabkan secara hukum bahwa untuk dapat memberhentikan Presiden dalam
keadaan tidak dapat dipulihkan kembali, masa jabatan termasuk didalamnya menilai dan
sehingga Presiden tidak dapat menjalankan menetapkan bahwa Presiden tidak dapat
kewajibannya.19 menjalankan kewajibannya, sehingga ia
Dapat penulis simpulkan berdasarkan digantikan oleh Wakil Presiden dampai masa
landasan berfikir diatas maka jika yang dimaksud jabatannya berakhir.
oleh pembentuk dan perumus perubahan UUD
1945 pengertian “ Presiden tidak dapat Impeachment dan Forum Privilegiatum
menjalankan kewajibannya” dalam pasal 8 ayat Jabatan seorang Presiden dan Wakil
(1) UUD NRI 1945 adalah seperti disebut diatas, Presiden di Indonesia jika ditilik lebih jauh
yaitu tidak dapat menjalankan kewajibannya menganut sistem campuran antara model
dalam arti kesehatan jasmani dan rohani Presiden impeachment dan model forum priveligiatum
terganggu. yaitu proses penjatuhan Presiden dimulai dari
2. Pihak yang berwenang menilai bahwa “ penilaian dan keputusan politik di DPR RI
Presiden tidak dapat melakukan (Impeachment) lalu dilanjutkan kemudian
kewajibannya “? dengan ke pemeriksaan dan putusan hukum oleh
Dalam hal pasal 8 UUD 1945 dan Mahkamah Konstitusi (forum privilegiatum) lalu
Penjelasannya tidak memberikan pengaturan dan dikembalikan lagi ke proses impeachment (DPR
penjelasan siapa yang berhak menilai bahwa meneruskan ke MPR) untuk diputuskan secara
Presiden tidak dapat menjalankan kewajibannya. politik apakah putusan mahkamah konstitusi itu
Begitu pula pasal 8 UUD 1945 pasca perubahan perlu ditindaklanjuti atau tidak dalam hal
juga tidak menjelaskan siapa yang berhak pemberhentian Presiden.20 Dengan demikian alur
menilai bahwa Presiden tidak dapat menjalankan pemberhentian presiden Indonesia dinamis
kewajibannya. Jika tidak ada ketentuan yang mengikuti perubahan alur. Tidak dapat
mengatur maka solusi yang ditawarkan adalah dipungkiri bahwa pemberhentian Presiden dalam
DPR yang dapat melakukan penilaian tentunya masa jabatannya harus didasarkan atas aturann
dengan beberapa prasyarat. Karena salah satu dan prosedur (rules and procedures) yang berlaku
fungsi DPR adalah melakukan pengawasan atas dan proses peradilan yang bebas dan tidak
penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan memihak.
Dalam konsep rechtsstaat yang disarikan
19
. Jimly Asshiqiqui, Pemberhentian dan Penggantian dari dasar-dasar pemikiran Immanuel Kant dan
Presiden, dalam buku 70 Tahun Prof. Dr. Harun
Alrasid (Integritas, Konsistensi Seorang Sarjana
20
Hukum), Editor oleh A. Muhammad Asrun dan . Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata
Hendro Nurjahjo, Pusat Studi HTN, Jakarta, 2000, Negara Pasca Amandemen Konstitusi, LP3ES,
hlm 131-132. Jakarta, 2007, hlm 139
Frederich Julius Stahl dan berkembang di hak kebebasan rakyat (vrijheidsrechten van de
negara-negara eropa continental. Konsep burger)23
rechtsstaat Immanuel Kant melahirkan pemikiran Sebelum pembahasan lebih jauh, konteks
konsep negara hukum formil atau lazim disebut jabatan di Indonesia adalah lingkungan kerja
nachtwakersstaat. Dalam pengertiannya negara tetap yang berisi fungsi-fungsi tertentu yang
menjamin kebebasan individu sebagai anggota secara keseluruhan mencerminkan tujuan dan
masyarakat, negara tidak diperkenankan tata kerja suatu organisasi. Agar jabatan beserta
mencampuri urusan warga masyarakatnya oleh fungsi-fungsi tersebut menjadi konkret dan
karenanya konsep ini kemudian banyak dikenal bergerak mencapai sasaran dan tujuan, harus ada
sebagai konsep negara liberal. Negara hanya pemangku jabatan yaitu pejabat, yakni bisa orang
sebagai penjaga ketertiban masyarakat.21 perorangan yang duduk atau didudukkan dalam
Berbeda dengan Julius Stahl sebagaimana dikutip suatu jabatan dengan tugas wewenang untuk
Miriam Budiardjo, rechtsstaat yang dimaksud merealisasikan atau melaksanakan berbagai
memiliki unsur-unsur yakni (a). diakuinya hak- fungsi jabatan tertentu.24
hak asasi warga negara; (b). adanya pemisahan Konteks jabatan yang dimaksud dalam
atau pembagian kekuasaan negara untuk tulisan ini adalah jabatan Presiden dan Wakil
menjamin hak-hak asasi manusia yang biasa Presiden. Sedangkan pengisian jabatan yang
dikenal dengan Trias Politica (c). pemerintahan dimaksud dapat melalui tiga cara yakni melalui
berdasarkan peraturan-peraturan (wetmatigheid Pemilihan (election), pengangkatan
van bestuur) dan (d) adanya peradilan (appointment) dan pengisian jabatan yang
administrasi dalam perselisihan.22 mengandung unsur pengangkatan dan pemilihan
Philipus M. Hadjon sebagimana secara langsung (election and appointment). Jika
mengutip pemikiran D.H.M. Meuwissen terjadi jabatan Presiden lowong (vacant in office)
mengemukakan bahwa Undang-Undang Dasar maka harus segera diisi dengan atau oleh pejabat
atau konstitusi merupakan unsur yang harus ada tetap atau disebut dengan pergantian Presiden
dalam konsep negara hukum sebab konstitusi (Substitution of the Presidency), berbeda jika
merupakan sebab konstitusi merupakan jaminan jabatan Presiden atau Wakil Presiden Lowong
perlindungan hak-hak dasar warga negara. Hal yang mengisi adalah pejabat sementara maka
ini dikarenakan adanya Undang-Undang Dasar dikenal dengan nama pemangkuan sementara
atau konstitusi yang dimaksud seharusnya jabatan Presiden, juga dikenal cara lain yakni
memuat ketentuan-ketentuan tertulis tentang melalui jalan pemilihan dan perwakilan.25
hubungan antara penguasa dengan rakyat. Hal PENUTUP
lain yang dipersyaratkan yaitu adanya pembagian
KESIMPULAN
kekuasaaan negara yang meliputi kekuasaan
pembuatan undang-undang yang ada di tangan 1. Pembahasan mengenai pemberhentian
parlemen, kekuasaan kehakiman yang bebas dan Presiden dan/atau Wakil Presiden di
yang hanya tidak menangani sengketa antara Indonesia bertumpu pada dua hal yang utama,
individu rakyat tetapi juga antara penguasa dan yakni terkait alasan pemberhentian Presiden
rakyat dan pemeri ntah yang mendasarkan dan/atau Wakil Presiden dan tata cara
tindakannnya atas undang-undang (wetmatig
23
bestuur). Terakhir diakuinya dan dilindunginya . D.H.M. Meuwissen dalam Philipus M.Hadjon,
Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, PT.
BIna Ilmu, 1987, hlm 76.
21 24
. Muh. Tahir Azhary, Negara Hukum, Suatu Studi . Jimly Asshiddiqie, Bagir Manan,dkk, Amandemen
Tentang Prinsip-prinsipnya dilihat dari segi hukum UUD dan Pemilihan Presiden Secara Langsung,
islam, implementasinya pada periode negara madinah Setjen & Kepeniteraan Mahkamah Konstitusi RI,
dan masa kini, Prenada Media, Jakarta, Cetakan Jakarta, 2006, hlm 33.
25
Kedua, September 2004, hlm 83-102. . Harun Al Rasid, Pengisian Jabatan Presiden, PT
22
. Padmo Wahyono, Konsep Yuridis Negara Hukum Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1999, hlm 23, hlm
Indonesia, makalah, UI Press, Jakarta, 1998, hlm 2. 65,hlm 93, dan hlm 117
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil langkah yang sangat baik dalam mewujudkan
Presiden. peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Persoalannya adalah Mahkamah Konstitusi
2. Alasan Pemberhentian Presiden dan/atau
dalam mekanismenya hanya mengeluarkan
Wakil Presiden di Indonesia sebelum
pertimbangan hukum keputusan tetap ada di
perubahan UUD 1945 persoalan mendasarnya
tangan MPR. Mekanisme ini perlu
ada pada klausula melanggar „haluan negara‟
dipertimbangkan untuk direvisi agar tidak
yang normanya sangat umum dan abstrak
terulang sejarah pemberhentian Presiden
yang dapat mengakibatkan multiintrepretasi
dan/atau Wakil Presiden semata karena alasan
sesuai dengan kepentingan masing-masing
politis. Putusan tidak berada ditangan MPR
kelompok. Sehingga tidak memberikan
melainkan di MK yang bersifat final dan
kepastian hukum dalam penerapannya karena
mengikat.
bertentangan dengan asas kepastian hukum.
Dari sisi tata cara terlihat jelas sistem DAFTAR PUSTAKA
pemerintahan parlementer yang memberikan BUKU
kewenangan yang luas kepada Majelis
Permusyaratan Rakyat untuk sewaktu-waktu Jazim Hamidi, Paradigma Baru Pembentukan
memanggil Presiden melalui forum Sidang dan Analisis Perda ( Studi Atas Perda
Istimewa. Terkait prosedur dan mekanisme Pelayanan Publik dan Perda Keterbukaan
pemberhentian Presiden sebelum perubahan Informasi Publik) bahan ajar Teori Perancangan
UUD 1945 hanya melibatkan dua lembaga Perundang-undangan, Program Magister Ilmu
yakni DPR dan MPR tanpa campur tangan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
MA sebagai kekuasan kehakiman. Malang, 2013.

3. Alasan Pemberhentian Presiden dan/atau


Jimly Asshiddiqie, Implikasi Perubahan UUD
Wakil Presiden di Indonesia setelah
1945 terhadap Pembangunan Hukum
perubahan UUD 1945 ada pada perubahan
Nasional, Mahkamah Konstitusi Republik
kedua dan perubahan ketiga. Berbeda dengan
Indonesia, Jakarta, Jakarta, 2005.
alasan pemberhentian Presiden dan/atau
Wakil Presiden sebelum perubahan, persoalan
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan
mendasar yang ada pada klausula „perbuatan
Pilar-pilar Demokrasi, Konstitusi Press, Jakarta,
tercela‟normanya sangat umum dan abstrak
2005.
yang dapat mengakibatkan multiintrepretasi
hal ini tentu bertentangan dengan asas
Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata
legalitas dan asas kepastin hukum. Jika
Negara Pasca Amandemen Konstitusi, LP3ES,
dikaitkan dengan tata cara pemberhentian
Jakarta, 2007.
Presiden dan/atau Wakil Presiden terlihat
mulai bergesernya sistem pemerintahan
Muh. Tahir Azhary, Negara Hukum, Suatu
parlementer menjadi sistem
Studi Tentang Prinsip-prinsipnya Dilihat dari
presidensil.Terkait prosedur dan mekanisme
Segi Hukum Islam, Implementasinya pada
pemberhentian Presiden setelah perubahan
Periode Negara Madinah dan Masa Kini,
UUD 1945 melibatkan tiga lembaga yakni
Prenada Media, Jakarta, Cetakan Kedua,
DPR, MK dan MPR.
September 2004.
SARAN
D.H.M. Meuwissen dalam Philipus M.Hadjon,
1. Melibatkan Mahkamah Konstitusi dalam Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia,
mekanisme dan prosedur pemberhentian PT. Bina Ilmu, 1987.
Presiden dan/Wakil Presiden merupakan
Jimly Asshiddiqie, Bagir Manan,dkk,
Amandemen UUD dan Pemilihan Presiden
Secara Langsung, Setjen & Kepeniteraan
Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006.

Harun Al Rasid, Pengisian Jabatan Presiden,


PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1999.

Hufron, Pemberhentian Presiden di Indonesia,


LaksBang Pressindo, Yogyakarta, 2018.

James Luhullima, Hari-hari terpanjang


Menjelang Mundurnya Presiden Soeharto dan
Beberapa Peristiwa Terkait, Penerbit Buku
Kompas, Jakarta, 2001.

Jimly Asshiqiqui, Pemberhentian dan


Penggantian Presiden, dalam buku 70 Tahun
Prof. Dr. Harun Alrasid (Integritas, Konsistensi
Seorang Sarjana Hukum), Editor oleh A.
Muhammad Asrun dan Hendro Nurjahjo, Pusat
Studi HTN, Jakarta, 2000

DISERTASI
Hamdan Zoelva, Pemakzulan Presiden
Indonesia, Disertasi Program Doktor Ilmu
Hukum, Universitas Padjajaran Bandung, 2010
Jayus, Rekonseptualisasi Penyelesaian
Perselisihan Hasil Pemilihan Umum di
Indonesia, Malang : Disertasi Program Doktor
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya Malang, 2013
.

PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945

MAKALAH
Mahfud MD, Kekuasaan Kehakiman Pasca
Amandemen UUD 1945, makalah pada Diskusi
Publik tentang Wacana Amandemen Konstitusi
yang diselenggarakan oleh Komisi Hukum
Nasional (KHN) di Jakarta,12 Juni 2008.

Padmo Wahyono, Konsep Yuridis Negara


Hukum Indonesia, makalah, UI Press, Jakarta,
1998.

Anda mungkin juga menyukai