Mariah Shabrina_3193015
Nur Elfrida Br Haloho_3193018
Rahma Nuraeni_3193019
Refky Ardi Pratama_3193021
Rena Aprilia_3193023
Vincent_3193031
FX Victor N_3153101
Kelas : D3 Akuntansi 1A
Tugas : Tugas Kelompok 3 (Tiga) Evaluasi
UTS Hukum Bisnis
Dosen : Dr. Dhanang Widijawan, S.H., M.H.
Tanggal : 12 Mei 2020
Kampus : Politeknik Pos Indonesia
b. Peraturan perundang-undangan apa saja yang menjadi dasar utama pengaturan Hukum
Bisnis
Jawaban : Landasan dasar hukum bisnis di Indonesia adalah Hukum Perdata
dalam arti luas yang dasarnya diatur dalam KUH Perdata dan semua
peraturan perundangan yang mengatur bidang keperdataan dan KUHD dan
semua peraturan perundangan yang mengatur tentang badan hukum serta
semua hubungan hukum yang mengatur bidang perniagaan serta berbagai
kebijakan pemerintah yang mengaturnya.
Secara umum sumber hukum bisnis (sumber hukum perundangan) tersebut
adalah :
Hukum Perdata (KUHPerdata)
Hukum Dagang (KUHDagang)
Hukum Publik (Pidana Ekonomi/KUHPidana)
Peraturan Perundang-undangan diluar KUH Perdata, KUH Pidana,
KUH Dagang
Sumber hukum bisnis yang utama/pokok adalah Pasal 1338 ayat 1
KUHPerdata yaitu :
Asas kontrak (perjanjian) itu sendiri yang menjadi
sumber hukum utama, dimana masing-masing pihak terikat untuk
tunduk kepada kontrak yang telah disepakati (kontrak yg dibuat
diberlakukan sama dengan Undang-undang).
Asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak bebas untuk membuat
dan menentukan isi dari kontrak yang mereka sepakati.
(Sumber : Buku Dasar-Dasar Hukum Kontrak Bisnis Hal 55)
https://www.artonang.com/2015/12/sumber-hukum-bisnis.html
Jawaban : Hukum bisnis adalah hukum yang mengatur aktivitas dan proses
perdagangan yang berfokus pada kegiatan ekonomi yaitu meliputi
kepemilikan benda baik materiil maupun immateriil, tentang kontrak, tentang
e-contract, perjanjian kerja, perjanjian konsumen, berkaitan dengan transaksi
perdagangan baik dalam negeri maupun luar negeri, tentang perbankan dan
hukum jaminan, tentang HAKI, tentang pajak, tentang pengelolaan badan
usaha, tentang penanaman modal, pasar modal tentang pengelolaan industri,
perdagangan internasional, tentang kepemilikan dan pengelolaan tanah,
pengelolaan sumber daya alam, hukum lingkungan pengelolaan serta
pelaksanaan proses ekonomi, perbankan, transaksi jasa, teknologi dan
manajemen, tentang proses sengketa bisnis dan alternative penyelesaian
sengketa serta kejahatan bisnis, Perlindungan dan kepastian hukum bagi
pemilik teknologi dan pengguna teknologi, Hukum kriminalitas, Hukum bisnis
dalam dunia pertambangan, dsb.
(Sumber : Buku Dasar-Dasar Hukum Kontrak Bisnis Hal 55 – 56)
https://adalah.co.id/hukum-bisnis/
d. Richard Burton Simatupang membedakan 3 bidang aktivitas usaha (bisnis). Sebutkan.
Jawaban : Menurut Richard Burton Simatupang, dalam kegiatan bisnis ada
pula yang membedakannya dalam tiga bidang usaha, yaitu :
1. Bisnis dalam arti kegiatan perdagangan (Commerce).
Merupakan keseluruhan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh orang-
orang dan badan-badan memperoleh keuntungan.
Contoh : Produsen (Pabrik), dealer, agen, grosir, took, dan
sebagainya.
2. Bisnis dalam arti kegiatan industri (industry).
Kegiatan memproduksi atau mengahsilkan barang-barang yang
nilainya lebih berguna dari asalnya.
Contoh : Industri perhutanan, perkebunan, pertambangan, penggalian
batu, pembuatan gedung, jembatan, pabrik makanan, pakaian, pabrik
mesin, dan sebagainya.
3. Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa (service)
Kegiatan yang menyediakan jasa-jasa yang dilakukan baik oleh orang
maupun badan.
Contoh : Jasa perhotelan, konsultan, asuransi, pariwisata, pengacara
(lawyer), penilai (appraisal), akuntan, dan lain lain.
( Sumber : Buku Dasar-Dasar Hukum Kontrak Bisnis Hal 56 – 57 )
3 a. Jelaskan, mengapa definisi “persetujuan” dalam KUH Perdata Pasal 1313, perlu
dilengkapi.
Jawaban : Karena para sarjana hukum perdata pada umumnya berpendapat
bahwa definisi atau batasan atau dapat disebut rumusan perjanjian yang
terdapat dalam pasal 1313 KUHP tersebut kurang lengkap dan bahkan
dikatakan terlalu luas sehingga banyak mengandung kelemahan dan terlihat
kekurangannya sehingga definisi persetujuan dalam KUHP pasal 1313 ini
perlu dilengkapi.
b. Sebutkan, siapa saja (para ahli hukum) yang melengkapi dan bagaimana rumusannya.
Jawaban : 1. Mariam Darus badrulzaman
Definisi persetujuan (kuhp perdata pasal 1313)
tidak lengkap
sepihak
terlalu luas (mencakup hukum keluarga dan perbuatan
melawan hukum) .
2. R. Subekti
" Suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada yang lain
atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal".
3. R. Setiawan
"Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana satu orang
atau lebih mengingatkan dirinya terhadap 1 orang atau lebih".
4. R. Wirjono prodjodikoro
"Suatu perhubungan dalam mengenai hukum serta harta
benda kekayaan antara dua pihak dalam mana satu pihak
berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau
tidak melakukan suatu hal sedang pihak lain berhak menuntut
pelaksanaan janji".
f. Jelaskan, mengapa ada pembedaan antara "perjanjian bernama" dan "perjanjian tidak
bernama".
Jawaban : karena masing-masing perjanjian memiliki fungsi yang berbeda
seperti "perjanjian bernama" yaitu perjanjian yang memiliki nama sendiri. perjanjian
tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe
yang paling banyak terjadi sehari-hari perjanjian bernama ada dalam bab V hingga
BAB XVIl kuh perdata. sedangkan perjanjian "tidak bernama" yaitu perjanjian yang
tidak diatur dalam kuh perdata dan dagang tetapi terdapat di masyarakat, jumlah
perjanjian ini tidak terbatas didasarkan pada asas kebebasan.
(Sumber-sumber dasar hukbis)
g. Jelaskan, pengertian "perjanjian dapat dibatalkan" dan "perjanjian batal demi hukum".
Jawaban : Terpenuhinya syarat “Sepakat” dan “Cakap”
Disebut syarat Subyektif
Karena terkait dengan subyek perjanjian (para pihak)
Apabila tidak dipenuhi, Perjanjian dapat dibatalkan.
Terpenuhinya syarat “(suatu hal) tertentu” dan “(sebab yang) halal”
Disebut syarat Obyektif
Karena terkait objek perjanjian (perbuatan hukum para pihak
selaku subjek hukum)
Apabila tidak dipenuhi, perjanjian batal demi hukum.
( HO Hukum Kontrak Ke 6 Halaman 13)