TINJAUAN UMUM
nama “onrechtmatige daad” atau dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah “torf\
dilakukan oleh subjek hukum, dan didalam setiap perbuatan subjek hukum
akan tetapi dalam bidang hukum sering diartikan sebagai kesalahan perdata yang
bukan berasal dari wanprestasi kontrak.1 Istilah perbuatan melanggar hukum yang
yang diatur dalam buku ke-III bab ketiga dalam Pasal 1365 sampai 1380 Kitab
Undang-undang.
terdiri dari:
1
Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum Dipandang dari Sudut Hukum Perdata,
Mandar Maju, Yogyakarta, 2000, hlm. 7.
15
1. Perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan Undang-undang, tetapi
januari 1919 memberikan defenisi yang lebih luas tentang pebuatan melawan
hukum yaitu suatu perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan atau dengan
yang dianggap pantas dalam pergaulan dalam masyarakat. Adapun cakupan yang
Hak-hak yang dilanggar adaiah hak-hak seseorang yang diakui oleh hukum,
termasuk tetapi tidak terbatas pada hak-hak seperti hak-hak pribadi, hak-hak
kekayaan, hak atas kebendaan, hak atas kehormatan dan nama baik.
dimana arti kewajiban hukum adaiah suatu kewajiban yang diberikan oleh
Undang-undang).
2
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer), Citra Aditya Bakti,
Jakarta, 2005, hlm. 4.
16
3. Perbuatan yang bertentangan dengan keusilaan.
diakui sebagai hukum tidak tertulis, dimana apabila telah terjadi kerugian
bagi pihak lain, maka pihak yang mengalami kerugian tersebut dapat
Yaitu suatu perbuatan yang merugikan orng lain, tidak secara melanggar
Kepatutan. Pada tahun 1919, Hoge Raad mulai menafsirkan Perbuatan Melawan
Hukum dalam arti luas pada perkara Lindenbaum v. Cohen dengan mengatakan
perbuatan melawan hukum haras diartikan sebagai berbuat atau tidak berbuat yang
bertentangan dengan:
Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain (inbreuk op eens anders
recht) termasuk salah satu perbuatan yang dilarang oleh Pasal 1365
yang diakui oleh hukum, termasuk tetapi tidak terbatas pada hak-hak
sebagai berikut :
17
1. Hak pribadi (Persoonlijkheidsrechteri)
seseorang, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis, jadi bukan
c. Kaedah kesusilaan.
terjadi kerugian bagi pihak lain, maka pihak yang menderita kerugian
hukum
3
Setiawan, “Empat Kriteria Perbuatan Melawan Hukum dan Perkembangan dalam
Yimsprudensi”, Varia Peradilan No. 16 Tahun II (Januari 1987), hlm. 176
18
seseorang melakukan tindakan yang merugikan orang lain, tidak secara
4
Munir Fuady, Op.,Cit, hlm, 3-4.
19
merupakan perbuatan yang bertentangan dengan hak dan kewajiban hukum
Menurut Salim H.S, perbuatan melawan hukum bukan hanya perbuatan yang
menjadi lebih luas. Perbuatan melawan hukum kemudian diartikan tidak hanya
bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, dan (b) melanggar hak subyektif
orang lain, 7 tetapi juga (c) perbuatan yang melanggar kaidah yang tidak
5
Salim H.S, Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak), Sinar Grafika, Jakarta, 2003,
hlm. 8.
6
Bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku. Kewajiban hukum diartikan sebagai kewajiban
yang berdasarkan hukum, baik tertulis mapun tidak tertulis.
7
Melanggar hak subyektif orang lain, berarti melanggar wewenang khusus yang diberikan oleh
hukum kepada seseorang. Yurisprudensi memberi arti hak subyektif sebagai berikut:
a. Hak-hak perorangan seperti kebebasan, kehormatan, nama baik;
b. Hak atas harta kekayaan, hak kebendaan dan hak mutlak lainnya.
Suatu pelanggaran terhadap hak subyektif orang lain merupakan perbuatan melawan hukum apabila
perbuatan itu secara langsung melanggar hak subyektif orang lain, dan menurut pandangan dewasa
ini disyaratkan adanya pelanggaran terhadap tingkah laku, berdasarkan hukum tertulis maupun tidak
tertulis yang seharusnya tidak dilanggar oleh pelaku dan tidak ada alasan pembenar menurut hukum
20
tertulis, yaitu kaedah yang mengatur tata susila, 8 (d) kepatutan, ketelitian, dan
negatif, yaitu meliputi juga hal yang orang dengan berdiam diri saja dapat
bertindak. Perbuatan negatif yang dimaksudkan bersifat “aktif yaitu orang yang
diam saja, baru dapat dikatakan melakukan perbuatan hukum, kalau ia sadar, bahwa
ia dengan diam saja adalah melanggar hukum. Maka yang bergerak bukan
rubuhnya seseorang itu, melainkan pikiran dan perasaannya. Jadi unsur bergerak
dari pengertian “perbuatan” kini pun ada. Perkataan “melanggar” dalam rangkaian
pada umumnya berlaku di Indonesia dan yang sebagian terbesar merupakan hukum
adat.10
8
Bertentangan dengan kaedah kesusilaan, yaitu bertentangan dengan norma-norma moral
sepanjang dalam kehidupan masyarakat diakui sebagai norma hukum. Utrecht menulis bahwa yang
dimaksudkannya dengan kesusilaan ialah semua norma yang ada di dalam kemasyarakatan, vang
tidak merupakan hukum, kebiasaan atau agama.
9
Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hlm.l.
10
Ibid, hlm. 1
21
menerjemahkan BW, ini bisa dilihat pada terjemahan bahasa Indonesia untuk Pasal
artinya karena melalui pasal ini hukum yang tidak tertulis diperhatikan oleh
a. Perbuatan
Unsur perbuatan sebagai unsur yang pertama dapat digolongkan dalam dua
aktir) dan perbuatan yang merupakan kelalaian (pasif atau tidak berniat
melakukannya).
b. Melawan Hukum
11
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta, 2002, Cet. Ke-32, hlm. 346
12
Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 48-49.
22
Perbuatan pada unsur pertama dikatakan memenuhi unsur kedua yaitu
yang diberikan oleh hukum kepada seseorang. Sifat hakikat dari hak
c. Suatu posisi pembuktian yang kuat dalam suatu perkara yang mungkin
timbul.
rumah.
Menurut pandangan yang berlaku saat ini, hukum diartikan sebagai suatu
23
keseluruhan yang terdiri dari norma-norma yang tertulis maupun yang tidak
yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dan mempunyai daya ikat
keluar.
yaitu:13
2. Perbuatan yang tidak berguna yang menimbulkan bahaya bagi orang lain
13
R.Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bina cipta, Bandung, 2000, hlm.82-83
24
Dalam hukum perdata dipersoalkan apakah ada perbedaan pengertian
antara kerugian sebagai akibat suatu perbuatan melawan hukum disatu pihak dan
kerugian sebagai akibat dari tidak teriaksananya suatu perjanjian di lain pihak.
Pasal 1365 KUH Perdata menamakan kerugian akibat perbuatan melawan hukum
sebagai “scade” (rugi) saja, sedangkan kerugian akibat wanprestasi oleh Pasal 1246
dan bunga).
wanprestasi, tapi juga dalam beberapa hal berbeda. Dalam Undang-undang tidak di
atur tentang ganti kerugian yang harus dibayar karena perbuatan melawan hukum,
sedang Pasal 1243 KUHPerdata memuat ketentuan tentang ganti kerugian yang
penggantian pada umumnya terdiri dari penggantian atas kerugian yang diderita
25
e. Adanya huhungan kausal antara perbuatan dan kerugian
Unsur terakhir yang tidak kalah penting adalah adanya hubungan kausal
antara perbuatan dengan kerugian yang diderita. Pada unsur ini kerugian
perbuatan yang dilakukan oleh pelaku bukan oleh akibat perbuatan lain.
Menurut ajaran Von Kries, perbuatan yang dianggap sebagai sebab dari
tertuang dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Artinya, setiap perbuatan yang melawan
hukum yang menimbulkan kerugian bagi orang lain membebankan kewajiban ganti
26
perbuatan melawan hukum yang dilakukan dalam bentuk yang sama oleh
orang-orang tanpa terikat dengan dimensi ruang dan waktu, sehingga di sepanjang
Meskipun begitu, jika ada perbuatan melawan hukum yang tidak termasuk ke
dalam kategori atau model tersebut, tetap saja dianggap sebagai perbuatan melawan
Dalam hukum perdata di Indonesia ada 2 (dua) jenis gugatan perdata yang
menjadi dasar sebuah gugatan, yaitu perbuatan melawan hukum dan wanprestasi.
menjadi dasar hukum atas gugatan tersebut. “Setiap perbuatan melanggar hukum
yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena
dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini dipakainya”. (Pasal 1367
15
Ibid, hlm. 14.
27
KUHPerdata).
masyarakat mengenai orang lain atau benda. Adalah kealpaan berbuat, yang
melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku
diindahkan dalam pergaulan masyarakat tentang orang lain atau barang. M.A.
korban. Kerugian tersebut haras diganti oleh orang-orang yang dibebankan oleh
hukum untuk mengganti kerugian tersebut. Segi yuridis konsep ganti rugi dalam
28
1. Konsep ganti rugi karena wanprestasi kontrak.
dengan konsep ganti rugi karena perbuatan melawan hukum. Akan tetapi
perbedaannya juga banyak. Ada juga konsep ganti rugi yang dapat diterima dalam
sistem ganti rugi karena perbuatan melawan hukum, tetapi terlalu keras jika
diberlakukan terhadap ganti rugi karena wanprestasi kontrak. Misalnya ganti rugi
yang menghukum yang dapat diterima dengan baik dalam ganti rugi karena
perbuatan melawan hukum, tetapi pada prinsipnya sulit diterima dalam ganti rugi
karena wanprestasi kontrak. Ganti rugi dalam bentuk hukum ini adalah ganti rugi
yang haras di berikan kepada korban dalam jumlah yang melebihi dari kerugian
Bentuk dari ganti rugi terhadap perbuatan melawan hukum yang dikenal
Jika adanya perbuatan melawan hukum yang serius, seperti perbuatan yang
nyata bagi korban, maka kepada korban dapat diberikan sejumlah uang
17
Ibid, hlm. 134.
29
2. Ganti rugi kompensasi
kepada korban atas dan sebesar kerugian yang benar-benar telah dialami
oleh pihak korban dari suatu perbuatan melawan hukum. Karena itu, ganti
rugi seperti itu disebut juga dengan ganti rugi aktual. Misainya ganti rugi
atas segala biaya yang dikeluarkan oleh korban kehilangan keuntungan atau
Ganti rugi penghukuman merupakan suatu ganti rugi dalam jumlah yang
Bila ganti rugi karena perbuatan melawan hukum berlakunya lebih keras
sedangkan ganti rugi karena kontrak lebih lembut, itu adalah merapakan salah satu
ciri dari hukum di zaman modern, sebab di daiaitt dunia yang telah berperadaban
tinggi maka seseorang haruslah selalu bersikap waspada untuk tidak menimbulkan
kerugian kepada orang lain. Karena itu, bagi pelaku perbuatan melawan hukum
30
perbuatan melawan hukum mengatur kerugian dan ganti rugi dalam hubungannya
Yang dimaksud dengan ganti rugi umum daiam hal ini adalah ganti rugi
yang berlaku untuk semua kasus, baik untuk kasus-kasus wanprestasi kontrak
perbuatan melawan hukum. Ketentuan tentang ganti rugi yang umum ini oleh
KUHPerdata diatur dalam bagian keempat dari buku ketiga, mulai dari Pasal 1423
sampai dengan Pasal 1252, dalam hal ini untuk ganti rugi tersebut, KUHPerdata
1. Biaya
2. Rugi
3. Bunga.
Yang dimaksud dengan biaya adalah setiap Cost atau uang atau apa pun
yang dapat dinilai dengan uang yang telah dikeluarkan secara nyata oleh pihak yang
dirugikan, sebagai akibat dari wanprestasi dari kontrak atau sebagai akibat dari
notaris, dan Iain-lain. Kemudian yang dimaksud dengan rugi atau kerugian adalah
18
Ibid, hlm. 136.
31
wanprestasi dari kontrak atau sebagai suatu akibat dari tidak dilaksanakannya
seharusnya diperoleh tetapi tidak jadi diperoleh oleh pihak kreditur karena adanya
wanprestasi dari kontrak atau sebagai akibat dari tidak dilaksanakannya perikatan
begitu, pengertian bunga dalam Pasal 1234 KUHPerdata lebih luas dari pengertian
bunga dalam istilah sehari-hari, yang hanya berarti bunga uang yang hanya
Selain dari ganti rugi umum yang diatur mulai dari Pasal 1243 KUHPerdata,
KUHPerdata juga mengatur ganti rugi khusus, yakni ganti rugi khusus terhadap
ganti rugi yang terbit dari suatu perbuatan melawan hukum, selain dari ganti rugi
dalam bentuk yang umum, KUHPerdata juga menyebutkan pemberian ganti rugi
2. Ganti rugi untuk perbuatan yang diiakukan oleh orang Iain (Pasal 1366 dan
Pasal 1367)
5. Ganti rugi untuk keluarga yang ditinggaikan oleh orang yang dibunuh
(Pasal 1370)
6. Ganti rugi karena orang telah luka atau cacat anggota badan (Pasal 1371)
32
7. Ganti rugi karena tindakan penghinaan Pasal 1372 sampai dengan Pasal
1380).19
Dalam KUHPerdata tidak dengan tegas atau bahkan tidak mengatur secara
rinci tentang ganti rugi tertentu, atau tentang salah satu aspek dari ganti rugi, maka
hakim mempunyai kebebasan untuk menerapkan ganti rugi tersebut sesuai dengan
asas kepatutan, sejauh hai tersebut memang dimintakan oleh pihak penggugat.
Justiflkasi terhadap kebebasan hakim ini adalah karena penafsiran kata biaya, rugi,
dan bunga tersebut sangat luas dan dapat mencakup hampir segala hai yang
perbuatan melawan hukum tidak jauh berbeda dengan ganti rugi karena
sebagai berikut:
1. Komponen kerugian
a. Biaya
b. Rugi
c. Bunga
Starting point atau saat dimulainya dihitung adanya ganti rugi adalah
sebagai berikut:
19
Ibid, hlm.l37-138.
33
a. Pada saat dinyatakan wanprestasi debitur tetap melalaikan
kewajibannya ataupun,
Ganti rugi baru dapat diberikan kepada pihak korban jika kejadian yang
majeure.
Kerugian yang wajib diganti oleh pelaku perbuatan melawan hukum adalah
yang timbui tersebut haruslah diharapkan akan terjadi, atau patut didugakan
terjadi, dugaan mana sudah ada pada saat dilakukannya perbuatan melawan
hukum tersebut.20
20
41 Ibid, hlm. 139-140
34
B. Hukum Waris
Banyak istilah waris yang sering didengar. Hingga saat ini tidak ada
keseragaman pengertian, ada yang memakai istilah hukum kewarisan, hukum waris
dan hukum warisan. Di bawah ini akan diuraikan pengertian istilah yang dipakai
yaitu:
1. Pewaris
2. Ahli Waris
3. Waris
Istilah ini berarti orang yang mendapat harta warisan atau berhak mendapat
pusaka (peninggalan).23
4. Warisan
Istilah ini sebaiknya digunakan untuk harta kekayaan pewaris yang akan
5. Proses Pewarisan
Adalah suatu proses penerusan harta peninggalan atau warisan dari pewaris
21
R. Van Dijk, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2006, hlm. 213.
22
Ibid, hlm. 214
23
Ibid.
24
Ibid, hlm. 213
35
kepada ahli warisnya.25
seseorang, baik berupa barang-barang harta benda yang berwujud, maupun yang
tidak berwujud pada waktu wafatnya kepada orang lain yang masih hidup. Dalam
kehidupan masyarakat yang masih teguh memegang adat istiadat, peraiihan hak
dan kewajiban tersebut dalam proses peralihannya dan kepada siapa dialihkan, serta
kapan dan bagaimana cara pengalihannya diatur berdasarkan hukum waris adat.
yang sangat mengesankan serta yang akan selalu berjalan tentang penerusan dan
pengoperan kekayaan materiel dan immaterial dari suatu generasi kepada generasi
waris meliputi norma-norma hukum yang menetapkan harta kekayaan baik yang
materiil maupun yang immaterial yang manakah dari seseorang yang dapat
diserahkan kepada keturunannya serta yang sekaligus juga mengatur saat, cara dan
proses peralihannya.27
warisan dalam hubungannya dengan ahli waris tetapi lebih luas dari itu. Hilman
Hadikusuma mengemukakan hukum waris adat adalah hukum adat yang memuat
garis-garis ketentuan tentang sistem dan asas-asas hukum waris, tentang harta
warisan, pewaris, dan Waris serta cara bagaimana harta warisan itu dialihkan
25
Ibid., h. 215
26
Soerojo Wignjodipoero, Op. Cit, hlm. 161.
27
ibid
36
penguasaan dan pemilikannya dari pewaris kepada Waris.28
penerusan harta, baik material maupun non material dari suatu generasi kepada
sudah dapat terjadi pengalihan harta kekayaan kepada waris sebelum pewaris wafat
terlebih dahulu beberapa hal pokok di antaranya adalah : sistem pewarisan, bentuk
dan asal harta warisan, para ahli waris dan proses pewarisan. Sistem pewarisan
bilateral seperti di Pulau Jawa, sedangkan sistem yang kedua terdapat pada
masyarakat unilateral. Sistem kedua dapat dibedakan lagi dalam bentuk sistem
pewarisan kolektif dan sistem pewarisan mayorat. Sistem pewarisan kolektif, harta
bersama-sama oleh para ahli waris, seperti pada masyarakat Minangkabau dan
dibagi-bagi, tetapi jatuh ke tangan anak yang tertua. Dalam sistem pewarisan
28
Hilman Adikusuma, op. Cit, hlm. 7.
37
mayorat, ada yang bersifat mayorat laki-laki yang berarti harta peninggalan jatuh ke
tangan anak laki-laki tertua dan mayorat perempuan di maana harta peningglan
(2) Sistem kewarisan kolektif, cirinya harta peninggalan itu diwarisi oleh
hukum di mana harta tersebut, yang disebut harta pusaka, tidak boleh
boleh dibagikan pemakainya saja kepada mereka itu (hanya mempunyai hak
terdapat hak mayorat anak laki-laki yang tertua dan di Tanah Semendo
tertua.30
29
Djaren Saragih, Op. Cit, hlm. 163
30
Soerojo Wignjodipoero, Op. Cit, hlm. 165.
38
di kalangan masyarakat adat lainnya. 31 Kebaikan sistem pewaris individual, waris
dapat bebas menguasai dan memiliki harta warisan tanpa dapat dipengaruhi
harta kekayaan digunakan untuk kelangsungan hidup keluarga besar itu pada masa
sekarang dan masa seterusnya masih tetap berperan, tolong menolong antara yang
satu dan yang lain di bawah pimpinan kepala kerabat yang penuh tanggung jawab
masih tetap dapat dipelihara, dibina dan dikembangkan. Kelemahan sistem tersebut
dapat menimbulkan cara berpikir yang terlalu sempit kurang terbuka bagi orang
luar, sulit mencari kerabat yang kepemimpinannya bisa diandalkan, di samping rasa
setia kawan dan rasa setia kerabat semakin bertambah luntur. Sistem pewarisan
hak diberikan kepada anak tertua sebagai pemimpin keluarga, menggantikan ayah
dan ibunya. la hanya berkedudukan sebagai pemegang mandat, dan bukan pemilik
harta secara perseorangan. Kebaikan sistem ini terletak pada kepemimpinan anak
tertua, bila ia penuh tanggung jawab maka keutuhan dan kerukunan keluarga dapat
31
Hilman hadikusuma, Hukum Kekerabatan Adat, Fajar Agung, Jakarta, 1997, hlm. 24
39
C. Posisi Kasus Perkara Dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan Perkara
Medan pada tanggal 27 Mei 2013 telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Tjin Weng Seng dan Ho Chun Meng adalah merupakan suami isteri yang
2. Hasil perkawinan Tjin Weng Seng dan Ho Chun Meng, telah lahir 8
(Delapan) orang anak yakni 6 (Enam) orang Laki-Laki dan 2 (Dua) orang
(penggugat-VII).
3. Kedua orang tua para penggugat dan tergugat telah meninggal dunia, yaitu
Tjin Weng Seng meninggal dunia di Singapura pada tanggal 21 Maret 1982
Tingkat II Medan No. 548 tanggal 26 Maret 1982 dan Ho Chun Meng
07 Oktober 2010, maka seluruh anak-anak dari Aim. Tjin Weng Seng
dengan isterinya Alm. Ho Chun Meng adalah merupakan Ahli WTaris yang
41
sah.
5. Sewaktu masa hidupnya Tjin Weng Seng dan Ho Chun Meng, atas dasar
Gg. D No. 26-D, Kelurahan Kota Matsum I, Kecamatan Medan Area. Kota
Medan sesuai dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 23, Surat Ukur
No. 2736/1991 tanggal 27 Juli 1991, tercatat atas nama Ho Chun Meng.
6. Meninggalnya Aim. Tjin Weng Seng pada tanggal 21 Maret 1982, maka
demi hukum harta menjadi milik bersama seluruh ahli waris yaitu isteri Ho
7. Sewaktu masa hidupnya Aim. Ho Chun Meng (Ibu para Penggugat dan
Tergugat I), ada menyuruh Tjin Jin On (Penggugat II) dan atas
objek terperkara hingga dibagi diantara para Ahli Waris adalah dibenarkan
menurut hukum.
pembagian waris terhadap harta peninggalan orang tua para penggugat dan
tergugat I, maka tanah dan bangunan rumah permanen yang ada diatasnya
Meng dan Aim. Tjin Weng Seng yang belum dibagi diantara ahli waris,
42
9. Ternyata, sebelum Ho Chun Meng meninggal dunia pada tahun 2009 dan
ketika diusia sudah tua dan sakit-sakit (Stroke Berat), tergugat I (Tjin Koen
Oi-sebagai pembeli) dengan Ibu para Penggugat I s/'d VII dan Tergugat I
berupa Akta Pengikatan Jual Beli No. 6 tanggal 5 Mei 2007 dan Akta Jual
Beli No. 12 tanggal 10 Mei 2007, tanpa sepengetahuan dan persetujuan ahli
10. Kemudian berdasarkan Akta Jual Beli No. 12 tanggal 10 Mei 2007, dimana
Beli No. 6 tanggal 5 Mei 2007 selaku penjual (Pihak Pertama), menjual
kepada dirinya sendiri, Tjin Koen Oi/ Tergugat I selaku pembeli (Pihak
Kedua), sehingga Tergugat I (Tjin Koen Oi) ada dalam 2 (Dua) kedudukan
11. Selanjutnya, atas dasar Akta Jual Beli No. 12 tanggal 10 Mei 2007 tersebut
diatas, Tergugat I (Tjin Koen Oi) mengurus lagi nama atas objek terperkara
dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 23 ke atas nama Tergugat I (Tjin
Koen Oi) pada Tergugat III, Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertanahan
Kota Medan, sehingga Tergugat III dalam menerbitkan Sertifikat Hak Guna
Bangunan No. 23 maupun Sertifikat Hak Milik No. 2104 ke atas nama Tjin
Koen Oi (Tergugat I) tanpa penelitian data fisik, data juridis dan data
43
hukum.
Mei 2007 dan Akta Jual Beli No. 12 tanggal 10 Mei 2007 adalah
mempunyai cacat hukum dan patut untuk dinyatakan batal dan tidak
terperkara.
13. Perbuatan Tergugat III yang menerbitkan/balik nama Sertifikat Hak Guna
atas nama Tergugat I (Tjin Koen Oi), bahkan Tergugat III menerbitkan
peningkatan Hak Tergugat I menjadi Sertifikat Hak Milik No. 2104, atas
nama Tjin Koen Oi atas dasar perbuatan yang cacad hukum adalah
14. Atas dasar surat-surat yang cacat hukum dimaksud, Tergugat I telah
44
disidangkan ditolak oleh Pengadilan Negeri Medan.32
Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar
rnemanggii para pihak yang berperkara untuk datang pada suatu hari dan waktu
yang ditetapkan untuk itu dan mengambil keputusan yang dalam amarnya berbunyi
sebagai berikut:
untuk seluruhnya;
3. Menyatakan Para Penggugat dan Tergugat-I (Tjin Man On, Tjin Jinon, Tjin
Kim On, Tjin Fuk On, Tjin Kun Jing, Tjin Kei On dan Tjin Koen Oi) adalah
merupakan Ahli Waris yang sah dari Aim. Tjin Weng Seng dan Aim. Ho
Chun Meng;
diatasnya yang terletak di Jl. Sutrisno Gg. D No. 26-D, Kelurahan Kota
peninggalan dari Aim. Tjin Weeng Seng dan Aim. HO Chun Meng dan
Delapan);
32
Berkas Perkara No. 290/PDT.G/2013/ PN.Mdn, hlm. 3-8
45
5. Menyatakan Sah dan Berharga Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) yang
Sutrisno Gg. D No. 26- D Medan oleh Penggugat-II (Tjin jin On) atas
amanah orang tua Para Penggugat dan Tergugat-I (Ho Chun Meng) dengan
ahli waris Aim. Tjin Weng Seng dan Aim. Ho Chun Meng ;
paksa (Dwang Soom) sebesar Rp. 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah)
10. Menyatakan tidak sah dan tidak berkekuatan hukum Akta Pengikatan Jual
Beli No. 6 tanggal 5 Mei 2007 yang diperbuat dihadapan Suriaty Sandery
11. Menyatakan tidak sah dan tidak berkekuatan hukum Akta Jual Beli No. 12
46
SH., Notaris/PPAT di Medan;
12. Menghukum Tergugat-I ataupun Pihak lain yang mendapat hak dari
13. Menyatakan Perbuatan Balik Nama atas Sertifikat Hak Guna Bangunan No.
23 dari atas nama Ho Chun Meng ke atas nama Tjin Koen Oi maupun
peningkatan menjadi Sertifikat Hak Milik No. 2104 atas nama Tjin Koen Oi
menurut hukum;
14. Memerintahkan Tergugat-IH untuk merubah Sertifikat Hak Milik No. 2104
menjadi ke atas nama masing-masing ahli waris Tjin Weng Seng dan Ho
15. Menyatakan segala surat-surat yang terbit atas nama Tergugat-I ataupun
16. Menyatakan Putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan secara serta
merta (Uitvoerbaar bij voorraad), kendati pun ada Verzet, Banding maupun
Kasasi;
17. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III secara tanggung renteng
sebagai berikut:
1. Tjin Weng Seng dan Ho Chun Meng atas dasar pencarian berasma ada
47
memperoleh/memiliki harta bersama selama perkawinan sebidang tanah
2. Setelah meninggal orang tua para pengugat dan tergugat I maka demi
menjadi Boedel warisan selurush para ahli waris yang belum dibagi.
telah terjadi jual beli antara ibu para pengugat dengan tergugat I tanpa
4. Selanjutnya oleh tergugat I atas dasar akta jual beli No. 12 tanggal 10 Mei
statusnya dengan sertitikat hak milik No. 2014 ke atas nama Tjin Koen Oi.
5. Atas dasar tersebut selanjutnya Tjin Koen Oi menyuruh Tjin Jin On agar
1. Petitum 2 dan 3
a. Setelah orang tua para pengugat dan tergugat I meninggal dunia, anak-
anaknya telah mengurus surat ahli waris dan berdasarkan bukti surat
48
merupakan ahli waris dari Alm. Ho Chun Meng.
2. Petitum4
a. Semasa hidupnya Tjin Weng Seng dan Ho Chun Meng atas dasar
dengan sertifikat Hak Guna Bangunan No. 23 surat ukur No. 2736/1991
beli No. 6 tanggal 5 Mei 2007 dan akta jual beli No. 12 tanggal 10 Mei
2007.
c. Jual beli tersebut dilakukan antara ibu dan anak yakni Ho Chun meng
d. Jual beli tersebut dilakukan pada waktu Ho Chun Meng sakit sakitan
dapat dilakukan jual beli antara ibu dan anak dan tampa diketahui dan
disetujui anak yang lainnya dan lagi pula ibu tersebut dalam keadaan
sakit
49
begitu juga sebaliknya dan apabila anak tersebut jasanya lebih besar
anak-anaknya.
PN.Mdn:
Dalam Konpensi:
1. Mengabulkan gugatan pengugat I, II, III, IV, V,VI, VII untuk sebagian
3. Menyatakan para pengugat dan tergugat I adalah merupakan ahli waris yang
peninggalan dari Alm Tjin Weng Seng dan Aim. Ho Chun Meng dan
pengugat dan tergugat I mendapat bagian sebesar 1/8 (satu per delapan).
50
5. Menyatakan penempatan rumah objek terpekara yang
Medan Area Kota Medan oleh pengugat II atas amanah orang tua para
pengugat dan tergugat I dengan eprsetujuan para ahli waris lainnya adaiah
dibagi kemudian diantara para ahli waris Aim. Tjin Weng Seng dan Aim.
Ho Chun Meng
paksa () sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) perhari, apabila lalai
8. Menyatakan tidak sah dan tidak berkekuatan hukum Akta Pengikatan Jual
Beli No. 6 tanggal 5 Mei 2007 yang diperbuat dihadapan Suriaty Sandery
9. Menyatakan tidak sah dan tidak berkekuatan hukum Akta Jual Beli No. 12
10. Menghukum Tergugat-I ataupun pihak lain yang mendapat hak dari
51
Bangunan No. 23 dari atas nama Ho Chun Meng ke atas nama Tjin Koen
Oi maupun peningkatan menjadi Sertifikat Hak Milik No. 2104 atas nama
Tjin Koen Oi (Tergugat I) adalah tidak sah dan bertentangan dengan hukum
hukum.
Dalam rekonpensi:
untuk seluruhnya
52