Anda di halaman 1dari 28

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Keuangan

(PUJK) terhadap Tindakan Fraud Pegawai PUJK

Oleh
Prof. Dr. Johannes Gunawan, SH., LL.M

Otoritas Jasa Keuangan


Sosialisasi “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) terhadap Tindakan
Fraud Pegawai PUJK"
Jakarta, 3 Agustus 2021
Judul dan Tujuan Sosialisasi Berdasarkan TOR
Judul Sosialisasi:
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) terhadap
Tindakan Fraud Pegawai PUJK.

Tujuan Sosialisasi:
1. Meningkatkan awareness PUJK mengenai aspek hukum dan
ketentuan yang berlaku tentang penyelesaian pengaduan
Konsumen yang berkaitan dengan perilaku pegawai PUJK yang
melakukan pelanggaran (fraud);
2. Mendiskusikan upaya bagi PUJK tentang bagaimana caranya
untuk meminimalkan potensi fraud yang diakibatkan oleh
perilaku pegawainya.
Penyamaan Persepsi Fraud
Fraud adalah:
• Wrongful or criminal deception intended to result in
financial or personal gain (New Oxford American
Dictionary);
Penipuan yang salah atau kriminal yang dimaksudkan untuk
menghasilkan keuntungan finansial atau pribadi.
• A tort arising from a knowing misrepresentation, conceal-
ment of material fact, or reckless misrepresentation made
to induce another to act to his or her detriment (Balck’s Law
Dictionary, Eighth Edition).
• Suatu perbuatan melawan hukum yang timbul dari kekeliruan
yang disadari, penyembunyian fakta substansial, atau kekeliruan
yang sembrono untuk membujuk orang lain agar bertindak yang
merugikannya.
Posisi Perbuatan Melawan Hukum dalam Perikatan
• Struktur Hukum Perikatan Menurut Pasal 1233 KUH Perdata
Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian, baik karena undang-
undang (baca: hukum setelah Arrest Cohen vs Lindenbaum 31 Januari 1919).
• Perikatan adalah hubungan hukum antara 2 (dua ) pihak (subyek hukum)
atau lebih yang melahirkan hak dan kewajiban (memberikan sesuatu,
berbuat/tidak berbuat sesuatu), yang jika dilanggar akan menimbulkan
akibat hukum berupa sanksi ganti rugi.
• Perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata
Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih.
(Prof. Subekti: Perjanjian adalah suatu persetujuan atau kesepakatan dengan
mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan
suatu hal dalam lapangan harta kekayaan).
• Undang-Undang (baca: hukum setelah Arrest Cohen vs Lindenbaum 31
Januari 1919)
Posisi Perbuatan Melawan Hukum dalam Perikatan

Hasil Sumber

Perjanjian
Pasal 1313 KUH Perdata

Perikatan Hukum saja


(obligation) Pasal 298 KUH Perdata

Hukum Perbuatan
Pasal 1352 KUH
Hukum sesuai hukum
Perdata Pasal 1354 KUH Perdata
disertai
perbuatan
manusia Perbuatan
melawan hukum
Pasal 1365 KUH Perdata
Perbedaan Perjanjian dan Hukum sebagai Sumber
Perikatan

Perjanjian Hukum
q Terjadi karena kesepakatan q Terjadi karena keharusan
q Akibat yang timbul memang q Akibat yang timbul sebenar-
dikehendaki oleh para pihak nya tidak dikehendaki oleh
yang terikat para pihak yang terikat
q Terdapat sifat kesukarelaan q Terdapat sifat keterpaksaan
q Mengandung unsur privity of q Mengandung unsur public
contract interests
Penyamaan Persepsi Perbuatan Melawan Hukum

• Pasal 1365 KUH Perdata


Tiap perbuatan melawan hukum, yang membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menimbulkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut.
Perkembangan Pengertian Perbuatan Melawan Hukum (1)
• Arrest Cohen vs Lindenbaum 31 Januari 1919
o Cohen dan Lindenbaum pelaku usaha percetakan buku di Amsterdam;
o Cohen membujuk pegawai Lindenbaum untuk memperoleh informasi
tentang daftar pelanggan, surat penawaran, dan daftar harga;
o Berdasarkan informasi tersebut Cohen mendahului mencetak dan
mengedarkan produknya, sehingga Lindenbaum mengalami kerugian;
o Lindenbaum menggugat Cohen melalui pengadilan berdasarkan Pasal
1401 BW atau Pasal 1365 KUH Perdata;
o Di pengadilan tingkat pertama Cohen dikalahkan, sedangkan di tingkat
banding Lindenbaum dikalahkan dengan pertimbangan Cohen tidak
melanggar larangan dalam peraturan perundang-undangan (wet);
o Di tingkat kasasi Lindenbaum dimenangkan dengan pertimbangan Cohen
memang tidak melanggar peraturan perundang-undangan (wet), tetapi
Cohen melanggar hukum (recht), yaitu:
q hak orang lain;
q kewajiban hukumnya;
q kesusilaan atau kepatutan dalam masyarakat (orang atau benda).
Perkembangan Pengertian Perbuatan Melawan Hukum (2)
• Sebelum 31 Januari 1919 (Arrest Cohen vs Lindenbaum)
Perbuatan melawan/melanggar peraturan perundang-undangan
(onwetmatigedaad) sehingga menimbulkan kerugian pada pihak (subyek
hukum) lain;
• Sesudah 31 Januari 1919 (Arrest Cohen vs Lindenbaum)
Perbuatan melawan/melanggar hukum (onrechtmatigedaad) sehingga
menimbulkan kerugian pada pihak (subyek hukum) lain;
• Article 162 Paragraph 2 The Civil Code of The Netherlands
Except where there are grounds for justification, the following are deemed
tortious:
o the violation of a right; and
o an act or omission breaching a duty imposed by law or a rule of unwritten
law pertaining to proper social conduct;
Perkembangan Pengertian Perbuatan Melawan Hukum (3)
• Keberlakuan Arrest Cohen vs Lindenbaum 31 Januari 1919
o Pasal I Aturan Peralihan UUD Negara Kesatuan RI (Amandemen Ke IV)
mengatur sebagai berikut:
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku
selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
o Berdasarkan Pasal I Aturan Peralihan UUD Negara Kesatuan RI tersebut,
maka KUH Perdata (termasuk Pasal 1365 tentang PMH) masih berlaku di
Indonesia;
o Pasal 1365 KUH Perdata masih tetap berlaku di Indonesia dengan semua
arrest tentang Pasal tersebut, antara lain Arrest Cohen vs Lindenbaum;
Perjanjian dan Perbuatan Melawan Hukum sebagai dasar
hukum untuk memperoleh ganti rugi (1)
• Syarat menggugat ganti rugi berdasarkan Ingkar Janji (wanprestasi)
1. Terdapat perjanjian (tertulis dan atau lisan);
2. Prestasi (hak dan kewajiban) para pihak dapat diukur;
Apabila tidak terdapat perjanjian atau terdapat perjanjian tetapi
prestasi tidak dapat diukur, maka gugatan ganti rugi harus didasarkan
pada perbuatan melawan hukum
• Syarat menggugat ganti rugi berdasarkan perbuatan melawan
hukum (PMH)
1. Perbuatan pelaku melawan hukum
2. Pelaku melakukan kesalahan
3. Korban mengalami kerugian
4. Kerugian yang dialami oleh korban adalah akibat pelaku
melakukan perbuatan melawan hukum
Perjanjian dan Perbuatan Melawan Hukum sebagai dasar
hukum untuk memperoleh ganti rugi (2)
1

Gugatan Ganti Rugi


2 2 2
Tidak Ada
Ada Perjanjian Ada Perjanjian
Perjanjian
3 3
Indikasi Indikasi
Wanprestasi Wanprestasi

4 4
Prestasi Tidak
Prestasi Terukur
Terukur

5 5
Gugat
Wan-
Gugat
prestasi PMH
Menggugat Ganti Rugi Berdasarkan PMH
q Perbuatan Melawan Hukum (Tortious Liability)
4 (empat) unsur yang harus dibuktikan keberadaannya oleh
penggugat jika menggugat ganti rugi berdasarkan perbuatan
melawan hukum:
1.1 Perbuatan pelaku melawan hukum
2.2 Pelaku melakukan kesalahan
3.3 Korban mengalami kerugian
4.4 Kerugian yang dialami oleh korban adalah akibat pelaku
melakukan perbuatan melawan hukum
Berdasarkan prinsip ‘setiap orang yang mendalilkan harus
membuktikan’ (Pasal 1865 KUH Perdata), maka keempat hal di atas
merupakan beban penggugat untuk membuktikan keberadaannya.
1
Perbuatan pelaku melawan hukum
Pelaku telah dapat dibuktikan melakukan perbuatan melawan hukum,
yaitu melawan:
a. peraturan perundang-undangan;
b. hak orang lain;
c. kewajiban hukumnya; dan/atau
d. kesusilaan atau kepatutan dalam masyarakat (orang atau benda).
2
Pelaku melakukan kesalahan (HFA. Vollmar)
Pelaku telah dapat dibuktikan melakukan kesalahan, yaitu:
a. kesalahan subyektif
pelaku mengakui bahwa perbuatan tersebut dapat dipertanggung-
jawabkan kepadanya (merupakan kesalahannya);
b. kesalahan obyektif
secara umum (orang pada umumnya) akan menyatakan bahwa
perbuatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepadanya
(merupakan kesalahan)
3 Korban mengalami kerugian
Telah dapat dibuktikan timbul kerugian, yaitu:
a. kerugian material; dan/atau
kerugian yang dapat dinilai dengan uang;
b. kerugian immaterial;
kerugian yang tidak dapat dinilai dengan uang.

4 Kerugian yang dialami oleh korban adalah akibat pelaku


melakukan perbuatan melawan hukum
Telah dapat dibuktikan hubungan kausal (sebab-akibat) bahwa
kerugian yang timbul diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum
pelaku.
Macam Pelaku Perbuatan Melawan Hukum (1)

§ Vicarious Liability
§ Pengertian
Liability that a supervisory party (such as an employer) bears for
the actionable conduct of a subordinate or associate (such as an
employee) based on the relationship between the two parties.
(Black’s Law Dictionary, 8th Edition, 2004, page 934).
(Tanggungjawab dari pihak pengawas (sebagai pemberi kerja) untuk
menanggung tindakan dari bawahan atau rekan (sebagai pekerja)
berdasarkan hubungan antara kedua pihak)

§ Prinsip
“Qui facit per alium facit per se" (the one who acts through
another, acts in his or her own interests – orang yang bertindak
melalui orang lain, bertindak untuk kepentingannya sendiri).
Macam Pelaku Perbuatan Melawan Hukum (2)
§ Vicarious Liability di dalam KUH Perdata
§ Majikan dan mereka yang mengangkat orang lain untuk mewakili
urusan mereka
Pasal 1367 ayat (3) KUH Perdata
Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain
untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung-
jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh (ada hirarkhi):
• pelayan-pelayan; atau
• bawahan-bawahan;
mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang
ini dipakainya.
Macam Pelaku Perbuatan Melawan Hukum (3)
§ Vicarious Liability di dalam POJK No. 1/POJK.07/2013
Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan

Pasal 29
Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib bertanggung jawab atas kerugian
Konsumen yang timbul akibat kesalahan dan/atau kelalaian:
• Pengurus;
• pegawai Pelaku Usaha Jasa Keuangan; dan/atau
• pihak ketiga yang bekerja untuk kepentingan Pelaku Usaha Jasa
Keuangan.
Macam Pelaku Perbuatan Melawan Hukum (4)
Vicarious Liability di dalam The New Civil Code of the Netherlands
§ Book 6 General Part of the Law of Obligations
Article 170 (1)
The person in whose service a subordinate fulfils his duties shall be
liable for damage caused to third person by the fault of such
subordinate if the risk of the fault is increased by the order to
perform such duties and the person by whom he was employed had
control through such juridical relationship over the conduct
constituting the fault.
(Terjemahan bebas: Atasan dan orang yang mempekerjakan bawahan
bertanggungjawab memenuhi kewajibannya atas kerugian yang dialami
pihak ketiga akibat kesalahan bawahan tersebut, jika kerugian dari
kesalahan tersebut muncul karena perintah atasan dan orang yang
mempekerjakan bawahan tersebut yang memiliki kendali atas bawahan
melalui hubungan hukum tentang perilaku yang menimbulkan kesalahan).
Macam Pelaku Perbuatan Melawan Hukum (4)

Contoh Hubungan Bank – Pegawai – Nasabah/Konsumen


Perjanjian
Asr/Pembia Psl 29
Psl 1367 Art 170
Persh Asr/ yaan Tertanggung KUH Pdt POJK (1)TNCC
Pembiayaan /Konsumen No.1/2013

Tgjwb Tgjwb Tgjwb


Sesuai dengan Persh Persh Persh
tugas dan wewenang
Perjanjian

Asr/ Asr/ Asr/


Kerja

pegawai dalam Pembia Pembia Pembia


an
an

perjanjian kerja yaan yaan yaan


lay
Pe

Tgjwb Tgjwb
Di luar (ultra vires) Persh Persh Tgjwb
tugas dan wewenang Asr/ Asr/ Pegawai
Pegawai pegawai dalam Pembia Pembia
perjanjian kerja yaan yaan
Contoh perbuatan pegawai/pihak ketiga yang
merupakan tanggungjawab PUJK

Pasal 29 POJK No. 1 Tahun 2013


Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib
bertanggung jawab atas kerugian
Konsumen yang timbul akibat
kesalahan dan/atau kelalaian: § Klaim sulit karena premi digunakan
• Pengurus; oleh pegawai secara pribadi;
• pegawai Pelaku Usaha Jasa § misselling produk layanan jasa (mis:
Keuangan; dan/atau unit link)

• pihak ketiga yang bekerja untuk § Perilaku debt collector;


kepentingan Pelaku Usaha Jasa
Keuangan. § penarikan barang jaminan
Macam Konsumen Jasa Keuangan
Pasal 1 angka 15 UU No. 21 Tahun 2011 Tentang OJK
Konsumen adalah pihak-pihak yang menempatkan dananya dan/atau
memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan
antara lain:
§ nasabah pada Perbankan;
§ pemodal di Pasar Modal;
§ pemegang polis pada perasuransian; dan
§ peserta pada Dana Pensiun;
berdasarkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Konsumen Perbuatan Melawan Hukum


PUJK
Antara/PU Pasal 1365 atau 1367 KUH Perdata

Konsumen Strict liability


PUJK
Akhir Pasal 19 jo. Pasal 28 UU PK
Strict Liability menurut UU Perlindungan Konsumen (1)
§ Pasal 8 ayat (1) huruf a UUPK
(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang :
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan
dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

§ Pasal 19 ayat (1) UUPK


Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi
barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan

§ Pasal 28 UUPK
Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan ganti
rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 22, dan Pasal 23
merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha.
Strict Liability menurut UU Perlindungan Konsumen (2)

Perbuatan Melawan Strict Liability


Hukum
UNSUR Kons An/PU PUJK Kons Akhir PUJK
P T P T
Perbuatan Melawan
Hukum (PMH)

Kesalahan

Kerugian
Hubungan Kausal PMH -
Kerugian
: Pihak yang harus membuktikan P : Penggugat T : Tergugat
Sanksi Perdata Dalam Perbuatan Melawan Hukum

Pasal 1243 KUH Perdata


Ganti rugi terdiri atas 3 macam:
1. Biaya (kosten), adalah semua pengeluaran atau ongkos yang
secara nyata telah dikeluarkan oleh satu pihak;
2. Rugi (schaden), adalah kerugian karena kerusakan barang
milik kreditur yang diakibatkan kelalaian debitur;
3. Bunga (interessen), adalah kerugian yang berupa kehilangan
keuntungan yang telah direncanakan oleh kreditur.
Tindakan OJK Terhadap PUJK
Pasal 30 UU OJK
(1) Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang
melakukan pembelaan hukum, yang meliputi:
a. memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga
Jasa Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan Konsumen
dirugikan Lembaga Jasa Keuangan dimaksud;
b. mengajukan gugatan:
1. untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak yang
dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik yang
berada di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian
dimaksud maupun di bawah penguasaan pihak lain dengan itikad
tidak baik; dan/atau
2. untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan
kerugian pada Konsumen dan/atau Lembaga Jasa Keuangan
sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan.
(2) Ganti kerugian sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b angka 2 hanya
digunakan untuk pembayaran ganti kerugian kepada pihak yang
dirugikan.
Menunggu proses pengadilan pidana terhadap pegawai
PUJK pelaku fraud
§ Tidak ada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur bahwa
proses pengadilan perdata harus menunggu putusan pidana terhadap
pegawai PUJK pelaku fraud.
§ Terhadap putusan pidana di pengadilan negeri dapat diajukan banding dan
kasasi yang akan membutuhkan waktu lama (bisa tahunan).
§ Sikap PUJK yang menunggu putusan pidana terhadap karyawan, berarti
bahwa jika pegawai PUJK pelaku fraud diputus bersalah dan dijatuhi sanksi
pidana, maka PUJK tidak bertanggungjawab atas kerugian nasabah. Hal ini
bertentangan dengan Pasal Pasal 1367 ayat (3) KUH Perdata yang bersifat
memaksa (mandatory/memaksa), alias tidak dapat dikessampingkan.
§ Jika PUJK tetap bersikukuh pada sikapnya sebagaimana dikemukakan di
atas, maka OJK WAJIB untuk menggunakan Pasal 30 UU OJK terhadap bank
tersebut.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai