Anda di halaman 1dari 34

KES ALA HAN

(ASAS TIADA PIDANA TANPA


KESALAHAN)
KEDUDUKAN KESALAHAN DALAM
HUKUM PIDANA
 Ditinjau dari masalah pokok hukum pidana,
kesalahan merupakan salah satu bagian dari
masalah dalam hukum pidana (masalah dalam
hukum pidana sering disingkat dengan POP-
Perbuatan, Orang, Pidana);
 Masalah pokok hukum pidana menjadi masalah
sentral/masalah dasar yang dikaji oleh Hukum
Pidana. Dapat dikatakan, masalah pokok hukum
pidana merupakan obyek studi hukum pidana;
 Untuk lebih lengkapnya, pada slide berikut, akan
diberikan skema tentang tiga masalah pokok hukum
pidana.
MASALAH POKOK HUKUM PIDANA
1 2 3

ORANG/
PERBUATAN PIDANA
KESALAHAN

 Strafbaar feit  Schuld


 Criminal Act  Crim.
 Actus Reus Resposibility
 Mens rea

ASAS LEGALITAS ASAS


KESALAHAN/
CULPABILITAS
ASAS KESALAHAN (CULPABILITAS)
 Asas kesalahan/asas culpabilitas: Nulla poena sine
culpa (ltn) - tiada pidana tanpa kesalahan;
 Geen straf zonder schuld (Bld);
 Keine strafe ohne schuld (Ger).

Bagi negara-negara dengan sistem COMMON LAW,


asas kesalahan dikenal dengan asas mens rea  “actus
non facit reum nisi mens sits rea”  “an act does not
make a person guilty unless his mind is guilty”
(seseorang tidak dipertanggungjawabkan atas suatu
perbuatan kecuali sikap batinnya mengandung
kesalahan)
PENGERTIAN KESALAHAN MENURUT
PAKAR
 Mezger: keseluruhan syarat yang memberi dasar untuk adanya
pencelaan pribadi terhadap si pembuat (pelaku) tindak pidana;
 Simons: kesalahan merupakan dasar untuk pertanggungjawaban
dalam hukum pidana, yang berupa keadaan psikis dari si pembuat
dan hubungannya terhadap perbuatannya, dan dalam arti bahwa
berdasarkan keadaan psikis itu perbuatannya dapat dicelakan
kepada si pembuat;
 Van Hamel: kesalahan merupakan pengertian psikologis,
perhubungan antara keadaan jiwa si pembuat dan terwujudnya
unsur-unsur delik karena perbuatannya;
 Van Hattum: kesalahan paling luas meliputi semua unsur dalam
mana seseorang dipertanggungjawabkan menurut hukum pidana
terhadap perbuatan yang melawan hukum, meliputi semua hal
yang bersifat psikis, yang terdapat dalam keseluruhan yang berupa
tindak pidana, termasuk pelakunya.
KESIMPULAN TENTANG
KESALAHAN:
Kesalahan senantiasa mengandung unsur pencelaan
terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana!

Pencelaan yang dimaksud adalah pencelaan menurut


hukum (verantwoordelijkheid rechtens).

Namun menurut Sudarto, selain pencelaan hukum,


harus ada pula pencelaan etis (etische schuld)
betapapun kecilnya celaan etis tersebut.
PENGATURAN ASAS
KESALAHAN
 Tidak diatur dalam KUHP (berbeda dengan asas
legalitas yang diatur dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP);
 Asas kesalahan justru diatur di undang-undang luar
KUHP;
 Diatur dalam Pasal 6 ayat (2) UU 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman, yang berbunyi:
Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali
apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah
menurut undang undang, mendapat keyakinan
bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung
jawab, telah bersalah atas perbuatan yang
didakwakan atas dirinya
Seseorang tidak mungkin dipertanggungjawabkan
(dipidana) kalau dia tidak melakukan perbuatan
pidana, tetapi meskipun dia melakukan perbuatan
pidana tidak selalu dapat dipidana.
PENYIMPANGAN ASAS KESALAHAN
1. Strict liability (pertanggungjawaban ketat)  liability
without fault.
Contoh: Pasal 88 UU No. 32 Tahun 2009 tentang
PLH
Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau
kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau
mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan
ancaman serius terhadap lingkungan hidup
bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi
tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan.
PENYIMPANGAN ASAS KESALAHAN
2. Vicarious liability (pertanggungjawaban pengganti) 
the legal responsibility of one person for the
wrongful acts of another.
Contoh: Pasal 65 UU No. 11 Tahun 1995 tentang
Cukai
Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan,
atau Importir barang Kena Cukai bertanggung
jawab atas perbuatan orang yang dipekerjakan atau
yang ditunjuknya sebagai wakil atau sebagai kuasa
yang berhubungan dengan pekerjaan mereka dalam
rangka pelaksanaan Undang-undang ini.
KESALAHAN DAPAT DIPANDANG DARI
3 SUDUT PANDANG
 Dlm arti luas : sama dg “pertanggungjawaban
Pidana”  dapat dicelanya pelaku atas
perbuatannya;
 Dlm arti sempit : kealpaan (culpa);
 Dlm arti juridis (bentuk-bentuk kesalahan):
Kesengajaan dan Kealpaan
PERTANGGUNGJAWABAN
PIDANA
Mengandung unsur :
(PJP)jawab); keadaan jiwa yang
1. KBJ (kemampuan bertanggung
normal;
2. Hubungan batin (subjektif) dg perbuatannya, berupa (dolus
atau culpa)
3. Tidak ada alasan pemaaf.

Kemampuan
Bertanggungjawab (KBJ)
UNSUR
PERTNGGUNGJAWABAN Dolus/Culpa
PIDANA

Tidak ada alasan pemaaf


KEMAMPUAN BERTANGGUNGJAWAB
Tidak mampu bertanggungjawab diatur dalam Pasal
44 KUHP:
1. jiwanya cacat dalam pertumbuhan, atau
2. terganggu karena penyakit.
Dengan demikian, orang dikatakan mampu
bertanggungjawab, apabila (van Hamel):
3. Mampu memahami akibat dari perbuatannya;
4. Mampu menginsyafi bahwa perbuatannya
bertentangan dengan hukum;
5. Mampu untuk menentukan kehendak untuk
berbuat.
KEMAMPUAN BERTANGGUNGJAWAB SEBAGIAN
Tidak mampu bertanggungjawab sebagian, contoh:
1) Kleptomanie (suka mencuri)
2) Pyromanie (suka membakar)
3) Claustrophoby (takut di ruang sempit)
4) Perasaan dikejar-kejar musuh
Catatan:
Seseorang dengan Tidak mampu bertanggungjawab
sebagian, TIDAK bisa dipidana. Kecuali mereka
melakukan perbuatan yg tidak ada hubungannya dengan
penyakitnya.
APAKAH PSIKOPAT BISA DI PJP KAN?
Contoh Kasus : Ryan “Jagal dari Jombang”
 Ryan divonis hukuman mati oleh majelis hakim Pengadilan Negeri
Depok Nomor : 1036 / Pid / B /2008 / PN.DPK. tanggal 06 April
2009 dan dikuatkan oleh putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor:
213 / Pid /2009 / PT.Bdg. tanggal 19 Mei 2009.
 Pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung dalam putusannya No. 1444 K
/ Pid / 2009 tanggal 31 Agustus 2009 menyatakan permohonan
kasasi Ryan tidak dapat diterima.
 Dalam novum Peninjauan Kembali (PK) pada Putusan Mahkamah
Agung No. 25 PK/Pid/2012 diketahui bahwa Prof. Dr. Farouk
Muhammad dalam tulisannya tentang Kriminologi, Psikopatologi Dan
Penegakan Hukum, Tinjauan dari Dimensi Pertanggungjawaban
Pidana mengatakan:
"Hasil pemeriksaan kejiwaan menyimpulkan tidak ada tanda-tanda
gangguan jiwa berat terhadap Ryan. Dia dapat dianggap tidak gila
dan paham/menyadari semua perbuatannya. Ryan hanya patut
disebut psikopat, berkepribadian sangat sensitive, mudah
tersinggung, impulsive dan agresif.”
APAKAH PSIKOPAT BISA DI PJP KAN?

John Dussich ahli viktimologi dari California State University,


Amerika Serikat, menyatakan :

“Psikopat juga bukan kegilaan. Kalau orang itu sakit jiwa,


itu kategori sendiri, disebut psikotik. Hal penting untuk
diperhatikan apakah orang ini bisa berpikir secara rasional.
Kalau tidak bisa berpikir rasional, maka harus diletakkan di
rumah sakit jiwa, dan itu bisa jadi dasar pemaaf”
KESENGAJAAN (DOLUS) DAN KEALPAAN (CULPA)

Kesengajaan/Dolus/ Kealpaan/Culpa/
Opzet/Intent Schuld/Negligence

Dianut oleh Belanda dan Indonesia


(Civil Law)

Kesalahan di negara Common Law dibagi menjadi 3:

1. Kesengajaan (Intention)
2. Kecerobohan (Recklesness)
3. Kealpaan (Negligence)
KESENGAJAAN (DOLUS)
 KUHP : tdk memberi arti/definisi
 MvT : menghendaki & mengetahui (willens en
wetens);
 Inggris : knowingly and willingly (misal di KUHP
Swiss);
 Prof. Sudarto: sikap batin (mens rea) yang
menghendaki perbuatan yang dilarang itu atau
mengetahui/ membayangkan akibat yang
dilarang.
TEORI KESENGAJAAN
1. TEORI KEHENDAK(WILSTHEORIE)
 Kesengajaan adalah kehendak untuk mewujudkan unsur-
unsur delik dalam rumusan undang-undang (perbuatan
maupun akibat/keadaan yg menyertainya;
 Penganut a.l. : Von Hippel; Simons; Zevenbergen
2. TEORI PENGETAHUAN/MEMBAYANGKAN
(VOORSTELLINGSTHEORIE)
 Sengaja berarti membayangkan akan timbulnya akibat
dari perbuatannya.
 menitikberatkan pada apa yang diketahui atau
dibayangkan oleh pelaku, ialah apa yang akan terjadi
pada waktu ia berbuat.
 Penganutnya adalah FRANK
TEORI KESENGAJAAN
3. TEORI APA BOLEH BUAT
 Menurut teori ini :
a. Akibat yg timbul sebenarnya tidak dikehendaki;
b. Namun apabila akibat/keadaan itu timbul, apa boleh
buat, pelaku berani memikul risiko.
 Prinsip batinnya : “lebih baik berbuat daripada tidak
berbuat”;
 Teori ini dibuat sebagai dasar dari dolus eventualis, dengan
kata lain teori ini adalah teori yang digunakan oleh
kesengajaan dengan sadar kemungkinan.
KESENGAJAAN DILIHAT DARI SIFATNYA
Ada 2 pandangan :
1. BERWARNA (GEKLEURD)
 Harus tahu/sadar bahwa perbuatannya melawan
hukum (dilarang)
 sengaja di sini berarti dolus malus, artinya sengaja
untuk berbuat jahat (boos opzet).
 Penganut : Zevenbergen; Moeljatno.
2. TIDAK BERWARNA (KLEURLOOS)
 Tidak harus tahu/sadar bahwa perbuatannya
melawan hukum (dilarang);
 Penganut: Simons, Pompe, Jonkers, MvT.
 Menurut M.v.T. tidak perlu ada "boos opzet".
CORAK/BENTUK-BENTUK
KESALAHAN
1. dg. maksud (dolus directus)
DOLUS 2. dg. sadar kepastian
3. dg. sadar kemungkinan (dolus eventualis)

KESALAHAN

CULPA 1. Disadari (bewuste schuld)


2. Td. Disadari (onbewuste schuld)
SENGAJA DENGAN MAKSUD
(DOLUS DIRECTUS)
 Bentuk kesengajaan yang biasa/sederhana;
 Perbuatan pelaku memang dimaksudkan agar akibat yang
diinginkan terjadi;
 Pelaku menghendaki perbuatan beserta akibatnya;
 Terdapat dolus malus (sengaja berbuat jahat, ada boos opzet);
 Misal: karena perasaan cemburu A menempeleng B. A
memang memiliki maksud untuk menganiaya B. Disini
dikatakan ada dolus malus untuk menganiaya B karena motif
perasaan cemburu.
 Harus dibedakan antara maksud dan motif. Maksud adalah
tujuan yang ingin dicapai, dalam kasus tersebut, sakitnya B
adalah tujuan. Sedangkan motif merupakan alasan untuk
melakukan TP, yang bisa saja menjadi alasan peringan pidana.
SENGAJA DENGAN KEPASTIAN
Dalam hal sengaja dengan kepastian, mempunyai 2 akibat:
1. Ada akibat yang memang dituju pelaku, yang bisa menjadi delik
tersendiri atau tidak;
2. Ada akibat yang tidak diinginkan, tetapi akibat ini adalah suatu
kepastian sebagai konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan (poin
1)
Contoh:
Ad 1) peristiwa Thomas dari Bremerhaven – mengirim peti berisi
dinamit, dengan tujuan untuk diledakkan agar mendapat ganti dari
asuransi;
Ad 2) A hendak menembak B dengan pistol. B duduk dibalik kaca.
Apabila A melepaskan tembakan yang mengenai B, maka pecahnya
kaca bisa dipertanggungjawabkan kepada A. jadi disini, A memiliki
kesengajaan dengan kepastian atas pecahnya kaca (Pasal 406
KUHP).
SENGAJA DENGAN KEMUNGKINAN
(DOLUS EVENTUALIS)
 Dalam dolus eventualis, terjadi akibat yang tidak diinginkan;
 Akibat tersebut merupakan sebuah kemungkinan yang bisa
saja timbul akibat dari perbuatan yang dilakukan;
 Teori yang digunakan “teori apa boleh buat”;
 Contoh: A mengirim kue taart beracun kepada B, musuhnya
dengan tujuan membunuh B. B tinggal serumah dengan
istrinya. Istri B makan kue beracun, B tidak makan. Istri B
meninggal. Disini ada 2 bentuk kesengajaan, yaitu dolus
diretus terhadap B berupa percobaan pembunuhan, dan
dolus eventualis terhadap matinya istri B.
CONTOH KASUS:
A merencanakan bunuh diri dengan menabrakkan mobil yang
dikendarai ke sebuah bus, dengan maksud agar A mendapat
asuransi yang besar apabila A meninggal. Namun tujuan yang
diinginkan (matinya A) tidak terjadi, justru akibat perbuatannya,
beberapa penumpang bus mengalami luka dan luka berat. Raad
van Justitie (Pengadilan Negeri) Semarang dan Hoogerechtshof
(Pengadilan Banding) menyatakan A bersalah melakukan delik
penganiayaan dan penganiayaan berat.

Identifikasikan hal berikut:


1. Motif tindak pidana
2. Bentuk kesengajaannya
CONTOH KASUS:
Pada hari minggu 22 Januari 2012, AS mengemudikan mobil
Daihatsu Xenia dalam keadaan teler. Sebelum mengendarai
mobil, AS mengkonsumsi narkoba golongan I. Sesampainya di
Jalan M Ridwan Rais, Gambir, Jakarta Pusat, mobil yang
dikendarai AS menabrak pejalan kaki yang selesai melakukan
olahraga pagi. 9 orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka
akibat kecelakaan itu.

PERTANYAAN:
Identifikasikan bentuk kesengajaan yang ada. Dalam proses
persidangan, PU mendakwa AS dengan dakwaan primair Pasal
338 KUHP (Pasal Pembunuhan). Menurut saudara, bisakah
kasus AS dikatagorikan sebagai pembunuhan? Jelaskan!
KEALPAAN
Beberapa istilah :
 Culpa (dalam arti sempit)
 Nalatigheid;
 Negligence;
 Fahrlassigkeit;
 Sembrono/teledor

MvT : dolus >< culpa >< toeval (casus)

Menurut para sarjana, unsur/syaratnya :


1. Kurang penduga-duga (batinnya);  sec. normatif
2. Kurang penghati-hati (perbuatannya)  apbl ini ada,
umumnya no. 1 dianggap ada.
DEFINISI KEALPAAN MENURUT PARA PAKAR
 Ny Hezewingkel Suringa
1. Kurang menduga-duga;
2. Kurang berhati-hati.
 Van Hamel
1. Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana
diharuskan oleh hukum;
2. Tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana
diharuskan oleh hukum
 Simons
1. Tidak ada penghati-hati;
2. Dapat menduga akibat yang terjadi.
 Pompe
1. Dapat mengirakan timbulnya akibat;
2. Mengetahui adanya kemungkinan;
3. Dapat mengetahui adanya kemungkinan.
JENIS KEALPAAN
1. Kealpaan yang disadari (Bewuste Schuld)
Pelaku dapat menyadari tentang apa yang dilakukan beserta
akibatnya, akan tetapi pelaku percaya/meyakini dan berharap
agar akibatnya tidak terjadi.
2. Kealpaan yang tidak disadari (Onbewuste
Schuld)
Si pelaku melakukan suatu perbuatan, dan tidak menyadari
akan timbulnya akibat dari perbuatannya, padahal ia
seharusnya dapat menduga sebelumnya.
CONTOH-CONTOH KEALPAAN
1. Kealpaan yang disadari (Bewuste Schuld)
Seorang pembalap yang mengendarai sepeda motor dengan
kecepatan tinggi di jalan perkampungan. Karena merasa
yakin dengan kemampuannya mengendalikan sepeda
motornya, pembalap tersebut yakin tidak akan menabrak
orang lain, walau sudah menguriangi kecepatan, namun
kenyataanya dia menabrak pejalan kaki.
 Dalam hal ini, pembalap menyadari sepenuhnya akibat
yang ditimbulkan dari perbuatannya, namun pembalap
tersebut tidak memiliki kehendak untuk mewujudkan
akibatnya. Dengan demikian, karena pembalap menyadari
sepenuhnya dari akibat yang mungkin timbul dari
perbuatannya, maka bentuk kesalahannya adalah kealpaan
yang disadari.
CONTOH-CONTOH KEALPAAN
2. Kealpaan yang tidak disadari (Onbewuste
Schuld)
Seseorang yang mengendarai motor dengan kecepatan
sedang di perkampungan, tiba-tiba pengendara motor dikejar
anjing. Karena kaget, pengendara langsung menambah
kecepatan motor dengan drastis. Akibatnya pengendara
menabrak seseorang.
 Dalam hal ini, tidak ada pikiran sama sekali dari
pengendara bahwa dirinya akan menabrak. Tetapi karena
terjadi sesuatu hal, maka pengendara menabrak orang lain.
Dalam hal ini, kesalahannya berupa kesengajaan yang tidak
disadari.
Perbedaan Dolus Eventualis dengan Culpa
menurut Prof BNA :
Dolus Eventualis Culpa Disadari
(Bewuste Schuld)
• Prinsip sikap batinnya: “lebih • Prinsip sikap batinnya: “lebih
memilih untuk berbuat daripada memilih untuk tidak berbuat
tdk berbuat” walaupun daripada berbuat” apabila
mengetauhi kemungkinan akan mengetahui/ membayangkan
terjadinya akibat lain kemungkinan adanya akibat lain;
• Telah melakukan tindakan preventif
• Tidak melakukan upaya preventif
utk mencegah kemungkinan
terhadap akibat yang akan terjadi;
terjadinya akibat;
• Contoh : seorang yang melempar • Contoh : seseorang melempar
batu kepada musuhnya, tetapi genting dari atas, yang kemudian
justru mengenai orang lain. mengenai kepala orang. Padahal,
orang yang dibawah, sudah
memberikan tanda pengamanan,
namun genting yang dijatuhkan
mengenai orang.
Semarang, 18 April 2016

Anda mungkin juga menyukai