Anda di halaman 1dari 13

PERTANGGUNG

JAWABAN PIDANA
Unsur Unsur
Pertanggungjawaban Pidana
 Adanya Suatu Tindak Pidana
 Unsur kesalahan
- Kesengajaan
- Kealpaan
 Adanya Pembuat yang dapat
bertanggungjawab
 Tidak ada alasan pemaaf
Perihal Kesalahan dan
Pertanggungjawaban
 Tidak ada pidana tanpa kesalahan.
 Kesalahan akan menjadikan seseorang
memikul tanggungjawab.
Pengertian Kesalahan
 Jan Remmelink mendefiniskan: “Kesalahan adalah
pencelaan yang ditujukan oleh masyarakat yang
menerapkan standar etis yang berlaku pada waktu
tertentu terhadap manusia yang melakukan perilaku
menyimpang yang sebenarnya dapat dihindarinya”.
 Chairul Huda juga mendefinisikan: “Kesalahan adalah
dapat dicelanya pembuat tindak pidana, karena dilihat
dari segi masyarakat sebenarnya ia dapat berbuat lain
jika tidak ingin melakukan perbuatan tersebut”.
 Kesalahan memiliki arti penting sebagai asas tidak
tertulis dalam hukum positif Indonesia yang
menyatakan ‘tiada pidana tanpa kesalahan’.
Unsur Kesalahan

 Dapat dicela
 Dilihat dari segi masyarakat
 Dapat berbuat lain
Dapat Dicela

 ‘Dapat dicela’
suatu perbuatan dapat
diartikan sebagai ‘dapat
dipertanggungjawabkan dalam hukum
pidana’ dan ‘dapat dijatuhi pidana’. Arti
pertama merupakan kesalahan dalam
hubungannya dengan fungsi preventif hukum
pidana dan arti kedua yang dalam
hubungannya dengan fungsi represif dalam
hukum pidana.
Dilihat dari Segi Masyarakat

 ‘dilihat dari segi masyarakat’ merupakan


penegasan penilaian normatif terhadap
kesalahan. Pada subjek hukum manusia, ‘ada
tidaknya kesalahan tidaklah ditentukan
sebagaimana dalam keadaan senyatanya
batin terdakwa, tetapi tergantung pada
bagaimana penilaian hukum mengenai
keadaan batin itu, apakah dinilai ada ataukah
tidak ada kesalahan’….
Dapat Berbuat Lain

 ‘dapat berbuat lain’ dapat diartikan sebagai


adanya pilihan bagi pembuat untuk ‘berbuat’
atau ‘tidak berbuat’ suatu perbuatan yang
oleh hukum dicela.
Perihal Pertanggungjawaban

 Kemampuan bertanggungjawab tergantung kepada


keadaan batin orang yang normal, yang sehat.
 Ketentuan yang berhubungan dengan azas kemampuan
bertanggungjawab adalah Ps 44: “barangsiapa
melakukan perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepadanya, karena jiwanya
cacat dalam tubuhnya atau jiwa yang terganggu karena
penyakit. Kalau tidak dapat dipertanggungjawabkannya
itu disebabkan karena hal lain, misalnya jiwanya tidak
normal karena masih sangat muda atau lain-lain, pasal
tersebut tidak dapat dipakai”.
Unsur Kemampuan
Bertanggungjawab
Dari ucapan-ucapan para sarjana kiranya dapat diambil kesimpulan,
bahwa untuk adanya kemampuan bertanggungjawab harus ada:
1) Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang
baik dan yang buruk; yang sesuai hukum dan yang melawan
hukum;
2) Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut
keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan tadi.
Yang pertama merupakan faktor akal (intelektual factor) yaitu dapat
memperbeda-bedakan antara perbuatan yang diperbolehkan
dan yang tidak. Yang kedua adalah faktor perasaan atau
kehendak (volitional factor) yaitu dapat menyesuaikan tingkah-
lakunya dengan keinsyafan atas nama yang diperbolehkan dan
mana yang tidak.
Azas Kemampuan
Bertanggungjawab
 Pada dasarnya, setiap orang yang berbuat
tindak pidana dianggap dalam keadaan
normal (sehat) kecuali kalau telah ditemukan
bukti sebaliknya.
Hubungan Azas Pertanggungjawaban
dengan Lainnya
 Azas pertanggungjawaban mempunyai
hubungan dengan sifat melawan hukum.
Keduanya merupakan syarat mutlak terjadinya
delik, yang satu bagi dilarangnya perbuatan
(adanya sifat melawan hukum), dan yang lain
bagi adanya kesalahan. Berhubungan dengan
kedua hal itu, dalam KUHP terhadap alasan
penghapusan pidana (PS 49, 50 dan 51/alasan
pembenar) dan (PS 44/tidak mampu
bertanggungjawab).
Kesengajaan dan Kealpaan

 Kesengajaan adalah dolus


 Kealpaan adalah culpa.

Anda mungkin juga menyukai