Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH HUKUM PERWAKILAN DAN BADAN HUKUM

Dosen Pengampu:
Dr. Yussy Adelina Mannas, S.H.,M.H.

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Almaudia Mardhatilla Febri (1810111007)


Amanda Syahputri Balqis (2010111131)
Fajrul Hadi (2010112104)
Deihan Arissa Martin (2010113061)
Nurul Afifi. Z (2010112085)
Muhammad Bangun (2010111046)
Muhammad Yogy (2010111109)
Rayhan Viwanda (2010112026)
Sarah Nisrina (2010113090)
Sulthan Riad Al-Hady (2010113001)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan kepada penyusun, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Hukum Perwakilan dan Badan Hukum.
Penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca
tentang Hukum Perwakilan dan Badan Hukum. Penyusun cukup menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah mendatang.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memenuhi harapan dari
berbagai pihak.

Padang, 25 Februari 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
BAB II ................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 5
2.1 Teori-Teori Badan Hukum....................................................................................... 5
2.2 Nasionalitas Badan Hukum ...................................................................................... 7
2.3 Kebangsaan Badan Hukum ..................................................................................... 8
2.4 Akibat dan tempat kedudukan badan hukum ......................................................... 8
2.4.1 Asas Penentuan Status Badan Hukum ............................................................ 10
2.4.2 Prinsip dalam Menentukan Status Personal Badan Hukum .......................... 10
BAB III .............................................................................................................................. 14
PENUTUP ......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam hal pembentukan hukum mengenai peraturan Perkumpulan,

pada hakekatnya termasuk pada bentuk perubahan yang bersifat bottom up,

karena pada prakteknya perkumpulan telah ada dan mengalami perkembangan

sehingga memerlukan aturan yang lebih sesuai. Istilah badan hukum sudah

lazim digunakan bahkan merupakan istilah hukum yang resmi di Indonesia.

Suatu badan atau perkumpulan juga dapat memiliki hak dan dapat melakukan

perbuatan hukum seperti halnya manusia. Badan atau perkumpulan itu

mempunyai harta kekayaan sendiri, ikut serta dalam persoalan hukum dan dapat

juga digugat atau menggugat di pengadilan dengan perantaraan pengurusnya. 1

Menurut R. Subekti bahwa badan hukum pada pokoknya adalah suatu

badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hakhak dan melakukan perbuatan

seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau

menggugat di depan hakim. 2 Yang mendorong terbentuknya suatu pengertian

badan hukum adalah sudah tentu pertama-tama, bahwa manusia juga didalam

1
Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013),
h. 61-63.
2
Man S. Sastra Widjaja, Hukum Dagang, (Bandung : PT. Alumni, 2006), h. 128.

1
huubungan hukum privat tidah hanya berhubungan terhadap sesama manusia

saja, tetapi juga terhadap persekutuan.

Jika sekarang kepada sesuatu golongan hak milik atau suatu hak lain

diakui, sama seperti halnya yang berlaku bagi suatu individu, maka golongan

itu menampakkan kepada hukum itu sebagai suatu subyek baru, sebagai suatu

badan hukum. Badan hukum sipil atau badan hukum privat ialah badan hukum

yang didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut

kepentingankepentingan pribadi orang di dalam badan hukum itu. Badan

hukum itu merupakan badan swasta yang didirikan oleh pribadi orang itu untuk

tujuan tertentu, yaitu mencari keuntungan, sosial, pendidikan, ilmu

pengetahuan, politik, kebudayaan, kesenian, olahraga, dan lain-lainnya

menurut hukum yang berlaku secara sah.

Badan hukum itu bukan makhluk hidup sebagaimana halnya pada

manusia. Badan hukum kehilangan daya berfikir, kehendaknya, dan tidak

mempunyai “centraal bewustzijn”, karena itu ia tidak dapat melakukan

perbuatan-perbuatan hukum itu sendiri. Ia harus bertindak dengan perantaraan

orang-orang biasa (natuurlijke personen), akan tetapi orang yang bertindak itu

tidak bertindak untuk dirinya, atau untuk dirinya saja; melainkan untuk dan atas

pertanggungan-gugat badan hukum.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat

merumuskan masalah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah konsep badan hukum di Indonesia yang dapat dijelaskan

melalui berbagai teori?

2. Bagaimanakah nasionalitas dan kebangsaan dari badan hukum di

Indonesia?

3. Bagaimanakah akibat dan tempat kedudukan badan hukum di Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian

Sebagaimana lazimnya sebuah karya ilmiah yang memiliki tujuan

tertentu didalam penelitiannya, adapun tujuan dari penelitian akan

memudahkan peneliti untuk membahas permasalahan secara fokus. Adapun

tujuan dalam penelitian, sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis apa saja teori yang dapat digunakan

dalam badan hukum yang ada di Indonesia.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis nasionalitas dan kebangsaan dari

badan hukum yang ada di Indonesia.

c. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat dan tempat kedudukan badan

hukum yang ada di Indonesia.

3
1.3.2 Manfaat Penelitian

Selain tujuan penelitian diatas, penulis berharap makalah ini dapat

mencapai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis adalah untuk lebih

memahami istilah badan hukum. Akan tetapi juga harus memahami teori

badan hukum, nasionalitas dan kebangsaan badan hukum, serta akibat dan

tempat kedudukan badan hukum. Karena badan hukum ini juga memiliki

hak dan kewajiban serta dapat mengadakan hubungan hukum

(rechtsbetrekking/rechtsverhouding) antara badan hukum dengan

manusia (natuurlijkpersoon) serta antara badan hukum satu dengan badan

hukum yang lain.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dari makalah ini dapat memberikan masukan bagi

penulis, pembaca serta para penegak hukum untuk mengetahui

bagaimana teori-teori yang digunakan dalam penegakan hukum,

nasionalitas dan kebangsaan dari badan hukum, serta akibat dan tempat

kedudukan badan hukum di Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori-Teori Badan Hukum

Badan Hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang


mempunyai tujuan tertentu yang dapat menyandang hak dan kewajiban. Badan
hukum bertindak sebagai satu kesatuan dalam lalu lintas hukum seperti orang.
Hukum menciptakan badan hukum oleh karena pengakuan organisasi atau
kelompok manusia sebagai subjek hukum itu sangat diperlukan karena ternyata
bermanfaat bagi lalu lintas hukum. Mengingat belum adanya undang-undang
tentang badan hukum, para ahli hukum pun mencoba memberi unsur-unsur atau
kriterium tentang suatu badan usaha disebut badan hukum.

Ada beberapa pandangan pendapat dan teori mengenai badan hukum ini, yaitu:
1. Teori Fiksi (fictie theorie)
Teori ini dipelopori oleh Freidrich Carl Von Savigny. Menurut teori
ini,hanya manusialah yang menjadi subjek hukum,sedangkan badan
hukum dikatakan sebagai subjek hukum itu hanyalah fiksi, yakni sesuatu
yang sebenarnya tidak ada tetapi orang menghidupkannya dalam
bayanggannya untuk menerangkan sesuatu hal. Badan hukum itu semata-
mata buatan negara saja. Jadi, ada subjek lain tetapi wujudnya tidak
nyata/riil, namun dapat melakukan perbuatan-perbuatan (dalam hal ini
melalui wakilnya). Dengan demikian syarat-syarat dalam peraturan-
peraturan hukum yang melekat pada badan seorang manusia,terang
benderang tidak ada pada badan- badan hukum, akan tetapi badan hukum
boleh dianggap seolah-olah seorang manusia.

5
2. Teori organ (orgaan theorie)
Teori ini diajarkan oleh Otto Von Gierke. Menurut teori ini, badan
hukum adalah organ seperti halnya manusia,yang menjelma dalam
pergaulan hukum, yang dapat menyatakan kehendak melalui alat-alat
perlengkapan yang ada padanya (seperti halnya manusia biasa yang
berpancaindra. Oleh karena alat-alat (organen) itu berupa orang-orang
manusia juga,maka sudah selayaknya syarat-syarat dalam
peraturanperaturan hukum yang melekat pada badan seorang manusia
itu,dapat dipenuhi juga oleh badan hukum.

3. Teori harta kekayaan bertujuan (zweckvermogens theorie)


Teori ini diajarkan oleh A.Brinz dan E.J.J van der heyden. Menurut teori
ini, hanya manusia yang menjadi subjek hukum dan badan hukum yaitu
untuk melayani kepentingan tertentu.

4. Teori harta karena jabatan (theori van het ambtelijk vermogen)


Teori ini diajarkan oleh Holder dan Binden. Menurut teori ini, badan
hukum ialah suatu badan yang mempunyai harta yang berdiri sendiri, yang
dimiliki oleh badan hukum itu, tetapi oleh pengurusnya dan karena
jabatannya, ia diserahkan tugas untuk mengurus harta tersebut.

5. Teori kekayaan bersama (propriete collective theorie)


Teori ini diajarkan oleh Molengraff dan Marcel Planiol. Menurut teori
ini, apa yang merupakan hak dan kewajiban badan hukum pada hakikatnya
juga merupakan hak dan kewajiban para anggota bersamasama.maka dari
itu, kekayaan badan hukum pun juga merupakan kekayaan bersama (milik
bersama seluruh anggota). Dengan demikian, badan hukum ialah harta
yang tidak dapat dibagi-bagi dari anggota-anggotanya secara bersama-
sama.

6
6. Teori kenyataan yuridis (Juridische realiteitsleer)
Teori ini dikemukakan oleh Meijers. Menurut teori ini, bahwa badan
hukum adalah merupakan kenyataan/realita yuridis yang dibentuk dan
diakui sama seperti manusia pribadi, hendaknya dalam mempersamakan
badan hukum dengan manusia terbatas sampai pada bidang hukum saja.
Adapun fungsi badan hukum disini adalah mengatur atau menjaga usaha
milik negara maupun milik pribadi guna memajukan kesejahteraan rakyat
dan negara.

2.2 Nasionalitas Badan Hukum

Nasionalitas badan hukum dibidang hukum perdata internasional


menganut status personalia yang berguna untuk:
1. Ada atau tidak adanya badan hukum
2. Menentukan kemampuan untuk bertindak di bidang hukum
3. Menentukan hukum yang mengatur organisasi intern dan hubungan-
hubungan hukum dengan pihak ketiga
4. Menentukan cara-cara perubahan Anggaran dasar serta berhentinya
badan hukum
5. Menentukan hak-hak dan kewenangan dari sejak ’lahir’ hingga
’meninggal’ (berhentinya sebagai badan hukum setelah dilikuidasi)

Badan hukum tunduk kepada hukum Negara dimana ia didirikan.


Penganut: Common Law, Belanda belakangan juga mengikuti teori ini.
Alasannya karena Sesuai logika hukum jika suatu badan hukum tunduk pada
hukum dimana formalitas-formalitas unutuk pendiriannya dilangsungkan
sehingga suatu badan hukum hanya akan mendapat status dari suatu sistem
hukum tertentu saja .

7
2.3 Kebangsaan Badan Hukum

Badan hukum sebagai subyek hukum juga memiliki nasionalitas.


Kebangsaan badan hukum ini akan menentukan tunduk kepada hukum negara
badan hukum yang bersangkutan. Kalau badan hukum itu berkebangsaan
Indonesia, maka status badan hukum itu tunduk kepada hukum Indonesia.
Salah satu cara untuk menentukan kebangsaan badan hukum
berdasarkan tempat atau negara di mana badan hukum didirikan dan
didaftarkan.

Misalnya:
Choe Peng Sum (warga negara Singapura), Abdul Badawi (warga
negara malaysia), dan Alim Tanujoyo (warga negara Indonesia) mendirikan PT
di Indonesia berdasarkan hukum Indonesia, maka PT itu berkebangsaan
Indonesia.
Tunas Pte Limited Singapura (perusahaan yang didirikan berdasarkan
hukum Singapura), Waja, Sdn. Bhd (perusahaan yang berdasarkan hukum
Negeri Johor Bahru, Malaysia) dan PT Kok Seng (perseroan yang berdasarkan
hukum Indonesia) membentuk perusahaan patungan dengan nama PT Tunas
Waja Seng di Indonesia berdasarkan hukum Indonesia. PT yang berkebangsaan
Indonesia, meskipun pemegang sahamnya terdiri dari orang atau badan hukum
asing dan orang atau badan hukum Indonesia adalah PT yang berkebangsaan
Indonesia.

2.4 Akibat dan tempat kedudukan badan hukum

Perusahaan berbadan hukum subjek hukumnya adalah badan usaha itu


sendiri karena telah menjadi badan hukum yang juga termasuk subjek hukum
di samping manusia. Ciri utama badan usaha yang berbadan hukum yakni
masih ada pemisahan kekayaan pemilik terhadap kekayaan badan usaha,
sebagai akibatnya pemilik hanya bertanggung jawab sebatas harta perusahaan.

8
Badan berbadan hukum contohnya Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi.
Macam-macam badan usaha berbadan hukum bisa berupa perseroan terbatas
(PT) ataupun berupa yayasan
Kemudian mengenai kekayaan perusahaan, harta perusahaan terpisah
dari harta kekayaan pribadi para pengurus atau anggotanya. Hal ini akan
berakibat jika perusahaan pailit, yang terkena sita hanyalah harta perusahaan
dan harta pribadi pengurus tetap bebas dari sitaan. Mengenai wewenang
menuntut dan dituntut, perusahaan berbadan hukum yang bertindak sebagai
subjek hukum adalah perkumpulannya. Dalam artian, pihak ketiga dapat
menuntut perkumpulannya namun pihak ketiga tidak bisa menuntut masing-
masing perorangan.

Badan hukum sebagai subyek hukum juga memiliki kebangsaan dan


tempat kedudukan (legal seat). Umumnya kebangsaan badan hukum ditentukan
berdasarkan tempat (atau negara) di mana pendirian badan hukum tersebut di
daftarkan. Misalnya: PT. Indokohindo, sebuah perusahaan joint venture antara
beberapa pengusaha Jepang dan Indonesia. PT tersebut didirikan berdasarkan
hukum Indonesia dan berkedudukan di Jakarta (Indonesia). Dengan demikian
status hukum PT tersebut adalah badan hukum Indonesia. Contoh laine3: Hong
Ming Co. Ltd sebuah perusahaan joint venture antara pengusaha Indonesia dan
Singapura, didirikan dan berkedudukan di Singapura, maka perusahaan yang
bersangkutan berbadan hukum Singapura. Begitu juga perusahaan yang
didirikan oleh beberapa pengusaha yang berkewarganegaraan Indonesia
mendirikan perusahaan di Hongkong, karena didirikan dan beroperasi di
Hongkong maka perusahaan tersebut harus tunduk pada hukum Hongkong.
Hal ini juga diatur dalam peraturan yang mana Beberapa persyaratan
untuk mendirikan perusahaan Perseroan Terbatas menurut versi beberapa pasal
dalam UUPT No.40 Tahun 2007, salah satu hal yang diatur diantaranya
mengenai Tempat kedudukan PT harus dalam wilayah Indonesia (pasal 5
UUPT No.40 Tahun 2007).

9
Pasal 5 dan Pasal 17 UUPT mengatur tempat kedudukan perseroan di
wilayah Republik Indonesia, harus dicantumkan dalam anggaran dasar. Hal ini
sama dengan yang diatur dalam Pasal 2 RUU Perkumpulan, yang juga
menentukan bahwa tempat kedudukan perkumpulan di wilayah Republik
Indonesia harus dimuat dalam anggaran dasar. Penyebutan kedudukan
perkumpulan di wilayah Republik Indonesia dimaksudkan adalah Kabupaten
dan Kota. Dalam Pasal 2 A RUU Perkumpulan disebutkan bahwa Perkumpulan
harus mempunyai alamat lengkap sesuai dengan tempat kedudukannya (ayat
(1)) dan Nama dan alamat lengkap perkumpulan harus dicantumkan dalam
setiap surat yang dikeluarkan (ayat 2). Tempat kedudukan perseroan atau
perkumpulan merupakan tempat kantor pusat dari badan hukum tersebut.
Secara hukum penentuan tempat kedudukan suatu badan hukum sangat penting,
karena tempat 35 kedudukan perseroan atau perkumpulan akan menjadi
wilayah juridiksi hukum terhadap kemungkinan tuntutan hukum bagi perseroan
maupun perkumpulan.

2.4.1 Asas Penentuan Status Badan Hukum

1. Asas Kewarganegaraan/domicile pemegang saham, berdasarkan


mayoritas pemegang saham lex patriae atau lex domicili. Sudah
ketinggalan zaman.
2. Asas Centre of Administration/Business, berdasarkan kaidah
hukum pusat kegiatan administrasi badan hukum tersebut.
Diterima di Eropa Kontinental.
3. Asas Place of Incorporation, berdasarkan tempat badan hukum
didirikan. Diterima di Indonesia.
4. Asas Centre of Exploitation. Berdasarkan tempat perusahaan
melakukan operasional, exploitasi, atau kegiatan produksi.

2.4.2 Prinsip dalam Menentukan Status Personal Badan Hukum

1.Teori Inkorporasi

10
Tempat kedudukan bdan hukum adalah dimana badan hukum
tersebut didirikan, menyatakan bahwa suatu badan hukum tunduk
kepada hukum di mana ia didirikan atau dibentuk..
2. Teori Statutair
Berdasarkan AD/ART dari badan hukum menyatakan bahwa status
personal suatu badan hukum ditentukan oleh hukum tempat kedudukan
badan hukum tersebut menurut anggaran dasarnya.
3. Teori Manajemen Efektif
Di negara tempat manajemen efektif badan hukum bersangkutan
dijalankan. menyatakan bahwa hukum dari tempat kedudukan
manajemen yang efektif dari badan hukum sebagai hukum yang berlaku
atas status personal badan hukum tersebut

4. Remote Control Theory


Menurut teori ini, meski suatu badan hukum didirikan dan/atau
dijalankan dari Negara X, tetapi bilamana kata final untuk
Operasionalnya diputuskan dari Negara Y, maka hukum dan tempat
kedudukan dari badan hukum tersebut adalah Negara Y

Berdasarkan teori tersebut dapat kita simpulkan bahwa tempat


kedudukan badan hukum sangat berpengaruh terhadap akibat hukum yang
timbul. Karena akan berpengaruh kepada status personal badan hukum yang
bersangkutan. Jika suatu saat badan hukum ini mempunyai maslah hukum maka
akan berpengaruh terhadap lokasi pengajuan gugatan terhadap badan hukum
tersebut. Karena pihak yang menggugat akan mengajukan gugatan berdasarkan
dimana status kedudukan badan hukum yang bersangkutan.

Selanjutnya Dalam prakteknya ada kemungkinan badan hukum asing


yang ”beroperasi” di Indonesia tidak menggunakan PT. Berdasarkan Pasal 2
Ayat (5) Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan yang telah mengalami
berbagai perubahan, perubahan terakhir dengan UndangUndang No. 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan, badan usaha tersebut dapat berbentuk, (a)
sebagai tempat kedudukan manajemen, (b) cabang perusahaan, (c) kantor
perwakilan, (d) gedung kantor, (e) pabrik, (f) bengkel, (g) gudang, (h) ruang

11
untuk promosi dan penjualan, (i) pertambangan dan penggalian sumber alam,
(j) wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi, perikanan,
peternakan,pertanian, perkebunan, dan kehutanan, proyek konstruksi, instalasi,
atau proyek perakitan, pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau
oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12
bulan, orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukan tidak
bebas, agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesia.

Konvensi Den Haag tentang Pengakuan Status Badan Hukum


Perusahaan, Perkumpulan dan Institusi Asing (Convention concernant la
Reconnaissance de la Personnalité juridique des sociétiés, associations et
fondations éstragères atau Convention concerning the recognition of the legal
personality of foreign companies, associations and institutions) menganut teori
inkorporasi. Konvensi yang dirumuskan tanggal 1 Juni 1956 telah diratifikasi
oleh Belanda (1959), Belgia (1962) dan Perancis (1963).
Berdasarkan perkembangan peraturan perundangundangan yang ada,
Indonesia kemudian mengadopsi secara kumulatif teori inkorporasi dan
statutair. UndangUndang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokokpokok Agraria mengatur tentang badan hukum yang dapat mempunyai
hak atas tanah. Pasal 30:1 mengatur bahwa “badan hukum yang didirikan
menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia” berhak mempunyai
hak guna usaha. Pasal 36:1 mensyaratkan hal yang sama untuk hak guna
bangunan. Demikian juga halnya dengan pasal 42 untuk hak pakai. Pasal ini
juga memberikan hak pakai kepada badan hukum asing yang mempunyai
perwakilan di Indonesia. Terkait dengan hak sewa, pasal 45 juga mengatur
dengan persyaratan yang sama.
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal mewajibkan penanaman modal asing untuk membentuk

12
perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam
wilayah Indonesia. Pasal 17 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur bahwa tempat kedudukan perseroan
di dalam wilayah Republik Indonesia sebagaimana ditentukan dalam anggaran
dasar adalah kantor pusat perseroan. Dengan demikian, Indonesia
menambahkan teori pusat manajemen untuk perseroan terbatas.
Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan mengadopsi
tempat kedudukan dalam wilayah Indonesia yang ditentukan dalam anggaran
dasar sebagai titik taut. Secara administratif, Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia melimpahkan kewenangan pengesahan badan hukum kepada Kepala
Kantor Wilayah yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan yayasan
yang bersangkutan (pasal 11 ayat (2)). Secara hukum acara, tempat kedudukan
yayasan juga menentukan kompetensi pengadilan negeri (pasal 56 ayat (1)).
Pengaturan status personal badan hukum harus selaras dengan
perkembangan peraturan perundang-undangan nasional. Oleh karena itu,
perumusan pengaturan terkait badan hukum adalah sebagai berikut:
a. Perseroan terbatas, perkumpulan, yayasan, dan badanbadan hukum lain
tunduk kepada hukum dari negara di mana badan hukum tersebut didirikan dan
berkedudukan.
b. Badan hukum yang didirikan di luar wilayah Republik Indonesia yang
melaksanakan kegiatannya di dalam wilayah Republik Indonesia tunduk pada
ketentuan hukum Indonesia.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Badan Hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang mempunyai


tujuan tertentu yang dapat menyandang hak dan kewajiban. Ada beberapa pandangan
pendapat dan teori mengenai badan hukum ini, yaitu:
1. Teori Fiksi (fictie theorie)
2. Teori organ (orgaan theorie)
3. Teori harta kekayaan bertujuan (zweckvermogens theorie)
4. Teori harta karena jabatan (theori van het ambtelijk vermogen)
5. Teori kekayaan bersama (propriete collective theorie)
6. Teori kenyataan yuridis (Juridische realiteitsleer)

Nasionalitas badan hukum dibidang hukum perdata internasional menganut status


personalia yang berguna untuk:
1. Ada atau tidak adanya badan hukum
2. Menentukan kemampuan untuk bertindak di bidang hukum
3. Menentukan hukum yang mengatur organisasi intern dan hubungan-hubungan
hukum dengan pihak ketiga
4. Menentukan cara-cara perubahan Anggaran dasar serta berhentinya badan
hukum
5. Menentukan hak-hak dan kewenangan dari sejak ’lahir’ hingga ’meninggal’
(berhentinya sebagai badan hukum setelah dilikuidasi)
Badan hukum sebagai subyek hukum juga memiliki nasionalitas. Kebangsaan
badan hukum ini akan menentukan tunduk kepada hukum negara badan hukum yang
bersangkutan. Salah satu cara untuk menentukan kebangsaan badan hukum
berdasarkan tempat atau negara di mana badan hukum didirikan dan didaftarkan.

14
Perusahaan berbadan hukum subjek hukumnya adalah badan usaha itu sendiri
karena telah menjadi badan hukum yang juga termasuk subjek hukum di samping
manusia. Dalam Pasal 2 A RUU Perkumpulan disebutkan bahwa Perkumpulan harus
mempunyai alamat lengkap sesuai dengan tempat kedudukannya (ayat (1)) dan Nama
dan alamat lengkap perkumpulan harus dicantumkan dalam setiap surat yang
dikeluarkan (ayat 2).
Asas-asas penentuan status badan hukum:
1. Asas Kewarganegaraan/domicile pemegang saham
2. Asas Centre of Administration/Business
3. Asas Place of Incorporation
4. Asas Centre of Exploitation

Prinsip dalam mentukan status sosial badan hukum:


1. Teori Inkorporasi
2. Teori Statutair
3. Teori Manajemen Efektif
4. Remote Control Theory

3.2 Saran

Setelah tersusunnya makalah ini, kami menyadari masih banyaknya


kekurangan dalam makalah kami. Oleh karena itu kami berharap semoga kedepannya
terdapat tulisan yang lebih rinci dan lengkap mengenai pembahasan terkait Badan
Hukum, mulai dari sumber-sumber bacaan maupun contoh-contoh untuk mengisi
kekurangan yang ada pada makalah kami.

15
DAFTAR PUSTAKA

Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman. 2013. Pengantar Ilmu Hukum. Raja
Grafindo Persada. Jakarta

Man S. Sastra Widjaja. 2006. Hukum Dagang. PT. Alumni. Bandung.

Sinaga, Sahat HMT. 2019. Notaris dan Badan Hukum Indonesia. Jala Permata
Aksara. Bekasi.
Syahrani, Riduan. 1992. Seluk beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. PT.
Alumni. Bandung.
Rachmatika Lestari. Hukum Perdata Internasional.
Devica Rully M. Jurnal Prinsip Kewarganegaraan dan Prinsip Domisili
Dalam Hukum Perdata Internasional.
Suparji. 2015. TRANSFORMASI BADAN HUKUM DI INDONESIA. UAI
Press. Jakarta.
Universitas Prima Indonesia. 2018. Hukum Perdata Internasional. diakses 24
feb 2023.
http://spada.unprimdn.ac.id/course/view.php?id=1987&lang=id
https://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/128954-T+26671-Tinjauan+yuridis-
Literatur.pdf Accessed: 2023-02-24

16

Anda mungkin juga menyukai