Anda di halaman 1dari 20

Hukum Pidana

NAMA : GUSTI RAHMAT MATULU


NIM : 601200082
A. Pengertian Asas-Asas

Pengertian asas adalah prinsip dasar yang


menjadi acuan berpikir seseorang dalam
mengambil keputusan-keputusan yang penting
di dalam hidupnya.
B. Jenis-jenis Asas
1. Asas Teritorial
Berlakunya hukum pidana didasarkan pada tempat terjadinya delik (pasal 2, 3 KUHP), contohnya :
Budi membunuh Tono di Semarang.
2. Asas Nasionalitas Aktif
Berlakunya Hukum Pidana didasarkan pada kewarganegaraan dari si pelaku tindak pidana (Pasal 5, 6, 7
KUHP), contohnya : orang Indonesia yang membunuh orang lain di negara lain.
3. Asas Nasionalitas Pasif
Berlakunya Hukum Pidana didasarkan pada kepentingan dari hukum yang bersangkutan dilanggar
(Pasal 4 ayat (1), Pasal 4 ayat (3), dan Pasal 8), contohnya: pembakaran bendera Indonesia di Perancis
4. Asas Universalitas
Berlakunya Hukum Pidana seolah-olah di seluruh dunia berlaku hukum yang sama, contohnya:
Terorisme.
C. Kesengajaan (Dolus)

Kesengajaan secara eksplisit dalam KUHP yaitu:


1. Dengan Maksud
2. Dengan Paksaan
3. Dengan kekerasan
4. Sedang Dikehendakinya
5. Bertentangan dengan apa yang dilakukan
D. Kesengajaan Menurut Memorie van
Toelichting (MvT)

Kesengajaan (dikehendaki dan mengetahui). Artinya, seseorang


yang melakukan perbuatan itu sudah menghendaki atas timbulnya
suatu akibat atau tujuan utama/ maksud dari si pelaku, serta si
pelaku juga mengetahui bahwa dengan perbuatan yang ia lakukan
maka akan timbul suatu akibat atau maksud yang si pelaku
kehendaki.
E. Tiga Bentuk Kesengajaan

 a). Kesengajaan Sebagai Tujuan(opzet als oogmerk)


Kesengajaan yang dilakukan oleh si pelaku untuk mencapai tujuan
utmanya dan dengan kata lain bahwa si pelaku sudah menghendaki akibat
tersebut serta akibat tersebut merupakan tujuan atau maksudnya.
Contoh: Melly yang ingin membunuh Tono dengan jalan menembak kepala
Tono dengan pistol dimana dengan tertembaknya kepala Tono maka Tono
langsung meninggal.
 b).Ksengajaan dengan keinsyafan kepastian (opzet bij zekerheids
bewulzijn)
Kesengajaan yang dilakukan oleh si pelaku untuk mencapai tujuan
utamanya dimana si pelaku menyadari bahwa dengan dilakukannya
perbuatan tersebut akan menimbulkan akibat lain demi tercapainya tujuan
utamanya, maka akibat lain yang muncul tersebut tidaklah menjadi
penghalang bahkan diambilnya sebagai resiko untuk mencpai tujuan
utama.
Contoh: Melly yang ingin membunuh Tono dengan cara menembak Tono
dengan pistol, namun Tono sedang ada di dalam mobil, maka peluru
pistol tersebut akan mengenai kaca mobil dahulu yang selanjutnya akan
mengenai kepala Tono.
 c). Kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan (opzet bij
mogelijkheids bewutzijn):
Kesengajaan yang dilakukan oleh si pelaku untuk mencapai tujuan
utmanya dimana si pelaku secara sadar menginsyafi perbuatannya, namun
mungkin saja dengan perbuatannya tersebut akan timbul suatu akibat lain.
Contoh: Melly yang ingin membunuh Tono dengan cara menembak Tono
dengan pistol, namun ketika Melly menembak ada anak kecil yang lewat
tanpa dilihatnya dan tadinya jalanan itu sepi. Dalam kasus itu,
tertembaknya anak kecil merupakan suatu keinsyafan kemungkinan.
F. Kelalaian (CULPA)

 Kelalaian adalah salah satu bentuk dari kesalahan selain kesengajaan. Culpa
terjadi ketika si pelaku mungkin mengetahui tetapi tidak secara sempurna, karena
dalam culpa seseorang mengalami kekurangan:
a). Kurang hati-hati
b). Kurang cermat
c). Kurang perhitungan
d). Kurang waspada
e). Kurang teliti
f). Kurang perhatian
G. Jenis-jenis Culpa

1). Culpa yang disadari (bewuste): sadar tetapi ada juga


kekurangan. Terjadi apabila seseorang melakukan suatu
perbuatan dan sudah dapat membayangkan/mengetahui
akibatnya.
2). Culpa yang tidak disadari (onbewuste): sama sekali tidak
sadar, Terjadi apabila seseorang melakukan suatu perbuatan
tetapi ia tidak sama sekali membayangkan akibat yang akan
timbul.
H. Klasifikasi Culpa
1. Culpa levis dibandingkan dengan orang yang lebih pandai dari orang yang lebih pandai dari orang
biasanya. Kesalahannya kecil.
Contoh: Pembantu yang baru dari desa mematikan kompor Gas dengan air dan mengakibatkan kebakaran.
Perbuatannya disebut Culpa lata karena ia tidak cukup memiliki kepandaian dengan pembantu-pembantu
lainyang sudah memiliki pengetahuannya cara mematikan kompor gas.

2. Culpa Lata yaitu dibandingkan dengan rata-rata orang yang setingkat kepandaiannya dari orang yang
melakukan perbuatan itu, kesalahannya besar.
Contoh: Pembantu yang sudah bekerja di kota selama 15 tahun, ketika ia ingin mematikan kompor, terjadilah
kebakaran.
Michael Schumander yang mengendarai mobil, namun karena kelalaian ia menabrak orang hingga
meninggal.
I. Melawan Hukum (WEDERECHTELIJK)
 Perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata), berbunyi: “Tiap perbuatan yang melanggar hukum
dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan
kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.”
 Dari bunyi Pasal tersebut, maka dapat ditarik unsur-unsur PMH sebagai berikut:
1. ada perbuatan melawan hukum;
2. ada kesalahan;
3. ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan;
4. ada kerugian.
J. Unsur ada perbuatan melawan hukum
 Perbuatan melawan hukum berarti adanya perbuatan atau tindakan dari pelaku yang melanggar/melawan
hukum.
 Dulu, pengertian melanggar hukum ditafsirkan sempit, yakni hanya hukum tertulis saja, yaitu undang-undang.
Jadi seseorang atau badan hukum hanya bisa digugat kalau dia melanggar hukum tertulis (undang-undang)
saja.
 Tapi sejak tahun 1919, ada putusan Mahkamah Agung Belanda dalam kasus Arrest Cohen-Lindenbaum (H.R.
31 Januari 1919), yang kemudian telah memperluas pengertian melawan hukum tidak hanya terbatas pada
undang-undang (hukum tertulis saja) tapi juga hukum yang tidak tertulis, sebagai berikut:[1]:
1. Melanggar Undang-Undang, artinya perbuatan yang dilakukan jelas-jelas melanggar undang-undang.
2. Melanggar hak subjektif orang lain, artinya jika perbuatan yang dilakukan telah melanggar hak-hak orang
lain yang dijamin oleh hukum (termasuk tapi tidak terbatas pada hak yang bersifat pribadi, kebebasan, hak
kebendaan, kehormatan, nama baik ataupun hak perorangan lainnya.
3. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, artinya kewajiban
hukum baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk hukum
publik.
4. Bertentangan dengan kesusilaan, yaitu kaidah moral (Pasal 1335 Jo
Pasal 1337 KUHPerdata)
5. Bertentangan dengan sikap kehati-hatian yang sepatutnya dalam
masyarakat. Kriteria ini bersumber pada hukum tak tertulis (bersifat
relatif). Yaitu perbuatan yang dilakukan bertentangan dengan sikap yang
baik/kepatutan dalam masyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang
lain.
K. Unsur adanya kesalahan

 Kesalahan ini ada 2 (dua), bisa karena kesengajaan atau karena kealpaan.
Kesengajaan maksudnya ada kesadaran yang oleh orang normal pasti tahu
konsekuensi dari perbuatannya itu akan merugikan orang lain.
Sedang, Kealpaan berarti ada perbuatan mengabaikan sesuatu yang
mestinya dilakukan, atau tidak berhati-hati atau teliti sehingga menimbulkan
kerugian bagi orang lain[2]
Namun demikian adakalanya suatu keadaan tertentu dapat meniadakan
unsur kesalahan, misalnya dalam hal keadaan memaksa (overmacht) atau si
pelaku tidak sehat pikirannya (gila)
L. Unsur adanya hubungan sebab akibat antara kerugian
dan perbuatan (Hubungan Kausalitas)

Maksudnya, ada hubungan sebab akibat antara perbuatan


yang dilakukan dengan akibat yang muncul.
Misalnya, kerugian yang terjadi disebabkan perbuatan si
pelaku atau dengan kata lain, kerugian tidak akan terjadi
jika pelaku tidak melakukan perbuatan melawan hukum
tersebut.
M. Unsur adanya kerugian
 Akibat perbuatan pelaku menimbulkan kerugian. Kerugian di sini dibagi jadi 2 (dua) yaitu Materil dan
Imateril.
Materil misalnya kerugian karena tabrakan mobil, hilangnya keuntungan, ongkos barang, biaya-biaya, dan
lain-lain.
Imateril misalnya ketakutan, kekecewaan, penyesalan, sakit, dan kehilangan semagat hidup yang pada
prakteknya akan dinilai dalam bentuk uang.
Adapun pemberian ganti kerugian menurut KUHPerdata sebagai berikut[3]: 
1. Ganti rugi untuk semua perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata);
2. Ganti rugi untuk perbuatan yang dilakukan oleh orang lain (Pasal 1367 KUHPerdata). Pasal 1367 ayat (1)
KUHPerdata, seseorang tidak hanya bertanggungjawab atas kerugian yang disebabkan perbuatannya
sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada dalam pengawasannya (vicarious liability)
3. Ganti rugi untuk pemilik binatan (Pasal 1368 KUHPerdata)
4. Ganti rugi untuk pemilik gedung yang ambruk (Pasal 1369 KUHPerdata)
5. Ganti rugi untuk keluarga yang ditinggalkan oleh orang yang dibunuh (Pasal 1370
KUHPerdata)
6. Ganti rugi karena telah luka tau cacat anggota badan (Pasal 1371 KUHPerdata)
7. Ganti rugi karena tindakan penghinaan (Pasal 1372 KUHPerdata)
 KUHPerdata tidak mengatur soal ganti kerugian yang harus dibayar karena Perbuatan
Melawan Hukum sedang Pasal 1243 KUHPerdata membuat ketentuan tentang ganti rugi
karena Wanprestasi.
 Maka menurut Yurisprudensi ketentuan ganti kerugian karena wanprestasi dapat
diterapkan untuk menentukan ganti kerugian karena Perbuatan Melawan Hukum.
N. Perumusan Unsur-Unsur

 Perumusan unsur adalah hal yang paling penting dalam


hukum pidana, karena jika salah satu tidak terbukti, atau
kurang bukti = tidak terbukti, maka terdakwa akan bebas
atau lepas. Dalam perumusan ini kita bertindak sebagai
Jaksa Penuntut Umum yang meyakinkan Hakim.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai