KEALPAAN (CULVA)
Di susun oleh :
FAKULTAS SYARIAH
2021
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum Wr Wb
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Makalah hukum pidana ini dengan
tepat waktu. Karena tanpa pertolongan-Nya saya tidak dapat menyelesaikan Makalah ini.
Sholawat serta salam terlimpah curah kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan pembuatan makalah yang berjudul ”Kealpaan (culva)” adalah untuk
memenuhi salah satu tugas Hukum Pidana dan dengan adanya makalah ini bisa menambah
ilmu kita mengenai kealpaan (culva) dan dapat mengamalkan kealpaan (culva) dalam
kehidupan sehari-hari.
Tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang sudah memberikan tugas
makalah ini dan saya mohon maaf bila banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
harap Bapak dapat memakluminya.
Wassalamua’laikum Wr Wb
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
BAB II
PEMBAHASAN
Kesengajaan adalah kesalahan yang berlainan jenis dari kealpaan, dasarnya adalah
sama, yaitu:
Tetapi bentuknya lain. dalam kesengajaan sikap batin orang menantang. Dalam
kealpaan kurang mengindahkan larangan sehingga tidak berhati-hati dalam melakukan
suatu perbuatan yang objektif kausal menimbulkan keadaan yang dilarang.
Lange meyer mengatakan: “kealpaan adalah suatu struktur yang sangat
gecompliceerd. Dia mengandung dalam satu pihak kekeliruan dalam perbuatan lahir, dan
menunjuk kepada adanya keadaan bathin yang tertentu, dan dilain pihak keadaan
bathinnya itu sendiri”. Selanjutnya dikatakan: “jika dimengertikan demikian, maka culpa
(kealpaan) mencakup semua makna kesalahan dalam arti luas yang bukan berupa
kesengajaan. Beda kesengajaan daripada kealpaan ialah bahwa dalam kesengajaan ada
sifat yang positif yaitu adanya kehendak dan penyetujuan yang disadari daripada bagian-
bagian delik yang meliputi oleh kesengajaan, sedang sifat positif ini tidak ada dalam
kealpaan.
Kealpaan, seperti juga kesengajaan adalah salah satu bentuk dari kesalahan.
Kealpaan adalah bentuk yang lebih rendah derajatnya dari pada kesengajaan. Tetapi
dapat pula dikatakan bahwa kealpaan itu adalah kebalikan dari kesengajaan, karena bila
mana dalam kesengajaan, sesuatu akibat yang timbul itu dikehendaki, walaupun pelaku
dapat memperaktikkan sebelumnya. Di sinilah juga letak salah satu kesukaran untuk
membedakan antara kesengajaan bersyarat (dolus eventualis) dengan kealpaan berat
(culpa lata).
Perkataan culpa dalam arti luas berarti kesalahan pada umumnya, sedang dalam
arti sempit adalah bentuk kesalahan yang berupa kealpaan. Alasan mengapa culpa
menjadi salah satu unsur kesalahan adalah bilamana suatu keadaan, yang sedemikian
membahayakan keamanan orang atau barang, atau mendatangkan kerugian terhadap
seseorang yang sedemikian besarnya dan tidak dapat diperbaiki lagi. Oleh karena itu,
undang-undang juga bertindak terhadap larangan penghati-hati, sikap sembrono
(teledor), dan pendek kata schuld (kealpaan yang menyebabkan keadaan seperti yang
diterangkan tadi). Jadi, suatu tindak pidana diliputi kealpaan, manakala adanya perbuatan
yang dilakukan karena kurang penduga-duga atau kurang penghati-hati. Misalnya,
mengendari mobil ngebut, sehingga menabrak orang dan menyebakan orang yang
ditabrak tersebut mati.
Dalam M.v.T (Memorie van Toelichting) dijelaskan bahwa dalam hal kealpaan,
pada diri pelaku terdapat :
Contohnya:
C menarik picu pistol karena mengira tidak ada isinya dan ternyata ada dan mengenai
orang lain.
Perbedaan itu bukanlah berarti bahwa kealpaan yang disadari itu sifatnya lebih
berat dari pada kealpaan yang tidak disadari. Kerapkali justru karena tanpa berfikir
akan kemungkinan timbulnya akibat malah terjadi akibat yang sangat berat. Van
Hattum mengatakan, bahwa “kealpaan yang disadari itu adalah suatu sebutan yang
mudah untuk bagian kesadaran kemungkinan (yang ada pada pelaku), yang tidak
merupakan dolus eventualis”. Jadi perbedaan ini tidak banyak artinya. Kealpaan sendiri
merupakan pengertian yang normatif bukan suatu pengertian yang menyatakan keadaan
(bukan feitelijk begrip). Penentuan kealpaan seseorang harus dilakukan dari luar, harus
disimpulkan dari situasi tertentu, bagaimana saharusnya si pelaku itu berbuat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kealpaan adalah suatu struktur yang sangat gecompliceerd. Dia mengandung dalam
satu pihak kekeliruan dalam perbuatan lahir, dan menunjuk kepada adanya keadaan bathin
yang tertentu, dan dilain pihak keadaan bathinnya itu sendiri”. Selanjutnya dikatakan: “jika
dimengertikan demikian, maka culpa (kealpaan) mencakup semua makna kesalahan dalam
arti luas yang bukan berupa kesengajaan. Beda kesengajaan daripada kealpaan ialah bahwa
dalam kesengajaan ada sifat yang positif yaitu adanya kehendak dan penyetujuan yang
disadari daripada bagian-bagian delik yang meliputi oleh kesengajaan, sedang sifat positif ini
tidak ada dalam kealpaan.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Jika ada kesalahan, baik dalam
bentuk penulisan maupun isinya kami mohon maaf. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kebaikan dalam penulisan karya ilmiah untuk
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Barda Nawawi, 1998. Perbandingan Hukum Pidana. Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, cet. III.
Moeljatno, 2002. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta, PT. Rineka Cipta, cet. VII.
Moeljatno, 1993, Azas-azas Hukum Pidana, Penerbit PT. Rineka Cipta, jakarta.
http://samalovernosasa.blogspot.com/2014/05/kealpaankelalaian.html#:~:text=Kealpaan
%20yang%20disadari.&text=Contohnya%3A%20A%20mengendarai%20mobil
%20dengan,ia%20merasa%20dapat%20menghindari%20tabrakan. Di akses pada 5/27/2021
jam 8:52 pm