Anda di halaman 1dari 4

Latar Belakang

Banyak definisi yang mengartikan istilah perbuatan melawan hukum, ada yang mengartikan bahwa
perbuatan melawan hukum adalah perbuatan melawan undang-undang, perbuatan yang bertentangan
dengan hak-hak orang lain, perbuatan yang mengakibatkan kerugian pihak lain dan tentu pihak yang
melakukan perbuatan melawan hukum tersebut harus menggantikan kerugian kepada pihak yang telah
dirugikannya. Ada juga yang mengartikan perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang dilakukan
di luar kewenangannya atau di luar kekuasaannya. Kemudian perbuatan melawan hukum juga diartikan
perbuatan yang melanggar nilai-nilai kesusilaan, nilai nilai kesopanan yang berkembang di masyarakat
serta perbuatan yang melanggar asas-asas umum yang berlaku dalam lapangan hukum

.Di dalam Wikipedia perbuatan melawan hukum diartikan dalam konteks perdata (bahasa Inggris: tort)
adalah segala perbuatan yang menimbulkan kerugianyang membuat korbannya dapat melakukan
tuntutan terhadap orang yang melakukan perbuatan tersebut. Kerugian yang ditimbulkan dapat bersifat
materiil(misalnya kerugian akibat tabrakan mobil) ataupun immaterial (misalnya kecemasan atau
penyakit). Melalui tuntutan ini korban berupaya untuk mendapatkan pemulihan secara perdata,
misalnya dengan mendapatkan ganti rugi.

Pengertian perbuatan melawan hukum

Perbuatan melawan hukum adalah suatu perbuatan atau tidak berbuat sesuatu yang mengakibatkan
timbulnya kerugian bagi orang lain tanpa sebelumnya ada suatu hubungan hukum, kewajiban mana
ditujukan terhadap setiap orang pada umumnya dan dengan tidak memenuhi kewajibannya tersebut
dapat diminta suatu ganti rugi.

Perbuatan melawan hukum (Onrechmatige daad) diatur dalam Pasal 1365 B.W. Pasal ini menetapkan
bahwa perbuatan yang melawan hukum mewajibkan orang yang melakukan perbuatan itu, jika karena
kesalahannya telah timbul kerugian, untuk membayar kerugian itu.

Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan : Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut. Sedangkan ketentuan pasal 1366 KUHPerdata menyatakan:

Setiap orang bertanggung-jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi
juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaiannya atau kurang hati-hatinya.

Ketentuan pasal 1365 tersebut di atas mengatur pertanggung-jawaban yang diakibatkan oleh adanya
perbuatan melanggar hukum baik karena berbuat atau karena tidak berbuat. Sedangkan pasal 1366
KUHPerdata lebih mengarah pada tuntutan pertanggung-jawaban yang diakibatkan oleh kesalahan
karena kelalaian.Berdasarkan putusan Hoge Raad 1919, yang diartikan dengan melanggar hukum
adalah:
1. Melanggar hak orang lain, seperti hak pribadi (integritas tubuh, kebebasan, kehormatan, dan lain-lain)
dan hak absolute (hak kebendaan, nama perniagaan, dan lain-lain);

2. Bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku;


3. Bertentangan dengan kesusilaan, yaitu perbuatan yang dilakukan seseorang bertentangan dengan
sopan santun yang hidup dan tumbuh dalam masyarakat;
4. Bertentangan dengan kecermatan yang harus diindahkan dalam masyarakat..Pengertian perbuatan
melanggar hukum dalam putusan Hoge Raad 1919 adalah dalam arti luas karena tidak hanya melanggar
Undang-Undang, tetapi juga bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, kesusilaan, dan
kecermatan yang harus diindahkan dalam masyarakat.

Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum

Agar suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai suatu perbuatan melawan hukum, maka harus
memenuhi unsur-unsur perbuatan sebagai berikut: Adanya suatu perbuatan. Suatu perbuatan melawan
hukum diawali oleh suatu perbuatan dari si pelakunya. Perbuatan disini meliputi perbuatan aktif
(berbuat sesuatu) maupun pasif (tidak berbuat sesuatu), padahal secara hukum orang tersebut
diwajibkan untuk patuh terhadap perintah undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan (public
order and morals).

a. Perbuatan tersebut melanggar hukum. Manakala pelaku tidak melaksanakan apa yang diwajibkan
oleh undang-undang, ketertiban umum dan atau kesusilaan, maka perbuatan pelaku dalam hal ini
dianggap telah melanggar hukum, sehingga mempunyai konsekuensi tersendiri yang dapat dituntut oleh
pihak lain yang merasa dirugikan.

b. Adanya kerugian bagi korban. Yang dimaksud dengan kerugian, terdiri dari kerugian materil dan
kerugian immateril. Akibat suatu perbuatan melanggar hukum harus timbul adanya kerugian di pihak
korban, sehingga membuktikan adanya suatu perbuatan yang melanggar hukum secara luas.

c. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian. Hubungan kausal merupakan salah satu
ciri pokok dari adanya suatu perbuatan melanggar hukum. Perbuatan melanggar hukum dalam hal ini
harus dilihat secara materiil. Dikatakan materiil karena sifat perbuatan melanggar hukum dalam hal ini
haru dilihat sebagai suatu kesatuan tentang akibat yang ditimbulkan olehnya terhadap diri pihak korban.
Untuk hubungan sebab akibat ada 2 (dua) macam teori, yaitu teori hubungan faktual dan teori
penyebab kira-kira. Hubungan sebab akibat (causation in fact) hanyalah merupakan masalah fakta atau
apa yang secara faktual telah terjadi. Sedangkan teori penyebab kira-kira adalah Lebih menekankan
pada apa yang menyebabkan timbulnya kerugian terhadap korban, apakah perbuatan pelaku atau
perbuatan lain yang justru bukan dikarenakan bukan suatu perbuatan melanggar hukum. Namun
dengan adanya suatu kerugian, maka yang perlu dibuktikan adalah hubungan antara perbuatan
melanggar hukum dengan kerugian yang ditimbulkan.
Perbuatan Melawan Hukum Dalam Hukum Perdata

Secara klasik, yang dimaksud dengan “perbuatan” dalam istilah perbuatan melawan hukum adalah:

a) Nonfeasance. Yakni merupakan tidak berbuat sesuatu yang diwajibkan oleh hukum.

b) Misfeasance .Yakni merupakan perbuatan yang dilakukan secara salah, perbuatan mana merupakan
kewajibannya atau merupakan perbuatan yang dia mempunyai hak untuk melakukannya.

c) Malfeasance. Yakni merupakan perbuatan yang dilakukan padahal pelakunya tidak berhak untuk
melakukannya. (William C. Robinson, 1882: 127)Dahulu, pengadilan menafsirkan “melawan hukum”
sebagai hanya pelanggaran dari pasal-pasal hukum tertulis semata-mata (pelanggaran perundang-
undangan yang berlaku), tetapi sejak tahun 1919 terjadi perkembangan di negeri Belanda, dengan
mengartikan perkataan “melawan hukum bukan hanya untuk pelanggaran perundang-undangan tertulis
semata-mata, melainkan juga melingkupi atas setiap pelanggaran terhadap kesusilaan atau kepantasan
dalam pergaulan hidup masyarakat. Liat putusan Hoge Raad negeri Belanda tanggal 31 Januari 1919
dalam kasus Lindebaum versus Cohen. Dengan demikian, sejak tahun 1919, tindakan onrechmatige daad
tidak lagi dimaksudkan hanya sebagai onwetmatigedaad saja.Sejak tahun 1919 tersebut, di negeri
Belanda, dan demikian juga di Indonesia, perbuatan melawan hukum telah diartikan secara luas, yakni
mencakup salah satu dari perbuatan-perbuatan sebagai berikut:
1. Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain
2. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri.
3. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan.
4. Perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan dalam pergaulan masyarakat
yang baik.

Berikut ini penjelasannya untuk masing-masing kategori tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Perbuatan yang Bertentangan dengan Hak Orang Lain Perbuatan yang bertentangan dengan hak
orang lain (inbreuk op eens anders recht) termasuk salah satu perbuatan yang dilarang oleh Pasal 1365
KUH Perdata. Hak-hak yang dilanggar tersebut adalah hak-hak seseorang yang diakui oleh hukum,
termasuk tetapi tidak terbatas pada hak-hak sebagai berikut:
a) Hak-hak pribadi (persoonlijikheidsrechten)

b) Hak-hak kekayaan (vermogensrecht)


c) Hak atas kebebasan

d) Hak atas kehormatan dan nama baik

2. Perbuatan yang Bertentangan Dengan Kewajiban Hukumnya Sendiri

Juga termasuk ke dalam kategori perbuatan melawan hukum jika perbuatan tersebut bertentangan
dengan kewajiban hukum (rechtsplicht) dari pelakunya. Dengan istilah “kewajiban hukum” (rechtsplicht)
ini, yang dimaksudkan adalah bahwa suatu kewajiban yang diberikan oleh hukum terhadap seseorang,
baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Jadi, bukan hanya bertentangan dengan hukum
tertulis (wettelijk plicht), melainkan juga bertentangan dengan hak orang lain menurut undang-undang
(wettelijk recht). Karena itu pula, istilah yang dipakai untuk perbuatan melawan hukum adalah
onrechtmatige daad, bukan onwetmatige daad.

3. Perbuatan yang Bertentangan dengan Kesusilaan Tindakan yang melanggar kesusilaan yang oleh
masyarakat telah diakui sebagai hukum tidak tertulis juga dianggap sebagai perbuatan melawan hukum.
Karena itu, manakala dengan tindakan melanggar kesusilaan tersebut telah terjadi kerugian bagi pihak
lain, maka pihak yang menderita kerugian tersebut dapat menuntut ganti rugi berdasarkan atas
perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUH Perdata). Dalam putusan terkenal Lindenbaum v. Cohen
(1919), Hoge Raad menganggap tindakan Cohen untuk membocorkan rahasia perusahaan dianggap
sebagai tindakan yang bertentangan kesusilaan, sehingga dapat digolongkan sebagai suatu perbuatan
melawan hukum.

4. Perbuatan yang Bertentangan dengan Kehati-hatian atau Keharusan dalam Pergaulan Masyarakat
yang Baik Perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan dalam pergaulan
masyarakat yang baik ini atau yang disebut dengan istilah zorgvuldigheid juga dianggap sebagai suatu
perbuatan melawan hukum. Jadi, jika seseorang melakukan tindakan yang merugikan orang lain, tidak
secara melanggar pasalpasal dari hukum tertulis, mungkin masih dapat dijerat dengan perbuatan
melawan hukum, karena tindakannya tersebut bertentangan dengan prinsip kehati-hatian atau
keharusan dalam pergaulan masyarakat. Keharusan dalam masyarakat tersebut tentunya tidak tertulis,
tetapi diakui oleh masyarakat yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai