Anda di halaman 1dari 9

Tugas Terstuktur Dosen Pengampu

Hukum Perikatan Dr. Arief Rahman, S.H., M.H., M.Kn.

BUKU III TENTANG


PERIKATAN BAB IX
BADAN HUKUM

Oleh :
Diana Febrianti 220102040092
Ahmad Husairi 220102040234

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI


ANTASARI BANJARMASIN
2023
A.Pembahasan

1) Pengertian Badan Hukum


Badan hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yang diakui oleh hukum sebagai
subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban seperti manusia, serta memiliki
kekayaan sendiri. Badan hukum dapat melakukan perbuatan hukum untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan oleh pengurusnya untuk kepentingan bersama para
anggota badan hukum tersebut.1
Sebagai subyek hukum, badan hukum juga memiliki kewenangan untuk melakukan
perbuatan hukum yang dalam pelaksanaan perbuatan hukum tersebut diwakili oleh
pengurus. Badan hukum dapat memiliki kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu-lintas
hukum. Badan hukum juga dapat dianggap bersalah melakukan perbuatan melawan
hukum. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh badan hukum dalam hukum
perdata menjadi tanggung jawab badan hukum tersebut yang dalam pelaksanaannya
juga diwakili oleh pengurusnya, Menurut Molengraaff, badan hukum pada hakikatnya
merupakan hak dan kewajiban para anggotanya secara bersama-sama, dan didalamnya
terdapat harta kekayaan bersama yang tidak dapat dibagi-bagi. Setiap anggota tidak
hanya menjadi pemilik sebagai pribadi untuk masing-masing bagiannya dalam satu
kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi itu, tetapi juga sebagai pemilik bersama untuk
keseluruhan harta kekayaan, sehingga setiap pribadi anggota adalah juga pemilik harta
kekayaan yang terorganisasikan dalam badan hukum itu.
Menurut Von Savigny, C.W. Opzoomer, A.N. Houwing dan Langemeyer,
pengertian badan hukum adalah buatan hukum yang diciptakan sebagai bayangan
manusia yang ditetapkan oleh hukum negara. Selanjutnya, menurut Holder dan Binder,
badan hukum adalah badan yang mempunyai harta terpisah dan dimiliki oleh pengurus
harta tersebut karena jabatannya sebagai pengurus harta.
A. Brinz dan F.J. Van der Heyden mengartikan badan hukum sebagai badan yang
mempunyai hak atas kekayaan tertentu yang tidak dimiliki oleh subjek manusia mana
pun yang dibentuk untuk tujuan melayani kepentingan tertentu.²

1
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkumpulan, Perseroan dan Koperasi di Indonesia, (Dian Rakyat, 1969), hal 1.

2
Dr .Tami rusli SH.Mhum,sistem badan hukum Indonesia ,hal 1&2
2) Bentuk-Bentuk Badan Hukum

Menurut E. Utrecht/Moh. Soleh Djidang, dalam pergaulan hukum ada berbagai macam-
macam badan hukum yaitu:2
a. Perhimpunan (vereniging) yang dibentuk dengan sengaja dan dengan sukarela
oleh orang yang bermaksud memperkuat kedudukan ekonomis mereka, memelihara
kebudayaan, mengurus soal-soal sosial dan sebagainya. Badan hukum semacam itu
berupa-rupa, misalnya Perseroan Terbatas (PT), perusahaan negara, joint venture;
b. Persekutuan orang (gemmenschap van mensen) yang terbentuk karena faktor- faktor
kemasyarakatan dan politik dalam sejarah, misalnya negara, propinsi, kabupaten dan
desa;
c. Organisasi yang didirikan berdasarkan undang-undang tetapi bukan perhimpunan yang
termasuk sub (a) di atas ini;
d. Yayasan.

Biasanya macam-macam badan hukum yang disebut pada sub-sub (a), (b), (c) disebut
korporasi (corporatie). Dengan demikian, menurut pendapat ini bahwa badan hukum terbagi
ke dalam 2 (dua) tipe golongan, yaitu korporasi dan yayasan. Perseroan sebagai suatu badan
hukum merupakan salah satu bentuk dari korporasi, yaitu perhimpunan atau gabungan orang
yang dalam pergaulan hukum bertindak secara bersama-sama sebagai satu subjek hukum
tersendiri, guna mencapai tujuan tertentu (biasanya tujuan ekonomis).

3
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedelapan, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hal 216.
4
Handri Raharjo, 2009, Hukum Perusahaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, hal 19
Organ menurut pitlo adalah orang-orang atau kelompok orang yang tugasnya dalam
badan hukum itu merupakan essentialia dari organisasi. Tempatnya disebutkan oleh
anggaran dasar. Organ yang demikian ialah: pengurus, direktur, direksi, komisaris, dan
dewan komisaris. Karena mereka organ, mempunyai kewenangan mewakili. Disamping
hal ini, badan hukum dapat juga membuat perjanjian last geving, misalnya jika badan
hukum itu mewakilkan kepada orang ketiga yang tugasnya tidak merupakan bagian dari
organisasi itu, baik kepada orang luar maupun orang yang bekerja pada badan itu tetapi
tidak jadi organ."5
Pitlo mengajukan contoh konkret mengenai hal diatas : seseorang yang menandatangani
akte hypotek. Kalau yang melakukan itu organ tidak perlu menunjukkan akte otentik.
Yang menunjukkan kewenangan mewakili. Tetapi orang yang bukan organ jika
melakukan perbuatan itu harus menunjukkan surat kuasanya yang otentik.
Pengurus dari badan hukum yang merupakan organ itu :
a. Boleh mengikatkan badan hukum pada pihak ketiga ( 1655 KUHPerdata )
b. Badan hukum atau pengurusnya dapat melakukan perbuatan-perbuatan seperti
orang biasa ( pasal 1654 KUHPerdata)
c. Wakil dari badan hukum biasanya disebut organ
Pada intinya kewenangan dari badan hukum dalam melakukan perbuatan itu dilakukan
atau dijalankan oleh pengurusnya (organ). Perbuatan tersebut haruslah disetujui oleh
yang lebih tinggi dan member keuntungan bagi badan hukum itu sendiri. Hal in
dikarenakan badan hukum tidak mampu menjalankan kewenangannya secara langsung.
Kewenangan dari para pengurus ini dinyatakan dalam anggaran dasar/ anggaran rumah
tangga. Hal inilah yang memberikan batas kepada pengurus mengenai besarnya ruang
lingkup dari kewenangannnya sendiri.
Contohnya dalam PT, perbuatan hukum dilakukan oleh organ-organ PT yang memiliki
kewenangan yang berbeda-beda satu sama lain, seperti RUPS yang berwenang
melakukan perubahan anggaran dasar (pasal 9 UUPT), Direksi yang berwenang
mewakili perseroan di dalam amupun di luar pengadilan, dan Dewan Komisaris yang

5
R. Soeroso, 2006, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hal 145
berwenang untuk dapat memberhentikan anggota direksi untuk sementara dengan
menyebutkan alasannya. (pasal 106 ayat 1 UUPT).6

3) Pasal 1656 – Pasal 1659


Perbuatan yang dilakukan oleh pengurus yang tidak berkuasa melakukan perbuatan itu
hanya mengikat badan hukum bila ada manfaatnya bagi badan hukum itu atau bila
perbuatan itu kemudian diterima dengan sah.
Pengurus yang berkuasa dalam badan hukum adalah individu atau kelompok yang
bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengambilan keputusan dalam badan hukum
tersebut. Mereka memiliki wewenang untuk menjalankan kegiatan operasional dan
mengambil keputusan yang berkaitan dengan tujuan dan kepentingan badan hukum.
Pengurus ini biasanya terdiri dari direksi, manajer, atau dewan direksi, tergantung pada
struktur badan hukum yang bersangkutan.7
Badan hukum memiliki pengurus yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan
pengambilan keputusan. Mereka memiliki wewenang untuk menjalankan kegiatan
operasional dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan tujuan dan kepentingan
badan hukum. Badan hukum juga memiliki hak dan kewajiban serta dapat digugat atau
menggugat di depan pengadilan. Dalam konteks hukum di Indonesia, badan hukum
adalah subyek hukum yang memiliki pengurus yang bertanggung jawab atas
pengelolaan dan pengambilan keputusan. Mereka memiliki hak dan kewajiban serta
dapat digugat atau menggugat di depan pengadilan. Badan hukum juga memiliki
pengurus yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengambilan keputusan.
Sedangkan Pengurus yang tidak berkuasa pada badan hukum tidak memiliki wewenang
untuk melakukan tindakan atas nama badan hukum tersebut. Tindakan yang dilakukan
oleh pengurus yang tidak berkuasa pada badan hukum tidak dapat dianggap sebagai
tindakan badan hukum tersebut. Dalam hal suatu tindak pidana dilakukan oleh atau atas
nama suatu badan hukum, maka tuntutan pidana dilakukan dan hukuman dikenakan
pada badan hukum tersebut, bukan pada pengurus yang tidak berkuasa.

6
Muhammad Abdulkadir, 1990, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
7
Martha Eri Safira. 2017, Hukum Perdata, Jakarta : PT Gramedia.
Pasal 1657 menyatakan bahwa jika dalam akta pendirian, surat perjanjian, atau
reglemen tidak ada ketentuan mengenai pengurus badan hukum, maka tidak ada
anggota yang berkuasa untuk bertindak atas nama badan hukum atau mengikatkan
badan hukum dengan cara lain. Pasal 1658 menyatakan bahwa para pengurus wajib
menyerahkan perhitungan dan pertanggungjawaban kepada semua anggota badan
hukum, dan setiap anggota berkuasa untuk menggugat mereka di hadapan pengadilan.
Pasal 1659 menyatakan bahwa jika dalam akta pendirian, surat perjanjian, atau
reglemen tidak diatur hak suara, maka setiap anggota badan hukum mempunyai hak
yang sama untuk mengeluarkan suara dan keputusan diambil menurut suara terbanyak.
Sumber yang digunakan adalah Pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Indonesia.

4) Pasal 1660 – Pasal 1663


Pasal 1660 sampai pasal 1663 dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) mengatur tentang perjanjian. Pasal-pasal ini membahas mengenai syarat-
syarat yang harus dipenuhi dalam perjanjian, pembatalan perjanjian, serta ketentuan-
ketentuan lain yang berkaitan dengan perjanjian.
Perjanjian memiliki syarat-syarat sah yang harus dipenuhi agar dapat dianggap sah
menurut hukum. Menurut Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata), syarat sahnya perjanjian meliputi kesepakatan para pihak, kecakapan,
suatu hal tertentu, dan sebab yang halal. Jika suatu perjanjian tidak memenuhi syarat
subjektif, perjanjian tersebut dapat dibatalkan, sedangkan jika tidak memenuhi syarat
objektif, perjanjian tersebut batal demi hukum. Pembatalan perjanjian dapat dilakukan
dengan mengajukan gugatan ke pengadilan. Selain itu, identitas para pihak yang salah
juga dapat membuat perjanjian otomatis batal. Oleh karena itu, penting untuk
memahami syarat-syarat sah perjanjian dan konsekuensi pembatalan perjanjian agar
dapat menjalankan perjanjian dengan benar dan sesuai dengan hukum.8
Pasal 1660 KUHPerdata menyatakan bahwa "Persetujuan hanya berlaku antara
pihak-pihak yang membuatnya. Persetujuan tidak dapat merugikan pihak ketiga;
persetujuan tidak dapat memberi keuntungan kepada pihak ketiga selain dalam hal yang
ditentukan dalam pasal 1317."

8
Wirjono Prodjodikoro, 1981, Hukum Perdata Tentang Persetujuan – Persetujuan Tertentu, Bandung: Sumur
Pasal 1661 KUHPerdata menyatakan bahwa "Syarat-syarat yang selalu
diperjanjikan menurut kebiasaan, harus dianggap telah termasuk dalam persetujuan,
walaupun tidak dengan tegas dimasukkan dalam persetujuan."
Pasal 1662 KUHPerdata menyatakan bahwa "Semua janji yang diberikan dalam
satu persetujuan harus diartikan dalam hubungannya satu sama lain, tiap-tiap janji harus
ditafsirkan dalam hubungannya dengan seluruh persetujuan."
Pasal 1663 KUHPerdata menyatakan bahwa "Persetujuan tidak hanya mengikat apa
yang dengan tegas ditentukan di dalamnya, melainkan juga segala sesuatu yang menurut
sifatnya persetujuan dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau undang-undang."
Dengan demikian, pasal-pasal ini mengatur mengenai berlakunya persetujuan, syarat-
syarat yang dianggap termasuk dalam persetujuan, penafsiran janji dalam persetujuan,
serta kewajiban-kewajiban yang timbul dari persetujuan.

5) Pasal 1664 - Pasal 1665


Jika akta pendirian, reglemen atau perjanjian itu tidak menentukan cara lain maka hak
para anggota bersifat perorangan dan tidak beralih kepada para ahli waris.
Pasal 1664 KUHPerdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) berisi tentang
ketentuan yang berlaku jika peraturan-peraturan dari perkumpulan sendiri, atau surat
pendiriannya, reglemen-reglemen dan perjanjian-perjanjiannya tidak mengandung
ketentuan lain. Dalam hal ini, hak para anggota bersifat perorangan dan tidak beralih
kepada ahli warisnya.
Bila terjadi pembubaran badan hukum demikian maka para anggota yang masih ada
atau anggota yang tinggal satu-satunya wajib membayar utang-utang badan hukum
dengan kekayaan badan hukum itu, dan hanya sisa kekayaan itu yang boleh mereka
bagi antara mercka dan mereka serahkan kepada ahli waris mereka.9
Dalam hal memanggil para kreditur, menyelesaikan perhitungan dan
pertanggungjawaban dan membayar semua utang badan hukum, mereka harus tunduk
pada semua kewajiban seperti yang dipikul oleh para ahli waris yang menerima warisan
dengan hak istimewa untuk mengadakan pendattaran harta benda.

9
Ali Afandi, 1997, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Menurut Kitab Undang – Undang Hukum
Perdata (BW), Jakarta; PT Bina Aksara.
Bila tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban maka masing-masing anggota sebagai
perseorangan wajib menanggung seluruh utang badan hukum yang bubar itu, dan
tanggungan itu dapat jatuh kepada ahli waris mereka.

A. Simpulan
Pasal 1653 sampai 1664 KUH Perdata mengatur tentang perkumpulan-perkumpulan
yang diakui sebagai badan hukum perdata. Pasal 1653 menyatakan bahwa selain
perseroan, diakui pula perhimpunan-perhimpunan orang sebagai perkumpulan-
perkumpulan, baik perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau
telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-
undang atau kesusilaan. Pasal 1654 menyebutkan bahwa semua perkumpulan yang sah
adalah seperti halnya dengan orang-orang swasta, berkuasa melakukan tindakan-
tindakan perdata, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan umum, dalam mana
kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukkan pada cara tertentu. Pasal 1663
dan 1664 mengatur tentang pengurus dan pertanggung jawaban pengurus perkumpulan.
DAFTAR PUSTAKA

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkumpulan, Perseroan dan Koperasi di Indonesia, (Dian i,


1969),

Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional,. Prenada Media
Group, Jakarta. 2008,

CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedelapan, Balai Pustaka, Jakarta, 1989,

Handri Raharjo, 2009, Hukum Perusahaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,

R. Soeroso, 2006, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,

Muhammad Abdulkadir, 1990, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Martha Eri Safira. 2017, Hukum Perdata, Jakarta : PT Gramedia.

Wirjono Prodjodikoro, 1981, Hukum Perdata Tentang Persetujuan – Persetujuan Tertentu,


Bandung: Sumur

Ali Afandi, 1997, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Menurut Kitab Undang
– Undang Hukum Perdata (BW), Jakarta; PT Bina Aksara.

Anda mungkin juga menyukai