Anda di halaman 1dari 4

Lecturer Notes Program Studi Hukum

Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

SESI 12

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
Oleh: Muhammad Ridho Sinaga, SH., MH.

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti perkuliahan sesi ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan Pengertian, Kesalahan Manurut Hukum Pidana, Bentuk-
bentuk kesalahan, teori tentang tentang kesengajaan/dolus, teori
tentang kealpaan/culpa, kemampuan dan

1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban atau yang dikenal dengan konsep liability dalam segi


falsafah hukum, Roscoe Pound menyatakan bahwa: I.use simple word “liability”
for the situation whereby one may exact legaly and other is legaly subjeced to the
excaxtion” pertanggungjawaban pidana diartikan Pound adalah sebagai suatu
kewajiban untuk membayar pembalasan yang akan diterima pelaku dari
seseorang yang telah dirugikan. Menurutnya juga bahwa pertanggungjawaban
yang dilakukan tersebut tidak hanya menyangkut masalah hukum semata akan
tetapi menyangkut pula masalah nilai-nilai moral ataupun kesusilaan yang ada
dalam suatu masyarakat.

Pertanggungjawaban pidana berbeda dengan perbuatan pidana. Perbuatan


pidana hanya menunjuk kepada dilarang dan diancamnya perbuatan dengan suatu
pidana. Apakah orang yang melakukan perbuatan kemudian dijatuhi pidana,
tergantung dari pada perbuatan tersebut mengandung kesalahan. Sebab asas
dalam pertanggungjawaban hukum pidana adalah “tidak dipidana jika tidak ada
kesalahan (Geen straf zonder schuld; Actus non facit reum nisi mens sis rea) yang
artinya penilaian pertanggungjawaban pidana itu ditujukan kepada sikap batin
pelakunya, bukan penilaian terhadap perbuatannya. Pengecualian prinsip actus
reus dan mens rea adalah hanya pada delik-delik yang bersifat strict liability
(pertanggungjawaban mutlak), dimana pada tindak pidana yang demikian itu
adanya unsur kesalahan atau mens rea tidak perlu dibuktikan.

© 2020 - Universitas Nusa Putra


Lecturer Notes Program Studi Hukum
Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

Wirjono Projodikoro Mengutip pendapat beberapa pakar hukum berkaitan


dengan pertanggungjawaban pidana, sebagai berikut :

a. Mampu bertanggungjawab.
b. Adanya Kesalahan;
c. Tidak Adanya Alasan Pemaaf
2. Kesalahan Menurut Hukum Pidana
Dalam hukum pidana, Moeljatno menjelaskan berkaitan dengan kesalahan dan
kelalaian seseorang dapat diukur dengan apakah pelaku tindak pidana itu mampu
bertanggung jawab, hal tersebut harus memuat 4 (empat) unsur yaitu:
a. Melakukan perbuatan pidana (sifat melawan hukum);
b. Di atas umur tertentu dapat bertanggung jawab:
c. Mempunyai suatu bentuk kesalahan yang berupa kesengajaan (dolus) dan
kealpaan/kelalaian (culpa);
d. Tidak adanya alasan pemaaf.
Kesalahan selalu ditujukan dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang dianggap
tidak patut tnutk dolakukan, yaitu melakukan sesuatu yang seharusnya tidak
dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan.
3. Bntuk-Bentuk Kesalahan
a. Kesengajaan (Opzet)
Kebanyakan tindak pidana mempunyai unsur kesengajaan atau opzet, bukan
unsur culpa. Ini dapat dipahami oleh karena dalam kebiasaanya, yang tepat untuk
mendapatkan hukuman pidana ialah seorang yang melakukan sesuatu dengan
sengaja. Kesengajaan ini harus erkaitan dengan ketiga unsur tindak pidana, yaitu
ke-1: perbuatan yang dilarang, ke-2: akibat yang menjadi pokok-alasan diadakan
larangan itu, dan ke-3: bahwa perbuatan itu melanggar hukum. Kesengajaan
yang dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni:
1) Sengaja sebagai Niat (Oogmerk)
Bahwa dengan kesengajaan yang bersifat tujuan (oogmerk) si pelaku
dapat dipertanggungjawabkan, mudah dapat dimengerti oleh khalayak ramai.
Maka apabila kesengajaan semacam ini ada pada suatu tindak pidana, tidak
ada yang menyangkal, bahwa si pelaku pantas dikenakan hukuman pidana ini
lebih nampak apabila dikemukakan, bahwa dengan adanya kesengajaan yang
bersifat tujuan ini, dapat dikatakan si pelaku benar-benar mengkehendaki
mencapai akibat yang menjadi pokok alasan diadakannya ancaman hukum
pidana (constitutief gevolg).
Sebagian pakar mengatakan, bahwa yang dapat di kehendaki ialah hanya
perbuatannya, bukan akibatnya. Akibat ini oleh si pelaku hanya dapat
dibayangkan atau di gambarkan akan terjadi (voorstellen). Dengan demikian

© 2020 - Universitas Nusa Putra


Lecturer Notes Program Studi Hukum
Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

secara siakletik timbul dua teori yang bertentangan satu sama lain, yaitu:
(1)Teori kehendak (wilstheorie); dan (2)Teri bayangan (voorstellen-theorie).
2) Sengaja Akan Sadar Akan Kepastian atau Keharusan
(zakerheidbewustzijn)
Konteks kesengajaan ini, mensyaratkan bahwa pelaku ketika melakukan
perbuatanya tidak bertujuan untuk mencapai akibat yang menjadi syarat
delict tersebut. Namun pelaku menyadari akibat itu pasti akan mengikut
perbuatan itu. Jika akibat ini terjadi, maka dalam hal ini teori kehendak
(wilstheorie) menganggap akibat tersebut juga dikehendaki oleh pelaku,
maka kini juga ada kesengajaan menurut teori bayangan
(voorstellingtheorie)keadaan ini sama dengan kesengajaan berupa tujuan
(oogmerk)oleh karena dalam keduanya tentang akibat tidak dapat dikatakan
ada kehendak si pelaku, melainkan hanya bayangan atau gambaran dalam
gagasan pelaku, bahwa akibat pasti akan terjadi, maka juga kini ada
kesengajaan.
3) Sengaja Sadar akan Kemungkinan (dolus
eventualis/mogelijkeheidsbewustzijn
Lain halnya dengan kesengajaan yang terangterangan tidak disertai
bayangan suatu kepastian akan terjadinya akibat yang bersangkutan,
melainkan hanya dibayangkan suatu kemungkinan belaka akan akibat itu.
Kini ternyata tidak ada persamaan pendapat diantara para sarjana hukum
belanda. Menurut Van Hattum dan Hazewinkel-Suringa, terdapat dua
penulis asal belanda, yakni Van Dijk dan Pompe yang mengatakan, bahwa
hanya dengan kemampuan untuk menyadari atas kemungkinan, maka tidak
ada kesengajaan, melainkan hanya mungkin ada culpa atau kurang
berhatihati. Sehingga dapat dikatakan, bahwa kesengajaan secara keinsafan
kepastian praktis sama atau hampir sama dengan kesengajaan sebagai
tujuan (oogmerk), maka sudah terang kesengajaan secara keinsafan
kemungkinan tidaklah sama dengan dua macam kesengajaan yang lain itu,
melainkan hanya disamakan atau dianggap seolah-olah sama.
4. Teori-teori Tentang Kesengajaan/Dolus
a) Teori Kehendak
Teori kehendak menganggap kesengajaan merupakan perbuatan dan akibat
dari suatu tindak pidana yang dikehendaki oleh pelaku. Dengan kata lain
sengaja itu ada apabila akibat suatu perbuatan dikehendaki dan akibat
dikehendaki apabila akibat ini menjadi maksud benar-benar dari perbuatan
yang dilakukan tersebut. Teori Pengetahuan atau Membayangkan
menganggap kesengajaan telah ada apabila si pelaku pada waktu mulai
melakukan perbuatan, ada bayangan yang jelas, btentang akibat yang akan
tercapai, sehingga pelaku menyesuaikan perbuatanya agar akibat yang
dikhendaki terjadi. tidak dapat dikehendaki oleh si pelaku melainkan hanya
dapat dibayangkan. Yang dapat dikehendaki oleh pelaku hanya perbuatannya

© 2020 - Universitas Nusa Putra


Lecturer Notes Program Studi Hukum
Hukum Pidana Universitas Nusa Putra

saja sehingga kesengajaan si pelaku hanya dapat ditujukan kepada


perbuatannya saja.
b) Teori Determinisme dan Teori Interdeminisme
Determinisme adalah suatu ajaran yang mengatakan bahwa kehendak
manusia itu sebenarnya sudah ditentukan terlebih dahulu oleh suatu
pengaruh. Inti ajaran determinisme adalah bahwa manusia tidak bebas
menetukan kehendaknya. Tindakan manusia adalah sebagai perwujudan dari
kehendaknya yang disesuaikan atau dipaksakan oleh kekuatan yang ada pada
dirinya sendiri atau oleh kekuatan yang ada pada masyarakat lingkungannya
atau keduaduanya. Pendapat ini dapat dijelaskan oleh mashab antropologis
atau mashab Italia, mashab sosilogis atau mashab Perancis dan kemudian
mashab Biososiologis yang dapat dibuktikan melalui penelitian. Kehendak
untuk melakukan suatu tindak pidana adalah karena dorongan bakat yang ada
dalam diri pelaku itu sendiri, mereka telah dilahirkan demikian (born
criminal oleh Lambrosso).Lacassagne dan Tarde sebagai penganut mashab
sosiologis berpendapat lain. Sebab-sebab seseorang melakukan kejahatan
adalah dari pengaruh lingkungan (masyarakatnya). Turati, Colijani dan Marx
menerangkan jika keadaan ekonomi yang jelek adalah pengaruh dari
terjadinya kejahatan perekonomian, kesusilaan, pelacuran dan sebagainya.
Indeterminisme mengajarkan bahwa pertanggungjawaban sebagai akibat dari
tindak pidana yang dilakukannya merupakan perwujudan dari kehendaknya
(yang bebas). Jika dianut bahwa kehendak itu tidak secara bebas terjadi akan
ketika tidak ada kesalahan pada diri pelaku akan berakibat berakibat tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Justru ajaran indeterminisme yang diterapkan
dalam hukum pidana. Sedangkan ajaran determinisme tidak banyak
pengaruhnya dalam lapangan hukum pidana melainkan banyak pengaruhnya
dalam mempelajari sebab-sebab patologis dari kejahatan.
c) Teori Kesengajaan Berwarna (gekleurd opzet) dan Teori Kesengajaan
Tidak Berwarna (kleurloos opzet)
Teori Kesengajaaan Berwarna berpandangan bahwa seorang yang melakukan
suatu tindak pidana, agar ia dapat dipersalahkan atau dapat dipidana maka
selain ia harus menghendaki perbuatannya juga ia harus mengetahui atau
menyadari bahwa Perbuatannya itu dilarang dan diancam dengan pidana oleh
undang-undang. Ajaran ini sudah tidak dianut lagi sebab apabila dianut maka
akan memberikan beban yang sangat berat bagi penuntut umum untuk
membuktikannya selain membuktikan unsur kehendak.

© 2020 - Universitas Nusa Putra

Anda mungkin juga menyukai