Oleh :
Diana Febrianti 220102040092
Ahmad Husairi 220102040234
1
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkumpulan, Perseroan dan Koperasi di Indonesia, (Dian Rakyat, 1969), hal 1.
2
Dr .Tami rusli SH.Mhum,sistem badan hukum Indonesia ,hal 1&2
2) Bentuk-Bentuk Badan Hukum
Menurut E. Utrecht/Moh. Soleh Djidang, dalam pergaulan hukum ada berbagai macam-
macam badan hukum yaitu:2
a. Perhimpunan (vereniging) yang dibentuk dengan sengaja dan dengan sukarela
oleh orang yang bermaksud memperkuat kedudukan ekonomis mereka, memelihara
kebudayaan, mengurus soal-soal sosial dan sebagainya. Badan hukum semacam itu
berupa-rupa, misalnya Perseroan Terbatas (PT), perusahaan negara, joint venture;
b. Persekutuan orang (gemmenschap van mensen) yang terbentuk karena faktor- faktor
kemasyarakatan dan politik dalam sejarah, misalnya negara, propinsi, kabupaten dan
desa;
c. Organisasi yang didirikan berdasarkan undang-undang tetapi bukan perhimpunan yang
termasuk sub (a) di atas ini;
d. Yayasan.
Biasanya macam-macam badan hukum yang disebut pada sub-sub (a), (b), (c) disebut
korporasi (corporatie). Dengan demikian, menurut pendapat ini bahwa badan hukum terbagi
ke dalam 2 (dua) tipe golongan, yaitu korporasi dan yayasan. Perseroan sebagai suatu badan
hukum merupakan salah satu bentuk dari korporasi, yaitu perhimpunan atau gabungan orang
yang dalam pergaulan hukum bertindak secara bersama-sama sebagai satu subjek hukum
tersendiri, guna mencapai tujuan tertentu (biasanya tujuan ekonomis).
3
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedelapan, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hal 216.
4
Handri Raharjo, 2009, Hukum Perusahaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, hal 19
Organ menurut pitlo adalah orang-orang atau kelompok orang yang tugasnya dalam
badan hukum itu merupakan essentialia dari organisasi. Tempatnya disebutkan oleh
anggaran dasar. Organ yang demikian ialah: pengurus, direktur, direksi, komisaris, dan
dewan komisaris. Karena mereka organ, mempunyai kewenangan mewakili. Disamping
hal ini, badan hukum dapat juga membuat perjanjian last geving, misalnya jika badan
hukum itu mewakilkan kepada orang ketiga yang tugasnya tidak merupakan bagian dari
organisasi itu, baik kepada orang luar maupun orang yang bekerja pada badan itu tetapi
tidak jadi organ."5
Pitlo mengajukan contoh konkret mengenai hal diatas : seseorang yang menandatangani
akte hypotek. Kalau yang melakukan itu organ tidak perlu menunjukkan akte otentik.
Yang menunjukkan kewenangan mewakili. Tetapi orang yang bukan organ jika
melakukan perbuatan itu harus menunjukkan surat kuasanya yang otentik.
Pengurus dari badan hukum yang merupakan organ itu :
a. Boleh mengikatkan badan hukum pada pihak ketiga ( 1655 KUHPerdata )
b. Badan hukum atau pengurusnya dapat melakukan perbuatan-perbuatan seperti
orang biasa ( pasal 1654 KUHPerdata)
c. Wakil dari badan hukum biasanya disebut organ
Pada intinya kewenangan dari badan hukum dalam melakukan perbuatan itu dilakukan
atau dijalankan oleh pengurusnya (organ). Perbuatan tersebut haruslah disetujui oleh
yang lebih tinggi dan member keuntungan bagi badan hukum itu sendiri. Hal in
dikarenakan badan hukum tidak mampu menjalankan kewenangannya secara langsung.
Kewenangan dari para pengurus ini dinyatakan dalam anggaran dasar/ anggaran rumah
tangga. Hal inilah yang memberikan batas kepada pengurus mengenai besarnya ruang
lingkup dari kewenangannnya sendiri.
Contohnya dalam PT, perbuatan hukum dilakukan oleh organ-organ PT yang memiliki
kewenangan yang berbeda-beda satu sama lain, seperti RUPS yang berwenang
melakukan perubahan anggaran dasar (pasal 9 UUPT), Direksi yang berwenang
mewakili perseroan di dalam amupun di luar pengadilan, dan Dewan Komisaris yang
5
R. Soeroso, 2006, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hal 145
berwenang untuk dapat memberhentikan anggota direksi untuk sementara dengan
menyebutkan alasannya. (pasal 106 ayat 1 UUPT).6
6
Muhammad Abdulkadir, 1990, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
7
Martha Eri Safira. 2017, Hukum Perdata, Jakarta : PT Gramedia.
Pasal 1657 menyatakan bahwa jika dalam akta pendirian, surat perjanjian, atau
reglemen tidak ada ketentuan mengenai pengurus badan hukum, maka tidak ada
anggota yang berkuasa untuk bertindak atas nama badan hukum atau mengikatkan
badan hukum dengan cara lain. Pasal 1658 menyatakan bahwa para pengurus wajib
menyerahkan perhitungan dan pertanggungjawaban kepada semua anggota badan
hukum, dan setiap anggota berkuasa untuk menggugat mereka di hadapan pengadilan.
Pasal 1659 menyatakan bahwa jika dalam akta pendirian, surat perjanjian, atau
reglemen tidak diatur hak suara, maka setiap anggota badan hukum mempunyai hak
yang sama untuk mengeluarkan suara dan keputusan diambil menurut suara terbanyak.
Sumber yang digunakan adalah Pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Indonesia.
8
Wirjono Prodjodikoro, 1981, Hukum Perdata Tentang Persetujuan – Persetujuan Tertentu, Bandung: Sumur
Pasal 1661 KUHPerdata menyatakan bahwa "Syarat-syarat yang selalu
diperjanjikan menurut kebiasaan, harus dianggap telah termasuk dalam persetujuan,
walaupun tidak dengan tegas dimasukkan dalam persetujuan."
Pasal 1662 KUHPerdata menyatakan bahwa "Semua janji yang diberikan dalam
satu persetujuan harus diartikan dalam hubungannya satu sama lain, tiap-tiap janji harus
ditafsirkan dalam hubungannya dengan seluruh persetujuan."
Pasal 1663 KUHPerdata menyatakan bahwa "Persetujuan tidak hanya mengikat apa
yang dengan tegas ditentukan di dalamnya, melainkan juga segala sesuatu yang menurut
sifatnya persetujuan dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau undang-undang."
Dengan demikian, pasal-pasal ini mengatur mengenai berlakunya persetujuan, syarat-
syarat yang dianggap termasuk dalam persetujuan, penafsiran janji dalam persetujuan,
serta kewajiban-kewajiban yang timbul dari persetujuan.
9
Ali Afandi, 1997, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Menurut Kitab Undang – Undang Hukum
Perdata (BW), Jakarta; PT Bina Aksara.
Bila tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban maka masing-masing anggota sebagai
perseorangan wajib menanggung seluruh utang badan hukum yang bubar itu, dan
tanggungan itu dapat jatuh kepada ahli waris mereka.
A. Simpulan
Pasal 1653 sampai 1664 KUH Perdata mengatur tentang perkumpulan-perkumpulan
yang diakui sebagai badan hukum perdata. Pasal 1653 menyatakan bahwa selain
perseroan, diakui pula perhimpunan-perhimpunan orang sebagai perkumpulan-
perkumpulan, baik perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau
telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-
undang atau kesusilaan. Pasal 1654 menyebutkan bahwa semua perkumpulan yang sah
adalah seperti halnya dengan orang-orang swasta, berkuasa melakukan tindakan-
tindakan perdata, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan umum, dalam mana
kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukkan pada cara tertentu. Pasal 1663
dan 1664 mengatur tentang pengurus dan pertanggung jawaban pengurus perkumpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional,. Prenada Media
Group, Jakarta. 2008,
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedelapan, Balai Pustaka, Jakarta, 1989,
Muhammad Abdulkadir, 1990, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Ali Afandi, 1997, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Menurut Kitab Undang
– Undang Hukum Perdata (BW), Jakarta; PT Bina Aksara.