BAB II
yang dimaksud dengan badan hukum mula-mula harus dipandang dari sudut
dari badan hukum1. Menurut Sri Soedewi badan hukum dapat dibedakan menjadi :
b. Yayasan
1
Chidir Ali, Badan Hukum, Alumni, 1987, h. 73
2
Ibid. , h. 75
10
bukan perhimpunan.
4. Yayasan.
menurut ketentuan dasar hukum, golongan hukum dan sifat badan hukum.
macam, yaitu3 :
2. Badan hukum tidak orisinil (tidak murni), yaitu badan hukum yang
tertentu.
3
http://www.jurnalhukum.com/, Wibowo Tunardy, Penggolongan Badan Hukum,
dikunjungi pada tanggal 18 Desember 2014.
4
Chidir Ali , Op. Cit, h. 55
2. Badan hukum perdata yaitu, badan hukum yang terjadi atau didirikan
hukum tersendiri.
tertentu.
pengertian dari Korporasi dalam arti sempit6, tapi menurut penjelasan diatas jelas
bahwa badan hukum tidak bisa serta merta dikatakan sebagai korporasi, karena
Badan hukum adalah subyek hukum yang diakui oleh hukum perdata di
5
Chidir Ali , Op. Cit., 63-64
6
Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggung Jawaban Pidana Korporasi, PT. Grafiti Pers,
Jakarta, 2007, h. 43
hukum. Sehingga timbul dan berakhirnya badan hukum dinilai bergantung kepada
beberapa badan usaha yang merupakan badan hukum yaitu terdapat pemisahan
bertanggung jawab sebatas harta yang dimilikinya. Badan usaha yang berbentuk
badan hukum terdiri dari, Perseroan Terbatas (PT); Yayasan; dan Koperasi7.
karakteristik dalam secara umum maka dalam sub bab ini akan diuraikan lebih
lanjut bagaimana badan hukum tersebut dapat masuk menjadi subyek hukum
dari arti yang luas8. Maksudnya adalah bahwa badan hukum tidak diakui sebagai
subyek hukum dalam tindak pidana biasa namun diakui sebagai subyek hukum
pidana hanya diatur dalam tindak pidana khusus seperti, tindak pidana narkotika,
tindak pidana pencucian uang, tindak pidana ekonomi dan lain sebagainya.
(selanjutnya disingkat KUHP), suatu tindak pidana hanya dapat dilakukan oleh
manusia alamiah (natuurlijke persoon). Konsep ini sejalan dengan asas para
7
http://www.hukumonline.com/ Jenis-jenis Badan Usaha dan Karakteristiknya Bimo
Prasetyo, Pamela Permatasari,dkk, dikunjungi pada 18 Desember 2014.
8
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit., h. 13
yaitu asas Societas atau universitas delinquere non potest yang artinya badan
hukum tidak dapat melakuan tindak pidana9. Namun seiring berjalannya waktu
komisaris, tidak dijatuhkan hukuman atas pengurus atau komisaris jika ternyata
bahwa ia tidak ada peranan dalam melakukan pelanggaran itu”. Menurut Wiryono
Prodjodikoro, perumusan pasal tersebut dibuat pada waktu masih adanya kesatuan
pendapat mengenai suatu badan hukum tidak dapat dikenai hukuman sehingga
pada Pasal 59 dimana ada pelanggaran oleh suatu badan hukum, para pengurus
atau komisaris badan hukum tersebut harus membuktikan bahwa mereka tidak ada
peranan dalam pelanggaran itu, bila tidak bisa membuktikan maka para pengurus
atau komisaris itulah yang dapat dimintai pertanggungjawaban, jadi bukan badan
atau komisaris badan hukum sebagai subyek hukum menggantikan badan hukum.
9
Muladi, Demokratisasi, Hak Asasi manusia dan Reformasi Hukum Di Indonesia, The
Habibie Center, Jakarta, 2002, h. 157.
10
Prodjodikoro,Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, PT.Refika Aditama,
Bandung, 2003, h. 135.
1969, Nomor 136/Kr/1966 dalam perkara PT. Kosmo dan PT Sinar Sahara,
dilakukan atas barang atau benda, sedangkan PT. Kosmo dan PT. Sinar Sahara
bukan barang atau benda namun merupakan subyek hukum 11 . Dengan putusan
Mahkamah Agung RI tersebut berarti ada pengakuan yuridis bahwa badan hukum
11
Setiyono, Kejahatan Korporasi: Analisis Viktimologi dan pertanggungjawaban
korporasi dalam hukum pidana Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang, 2005, h.11.
yang dijatuhkan”
2. Undang-Undang Nomor 15 Pasal 17 ayat (1), “ Dalam hal
Tahun 2003 tentang tindak pidana terorisme dilakukan
Pemberantasan Tindak Pidana oleh atau atas nama suatu
Terorisme (Lembaran Negara korporasi, maka tuntutan dan
Republik Indonesia Tahun 2003 penjatuhan pidana dilakukan
Nomor 45) terhadap korporasi dan/ atau
pengurusnya”
3. Undang-Undang Nomor 28 Pasal 1 angka 3 menyebutkan
Tahun 2007 tentang perubahan “Badan adalah sekumpulan orang
ketiga atas Undang- Undang dan/atau modal yang merupakan
Nomor 6 Tahun 1983 tentang kesatuan baik yang melakukan
Ketentuan Umum dan Tata Cara usaha maupun yang tidak
Perpajakan (Lembaran Negara melakukan usaha yang meliputi
Republik Indonesia Tahun 2007 perseroan terbatas, perseroan
Nomor 85) komanditer, perseroan lainnya,
badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan
nama dan dalam bentuk apa pun,
firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik,
atau organisasi lainnya, lembaga
dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan
bentuk usaha tetap”
4. Undang-Undang Nomor 20 Pasal 1 ke-1, “ Korporasi adalah
Tahun 2001 perubahan atas kumpulan orang dan atau kekayaan
undang-undang nomor 31 tahun yang terorganisasi baik merupakan
1999 tentang Pemberantasan badan hukum maupun bukan
Tindak Pidana Korupsi badan hukum”
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor
134 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4150)
5. Undang-Undang Nomor 8 Pasal 1 ke-10, “ Korporasi adalah
Tahun 2010 tentang Pencegahan kumpulan orang dan/ atau kekayaan
dan Pemberantasan Tindak yang terorganisasi, baik merupakan
Pidana Pencucian Uang badan hukum maupun bukan
dipanggil keluar dari, dan sekaligus juga diutus ke dalam dunia (Yohanes 20:21).
gedung bangunannya. Hal ini membuat esensi Gereja sejatinya dipandang sebagai
suatu hal yang imanen atau tidak dapat dilihat secara harafiah.
Konsep Gereja sebagai badan hukum adalah konsep dari sudut pandang
dari para pejabat Gereja serta para jemaatnya atau anggota Gereja.
badan hukum. Status tersebut berdasarkan Keputusan Raja tanggal 29 Juni 1925
No. 80 (Staatsblad 1927 No. 156, 157, dan 532) tentang Regeling van de
berdiri sendiri, dan dianggap sebagai badan hukum. Dari sini terlihat bahwa
12
Dulles.Avery, Model-Model Gereja, Nusa Indah, Yogyakarta, 1990, (diterjemahkan
oleh : Frater Seminari Tinggi St. Paulus), h.33
Ormas bersifat sukarela, sosial, mandiri, nirlaba (tidak mencari laba atau
untung), dan demokratis. Sifat ormas tersebut lahir dari tujuan, dan fungsi
Dan berfungsi :
d. pemberdayaan masyarakat;
e. pemenuhan pelayanan sosial;
f. partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa; dan/atau
g. pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ormas didirikan dapat berbentuk badan hukum dan tidak badan hukum.
Ormas yang berbentuk badan hukum dapat berbasis anggota dan tidak berbasis
anggota. Perkumpulan adalah ormas yang berbadan hukum yang berbasis anggota,
sedangkan ormas berbadan hukum yang tidak berbasis anggota dibentuk sebagai
yayasan.
diumumkan dalam Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 112, yang kemudian
Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 115 tentang Yayasan (selanjutnya disingkat
menyebutkan :
dengan memisahkan kekayaan pribadi pendiri untuk tujuan nirlaba (tidak untuk
mencari laba) namun untuk tujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan 13. Unsur-
usaha sendiri dan atau berasal dari sumbangan pihak lain, sehingga
dan pasti.
13
Susanto, et. all. Reformasi Yayasan: Prespektif Hukum dan Manajemen, Andi,
Yogyakarta, 2002, h. 3
14
Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, Ictiar, Jakarta, 1961, h. 278
15
Rochmad Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Eresco,
Bandung, 1993, h. 10.
penyelenggara yayasan.
satunya adalah untuk tujuan keagamaan, namun menurut Victorianus M.H. Randa
Puang, tujuan keagamaan dari yayasan bukan merupakan tujuan didirikan Gereja
dalam Staatblad 1927 No. 156, 157, dan 532 yang menempatkan Gereja sebagai
badan hukum16. Badan hukum secara otomatis maksudnya adalah badan hukum
yayasan panti asuhan, yayasan musik Gereja atau yayasan pendidikan, hal tersebut
bukan merupakan Gereja namun hanya merupakan bentuk usaha tersendiri atas
nama Gereja dan segala urusan yayasan terpisah dari segala urusan pendirian serta
pembangunan Gereja, sebab urusan yayasan atas nama Gereja tersebut harus
tersendiri sehingga tidak terkait dalam Anggaran Dasar- Anggaran Rumah Tangga
16
Puang,Victorianus M.H. Randa, Tinjauan Yuridis Gereja Sebagai Badan Hukum
Mempunyai Hak Milik atas Tanah, Jakarta: Softmedia, 2012, h. 201.
merupakan badan hukum yang berbasis anggota, pada pasal 12 ayat (1) Undang-
memenuhi persyaratan:
b. program kerja;
c. sumber pendanaan;
Jadi dalam hal ini Gereja bisa dikatakan sebagai Lembaga Gereja
sesuai dengan pasal 12 ayat (1) Undang-undang Ormas tersebut, yaitu memiliki
anggota dan pengurus, anggaran dasar dan rumah tangga (AD-ART) yang termuat
dalam akta pendirian dihadapan notaris, program kerja, sumber pendanaan, surat
keterangan domisili, NPWP dan surat pernyataan sebagai perkumpulan yang sehat.
Selain itu, menurut buku Tinjauan Yuridis Gereja Sebagai Badan Hukum
Mempunyai Hak Milik atas Tanah, implikasi Gereja dapat sebagai badan hukum
adalah Gereja menjadi subjek hukum, yaitu pemegang hak dan kewajiban,
sehingga Gereja dapat memiliki harta kekayaan baik itu asset bergerak dan aset
tidak bergerak (dalam hal ini tanah dan bangunan) sesuai dengan ketentuan Pasal
36 ayat (1) dan Pasal 42 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
atau disebut dengan Menteri Hukum dan HAM yang dilakukan setelah meminta
- Undang-Undang Ormas;
dalam bentuk Lembaga Gereja disahkan oleh menteri Agama Republik Indonesia
karena urusan perkumpulan berkaitan dengan urusan keagamaan dalam hal ini
dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia karena terkait dengan status asset
kepemilikan Gereja dalam hal ini adalah asset tidak bergerak berupa hak milik
terkait. Dalam hal ini Instansi terkait tersebut adalah Departemen Agama
JEMAAT KLASIS
GEREJA
SINODE
SINODE
WILAYAH
Berikut adalah penjelasan dari Jemaat, Klasis, Sinode Wilayah dan sinode secara
kelembagaan Gereja17 :
17
Gereja Kristen Indonesia,2003, Tata Dasar Gereja Kristen Indonesia Nomor : 8.
Jakarta.
ada pada Gereja dalam suatu wilayah atau suatu kota, misalkan dalam
Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Surabaya ada jemaat GKI Ngagel yang
dalam Gereja Kristen Indonesia (GKI) ada GKI klasis Madiun yang terdiri
dari GKI Madiun, GKI Sidoarjo, GKI Mojokerto, GKI Manyar, GKI
Klasis, misalkan dalam Gereja Kristen Indonesia (GKI) ada GKI Sinode
Wilayah Jawa Timur yang terdiri dari Klasis Madiun, Klasis Banyuwangi,
Klasis Bojonegoro.
Hubungan antara Jemaat, Klasis, Sinode Wilayah dan sinode bukanlah hubungan
hirarki namun adalah hubungan fungsional yang dialasi dengan kasih, jadi saling
perwujudan satu Gereja yang lengkap dan utuh, oleh karena itu Gereja tidak
dimungkinkan memisahkan diri dari Jemaat, Kasis, Sinode Wilayah dan Sinode.
GEREJA
Jabatan Kepemimpinan
Gerejawi Fungsional
MAJELIS
PENDETA PENATUA
JEMAAT
Gereja.
dalam maupun luar dari Gereja. Majelis Jemaat Gereja dibentuk dalam bentuk
18
Ibid.
Hukum Gereja adalah berupa perkumpulan yang terdiri dari anggota dan
2. Anggota tetap adalah jemaat Gereja, yang terdaftar dan mengikuti setiap
sejak lahir)
tersebut sehingga, anggota tersebut terikat untuk terlibat segala urusan kerohanian
Gereja tidak dijelaskan secara spesifik dan jelas, oleh karena itu dapat
Pendeta tidak memiliki kewenangan untuk mengurus harta Gereja, dan hal-hal
yang mana terdiri dari semua pejabat Gerejawi dalam jemaat yang bersangkutan
(dalam hal ini adalah pendeta dan penatua) memiliki tugas dan wewnang sebagai
berikut19 :
persidangan majelis jemaat yang dihadiri oleh anggota Majelis Jemaat dari
19
Ibid.
dalam Gereja baik secara internal maupun eksternal yang berkaitan dengan
dapat dilakukan upaya peninjauan ulang oleh majelis yang mengambil keputusan,
kemudian dapat dilakukan upaya banding kepada majelis dari lingkup yang lebih
luas. Untuk keputusan Majelis Jemaat Sinode yang dianggap salah hanya dapat
dilakukan peninjauan ulang. Sehingga melihat hal ini jelas bahwa Majelis Jemaat
memiliki peran ganda dalam Gereja, yaitu selain berperan dalam hal operasional