Anda di halaman 1dari 22

FAKULTAS HUKUM

Tentang Kesalahan
Hukum Pidana
Vincencio Julio Tanzil 01051220129
Ryan Kusumo 01051220190
Natanael 01051220157
Bintang Fardiansyah Hambran 01051220203
Ahmad Rafi Daeng Pasara 01051220158
Pengertian Kesalahan
Dalam hukum pidana, kesalahan adalah dasar pencelaan terhadap sikap batin
seseorang. Seseorang dikatakan memiliki kesalahan apabila sikap batinnya dapat
dicela atas perbuatan melawan hukum yang dilakukannya (sikap batin yang
jahat/tercela).

Kesalahan merupakan unsur tindak pidana, sekaligus juga sebagai unsur


pertanggungjawaban pidana.
Pengertian Kesalahan
Menurut Para Ahli

Guna memberi pengertian lebih lanjut tentang kesalahan dalam arti yang
seluas-luasnya berikut ini beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
Pengertian Kesalahan Menurut Para Ahli

1. Metzger

Metzger mengatakan bahwa kesalahan adalah keseluruhan syarat yang memberi


dasar untuk adanya pencelaan pribadi terhadap si pelaku tindak pidana (Schuldist
der Erbegriiffder Vcrraussetzungen, die aus der Strafcat einen personlichen Verwurf
gegen den Tater begrunden).
Pengertian Kesalahan Menurut Para Ahli

2. Simons

Simmons mengartikan kesalahan itu sebagai pengertian yang sociaal ethisch dan
menentukan bahwa sebagai dasar untuk pertanggungan jawaban dalam hukum
pidana ia berupa keadaan psychisch dari si pelaku dan hubungannya terhadap
perbuatannya dalam arti bahwa berdasarkan keadaan psychisch (jiwa) itu
perbuatannya dapat dicelakakan kepada si pelaku.
Pengertian Kesalahan Menurut Para Ahli

4. Pompe

Pompe mengatakan bahwa pada pelanggaran norma yang dilakukan karena


kesalahannya, biasanya sifat melawan hukum itu merupakan segi luarnya. Adapun
yang bersifat melawan hukum itu adalah perbuatannya. Segi dalamnya yang
bertalian dengan kehendak si pelaku adalah kesalahan. Pengertian kesalahan
psychologisch dalam arti ini yaitu kesalahan hanya dipandang sebagai hubungan
psychologis (batin) antara pelaku dan perbuatannya. Hubungan batin tersebut
bisa berupa kesengajaan atau kealpaan, pada kesengajaan hubungan batin itu
berupa menghendaki perbuatan (beserta akibatnya) dan pada kealpaan tidak
ada kehendak demikian. Jadi di sini hanya digambarkan (deskriptif) keadaan
batin berupa kehendak terhadap perbuatan atau akibat perbuatan.
Penilaian Kesalahan

Penilaian kesalahan seseorang tidak hanya berdasar sikap batin atau hubungan batin
antara pelaku dengan perbuatannya, akan tetapi di samping itu harus ada unsur
penilaian atau unsur normatif terhadap perbuatannya. Penilaian normatif artinya
penilaian dari luar mengenai hubungan antara sipelaku dengan perbuatannya.

Penilaian dari luar ini merupakan pencelaan memakai ukuran yang terdapat dalam
masyarakat. Secara ekstrem dikatakan bahwa kesalahan seseorang tidaklah terdapat
dalam kepala si pelaku, melainkan di dalam kepala orang-orang lain, ialah di dalam
kepala dari mereka yang memberi penilaian terhadap si pelaku itu. Adapun yang
memberi penilaian pada instansi terakhir adalah hakim.
Unsur-Unsur Kesalahan

Adanya kemampuan bertanggungjawab pada si pelaku, dalam


arti keadaan jiwa si pelaku dalam keadaan sehat dan normal.

Adanya hubungan batin antara si pelaku dengan perbuatannya,


baik disengaja (dulos) maupun karena kealpaan (culpa).

Tidak adanya alasan pemaaf yang dapat menghapus kesalahan.


Unsur Kesalahan
Menurut Roeslan Saleh

Tiga unsur kesalahan itu tidak dapat dipisah-pisahkan, yang satu tergantung
pada yang lain berturut-turut.
Bentuk Kesalahan
Kesengajaan (dolus) Kealpaan (culpa)

Kesengajaan sebagai maksud yaitu Culpa diartikan sebagai situasi dimana


menghendaki untuk mewujudkan suatu seseorang seharusnya melakukan tindakan
perbuatan, menghendaki untuk tidak penghati-hatian namun tidak melakukannya
berbuat/melalaikan suatu kewajiban (tidak adanya kehati-hatian) atau seharusnya
hukum dan juga menghendaki melakukan penduga-dugaan namun tidak
timbulnya akibat dari perbuatannya itu.. melakukannya (kurang perhatian terhadap
akibat yang dapat timbul).
Pertanggung
jawaban
Pertanggungjawaban pidana diartikan
Pound adalah sebagai suatu kewajiban
untuk membayar pembalasan yang
akan diterima pelaku dari seseorang
yang telah dirugikan. Menurutnya juga
bahwa pertanggungjawaban yang
dilakukan tersebut tidak hanya
menyangkut masalah hukum semata
akan tetapi menyangkut pula masalah
nilai-nilai moral ataupun kesusilaan
yang ada dalam suatu masyarakat.
Pertanggungjawaban
Menurut Para Ahli
Pertanggungjawaban pidana berbeda dengan perbuatan
pidana. Perbuatan pidana hanya menunjuk kepada
dilarang dan diancamnya perbuatan dengan suatu
pidana. Apakah orang yang melakukan perbuatan
kemudian dijatuhi pidana, tergantung dari pada
perbuatan tersebut mengandung kesalahan..
Pertanggungjawaban Menurut Para Ahlil

1. Simons
Kemampuan bertanggungjawab dapat diartikan
Pelaku tindak pidana mampu
suatu keadaan psikis sedemikian rupa, sehingga bertanggungjawab apabila:
penerapan suatu upaya pemidanaan, baik Pertama, mampu mengetahui/ menyadari
ditinjau secara umum maupun dari sudut bahwa perbuatannya bertentangan dengan
orangnya dapat dibenarkan. hukum.
Kedua, mampu menentukan kehendaknya
sesuai dengan kesadaran tadi.
Pertanggungjawaban Menurut Para Ahlil

2. Van Hamel
Pelaku tindak pidana mampu
Pertanggungjawaban pidana adalah suatu
bertanggungjawab apabila:
keadaan normal psikis dan kemahiran.
Pertama, mampu untuk dapat mengerti
makna serta akibat sungguh-sungguh dari
perbuatan-perbuatan sendiri.
Kedua, mampu untuk menginsyafi bahwa
perbuatan- perbuatan itu bertentangan
dengan ketertiban masyarakat.
Ketiga, mampu untuk menentukan kehendak
berbuat
Pertanggungjawaban Menurut Para Ahlil

3. Pompe
Pelaku tindak pidana mampu
Pertanggungjawaban pidana dalam batasan
bertanggungjawab apabila:
unsur-unsur tentang makna dan akibat tingkah
lakunya. Pertama, kemampuan berpikir pada pelaku
yang memungkinkan menguasai pikirannya
dan menentukan kehendaknya.
Kedua, pelaku dapat mengerti makna dan
akibat dari tingkah lakunya.
Ketiga, pelaku dapat menentukan
kehendaknya sesuai dengan pendapatnya.
Pertanggungjawaban Menurut Para Ahlil

4. Soedarto
Pelaku tindak pidana mampu
Kemampuan bertanggung jawab dapat diartikan
bertanggungjawab apabila:
sebagai kondisi batin yang normal untuk
menginsyafi sifat melawan hukumnya suatu Pertama, mampunya akal seseorang dalam
perbuatan dan sesuai dengan keinsyafan itu membedabedakan hal-hal yang baik dan
mampumenentukan kehendaknya yang buruk.
Kedua, pelaku dapat membedakan antara
perbuatan yang di perbolehkan dan yang
tidak diperbolehkan.
Ketiga, pelaku dapat menyesuaikan tingkah
lakunya dengan keinsyafan atas sesuatu yang
diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan.
Pertanggungjawaban Menurut Para Ahlil

5. Memorie van Toelichting


Pelaku tindak pidana tidak mampu
Berbeda dengan yang lain, ia menjelaskan secara
negatif atau ketidakmampuan bertanggungjawab apabila:
bertanggungjawab.. Pertama, pelaku tidak diberi kebebasan untuk
memilih antara berbuat atau tidak berbuat.
Kedua, pelaku tidak dapat menginsyafi bahwa
perbuatannya bertentangan dengan hukum,
seperti gila, sesat dan sebagainya.
Aliran
Pertanggungjawaban
Awal mula
Filosofi dasar yang mempersoalkan kesalahan
sebagai unsur yang menjadi persyaratan untuk
dapat dipertanggungjawabkannya pelaku
berpangkal pada pemikiran tentang hubungan
antara perbuatan dengan kebebasan kehendak.
Aliran Pertanggungjawaban

1. Aliran Klasik
Aliran klasik yang melahirkan pandangan
indeterminisme pada dasarnya berpendapat
bahwa manusia mempunyai kehendak bebas
(free will) dan ini merupakan sebab dan
segala keputusan kehendak. Tanpa ada
kebebasan kehendak maka tidak ada
kesalahan dan apabila tidak ada kesalahan,
maka tidak ada pencelaan sehingga tidak ada
pemidanaan.
Aliran Pertanggungjawaban

2. Aliran Modern
Aliran modern yang melahirkan pandangan
determinisme mengatakan bahwa manusia
tidak mempunyai kehendak bebas. Keputusan
kehendak ditentukan sepenuhnya oleh watak
dan motif, ialah perangsang yang datang dari
dalam atau dari luar yang mengakibatkan
watak tersebut. Ini berarti bahwa seseorang
tidak dapat dicela atas perbuatannya atau
dinyatakan mempunyai kesalahan sebab ia
tidak punya kehendak bebas. Meskipun diakui
bahwa tidak punya kehendak bebas, itu tak
berarti bahwa orang yang melakukan tindak
pidana tidak dapat dipertanggungjawabkan
atas perbuatannya.
Masalah Kekeliruan
(Dwaling, Mistake, Error)

Istilah mistake, baik mistake of facts maupun


mistake of law, kesesatan (error) baik error
facti, maupun error yuris pada prinsipnya si
pembuat tidak dipertanggungjawabkan dan
pembuat tidak dipidana. Apabila
kesesatannya itu patut untuk dipersalahkan
kepadanya maka si pembuat tetap dipidana.
FAKULTAS HUKUM

Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai