0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan23 halaman
Dokumen tersebut membahas berbagai aspek mengenai kesalahan dalam hukum pidana, mulai dari definisi, unsur-unsur, jenis, dan tempat kesalahan dalam pertanggungjawaban pidana. Secara khusus membahas mengenai kemampuan bertanggung jawab sebagai syarat pertanggungjawaban pidana dan pengecualiannya untuk orang yang tidak mampu atau kurang mampu bertanggung jawab.
Dokumen tersebut membahas berbagai aspek mengenai kesalahan dalam hukum pidana, mulai dari definisi, unsur-unsur, jenis, dan tempat kesalahan dalam pertanggungjawaban pidana. Secara khusus membahas mengenai kemampuan bertanggung jawab sebagai syarat pertanggungjawaban pidana dan pengecualiannya untuk orang yang tidak mampu atau kurang mampu bertanggung jawab.
Dokumen tersebut membahas berbagai aspek mengenai kesalahan dalam hukum pidana, mulai dari definisi, unsur-unsur, jenis, dan tempat kesalahan dalam pertanggungjawaban pidana. Secara khusus membahas mengenai kemampuan bertanggung jawab sebagai syarat pertanggungjawaban pidana dan pengecualiannya untuk orang yang tidak mampu atau kurang mampu bertanggung jawab.
kebiasaan culpa merupakan kealpaan (kesalahan dalam arti sempit) Pertumbuhan Hukum Pidana: Tatsrafrecht ke arah hukum tatersratfrecht tanpa meninggalkan Tatsrafrecht. Dengan demikian dsb tat-taterstrafrecht atau disebut sculdstrafrecht
Tatsrafrecht: hukum pidana yg berfokus pada perbuatan pelaku
kejahatan. Dalam mengadili pelaku tidak dipertimbangkan alasan yang meringankan maupun yang memberatkan pelaku. Dianut aliran klasi Tatersratfrecht: hukum pidana yang menitikberatkan pada pelaku kejahatan. Dalam mengadili pelaku dipertimbangkan alasan yang meringankan maupun yang memberatkan pelaku. Dianut aliran modern Pembahasan lanjut mengenai kedua aliran tersebut di makul penitensier Actus non facit reum, nisi mens sit rea, atau disingkat mens rea. Mens rea merupakan Subjective guilt (kesalahan subjective) yg dapat berupa kesengajaan atau kealpaan. Asas yang merupakan pengecualian dari asas tiada pidana tanpa kesalahan, yaitu: 1. Strict Liability Untuk tindak pidana tertentu tidak diperlukan adanya mens rea. Yang terpenting dia telah melakukan perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang 2. Vicarious Liability Seseorang dapat dipidana atas perbuatan pidana yang dilakukan orang lain.
Menurut Sauer: “Trias dalam hukum pidana” (tiga masalah
pokok dalam hukum pidana), yaitu Sifat melawan hukum perbuatan, kesalahan, & pidana Hubungan Kebebasan kehendak dengan ada atau tidak adanya kesalahan: 1. Kaum indeterminis 2. Kaum determinis 3. Kesalahan tdk dihubungkan dengan ada & tidak adanya kehendak bebas KUHP kita menganut aliran indeterminism Aliran indeterminism menyatakan: Manusia berkehendak bebas dan Orang melakukan tindak pidana berdasarkan pertimbangan untung rugi Aliran Determinism menyatakan: Manusia tidak berkehendak bebas karena perbuatannya dipengaruhi oleh watak, lingkungan, kondisi biologis, patologi Kesalahan memiliki 3 arti,yaitu: a. Dlm arti seluas-luasnya. Kesalahan disamakan dengan Pertanggungjawaban Pidana, terkandung makna dapat dicelanya si pembuat atas perbuatannya. (Lihat unsur-unsur Pertanggungjawaban Pidana dlm aliran dualistis) b. Dlm arti sedang: 1. Kesengajaan 2. Kealpaan c. Dlm arti sempit: kealpaan Pengertian kesalahan yg psykologis menjdi pengertian kesalahan yg normatif 1. Kesalahan psykologis artinya kesalahan hanya dipandang sebagai hubungan psikologis antara pembuat & perbuatannya Hubungan itu bisa berupa dolus atau culpa Dalam praktek sangat susah menerapkan kesalahan hanya dipandang sebagai hubungan psikologis antara pembuat & perbuatannya. Bisa jadi, perbuatan yang nampaknya dilakukan dengan kealpaan namun ternyata pelaku melakukannya dengan sengaja. (sangat susah menilai hati seseorang). Contoh: A membuat dirinya seolah-olah dengan kealpaan tidak bisa mengendalikan mobil yg dikendarainya sehingga menabrak B. Padahal A dalam hati A memang ingin menabrak B. Pada saat diinterogasi, A mengakunya karena kealpaannya menabrak B 2. Kesalahan normative artinya menentukan kesalahan tdk hanya berdasar hubungan batin pembuat dengan perbuatannya tapi juga harus ada unsur penilaian/unsur normatif terhadap perbuatannya Yang melakukan penilaian normative terhadap perbuatan pelaku adalah hakim berdasarkan bukti- bukti di pemeriksaan perkara. unsur kesalahan (dlm arti yg luas): 1. kemampuan bertanggung jawab 2. hub. batin antara pembuat dengan perbuatan, berupa dolus atau culpa 3. tdk ada alasan pemaaf
Catatan: Konsep KUHP menganut pengertian kesalahan
dlm arti luas A. PENGERTIAN a. Simons mengartikannya “sebagai suatu keadaan psychis sedemikian, yg membenarkan adanya penerapan suatu upaya pemidanaan, baik dilihat dari sudut umum maupun orangnya” Orang mampu bertanggung jawab apabila: 1) Ia mampu mengetahui/menyadari bahwa perbuatannya bertentangan dengan hukum 2) Ia dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan kesadaran tsb. b. Van Hamel mengartikannya “suatu keadaan normalitas psychis & kematangan (kecerdasan) yg membawa 3 kemampuan: 1) Mampu utk mengerti nilai dr akibat-akibat perbuatanny sendiri 2) Mampu utk menyadari, bahwa perbuatnnya itu menurut pandangan masyarakat tdk dibolehkan 3) Mampu utk menentukan kehendaknya atas perbuatan2 itu c. Van Bemmelen mengatakan “orang yg dapat dipertanggungjawabkn ialah orang yg dapat mempertahankan hidupnya dengan cara yg patut” Pendapat dari van Bemelen di atas masih abstrak karena tidak jelas apa yg dimaksud dengan dapat mempertahankan hidupnya dengan cara yg patut? Karena Orang gelandangan, pengemis juga tidak dapat mempertahankan hidupnya dengan cara yg patut d. Menurut Memorie van Toelicthing “tdk ada kemampuan bertanggung jawab pd pembuat: 1) dlm hal ia tdk ada kebebasan utk memilih antara berbuat & tdk berbuat 2) dlm hal ia ad dlm suatu keadaan yg sedemikian rupa, sehingga ia tdk dpt menginsyafi bahwa perbuatannya itu bertentangan dengan hukum & tdk dpt menentukan akibat perbuatannya. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa MvT mengartikan kemampuan bertanggungjawab secara negative,yaitu dengan memberi definisi ketidakmampuan bertangung jawab. e. KUHP tdk merumuskan apa yang dimaksud dengan orang yang mampu bertanggung jawab. Namun ada ketentuan yg menunjuk ke arah itu dlm Pasal 44 KUHP. Isi Psl. 44: 1. Penentuan bagaimana keadaan jiwa si pembuat 2. Adanya penentuan hubungan kausal antara keadaan jiwa si pembuat dengan perbuatannya Sistem yg dipakai KUHP dlm menentukan tdk dapat dipertanggungjawabkannya si pembuat adalah deskriptif-normative, artinya psikolog (ahli) hanya memberikan penilaian mengenai kondisi psikologis pelaku, namun hakimlah yang menentukan apakah seseorang itu mampu bertanggung jawab atau tidak berdasarkan pendapat psikolog (ahli) tersebut. Bagaimana dengan orang gila kambuhan? Ia bisa dipertanggungjawabkan apabila saat melakukan tindak pidana adalah saat ia dalam keadaan normal atau saat ia tidak kambuh gilanya. Sebaliknya, Apabila ia melakukan tindak pidana adalah saat sedang kambuh gilanya maka ia tidak bisa dipertanggungjawabkan atas perbuatan yg dilakukan B. Tidak Mampu Bertanggung Jawab Sebagian a. Kleptomania: mengutil barang tidak berharga/bernilai rendah seperti sendok, sapu tangan. b. Pyromania: suka membakar dan melihat api c. Claustrophobie: takut di tempat sempit d. perasaan dikejar-kejar musuh e. Exhibionis: pamer kelamin Mereka tdk dpt dipertanggungjawabkan atas perbuatan yg ada hubungan dengan penyakitnya tsb. Contoh: penderita phyromania membakar rumah milik tetangganya maka penderita phyromania tersebut tidak dapat dipidana (karena tidak dapat dipertanggungjawabkan atas pembakaran) Apabila melakukan perbuatan yang tidak ada hubungan dengan penyakitnya maka pelaku bisa dipidana (. Contoh: penderita exhibionis melakukan pembakaran rumah orang lain maka penderita exhibionis tersebut tetap bisa dipidana atas pembakaran rumah (karena dapat dipertanggungjawabkan atas pembakaran) C. KURANG MAMPU BERTANGGUNG JAWAB 1. Tetap dianggap mampu bertanggung jawab akan tetapi sbg faktor peringan dlm pemidanaan D. TEMPAT UNSUR Kemampuan bertanggung jawab 1. Menurut pandangan dualistis: a. Kemampuan bertanggung jawab bukan unsur dr Tindak Pidana. b. Kemampuan bertanggung jawab merupakan syarat untuk pertanggungjawaban pidana Ketidakmampuan bertanggung jawab merupakan alasan pemaaf sehingga pelaku tdk dipidana Bagaimana dengan Penganjur & Pembantu? Penganjur dan pembantu tetap dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya. Contoh: A memberikan roti kepada orang gila agar orang gila tersebut mau disuruh merusak mobil orang lain. A tetap bisa dipidana sedang si orang gila tidak bisa dipidana. F. KEADAAN MABUK Utk dapat dipidananya orang yang melakukan tindak pidana dalam keadaan mabuk, dilihat dulu sebagai berikut: a. Seberapa berat dia mabuk b. Apabila mabuk berat, harus dilihat apakah sebelum mabuk pelaku ada niat jahat atau tdk. Dari mana kita tahu apakah sebelum mabuk, pelaku ada niat jahat atau tdk?
“Minum minuman beralkohol dapat merusak hati (liver), Jalannya
seperti orang yang kehilangan kesadaran”. Melupakan masalah dengan mabuk ? Setelah tidak mabuk, masalah tetap ada. Untuk gaya- gayaan? Lawan jenis yg berpikiran dewasa lebih suka orang yang bertanggungjawab baik pikiran maupun perbuatannya. (BUKAN CURHAT)