Disusun Oleh:
Artiur Unsaeni Ismail || 30123007
Dosen Pengampu:
Fajar Putra Hanifah, S.H., M.H.
PRODI HUKUM
2024
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alllah SWT, karena berkat dan rahmat serta karunia-Nya makalah ini
dapat diselesaikan dalam waktu yang tepat dan juga sesuai dengan pengetahuan dan materi
yang telah ditentukan sebelumnya. Tak lupa, shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena berkat beliaulah kita
mampu keluar dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang.
Beribu terimakasih juga kami ucapkan kepada Bapak Fajar Hanifah, S.H., M.H.
selaku dosen mata kuliah Hukum Perdata yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap semua materi dari makalah ini dapat tersampaikan dengan baik, dan dapat
dimengerti dengan mudah.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan hukum merupakan suatu pilihan bagi masyarakat untuk menjalankan usaha
yang dimana didalamnya mengatur tentang pembagian hasil serta pemisahan harta kekayaan,
Subyek hukum memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting di dalam bidang
hukum, khususnya hukum keperdataan karena subyek hukum tersebut yang dapat
mempunyai wewenang hukum. Istilah Subyek hukum berasal dari terjemahan bahasa
Belanda yaitu rechtsubject atau law of subject (Inggris). Secara umum rechtsubject diartikan
sebagai pendukung hak dan kewajiban, yaitu manusia dan badan hukum. Dalam pergaulan
hokum ditengah-tengah masyarakat, ternyata manusia bukan satu-satunya subyek hukum
(pendukung hak dan kewajiban), tetapi masih ada subyek hukum lain yang sering disebut
“Badan Hukum” (rechtspersoon).
Menurut Molengraaff, badan hukum pada hakikatnya merupakan hak dan kewajiban
dari para anggotanya secara bersama-sama, dan di dalamnya terdapat harta kekayaan bersama
yang tidak dapat dibagi-bagi. Setiap anggota tidak hanya menjadi pemilik sebagai pribadi
untuk masing-masing bagiannya dalam satu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi itu, tetapi
juga sebagai pemilik bersama untuk keseluruhan harta kekayaan, sehingga setiap pribadi
anggota adalah juga pemilik harta kekayaan yang terorganisasikan dalam badan hukum itu.
Sebagaimana halnya subyek hukum manusia, badan hukum ini pun dapat mempunyai
hak-hak dan kewajiban kewajiban, serta dapat pula mengadakan hubungan hubungan hukum
(rechts-betrekking/rechtsverhouding) baik antara badan hukum yang satu dengan badan
hukum yang lain maupun antara badan hukum dengan orang manusia (natuurUjkpersoon).
Karena itu, badan hukum dapat mengadakan perjanjian perjanjian jual beli, tukar menukar,
sewa menyewa dan segala macam perbuatan di lapangan harta kekayaan. Dengan demikian,
badan hukum ini adalah pendukung hak dan kewajiban yang tidak berjiwa sebagai lawan
pendukung hak dan kewajiban yang berjiwa yakni manusia. Dan sebagai subyek hukum yang
tidak berjiwa, maka badan hukum tidak dapat dan tidak mungkin berkecimpung di lapangan
keluarga seperti mengadakan perkawinan, melahirkan anak dan lain sebagainya.
Adanya badan hukum (rechtspersoon) di samping manusia tunggal
(natuurlijkpersoon) adalah suatu realita yang timbul sebagai suatu kebutuhan hukum dalam
pergaulan di tengah-tengah masyarakat. Sebab, manusia selain mempunyai kepentingan
perseorangan (individual), juga mempunyai kepentingan bersama dan tujuan bersama yang
harus diperjuangkan bersama pula. Karena itu, mereka berkumpul mempersatukan diri
dengan membentuk suatu organisasi dan memilih pengurusnya untuk mewakili mereka.
Mereka juga memasukkan harta kekayaan masing-masing menjadi milik bersama, dan
menetapkan peraturan- peraturan intern yang hanya berlaku di kalangan mereka anggota
organisasi itu. Dalam pergaulan hukum, semua orang-orang yang mempunyai kepentingan
bersama yang tergabung dalam kesatuan kerjasama tersebut dianggap perlu sebagai kesatuan
yang baru yang mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban anggota-anggotanya serta
dapat bertindak hukum sendiri.
Dengan demikian badan hukum adalah pendukung hak dan kewajiban yang tidak
berjiwa sebagai lawan pendukung hak dan kewajiban yang berjiwa yakni manusia. Sebagai
subyek hukum yang tidak berjiwa, maka badan hukum tidak mungkin berkecimpung di
lapangan keluarga, seperti mengadakan perkawinan, melahirkan anak dan lain sebagainya.
Hukum memberi kemungkinan, dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, bahwa suatu
perkumpulan atau badan lain dianggap sebagai orang, yang merupakan pembawa hak, suatu
subyek hukum dan karenanya dapat menjalankan hak-hak seperti orang biasa, dan begitu pula
dapat dipertanggung-gugatkan. Sudah barang tentu badan hukum itu bertindaknya harus
dengan perantaraan orang biasa, akan tetapi orang yang bertindak itu tidak bertindak untuk
dirinya sendiri melainkan untuk dan atas pertanggung-gugat badan hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang Dimaksud Peraturan Badan Hukum (Rechpersoon)?
2. Bagaimana Pembuatan Badan Hukum?
3. Bagaimana Prosedur Pembentukan Badan Hukum?
4. Apa Saja Pertanggungjawaban dalam Hukum Perdata?
5. Domisili dalam Hukum Perdata?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Peraturan Badan Hukum (Rechtpersoon).
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Pembuatan Badan Hukum.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Prosedur Pembentukan Badan Hukum.
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Pertanggungjawaban dalam Hukum Perdata.
5. Untuk Mengetahui Domisili dalam Hukum Perdata.
BAB II
PEMBAHASAN
Badan hukum ini mulai berlaku sebagai subjek hukum sejak badan hukum itu
disahkan oleh undang-undang dan berakhir saat dinyatakan bubar (dinyatakan pailit) oleh
pengadilan. Dengan demikian, suatu perkumplan dapat dimintakan pengesahan sebagai badan
hukum melalui cara:
Pada waktu itu mendirikan badan-badan hukum adalah bebas dan belum ada
aturan-aturan yang rumit, maka kalau suatu perkumpulan didirikan diberi sifat berdiri
sendiri itu adalah badan hukum. Yang ada pada waktu itu, ialah adanya :
1) Dalam hal mendirikan suatu perseoran terbartas, mutlak diperlukan pengesahan akta
pendirian dan anggaran dasarnya oleh pemerintah (Menteri Kehakiman - Direktorat
perdata) - (Pasal 36 KUHD).
2) Dalam hal mendirikan perkumpulan koperasi, mutlak diperlukan pengesahan akta
pendirian koperasi itu oleh pemerintah. Dalam hal ini menteri yang diserahi urusan
perkoperasian.
Mengenai syarat formalnya dapat dikemukakan, bahwa pendirian yayasan itu harus
dilakukan secara tertulis dan sesuai dengan kehendak masa kini dimintakan pula suatu
akta notaris bagi pendiriannya. Dalam hubungan ini Ali rido menjelaskan, bahwa dapat di
di dirikan badan hukum yayasan dengan tidak adanya campur tangan dari penguasa dan
bahwa kebiasaan dan yurisprudensi bersama-sama menetapkan aturan itu. Dengan
demikian kedudukan badan hukum itu diperoleh bersama-sama dengan bersama-sama
berdirinya yayasan itu.