Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“SUBJEK DAN OBJEK HUKUM“

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata


Kuliah

“HUKUM BISNIS”

Dosen Pengampu:

Dewi Mariam Widiniarsih,S.E, M.M.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

1) VONY INHUA FICKA : 2022306301093


2) MELI SAGITA : 2022306301076
3) FATAHILAH MALIK AL AZIZ : 2022306301059
4) GILANG PUTRA SEPTIOLA : 2022306301142

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala


rahmat, hidayah kesabaran serta kesehatan yang telah diberikan-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dapat
terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukkungan dari berbagai
pihak yang dengan tulus dan sabar memberikan sumbangan baik
berupa ide materi pembahasan dan juga bantuan lainnya yang tidak
dapat dijelaskan satu persatu.

Makalah ini disusun untuk membantu proses pembelajaran


mahasiswa khususnya untuk mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Pringsewu. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sepurna
maka dari itu kami berharap kepada Ibu Dosen untuk memberikan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Dan kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Hukum Bisnis semester ganjil tahun akademik 2023/2024 di
Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang di ampu oleh Ibu Dewi
Mariam Widiniarsih, S.E.,M.M. Penyusunan makalah ini salah satu
nya memberi informasi kepada para pembaca tentang Subjek dan
Objek Hukum.

Pringsewu, September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.....................................................................................1
Kata Pengantar........................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................4
A. Latar belakang...............................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................4

BAB II Pembahasan................................................................................5
A. Subyek Hukum............................................................................5
B. Obyek Hukum..............................................................................8
C. Hak Kebendaan Sebagai Pelunasan Hutang................................10
D. Studi kasus...................................................................................17

BAB III Penutup......................................................................................20


A. Kesimpulan....................................................................................20
B. Daftar Pustaka................................................................................21

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Subyek hukum ialah pemegang hak dan kewajiban menurut


hukum. Dalam kehidupan sehari-hari, yang menjadi subyek hukum
dalam sistem hukum Indonesia, yang sudah barang tentu bertitik tolak
dari sistem hukum Belanda, ialah individu (orang) dan badan hukum
(perusahaan, organisasi, institusi). Dalam dunia hukum, subyek
hukum dapat diartikan sebagai pembawa hak, yakni manusia dan
badan hukum. Sedangkan obyek hukum menurut pasal 499 KUHP
Perdata, yakni benda. Benda adalah segala sesuatu yang berguna bagi
subyek hukum atau segala sesuatu yang menjadi pokok permasalahan
dan kepentingan bagi para subyek hukum atau segala sesuatu yang
dapat menjadi obyek hak milik.

B.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Subjek Hukum?


2. Apa yang dimaksud dengan Objek Hukum?
3. Bagaimanakah tentang Hak Kebendaan Sebagai Pelunas suatu
Hutang itu ?

C.Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami pengetahuan mengenai Subyek Hukum


2. Untuk memahami pengetahuan mengenai Objek Hukum
3. Memahami tentang Hak Kebendaan Sebagai Pelunas Hutang

4
BAB II

PEMBAHASAN

A . Subjek Hukum

Subjek Hukum adalah segala sesuatu yang kepadanya dapat


menanggung Hak dan Kewajiban. Karena kemampuannya
menanggung Hak dan Kewajiban ini, maka hanya yang termasuk
Subjek Hukum saja dapat melakukan Perbuatan Hukum (walaupun
tidak semua Subjek Hukum dapat melakukan perbuatan Hukum
contoh: orang gila). Apa/siapa saja yang dapat menjadi Subjek Hukum
? pada umumnya yang diterima sebagai Subjek Hukum adalah
Manusia (orang) dan Badan Hukum.

Hak dan kewajiban yang dimiliki setiap orang. Manusia


mempunyai hak yang sama, dan mempunyai kewajibannya masing-
masing. Dan ada yang berwenang sendiri-sendiri.
Kami berwenang itu ada dua, yaitu :

1. Wewenang memiliki hak


2. Kami berwenang melakukan perbuatan hukum dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.

Kategori subjek hukum adalah manusia (Natuurlijk person) dan Badan


hukum (Rechts Person). Pembagian Subyek Hukum :

 Subjek Hukum Manusia (Natuurlijk Person)

Pengertian secara yuridisnya ada dua alasan yang menyebutkan alasan


manusia sebagai subyek hukum yaitu:

1. Manusia mempunyai hak-hak subyektif.


2. Memunyai kewenangan hukum, dalam hal ini kewenangan hukum
berarti, kecakapan untuk menjadi subyek hukum, yaitu sebagai
pendukung hak dan kewajiban.

5
Pengertian subjek hukum manusia secara umum adalah setiap
orang yang mempunyai kedudukan yang sama sebagai pendukung hak
dan kewajiban. Pada prinsipnya orang sebagai subjek hukum dimulai
sejak lahir hingga meninggal dunia. Namun ada yang disampaikan
menurut Pasal 2 KUHPerdata, bahwa bayi yang masih ada di dalam
kandungan ibunya dianggap telah lahir dan menjadi subjek hukum
jika kepentingannya menghendaki, seperti dalam hal
kewarisan. Namun, apabila dilahirkan dalam keadaan kematian dunia,
maka menurut hukum ia dianggap tidak pernah ada, sehingga ia bukan
termasuk subjek Hukum.

Ada juga golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek


hukum, karena tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum
(Personae miserabile) yaitu :

1. Anak yang masih dibawah umur, belum dewasa dan belum


menikah.
2. Orang yang berada dalam pengampuan (curatele) yaitu orang yang
sakit ingatan, pemabuk, pemboros, dan Isteri yang tunduk pada
pasal 110 KUHP, yg sudah dicabut oleh SEMA No.3/1963

 Subjek Hukum Badan hukum (Rechtspersoon)

Subjek hukum badan hukum adalah suatu perkumpulan atau


lembaga yang dibuat oleh hukum dan mempunyai tujuan
tertentu. Sebagai subjek hukum, badan hukum mempunyai syarat-
syarat yang telah ditentukan oleh hukum yaitu Teori Kekayaan
bertujuan :

1. Memiliki kekayaan yg terpisah dari kekayaan anggotanya.


2. Hak dan Kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban
para anggotanya.

Badan hukum bagian menjadi dua macam bagian, yaitu :

1. Badan Hukum Swasta

Badan Hukum Privat (Privat Recths Persoon) adalah badan


hukum yang didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang

6
menyangkut kepentingan banyak orang di dalam badan hukum
itu. Dengan demikian badan hukum privat merupakan badan hukum
swasta yang didirikan orang untuk tujuan tertentu yaitu keuntungan,
sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain menurut hukum
yang berlaku secara sah misalnya perseroan terbatas, koperasi,
yayasan, badan amal.

2. Badan Hukum Publik

Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon) adalah badan


hukum yang didirikan berdasarkan publik untuk mencakup
kepentingan publik atau orang banyak atau negara pada
umumnya. Dengan demikian badan hukum publik merupakan badan
hukum negara yang dibentuk oleh yang berkuasa berdasarkan
peraturan-undangan yang dijalankan secara fungsional oleh eksekutif
(Pemerintah) atau badan pengurus yang diberi tugas untuk itu, seperti
Negara Republik Indonesia, Pemerintah Daerah tingkat I dan II, Bank
Indonesia dan Perusahaan Negara.

Ada empat teori yang digunakan sebagai syarat badan hukum untuk
menjadi subyek hukum, yaitu :

1. Teori Fiksi
2. Teori Kekayaan Tujuan
3. Teori Pemilikan
4. Teori Organ

Menurut sifat badan hukum ini bagiannya menjadi dua yaitu ;

1. Badan hukum publik, yaitu badan hukum yang didirikan oleh


pemerintah. Contohnya : Provinsi, kotapraja, lembaga-lembaga
dan bank-bank Negara
2. Badan hukum privat adalah badan hukum yang didirikan oleh
perivat (bukan pemerintah)
Contohnya:
Perhimpunan,Perseroan Terbatas,Firma,Koperasi,Yayasan.

7
B.Obyek Hukum

Pengertian Objek Hukum


Objek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi
subjek hukum dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungan
hukum. Misalkan benda-benda ekonomi, yaitu benda-benda yang
untuk dapat diperoleh manusia memerlukan “pengorbanan” terlebih
dahulu sebelumnya. Hal pengorbanan dan prosedur perolehan benda-
benda tersebut inilah yang menjadi sasaran pengaturan hukum dan
merupakan peralihan dari hak dan kewajiban subjek hukum yang
bersangkutan sehingga benda-benda ekonomi tersebut menjadi objek
hukum. Sebaliknya benda-benda non ekonomi tidak termasuk objek
hukum karena untuk memperoleh benda-benda non ekonomi tidak
diperlukan pengorbanan mengingat benda-benda tersebut dapat
diperoleh secara bebas.

Akibatnya, dalam hal ini tidak ada yang perlu diatur oleh
hukum. Karena itulah benda-benda non ekonomi tidak termasuk objek
hukum. Misalkan sinar matahari, air hujan, hembusan angin, aliran air
di daerah pegunungan yang terus mengalir melalui sungai-sungai atau
saluran-saluran udara.

Bagian-Bagian Objek hukum dapat dibedakan menjadi :

1. Benda bergerak
Pengertian benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya
dapat berpindah sendiri ataupun dapat dipindahkan. Benda bergerak
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Benda bergerak karena sifatnya


Contoh : perabot rumah, meja, mobil, motor, komputer, dll.

1. Benda bergerak karena ketentuan UU


Benda tidak berwujud, yang menurut UU dimasukkan ke dalam
kategori benda bergerak . Contoh : saham, obligasi, cek, tagihan –
tagihan, dsb.

8
2.Benda tidak bergerak
Pengertian benda tidak bergerak adalah Penyerahan benda tetapi
terlebih dahulu dilakukan dengan penyampaian secara yuridis. Dalam
hal ini untuk menyerahkan suatu benda tidak bergerak diperlukan
suatu perbuatan hukum lain dalam bentuk akta balik nama. dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Benda tidak bergerak karena sifatnya,


Tidak dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau biasa
dikenal dengan benda tetap.

1. Benda tidak bergerak karena tujuannya,


Tujuan pemakaiannya : Segala apa yang meskipun tidak secara
sungguh – sungguh dipadukan dengan tanah atau bangunan untuk
mengikuti tanah atau bangunan itu untuk waktu yang agak
lama. Contoh : mesin – mesin dalam suatu pabrik

2.Benda tidak bergerak karena ketentuan UU,


Segala hak atau pengumpulan yang mengenai suatu benda yang tak
bergerak.

Contoh : Kapal dengan bobot 20 M Kubik (Pasal 314 KUHPer)


meskipun menurut sifatnya dapat dipindahkan.

Membedakan benda bergerak dan tidak bergerak sangatlah penting


karena berhubungan dengan 4 hak yaitu : pemilikian, penyerahan,
kadaluarsa, dan pembebanan.

1.Pemilikan

Pemilikan (Bezit) yakni dalam hal benda bergerak berlaku azas


yang tercantum dalam pasal 1977 KUH Perdata, yaitu berzitter dari
barang bergerak adalah pemilik (eigenaar) dari barang
tersebut. Sedangkan barang yang tidak bergerak tidak demikian
halnya.

9
2.Penyerahan
Penyerahan (Levering) yakni terhadap benda bergerak dapat
dilakukan secara nyata (hand by hand) atau dari tangan ke tangan,
sedangkan untuk benda tidak bergerak dilakukan balik nama.

3.Daluwarsa
Daluwarsa (Verjaring) yaitu untuk benda-benda bergerak tidak
mengenal daluwarsa, sebab bezit di sini sama dengan pemilikan
(eigendom) atas benda bergerak tersebut sedangkan untuk benda-
benda tidak bergerak mengenal keberadaan daluwarsa.

4.Pembebanan
Pembebanan (Bezwaring) yakni tehadap benda bergerak
dilakukan pand (gadai,fidusia) sedangkan untuk benda tidak bergerak
dengan hipotik adalah hak tanggungan untuk tanah serta benda-benda
selain tanah yang digunakan fidusia.

C.Hak Kebendaan Sebagai Pelunasan Hutang

Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan hutang (hak


jaminan) adalah hak jaminan yang melekat pada kreditor yang
memberikan kewenangan untuk melakukan eksekusi kepada benda
yang dijadikan jaminan jika debitur melakukan wansprestasi terhadap
suatu prestasi (perjanjian).

Dengan demikian hak jaminan tidak dapat berdiri karena hak


jaminan merupakan perjanjian yang bersifat tambahan (accessoir) dari
perjanjian pokoknya, yaitu perjanjian hutang hutang (perjanjian
kredit). Perjanjian hutang utang dalam KUH Perdata tidak diatur
secara rinci, namun bersirat dalam pasal 1754 KUH Perdata tentang
perjanjian pinjaman pengganti yaitu dikatakan bahwa bagi mereka
yang meminjam harus mengembalikan dengan bentuk dan kualitas
yang sama.

10
Macam-macam Pelunasan Hutang :

1. Jaminan Umum

Umum pelunasan hutang dengan jaminan berdasarkan pasal


1131KUH Perdata dan pasal 1132 KUH Perdata. Dalam pasal 1131
KUH Perdata dinyatakan bahwa segala kebendaan debitur baik yang
ada maupun yang akan ada baik bergerak maupun yang tidak bergerak
merupakan jaminan terhadap pelunasan utang yang
dibuatnya. Sedangkan pasal 1132 KUH Perdata menyebutkan harta
kekayaan debitur menjadi jaminan secara bersama-sama bagi semua
kreditur yang memberikan hutang kepadanya.

Pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut


keseimbangan yaitu besar kecilnya diterima masing-masing kecuali
diantara untuk berpiutang itu ada alasan-alasan sah untuk
didahulukan. Dalam hal ini benda yang dapat dijadikan pelunasan
jaminan umum apabila telah memenuhi persyaratan antara lain :

1. Benda tersebut bersifat ekonomis (dapat diukur dengan uang).


2. Benda tersebut dapat dipindahkan tangankan haknya kepada pihak
lain.

2.Jaminan Khusus

Pelunasan hutang dengan jaminan khusus merupakan hak


khusus pada jaminan tertentu bagi pemegang gadai, hipotik, hak
tanggungan, dan fidusia. Pelunasan hutang dengan jaminan khusus
merupakan hak khusus pada jaminan tertentu bagi pemegang gadai,
hipotik, hak tanggungan, dan fidusia.

Gadai

11
Dalam pasal 1150 KUH perdata disebutkan bahwa gadai adalah
hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diberikan
kepadanya oleh debitur atau orang lain di atasnya untuk menjamin
suatu hutang.

Selain itu memberikan kewenangan kepada kreditur untuk


mendapatkan pelunasan dari barang tersebut terlebih dahulu dari
kreditur-kreditur lainnya kecuali biaya-biaya untuk melelang barang
dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu dan
biaya-biaya itu didahulukan.
Sifat-sifat Gadai yaitu :

 Gadai adalah untuk benda bergerak baik yang berwujud maupun


yang tidak berwujud.
 Gadai bersifat accesoir artinya merupakan tambahan dari
perjanjian pokok yang dimaksudkan untuk menjaga jangan sampai
debitur itu lalai membayar utangnya kembali.
 Adanya sifat kebendaan.
 Syarat inbezitz telling , artinya benda gadai harus keluar dari
kekuasaan pemberi gadai atau benda gadai diserahkan dari
pemberi gadai kepada pemegang gadai.
 Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri.
 Hak preferensi (hak untuk didahulukan).
 Hak gadai tidak dapat di bagi-bagi artinya sebagian hak gadai
tidak akan hilang dengan di bayarnya sebagaian dari hutang karena
itu gadai tetap melekat atas seluruh bendanya.

Obyek gadai adalah semua benda bergerak dan pada dasarnya


bisa digadaikan baik benda bergerak berwujud maupun benda
bergerak yang tidak berwujud yang berupa berbagai hak untuk
mendapatkan berbagai hutang yakni berwujud surat-surat yang
dibebankan kepada pembawa ( aan toonder ) atas tunjuk ( aan
order ) dan atas nama ( op naam ) serta hak paten.Hak pemegang
gadai yaitu si pemegang gadai mempunyai hak selama gadai
berlangsung :

1. Pemegang gadai berhak menjual benda yang di gadaikan atas


kekuasaan sendiri ( eigenmachti geverkoop ).

12
Hasil penjualan diambil sebagian untuk pelunasan hutang debitur dan
sisanya di kembalikan kepada debitur penjualan barang tersebut harus
dilakukan di muka umum berdasarkan kebiasaan-kebiasaan setempat
dan berdasarkan kondisi-kondisi yang lazim berlaku
1. Pemegang gadai berhak mendapatkan ganti rugi berupa biaya-
biaya yang telah dilakukan untuk menyelamatkan benda gadai .
2. Pemegang gadai mempunyai hak untuk menahan benda gadai (hak
retensi) sampai ada pelunasan hutang dari debitur (jumlah hutang
dan bunga).
3. Pemegang gadai mempunyai prefensi (hak untuk didahulukan)
dari kreditur-kreditur yang lain.
4. Hak untuk menjual benda gadai dengan perantara hakim jika
debitur menuntut di muka hukumsupaya barang gadai di jual
menurut cara yang diset oleh hakim untuk melunasi hutang dan
biaya serta bunga.
5. Atas izin hakim tetap menguasai benda gadai.

Hipotik

Hipotik berdasarkan pasal 1162 KUH perdata adalah suatu hak


kebendaan atas benda tidak bergerak untuk mengambil pengantian
darinya bagi pelunasan suatu perhutangan (verbintenis). Sifat-sifat
hipotik yakni :

1. Bersifat accesoir yakni sama halnya dengan gadai.


2. Memunyai sifat zaaksgevolg (droit desuite) yaitu hak hipotik
selalu mengikuti bendanya dalam tagihan tangan siapa pun benda
tersebut berada dalam pasal 1163 ayat 2 KUH perdata .
3. Lebih didahulukan menyajikanya dari penagihan yang lain (droit
de Preference) berdasarkan pasal 1133-1134 ayat 2 KUH perdata.
4. Obyeknya benda-benda tetap.

Obyek hipotik yakni :

Sebelum dikeluarkannya undang-undang No.4 tahun1996,


hipotik berlaku untuk benda tidak bergerak termasuk tanah namun

13
sejak dikeluarkannya undang-undang No.4 tahun1996 tentang hak
tanggungan atas tanah serta benda-benda yang berhubungan dengan
tanah dinyatakan tidak berlaku lagi. Dengan berlakunya undang-
undang HT maka obyek hipotik hanya meliputi hal-hal berikut :

a. Kapal laut dengan bobot 20 m³ ke atas berdasarkan pasal 509


KUH perdata, pasal 314 ayat 4 KUH dagang dan undang-
undang N0.12 tahun 1992 tentang pelayaran sementara itu
kapal berdasarkan pasal 509 KUH perdata menurut sifatnya
adalah benda bergerak karena bisa dipindahkan atau
dipindahkan sedangkan berdasarkan pasal 510 KUH perdata
kapal-kapal, perahu-perahu, perahu tambang, gilingan-gilingan
dan tempat pemandian yang di pasang di perahu atau berdiri
terlepas dan benda-benda semacam itu adalah benda
bergerak. Namun undang-undang No.21 tahun 1992 tentang
pelayaran menyatakan merupakan kendaraan air dari jenis
apapun kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di
bawah air, alat apung dan bangunan air tetap dan terapung,
b. kapal terbang dan helikopter berdasarkan undang-undang No.
15 tahun 1992 tentang penerbangan dalam hukum perdata
status hukum pesawat udara adalah benda tidak bergerak,
dengan demikian setiap pesawat terbang dan helikopter
dioperasikan harus mempunyai tanda pendaftaran yang berlaku
di Indonesia.

Hak Tanggungan

Berdasarkan pasal 1 ayat 1 undang-undang hak tanggungan


(UUTH), hak tanggungan merupakan hak jaminan atas tanah yang
dibebankan berikut benda-benda lain yang merupakan suatu kesatuan
dengan tanah itu untuk pelunasan utang dan memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur- kreditur
yang lain. Dengan demikian UUTH memberikan kedudukan kreditur
tertentu yang kuat dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Kreditur yang diutamakan (droit de Preference) terhadap kreditur


lainya .

14
2. Hak tanggungan tetap mengikuti obyeknya di tangan siapa pun
obyek tersebut atau selama perjanjian pokok belum dilunasi (droit
de suite).
3. Memenuhi syarat khususitas dan publisitas sehingga dapat
mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Benda yang akan
dijadikan jaminan hutang yang bersifat khusus harus memenuhi
syarat-syarat khusus seperti berikut :
1. Benda tersebut dapat bersifat ekonomis (dapat diukur dengan
uang).
2. Benda tersebut dapat dipindahkan tangankan haknya kepada pihak
lain.
3. Tanah yang akan dijadikan jaminan ditunjukan oleh undang-
undang.
4. Tanah-tanah tersebut sudah terdaftar dalam daftar umum
(bersetifikat berdasarkan peraturan pemerintah no 29 tahun 1997
tentang pendaftaran.

Obyek hak tanggungan yakni :

1. Hak milik (HM).


2. Hak guna usaha (HGU):

1. Rumah susun berikut tanah hak bersama serta hak milik atas
satuan rumah susun (HM SRS).
2. Hak pakai atas tanah negara.

Obyek hak tanggungan tersebut dalam pasal 4 undang-undang no 4


tahun 1996 terdapat:

Fidusia

Fidusia yang lazim dikenal dengan nama FEO (Fiduciare


Eigendoms Overdracht) yang pada dasarnya merupakan suatu
perjanjian accesor antara debitur dan kreditor yang menyampaikan
hak milik secara kepercayaan atau benda bergerak milik debitur
kepada kreditur.Namun, benda tersebut masih dikuasai oleh debitur

15
sebagai peminjaman sehingga yang diserahkan kepada kreditor adalah
hak miliknya. Penyerahan demikian di namakan penyerahan secara
constitutum possesorim yang artinya hak milik (bezit) dari barang di
mana barang tersebut tetap pada orang yang mengalihkan (pengalihan
pura-pura).

Dengan demikian, hubungan hukum antara pemberi fidusia


(kreditor) merupakan hubungan hukum yang berdasarkan
kepercayaan. Namun, dengan dikeluarkannya Undang-Undang nomor
42 tahun 1999 tentang Fidusia maka penyerahan hak milik suatu
barang debitur atau pihak ketiga kepada debitur secara kepercayaan
sebagai jaminan utang. Fidusia merupakan suatu proses pengalihan
hak kepemilikan, sedangkan jaminan fidusia adalah jaminan yang
diberikan dalam bentuk fidusia.

Sifat-sifat jaminan fidusia yaitu : Berdasarkan pasal 4 UUJF,


jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan (accesoir) dari suatu
perjanjian pokok yang menimbulkan kewajuban bagi para pihak
didalamnya memenuhi suatu prestasi untuk memberikan sesutau atau
tidak melakukan sesuatu yang dapat dinilai dengan uang sehingga
akibatnya jaminan fidusia harus demi hukum apabila perjanjian pokok
yang dijamun dengan Fidusia hapus.
Obyek jaminan fidusia yakni benda. Benda adalah segala sesuatu yang
dapat dimiliki dan dialihkan, terdaftar maupun tidak terdaftar,
bergerak maupun yang tidak bergerak, dan yang tidak dapat dibebani
hak tanggungan atau hipotik.
Benda tidak bergerak harus memenuhi persyaratan antara lain :

1. Benda-benda tersebut tidak dapat dibebani dengan hak


tanggungan.
2. Benda-benda tersebut tidak dapat dibebani dengan hak hipotik,
untuk benda bergerak, benda-benda tersebut tidak dapat dibebani
dengan hak gadai.

Perjanjian fidusia adalah perjanjian yang harus dibuat dengan akta


notaris dalam Bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan fidusia.
Pendaftaran fidusia adalah jaminan fidusia yang lahir pada tanggal
dicatat dalam buku daftar fidusia dan merupakan bukti kredutor
sebagai pemegang jaminan fidusia diberikan sertifikat jaminan fidusia

16
yang dikeluarkan oleh Kantor Pendaftaran Fidusia. Hapusnya jaminan
fidusia yaitu jaminan fidusia hapus karena hal sebagai berikut :

1. Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia.


2. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh debitur.
3. Musnahnya benda yang menjadi obyek jaminan fidusia

D. Studi Kasus

Pada sekitar bulan April atau Mei di tahun 2015 Renji Saskia
dihubungi oleh Dedi Saputra yang menceritakan tentang kreditnya
yang ada di Bank Negara Indonesia (BNI) yang telah jatuh tempo, dan
akan segera di lelang oleh pihak bank, agar Dedi Saputra tidak
dikenakan BI Cek list maka Dedi meminta atau menawarkan kepada
Renji Saskia untuk membeli Asetnya yang dijaminkan ke Bank
sehingga ia bisa bebas dari blacklist oleh Bank Negara Indonesia.
Bahwa untuk meyakinkan barang yang akan dijual belikan berupa 5
bidang tanah dan bangunan ada di bank Dedi Saputra mengajak Doni
yang secara kebetulan adalah Pegawai Bank Negara Indonesia untuk
menemui Renji Saskia. Bahwa karena ingin membantu teman dan
diharapkan ada keuntungan bagi Renji Saskia baik untuk
memanfaatkan tanah dan bangunan itu lagi baik untuk dijual kembali
atau dibangunkan, maka Renji Saskia bersedia membeli aset milik
Dedi yang dijadikan gadaian ke Bank dengan membayar lunas ke 5
(bidang) bidang tanah dan bangunan yang akan dilakukan jual beli
tersebut. Bahwa pada tanggal 15 Juli 2011 untuk merealisasikan
pembayaran jual beli seperti apa yang telah dibicarakan antara Dedi
Saputra dengan Renji Saskia, maka Renji Saskia melakukan transfer
uang sejumlah 1.400.000.000 (satu milyar empat ratus juta rupiah)
kepada Dedi melalui bank Mandiri cabang Bandar Jaya.

Bahwa setelah dilakukan pelunasan pembayaran jual beli ke 5


(lima) bidang tanah dan bangunan melalui transfer yang dibayarkan
oleh Renji Saskia kepada Dedi Saputra melalui rekening Mandiri
Cabang Bandar Jaya, seluruh sertifikat tanah dan bangunan yang ada
di bank atas nama Dedi Saputra diserahkan kepada Renji Saskia

17
melalui Doni (pegawai bank BNI) , selanjutnya pada tanggal 15 Juli
2015 dibuatkan akta jual beli atas 5 (lima ) bidang tanah dari Dedi
Saputra kepada Renji Saskia melalui Notaris /PPAT Notaris di Bandar
jaya. Bahwa pada saat akan dilakukan pengikatan jual beli terhadap 5
(lima ) bidang tanah tersebut, Dedi Saputra membujuk Renji Saskia
agar 1 aset yakni tanah dan bangunan berdasarkan SHM No. 1997 luas
980 M2. yang telah dibeli oleh Renji Saskia jangan dilakukan
pengikatan jual beli terlebih dahulu karena akan dibeli kembali oleh
Dedi Saputra, oleh sebab itu Dedi Saputra meminta waktu 1 (satu)
minggu setelah tanggal 15 Juli 2017 tersebut uang yang telah dibayar
oleh Renji kepada Dedi Saputra, akan dikembalikan kepada Renji
Saskia sebesar Rp. 400.000.000 jika dalam jangka waktu yang telah
ditentukan Dedi Saputra tidak membayar lunas atas aset yang akan
dibeli kembali tersebut, maka terhadap aset tersebut akan langsung
dilakukan pengikatan jual beli. Bahwa setelah jangka waktu 1 (satu)
minggu hingga sekarang Dedi Saputra belum juga mengembalikan
uang atas tanah dan bangunan yang tidak dijadikan sebagai dasar jual
beli serta tidak bersedia untuk menandatangani akta jual beli
sebagaimana janjinya kepada Renji Saskia

Subjek hukum

Subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban


berdasarkan hukum, dalam penyusunan ini pihak – pihak yang terlibat
adalah sebagai berikut:

> Renji Saskia (penggugat)

> Dedi Saputra (tergugat).

> Doni Pegawai Bank Negara Indonesia.(perantara)

> Notaris dan PPAT di Bandar jaya.

Objek hukum

18
Objek hukum sendiri berarti segala sesuatu yang menjadi sasaran
pengaturan hukum, di mana hak dan kewajiban serta kekuasaan subjek
hukum terkait di dalamnya ,dalam kasus ini yang menjadi objek
hukum adalah sebagai berikut:

> 5 bidang tanah dan bangunan (benda ekonomi)

Perbuatan Dedi Saputra dapat dikategorikan telah memenuhi unsur


tindak pidana Penipuan sebagaimana diatur dalam pasal 378 KUH
Pidana yaitu mendapatkan sanksi pidana penjara paling lama 4 tahun.

19
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perbedaan Subjek Hukum dan Objek Hukum Yaitu pendukung


hak dan kewajiban yang terjadi pada subjek hukum yang terjadi dari
manusia (persoon) dan badan hukum (Rechtspersoon). Sedangkan
objek hukum, segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum dan
yang dapat menjadi objek hukum dari suatu hubungan hukum.

Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan hutang (hak


jaminan) adalah hak jaminan yang melekat pada kreditor yang
memberikan kewenangan untuk melakukan eksekusi kepada benda
yang dijadikan jaminan jika debitur melakukan wansprestasi terhadap
suatu prestasi (perjanjian).

Dengan demikian hak jaminan tidak dapat berdiri karena hak


jaminan merupakan perjanjian yang bersifat tambahan (accessoir) dari
perjanjian pokoknya, yaitu perjanjian hutang hutang (perjanjian
kredit).

Perjanjian hutang utang dalam KUH Perdata tidak diatur secara


rinci, namun bersirat dalam pasal 1754 KUH Perdata tentang
perjanjian pinjaman pengganti yaitu dikatakan bahwa bagi mereka
yang meminjam harus mengembalikan dengan bentuk dan kualitas
yang sama .

20
Daftar Pustaka

http://wahyfebri.blogspot.co.id/2013/06/jurnal-subjek-dan-objek-
hukum.html

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/aspekhukumdalambisnis/
bab1-pengertiandantujuanhukum.pdf

Antasari, Rina. Hukum Bisnis. ( Malang: Setara Press) 2018.

A.Z. Abidin. Bunga Rampai Hukum Pidana. ( Jakarta: Pradnya


Paramita ). 1983.

Krismen, Yudi. Pertanggungjawaban Pidana Korupsi dalam Kejahatan


Ekonomi. 2014.

Saliman,Abdul R.Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori dan Contoh


Kasus. ( Jakarta:Kencana) 2012.

Santiago, Faisal. Pengantar Hukum Bisnis.(Jakarta:Mitra Wacana


Media) 2012.

Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum.( Bandung:Alumni) 1986.

21
22

Anda mungkin juga menyukai