Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ramadanny Wijaya

NPM : 200513986

Kelas : PSH E

Jawablah Pertanyaan dibawah ini :

1. Dimanakah perbedaan antara perikatan yang timbul oleh karena Perbuatan Melawan Hukum
dengan perikatan yang timbul oleh karena Perjanjian atau Kontrak ?

➢ Perikatan yang timbul karena perbuatan orang yang melawan hukum sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata disebutkan bahwa, “tiap perbuatan yang melanggar hukum dan
membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut”. Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas
kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan
perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang
yang berada di bawah kekuasaannya. Perbuatan melanggar hukum ini maksudnya tidak hanya
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan tetapi juga melanggar kesusilaan dan
kepatutan dalam masyarakat yang merugikan orang lain.

➢ Sedangkan perikatan yang timbul oleh karena Perjanjian/Kontrak telah diatur dalam ketentuan
Pasal 1313 KUHPerdata adalah, “suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri
terhadap satu orang lain atau lebih”. Persetujuan atau kontrak atau biasa disebut dengan perjanjian
terbagi atas:

■ Suatu persetujuan cuma-cuma, maksudnya adalah pihak yang satu akan memberikan suatu
keuntungan kepada pihak yang lain tanpa menerima imbalan.

■ Suatu persetujuan memberatkan, maksudnya adalah suatu persetujuan yang mewajibkan para
pihak untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu.

Perikatan atau perjanjian dibuat untuk kepentingan diri sendiri, dan dibolehkan untuk menanggung
pihak ketiga dengan menjanjikan bahwa pihak ketiga ini akan berbuat sesuatu, tetapi tidak
mengurangi tuntutan ganti rugi terhadap penanggung atau orang yang berjanji tersebut, jika pihak
ketiga menolak untuk memenuhi perjanjian itu (Pasal 1316 KUHPerdata).

2. Bagaimana perkembangan ukuran atau kriteria mengenai “ melawan hukum “ sebagai salah satu
unsur dari Perbuatan Melawan Hukum?

➢ Kriteria mengenai “melawan hukum” sebagai salah satu unsur dari PMH yaitu :

■ Perbuatan melawan hukum:Unsur ini menekankan pada tindakan seseorang yang dinilai melanggar
kaidah hukum yang berlaku di masyarakat. Sejak tahun 1919, pengertian dari kata “hukum” diperluas
yaitu bukan hanya perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan, tetapi juga setiap
perbuatan yang melanggar kepatutan, kehati-hatian, dan kesusilaan dalam hubungan antara sesama
warga masyarakat dan terhadap benda orang lain2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbuatan
yang dianggap melawan hukum bukan hanya didasarkan pada kaidah-kaidah hukum tertulis, tetapi
juga kaidah hukum tidak tertulis yang hidup di masyarakat, seperti asas kepatutan atau asas
kesusilaan.
■ Kesalahan:Menurut ahli hukum perdata Rutten menyatakan bahwa setiap akibat dari perbuatan
melawan hukum tidak bisa dimintai pertanggungjawaban jika tidak terdapat unsur kesalahan. Dalam
hukum perdata, baik kesalahan atas dasar kesengajaan ataupun kekurang hati-hatian memiliki akibat
hukum yang sama. Hal ini dikarenakan menurut Pasal 1365 KUHPerdata perbuatan yang dilakukan
dengan sengaja ataupun dilakukan karena kurang hati-hati atau kealpaan memiliki akibat hukum
yang sama, yaitu pelaku tetap bertanggung jawab mengganti seluruh kerugian yang diakibatkan dari
Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukannya.

■ Kerugian:Kerugian dalam hukum perdata dapat dibagi menjadi 2 (dua) klasifikasi, yakni kerugian
materil dan/atau kerugian immateril. Kerugian materil adalah kerugian yang secara nyata diderita.
Adapun yang dimaksud dengan kerugian immateril adalah kerugian atas manfaat atau keuntungan
yang mungkin diterima di kemudian hari. Pada praktiknya, pemenuhan tuntutan kerugian immateril
diserahkan kepada hakim, hal ini yang kemudian membuat kesulitan dalam menentukan besaran
kerugian immateril yang akan dikabulkan karena tolak ukurnya diserahkan kepada subjektifitas Hakim
yang memutus.

■ Hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum oleh pelaku dan kerugian yang dialami korban
:Ajaran kausalitas dalam hukum perdata adalah untuk meneliti hubungan kausal antara perbuatan
melawan hukum dan kerugian yang ditimbulkan, sehingga si pelaku dapat dimintakan
pertanggungjawaban. Unsur ini ingin menegaskan bahwa sebelum meminta pertanggungjawaban
perlu dibuktikan terlebih dahulu hubungan sebab-akibat dari pelaku kepada korban. Hubungan ini
menyangkut pada kerugian yang dialami oleh korban merupakan akibat dari perbuatan melawan
hukum yang dilakukan pelaku.

3. Berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdta maka pelaku perbuatan melawan hukum bertanggung jawab
atas kerugian yang diderita korban. Tanggung jawab tsb sebagaimana dimaksud Pasal 1365
KUHPerdata merupakan tanggung jawab atas dasar kesalahan atau atas dasar risiko ? Jelaskan!

➢ Tanggung jawab tsb sebagaimana dimaksud Pasal 1365 KUHPerdata merupakan tanggung jawab
atas dasar kesalahan karena konsep ini sejalan dengan Pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi : “Tiap
perbuatan yang melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut”.

4. Apa yang harus dipenuhi agar supaya gugatan atas dasar adanya perbuatan melawan hukum itu
berhasil ?

➢ Yang harus dipenuhi agar supaya gugatan atas dasar adanya perbuatan melawan hukum itu
berhasil yaitu ketika terpenuhi keempat unsur perbuatan melawan hukum yang terdiri dari adanya
kesalahan, adanya kerugian, perbuatan melawan hukum, dan hubungan kausal antara PMH tsb
dengan kerugian. Ketika keempat unsur tsb terpenuhi maka gugatan atas dasar adanya PMH akan
berhasil.

5. Apakah yang menjadi ukuran atau kriteria melawan hukum sebagai unsur Perbuatan Melawan
Hukum menurut Sistem Hukum Common Law? Jelaskan jawaban saudara

➢ Perbuatan melawan hukum dalam tradisi common law disebut dengan tort yang berasal dari
istilah Latin tortus yang artinya “twisted”. Tort secara literal berarti salah. Dalam bahasa Inggris tort
memiliki artikum yang lebih teknis, yaitu salah secara hukum dimana hukum menyediakan ganti rugi.
Sedangkan unsur kesalahan dalam tort (perbuatan melawan hukum menurut Common Law) harus
dibuktikan state of mind tergugat yang dapat berupa kesengajaan atau kelalaian. Kesengajaan adalah
harus dibuktikan state of mind tergugat yang dapat berupa kesengajaan atau kelalaian. Kesengajaan
adalah pengetahuan pelaku bahwa konsekuensi tindakannya akan terjadi. Konsekuensi tersebut
diinginkan atau tidak, jika hasilnya secara jelas merupakan hasil yang sudah diprediksi. Kelalaian
bermakna melakukan sesuatu tanpa berniat menyebabkan kerugian, namun tidak hati-hati untuk
memastikan kerugian tidak akan terjadi.Dalam tort terdapat dua landasan yang mendasari semua
tort, yaitu kesalahan (wrong) dan ganti rugi (compensation). Untuk mengajukan gugatan berdasarkan
tort law, harus ada perbuatan aktif atau pasif yang dilakukan oleh tergugat, dan perbuatan tersebut
mengakibatkan kerugian terhadap kepentingan tergugat yang dilindungi oleh hukum. Kerugian yang
muncul disebabkan oleh kesalahan tergugat dan adanya kesalahan merupakan sesuatu yang harus
dipertanggung-jawabkan secara hukum.

6. Dalam Sistem Hukum Common Law , dan Sistem Hukum Eropa Kontinental jika Pemerintah
melakukan perbuatan melawan hukum maka siapakah yang harus bertanggung jawab ?

➢ Terdapat peradilan tata usaha negara, seluruh gugatan dari warga negara kepada
negara/penguasa tentu diajukan kepada hakim perdata di peradilan umum. Untuk kasus-kasus
perbuatan melawan hukum oleh penguasa Onrechtmatig Overheidsdaad ini diajukan dengan dalil
Pasal 1365 KUH Perdata dengan Pemerintah/Instansi terkait sebagai pihak Tergugat. Argumentasinya
adalah karena memang segi kerugian yang bersifat keperdataan yang diganggu dalam hal ini. Namun
yang menjadi pertanyaan lanjutan adalah apakah tindakan yang dilakukan pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan negara (Bestuurshandelingen) ini bersifat hukum perdata atau bersifat hukum
publik? Jika ia bersifat hukum perdata maka hal ini tepat menjadi kewenangan hakim perdata. Akan
tetapi jika ternyata ia lebih dominan kepada sifat hukum publik (adminstrasi) nya maka ia menjadi
kewenangan hakim tata usaha negara.

Anda mungkin juga menyukai