Anda di halaman 1dari 5

BAB XII

A. Isilah
Istilah tindak pidana dipakai sebagai pengganti “ strafbaar feit “ di
Dalam perundang-undangan pidana istilah “ strafbaar feit “ diartikan bermacam-
macam, seperti : ada yang mengartikan tindak pidana, perbuatan melawan
hukum,perbuatan pidana,peristiwa pidana delik dan sebagainya

B. Pngertian dan Unsur-unsur Tindak Pidana


Unsur –unsur tindak pidana menurut golongan monistis :
1.SIMONS
2.VAN HAMMEL
3.E.Mezger
4.KARNI
5.WIRJOO PRODJODIKORO

Sedangkan penganut alirandualistis memisahkan antra daopat dipidananya


perbuatan dan dapat dipidanannya orang,penganut aliran dualistis antara lain
1.H.BVOS
2.POMPE
3.Prof MULYANTO,SH

C. Rumus Tindak Pidana


Untuk merumuskan perbuatan yang dilarang didalam Undang-undang pidana
ada 3 ( tiga ) cara:
1.Menguraikan atau menyebutkan satu persatu unsur-unsur perbuatan.
2.Hanya disebutkan kualifikasi dari delik tanpa menyebutkan unsur- unsurnya.
3.Penggabungan antara no.1 dari 2 yaitu disamping menyebutkan unsur-
unsurnya juga menyebutkan kualifikasi daripada delik.

Penempatan antara norma dan sanksi pidana dalam undang-undang ada 3 (tiga)
macam yaitu:
1.Penempatan norma dan sanksi sekaligus dalam satu
pasal. 2.Penempatan terpisah.
3.Sanksi sudah dicantumkan lebih dahulu, baru normanya ditentukan kemudian.

D. Jenis-Jenis Tindak Pidana


Di dalam hukum pidana, ada macam-macam pembagian dari tindak pidana /
delik.
1. Kejahatan dan Pelanggaran
2. Delik Formil dan Delik Materiil
3. Delik Commissionis, Delik Omissionis dan Delik Commissionis per
Omissionem Commissa.
4. Delik Dolus dan Delik Culpa
5. Delik Tunggal dan Delik Berganda
6. Delikyang berlangsung terus dan yang tidak berlangsung terus
7. Delik aduan dan bukan delik aduan

E. Subyek Tindak Pidana


Pada umumnya subyek tindak pidana adalah manusia. Hal ini dapat dilihat
dari:
1. Rumusan tindak pidana dalam undang-undang lazim dimulai dengan kata
barang siapa.
2. Dalam pasal 10 KUHP disebutkan jenis-jenis pidana yang dapat
dikenakan kepada tindak pidana.
3. Dalam pemeriksaan perkara pidana yang dilihat adalah ada atau
tidaknya kesalahan pada terdakwa.

F. PERBUATAN (Tat Handlung, Handeling, Gedraging)


Unsur pertama dari tindak pidana adalah perbuatan. Perbuatan orang disini
menjadi titik tolak untuk adanya pemindanaan.
Menurut beberapa sarjana adalah sebagai berikut:
1. Simons, mengemukakan:
Dalam arti yang sesungguhnya Handelen atau perbuatan mempunyai sifat
aktif tiap gerak otot yang dikehendaki dan dilakukan dengan tujuan untuk
menimbulkan suatu akibat.
2. Pompe, Mengemukakan:
Gedraging atau perbuatan itu dapat dilihat dari luar dan diarahkan kepada
suatu tujuan yang menjadi sasaran norma-norma.
3. Van Hattum. Memandang gedraging itu sebagai dasar fisik/jasmaniah
dari tiap delik.

G. Hubungan Sebab
Akibat/Causaliteit Teori-teori
causalitas.
1. Teori Ekivalensi dari Von Buri.
2. Teori Individualisasi.
3. Teori Generalisasi.

H. Sifat Melawan Hukum (Onrechmatig)


Ajaran sifat melawan hukum dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Ajaran sifat melawan hukum yang formil
b. Ajaran sifat melawan hukum yang materiil

BAB XIII
Dipidananya seseorang tidaklah cukup bila orang itu telah melakukan tindak
pidana melainkan, ada syarat lain yaitu dilakukan dengan kesalahan.
Di Anglo Saxon dikenal dengan asas Actus non facit reum nisi mens sit rea/
mens rea/ evil mind/ evil will/ guilty mind, yang melekat pada si pembuat, merupakan
subyektis guilt.
Menurut Idema membicarakan kesalahan berarti membicarakan tentang
jantungnya hukum pidana. Begitu juga menurut Sauer.
Sauer mengatakan ada 3 (tiga) persoalan pokok dalam hukum pidana yaitu:
- Kesalahan
- Sifat melawan hukum
- Pidana
Mengenai hubungan antara kebebasan kehendak dengan ada atau tidak adanya
kesalahan ini, ada 3 (tiga) pendapat:
1. Pendapat yang Indeterminis
2. Pendapat Determinis
3. Pendapat yang mengatakan ada dan tidaknya kebebasan kehendak itu
untuk hukum pidana tidak menjadi soal
Pengertian kesalahan menurut beberapa sarjana:
1. Mezger
2. Simons
3. Van Hamel
4. Pompe
Kesalahan dapat dilihat dari 2(dua) sudut, yaitu:
a. Menurut akibatnya, ia adalah hal yang dapat dicelakan.
b. Menurut hakekatnya, ia adalah hal yang dapat dihindarkannya
perbuatan yang melawan hukum.

Arti dari pada Kesalahan


Kesalahan dalam arti yang seluas-luasnya dapat disamakan dengan
pertanggung-jawaban dalam hukum pidana.
Bentuk-bentuk kesalahan terdiri dari:
- Kesengajaan/ opzet/ Dolus
- Kealpaan/ Culpa
Unsur-Unsur Kesalahan
1. Kemampuan bertanggung jawab
2. Adanya kesengajaan atau kealpaan (Dolus atau Culpa)
3. Tidak ada alasan pemaaf
A. Kemampuan Bertanggung Jawab
Untuk adanya pertanggung jawaban pidana diperlukan syarat bahwa
harus mampu bertanggung jawab.
B. Kesengajaan (opzet/dolus/intent/vorsats)
Unsur kedua dari pertanggung jawab pidana adalah hubungan batin
antara pembuat dengan perbuatannya yang berupa kesengajaan atau
kealpaan.
Perbuatan yang berupa kesengajaan ada 2(dua) teori:
1. Teori kehendak(will theorie)
2. Teori pengetahuan(membayangkan/vorstellings theorie)
Tingkat/corak kesengajaan
1. Kesengajaan dengan maksud (dolus directus)
2. Kesengajaan dengan sadar kepastian
3. Kesengajaan dengan sadar kemungkinan (dolus eventualis/
voor vaardelijk opzet)
Teori apa boleh buat
Menerangkan adanya kesengajaan dengan sadar kemungkinan/ dolus
eventualis
Kesengajaan berwarna dan tidak berwarna
Perbuatannya bersifat melawan hukum atau tidak ada 2 pandangan:
1. Kesengajaan berwarna
2. Kesengajaan tidak berwarna
Kekeliruan/Kesesatan (dwaling, mistake, error)
Kesesatan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Kesesatan mengenai faktanya, (mistake of fact/feitelijke dwaling/ error
factie)
2. Kesesatan mengenai hukumya (rechts dwaling mistake of law/
error iuris)
Error in Objecto dan Error in Persona
Kekeliruan mengenai objeknya dan kekeliruan mengenai orangnya
Abberatio Ictus
Penyimpangan sasaran terjadi apabila seseorang mau membunuh
dengan jalan menembak.
Delik Putatif
Adalah terjadi apabila orang mengira telah melakukan suatu tindak
pidana tetapi sebetulnya tidak.
Unsur kesengajaan dalam rumusan delik
Hal-hal yang dipengaruhi oleh unsur kesengajaan
Macam-Macam kesengajaan:
1. Dolus Premeditaus
2. Dolus determinatus
3. Dolus In determinatus
4. Dolus Alternativus
5. Dolus Indirectus/ Dolus Eventualis/ Versari in re illicita
6. Dolus Directus
7. Dolus Generalis
C. Kealpaan
Kealpaan yang disadari (bewuste schuld) dan kealpaan yang tidak
disadari (onbewuste schuld)
Kealpaan yang disadari adalah sipembuat menyadari apa yang
dilakukan beserta akbatnya akan tetapi ia percaya dan mengharap-
harap bahwa akibat itu tidak akan terjadi
Kealpaan yang tidak disadari adalah sipembuat melakukan sesuatu
yang tidak menyadari kemugkinan akan timbulnya akibat .
Delik pro parte dolus proparte culpa
Yaitu delik yang memuat unsur kesengajaan dan kealpaan sekaligus.

BAB XIV

Alasan penghapus pidana, ialah alasan-alasan yang memungkinkan orang


yang melakukan perbuatan yang memenuhi rumus delik tidak dipidanakan.
A. Alasan penghapus pidana (umum) dalam KUHP
1. Tidak Mampu Bertanggung Jawab (pasal 44)
2. Daya Paksa (overmacht) (pasal48)
Daya paksa dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Vis Absoluta ( paksaan yang absolut )
b. Vis Compulsiva ( paksaan yang relatif )
3. Keadaan Darurat (Noodtoestand)
Ada 3 (tiga) tipe keadaan darurat yaitu:
a. Perbenturan antara dua kepentingan hukum
b. Perbenturan antara kepentingan hukum dan kewajiban hukum
c. Perbenturan antara kewajiban hukum dan kewajiban hukum
4. Pembelaan Darurat (Noodweer)
Di dalam pembelaan darurat ada 2 (dua) hal pokok:
a. Ada Serangan
b. Ada pembelaan yang diadakan terhadap serangan itu
5. Pelampauan Batas pembelaan Darurat (Noodweer Exces)
6. Menjalankan Peraturan Undang-undang (pasal 50)
7. Melaksanakan Perintah Jabatan (Pasal 51 ayat 1 dan 2)
B. Alasan Penghapus Pidana Yang Ada Di Luar Undang-Undang
Di luar Undang-undang ada alasan penghapus pidana, misal:
a. Hak dari orang tua, guru untuk menertibkan anak-anak atau anak
didiknya.
b. Hak yang timbul dari pekerjaan
c. Ijin atau persetujuan dari orang yang dirugikan kepada orang
lain mengeani suatu perbuatan yang dapat dipidanakan
d. Mewakili urusan orang lain
e. Tidak adanya unsur sifat melawan hukum yang materiil
f. Tidak adanya kesalahan sama sekali
C. Alasan Penghapus Pidana Putatief
D. Alasan Penhapusan Penuntutan

Anda mungkin juga menyukai