Anda di halaman 1dari 30

Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.

Disusun oleh Dominique Virgil

RANGKUMAN ASAS-ASAS HUKUM PIDANA

DASAR-DASAR YANG MENYEBABKAN TIDAK DIPIDANANYA PEMBUAT

Dari sudut sumbernya, dasar-dasar yang meniadakan pidana ada dua macam, yaitu:

1) Yang berasal dari Undang-Undang


a. Dasar peniadaan pidana umum: berlaku bagi semua orang, dan berlaku
bagi tiap-tiap delik
Ada 7 dasar yang menyebabkan tidak dapat dipidananya pembuat. Oleh
doktrin hukum pidana, dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
Dasar pemaaf (schulduitsluitingsgronden; fait dexcuse)
- Bersifat subyektif, melekat pada diri orangnya (sikap batin
sebelum atau pada saat akan berbuat).
- Perbuatannya terbukti melanggar UU (melawan hukum),
namun kesalahannya dihapuskan perbuatannya tidak dapat
dipertanggungjawabkan olehnya. Contoh: orang gila memukul
orang lain sampai luka berat.
- Ingat! Asas geen straf zonder schuld (tiada pidana tanpa
kesalahan) kalau kesalahannya dihapus, maka orang
tersebut tidak bisa dihukum.
- Terdiri dari:
Ketidakmampuan bertanggung jawab [Pasal 44 KUHP]
merupakan ontoerekenbaarheid (hal tidak dapat
dipertanggungjawabkan suatu tindakan kepada
pelakunya).
o Apa itu tidak mampu bertanggung jawab?
Menurut MvT adalah:
i. Pembuat tidak bebas memilih antara berbuat
dan tidak berbuat mengenai sesuatu yang
dilarang atau diperintahkan oleh UU
ii. Pembuat ada dalam suatu kondisi di mana ia
tidak dapat menginsyafi bahwa
perbuatannya itu bertentangan dengan
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

hukum dan tidak dapat menentukan akibat


perbuatannya
o Apa kriteria orang yang tidak mampu
bertanggungjawab?
i. Jiwanya cacat dalam pertumbuhannya
melekat sejak kelahirannya, contoh: idiot,
ambiciil, bisu tuli sejak lahir
ii. Terganggu jiwanya oleh penyakit. setelah
lahir. Contoh: gila, epilepsi.
Keadaan jiwa tersebut berlaku untuk segala
macam bentuk perbuatan, sifatnya umum.
Menurut Pompe: jiwa cacat dalam
pertumbuhannya dan terganggu jiwa karena
penyakit bukan pengertian dari sudut kedokteran,
namun pengertian hukum pokok: hubungan jiwa
si pembuat dengan perbuatannya; apakah ada
hubungan sehingga si pembuat tidak mampu
bertanggung jawab atas perbuatannya. Namun
pendapat ahli jiwa digunakan untuk menjadi dasar
pendapat hakim maupun memperkuat
pendapatnya.
o 3 cara yang dapat digunakan untuk menyelidiki
keadaan jiwa si pembuat untuk menentukan
apakah si pembuat berada dalam keadaan tidak
mampu bertanggungjawab, yaitu:
i. Metode biologis : menyelidiki gejala dan
keadaan abnormal
ii. Metode psikologis: menyelidiki ciri psikologis
iii. Metode gabungan

Daya paksa (overmacht) [Pasal 48 KUHP]


o Pengertian daya paksa
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Menurut Memorie van Toelichting (MvT) : penyebab


yang datang dari luar yang membuat suatu
perbuatan itu menjadi tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepada pelakunya
setiap kekuatan, paksaan, tekanan yang membuat
orang lain tidak dapat memberikan perlawanan.
o Macam daya paksa
Berdasarkan doktrin, daya paksa dibedakan
menjadi 2:
i. Daya paksa absolut (vis obsoluta) : paksaan
dan tekanan sangat kuat hingga ia tidak
dapat berbuat sesuatu yang lain selain apa
yang terpaksa dilakukan
a. Tekanan fisik, contoh: A menerjang
seorang anak yang berdiri dekat kaca,
sehingga anak itu terpental dan
pecahlah kaca
b. Tekanan psikis, contoh: orang yang
dihipnotis diperintah untuk membakar
mobil musuhnya.
*Bukan daya paksa sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 48 orang-orang ini
hanyalah alat / instrumen / korban, bukan
pembuat.*
ii. Daya paksa relatif (vis compulsiva) : tekanan
sangat kuat, namun ia masih bisa memilih
perbuatan lain sebagai alternatifnya, namun
karena resikonya besar, maka tidak
dilakukan.
Contoh: seseorang ditodong untuk
menandatangani surat palsu.
Pertimbangan:
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Resiko yang dikorbankan dengan resiko


yang diselamatkan. Contoh: A ditodong
untuk menandatangani surat palsu. Resiko
apabila tidak tanda tangan : mati. Resiko
apabila tanda tangan: melanggar UU dan
dipidana. pelaku tidak dipidana.
A dipaksa membunuh B dengan ancaman
ditempeleng (kekerasan). Resiko apabila
tidak membunuh: ditempeleng. Resiko
apabila membunuh: nyawa orang lain hilang
tidak menjadi alasan pembenar.

a. Tekanan fisik noodtoestand


b. Tekanan psikis
Pembelaan terpaksa yang melampaui batas (noodweer
excess) Pasal 49 ayat (2) KUHP
Persamaan dengan pembelaan terpaksa / noodweer:
o Ada serangan atau ancaman serangan yang
melawan hukum, ditujukan untuk 3 kepentingan
hukum, yaitu tubuh, kehormatan, kesusilaan, dan
harta benda.
o Pembelaan ditujukan untuk melindungi
kepentingan hukum diri sendiri atau kepentingan
hukum orang lain.

Perbedaan dengan pembelaan terpaksa:

o Noodweer excess: perbuatan yang menjadi


pilihannya sudah melebihi dari apa yang
diperlukan tidak seimbang dengan bahaya yang
ditimbulkan oleh ancaman serangan atau
serangan. karena adanya kegoncangan jiwa
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

o Noodweer: perbuatan pembelaan hanya pada saat


ancaman serangan atau serangan sedang
berlangsung
Noodweer excess: perbuatan pembelaan masih
dilakukan sesudah serangan berhenti
o Noodweer: merupakan alasan pembenar
karena kehilangan sifat melawan hukumnya.
Noodweer excess: merupakan alasan pemaaf
alasan subyektif

Menjalankan perintah jabatan yang tidak sah dengan


itikad baik Pasal 51 ayat (2) KUHP
Syarat agar orang yang menjalankan perintah yang tidak
sah dengan tidak itikad baik itu tidak dipidana:
o Syarat subyektif
Dengan itikad baik ia mengira perintah itu sah
sikap batin si penerima perintah memerlukan 2
syarat, yaitu:
Pejabat yang memberikan perintah disadarinya
adalah benar yang berhak.
Isi perintah itu disadarinya memang masuk dalam
lingkup kewenangan yang diberi perintah.
o Syarat obyektif
Pelaksanaan perintah itu masuk dalam bidang
tugas pekerjaannya
Hubungan antara jabatannya dan tugas pekerjaan
suatu jabatan.
Contoh: pejabat penyidik pembantu atas dasar
perintah penyidik dia berwenang melakukan
penangkapan, namun penyidik memerintahkan
penyidik pembantu untuk memukuli tersangka
yang tidak memberikan keterangan yang berisi
pengakuan. perbuatan penyidik pembantu
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

sudah di luar ruang lingkup pekerjaan dalam


jabatannya.
Dasar pembenar (rechtsvaardigingsgronden)
- Bersifat objektif, melekat pada perbuatannya (hal-hal di luar
batin si pembuat)
- Perbuatan tersebut sudah memenuhi unsur tindak pidana,
namun sifat melawan hukumnya dihapuskan pembuatnya
tidak dapat dipidana. Contoh: petinju yang bertanding di atas
ring memukul lawannya hingga luka-luka.
- Terdiri dari:
Keadaan darurat (noodtoestand)
Adalah suatu daya paksa relatif dari sebab di luar
perbuatan manusia. Keadaan dimana suatu kepentingan
hukum terancam bahaya, yang untuk menghindari
ancaman bahaya itu terpaksa dilakukan perbuatan yang
pada kenyataannya melanggar kepentingan hukum yang
lain.
Dalam doktrin, bentuk noodtoestand ada 3, yaitu:
o Pertentangan antara dua kepentingan hukum
(rechtsbelang)
Contoh: Karena kecelakaan kapal, A dan B
berpegangan pada sebuah papan di tengah laut.
Apabila A dan B tetap berpegangan pada papan
tersebut, maka kedua orang itu akan tenggelam
dan mati. Maka A mendorong B. Walaupun
melanggar Pasal 338 KUHP, ia tidak dipidana.
o Pertentangan antara kewajiban hukum
(rechtsplicht) dengan kepentingan hukum
Contoh: Dokter ahli forensik yang diminta PN untuk
memberikan keterangan ahli tentang sebab
kematian seorang korban dalam sidang perkara
pidana. Pada saat yang sama, ia luka-luka karena
kecelakaan. Dokter memilih beristirahat di rumah
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

daripada memenuhi panggilan PN. Walaupun


melanggar Pasal 224 KUHP, ia tidak dipidana.
o Pertentangan antara dua kewajiban hukum
Contoh: Seorang dokter berwajib untuk melakukan
operasi kepada seorang pasien dan pada saat yang
bersamaan dokter tersebut dipanggil di PN untuk
menjadi ahli. Dokter tersebut lebih memilih
kewajibannya untuk mengoperasi pasiennya
daripada hadir menjadi ahli di PN.
Pembelaan terpaksa (noodweer) dirumuskan dalam
Pasal 49 ayat (1) KUHP
Syarat pembelaan terpaksa:
o Harus dilakukan karena sangat terpaksa tidak
ada alternatif perbuatan lain yang bisa dilakukan
o Untuk mengatasi adanya serangan atau ancaman
serangan seketika yang melawan hukum
melawan hukum secara formil dan materiil. Dilihat
dari perbuatan si penyerang dan tidak perlu
memperhatikan sikap batin atau dasar batin si
penyerang.
o Serangan atau ancaman serangan ditujukan
kepada badan, kehormatan kesusilaan, dan harta
benda sendiri atau orang lain
o Harus dilakukan ketika adanya ancaman serangan
dan berlangsungnya serangan atau bahaya masih
mengancam
o Perbuatan pembelaan harus seimbang dengan
serangan yang mengancam asas
proporsionalitas sebatas apa yang diperlukan
saja.
Ada pula asas subsidiaritas untuk
mempertahankan kepentingan hukumnya yang
terancam pembelaan itu harus mengambil upaya
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

yang paling ringan akibatnya pada orang lain in


casu si penyerang.

Dalam hal apa pembelaan terpaksa dapat dilakukan?

o Untuk membela dirinya sendiri dan orang lain


Serangan itu bersifat dan ditujukan pada fisik
o Untuk membela kehormatan kesusilaan
o Untuk membela harta benda sendiri atau orang
lain
Perbuatan yang masuk dalam pembelaan terpaksa:
tindakan menghakimi terhadap orang yang berbuat
melawan hukum terhadap diri ornag itu atau orang lain
(eigenrichting).
Menjalankan perintah UU (Wettelijk Voorschrift) Pasal
50 KUHP
o Undang-Undang Dalam arti formil (UU negara)
dan materiil
o Perbuatan Perbuatan mana yang pada
dasarnya jika tidak ada UU yang memberi
kewenangan untuk melakukannya adalah berupa
tindak pidana.
o Melaksanakan ketentuan UU bukan hanya
melakukan perbuatan yang diperintahkan oleh
UU namun juga perbuatan yang dilakukan atas
wewenang yang diberikan UU.
Menjalankan perintah jabatan yang sah (Ambtelijk
Bevel) Pasal 51 ayat (1) KUHP
Ada hubungan publik antara orang yang memberi
perintah dengan orang yang diberi perintah yang
melakukan suatu perbuatan tertentu.
Kewenangan pada menjalankan perintah jabatan adalah
pada perintah yang diberikan berdasarkan UU (sah).
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Contoh: seorang penyelidik mendapat perintah dari


penyidik untuk menangkap seorang tersangka (Pasal 16
ayat ke-1 KUHAP) hubungan publik diperbolehkan
memborgol tersangka.

PERBEDAAN DAYA PAKSA DAN PEMBELAAN TERPAKSA

Daya Paksa Pembelaan Terpaksa


Apabila perbuatan yang menjadi Apabila perbuatan yang menjadi
pilihan oleh korban adalah berupa pilihan korban adalah berupa
perbuatan yang dimaksudkan si perbuatan yang tidak menjadi
penyerang. tujuan atau maksud si
Contoh: A menodong B dengan penyerang.
pistol untuk menandatangani akta Contoh: A hendak memperkosa
palsu, kemudian B B, namun ketahuan oleh C
menandatanganinya. (suami B), kemudian C
menendang kepala A.
Korban terpaksa melakukan Korban yang melakukan
perbuatan yang dikehendaki si pembelaan terpaksa memiliki
penyerang, karena dia tidak kemampuan berbuat untuk
berdaya melawan serangan melawan serangan
tersebut.
Tidak ditentukan bidang 3 bidang kepentingan hukum:
kepentingan hukum apa dalam hal Tubuh, kehormatan kesusilaan,
penyerangan yang dapat harta benda
dilakukan perbuatan dalam
keadaan daya paksa.
Dapat terjadi dalam hal keadaan Tidak dapat terjadi dalam
darurat, yaitu konflik antara dua keadaan darurat.
kepentingan hukum, konflik antara
dua kewajiban hukum, konflik
antara kepentingan hukum dan
kewajiban hukum.
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

b. Dasar peniadaan pidana khusus hanya berlaku pada tindak pidana


tertentu. Tersebar dalam beberapa pasal, yaitu:
Pasal 163 bis ayat (1) mencoba menggerakkan orang lain
menggunakan cara yang dipakai dalam Pasal 55 ayat (1) ke-2
Pasal 166 jo. 164 dan 165 tidak memberitahukan kepada pejabat
kehakiman atau kepolisian mengenai suatu pemufakatan jahat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104, 106, 107, 108, 113, 115,
124, 187 dan 187 bis.
Pasal 221 ayat (2)
Pasal 310 ayat (3)

2) Yang berasal dari luar Undang-Undang


a. Kehilangan sifat melawan hukum dari perbuatan (secara materiil dalam
fungsinya yang negatif) telah merupakan hukum pidana yang tidak
tertulis.
Perbuatan yang mengandung sifat tercela menurut UU namun tidak
tercela menurut masyarakat.
Untuk mencapai keadilan dalam pemidanaan.
b. Didasarkan pada asas tiada pidana tanpa kesalahan (geen straf zonder
schuld)
Ketiadaan kesalahan si pembuat atas perbuatannya terjadi karena
ketidaktahuan atau kekeliruan tentang keadaan nyata atau fakta yang
ada ketika perbuatan dilakukan.
Contoh: Pengusaha susu mencampur susu dengan air, dan diantar oleh
liveransirnya. Liveransir tidak dipidana karena ia tidak tahu mengenai
susu yang dikirimkan ke pelanggannya itu.

DASAR PERINGAN PIDANA

Delik selesai, pelaku memenuhi semua unsur tindak pidana, namun pelaku diancam
dengan pidana yang lebih ringan dari yang seharusnya atau lebih ringan dari pelaku
yang lain.
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Dasar peringan pidana ada 2, yaitu:

a. Umum
Tindak pidana yang dilakukan oleh anak / orang yang belum dewasa
diatur dalam UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, mengganti
pasal 45-47 KUHP : Anak yang umurnya telah mencapai 8 tahun tetapi
belum 18 tahun dan belum pernah kawin
UU no. 3 tahun 1997: hakim dapat menjatuhkan satu di antara dua
kemungkinan: menjatuhkan pidana atau tindakan (Pasal 21).
Pidana pokoknya ada 4 macam:
o Pidana penjara dibedakan menjadi 2 pada Pasal 26:
Untuk tindak pidana yang tidak diancam dengan pidana mati
atau penjara seumur hidup paling lama dijatuhkan dari
maksimum pidana penjara
Untuk tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau
penjara seumur hidup paling lama 10 tahun (terhadap anak
yang berumur 12 tahun tapi belum 18 tahun)
o Kurungan
o Denda
o Pengawasan

Sedangkan pidana tambahannya ada 4 macam (Pasal 23 ayat 2), yaitu:

o Perampasan barang-barang tertentu


o Pembayaran ganti rugi

Sedangkan tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak adalah:

o Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh


o Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan,
pembinaan, latihan kerja
o Menyerahkannya kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial
Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan (Pasal 24 ayat
1)

Kategori usia:
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

o 0-8 tahun Pasal 5, tidak dapat dipertanggungjawabkan, tidak dapat


diajukan ke SA, hanya dapat dilakukan pemeriksaan
o 8-12 tahun Pasal 24, dapat dilakukan pemeriksaan oleh penyidik
terkait dengan penyertaan dan dapat diajukan ke SA
o 12 - < 18 tahun Pasal 26 ayat (3) dan (4), dapat diajukan ke sidang
anak, dapat dikenai pidana atau tindakan, melakukan TP yang
diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup (maksimal
10 tahun)
Perihal percobaan kejahatan dan pembantuan
Pidana maksimum terhadap si pembantunya dikurangi sepertiga dari
ancaman maksimum pada kejahatan yang bersangkutan.
Dianggap banyak orang sebagai dasar peringan pidana, namun beberapa
ahli menganggap bahwa deliknya belum selesai sehingga belum merupakan
dasar peringan, dan pelaku tidak memenuhi unsur tindak pidana.
b. Khusus
Delik yang diperingan (diprevilisir)

DASAR PEMBERAT PIDANA

Dasar pemberat terjadi ketika seseorang yang sudah melakukan semua anasir dari
unsur tindak pidana, namun ada alasan untuk memperberat perbuatannya sehingga
hukuman yang akan diterima lebih berat.

Dalam KUHP:

1. UMUM
a. Karena jabatan Pasal 52 KUHP Maksimum hukuman ditambah dengan
sepertiga
Pegawai Negeri (ambtenaar) dalam Pasal 92 KUHP: anggota DPR di pusat
dan daerah, anggota TNI dan POLRI.
Pegawai Negeri menurut Hoge Raad mengandung 3 unsur pokok:
Diangkat oleh kekuasaan umum
Untuk menjabat pekerjaan umum
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Melaksanakan sebagian tugas pemerintahan atau alat


perlengkapannya
Tindak pidana yang dapat diperberat dengan Pasal 52 KUHP ini adalah tindak
pidana yang dapat dilakukan oleh setiap orang.
Dasar pemberat pidana terletak pada keadaan jabatan dari kualitas si
pembuat (pejabat atau pegawai negeri) mengenai 4 hal:
Melanggar suatu kewajiban khusus dari jabatannya
Polisi yang tugasnya menjaga keamanan sebuah bank, namun
kewajiban itu ia langgar dengan berkomplot dengan orang lain untuk
merampok bank tersebut pidananya diperberat dengan sepertiga
dari ancaman maksimum (Pasal 365 ayat (2) butir 2: 12 tahun penjara)
Memakai kekuasaan jabatannya
Seorang penyidik punya kekuasaan untuk menangkap dan menahan
tersangka, namun ia malah menggunakan kekuasaannya untuk
menangkap dan menahan orang yang dibencinya diperberat
pidananya dengan ditambah sepertiga dari 8 tahun penjara (Pasal 333
ayat 1)
Menggunakan kesempatan karena jabatannya
Penyidik pembantu melaksanakan penyitaan barang-barang perhiasan
di toko perhiasan, ia punya kesempaatan untuk mengambil dengan
melawan hukum sebagian dari perhiasan.
Polisi yang bertugas mengamankan barang-barang penumpang dari
suatu kecelakaan bis, mengambil dengan maksud memiliki segebok
uang dari tas seorang penumpang.
Menggunakan sarana yang diberikan karena jabatannya
Polisi punya hak untuk menggunakan senjata api, namun ia gunakan
untuk menembak musuh pribadinya pidana diperberat sepertiga dari
15 tahun (Pasal 338 KUHP) menjadi 20 tahun.
b. Karena menggunakan bendera kebangsaan Pasal 52 a KUHP
Mengapa diperberat? Bendera membuat orang berpikir bahwa itu adalah
suatu perbuatan resmi mempermudah si pembuat dalam usahanya
melakukan kejahatan.
Hanya pada waktu kejahatan, bukan pelanggaran.
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

c. Karena pengulangan (recidive)


Pengulangan dalam KUHP:
Terbatas pada tindak pidana tertentu: Pasal 486, 487, 488 KUHP
Di luar kelompok kejahatan: dalam Pasal 216 ayat (3), 489 ayat (2),
495 ayat (2), 501 ayat (2), 512 ayat (3).

Rasio dasar pemberatan pidana pada pengulangan:

Lebih dari satu kali melakukan tindak pidana


Telah dijatuhkan pidana terhadap si pembuat oleh negara karena
tindak pidana yang pertama
Pidana itu telah dijalankannya pada yang bersangkutan

Pemberatan pidana : 2 syarat esensial:

Orang itu telah menjalani seluruh atau sebagian pidana yang telah
dijatuhkan hakim; dibebaskan dari menjalani pidana; hak negara untuk
menjalankan pidananya belum kadaluwarsa
o Beberapa kemungkinan mengenai pelaksanaan pidana yang
telah dijatuhkan:
Telah menjalani seluruh pidana yang dijatuhkan
Telah menjalani sebagian pidana yang dijatuhkan
Narapidana mendapat pelepasan bersyarat
(pelaksanaan pidana dihentikan) jika dia telah menjalani
pidana duapertiga dari lamanya pidana yang dijatuhkan
dengan syarat tertentu. (Pasal 15 KUHP)
Ditiadakan dari menjalani pidana
Hakim menjatuhkan pidana dengan menetapkan
bersyarat (Pasal 14a KUHP).
Diberikan grasi oleh Kepala Negara.
Hak negara untuk menjalankan pidana terhadapnya
belum lampau waktu (belum daluwarsa).
Tenggang daluwarsa: penghitungannya dimulai satu hari
sejak putusan hakim dapat dijalankan
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Tidak dapat dilaksanakan berhubung suatu halangan


yang tidak dapat dihindarkan
Narapidana melarikan diri sebelum putusan dieksekusi
waktunya mengikuti tenggang daluwarsa bagi hak
negara dalam melaksanakan pidana (Pasal 84)
Belum lewat 5 tahun sejak terpidana menjalani pidana yang dijatuhkan

Recidive menurut doktrin:

Pengulangan umum dan khusus


Umum: setiap pengulangan tindak pidana apapun, dilakukan kapanpun
Khusus: pengulangan tindak pidana tertentu, dalam tenggang waktu
tertentu pula.
Pengulangan kebetulan dan pengulangan kebiasaan
Kebetulan: pembuat melakukan tindak pidana yang kedua kalinya
bukan karena sifatnya yang buruk tetapi sebab lain yang tidak mampu
ia atasi. Contoh: A kehilangan pekerjaan karena masuk LP akibat
kasus pencurian. Setelah keluar LP, ia lapar dan tidak punya uang
sehingga A mencuri sepotong roti. tidak dijadikan alasan
pemberatan pidana
Pengulangan kebiasaan: perangainya buruk

Recidive menurut KUHP:

Pelanggaran (buku 3):


Ada 14 jenis pelanggaran yang memiliki ketentuan recidive (khusus)
- Recidive khusus pasal 489, 492, 495, 501, 512
- Pelanggaran yang diulangi (yang ke-2) harus sama dengan
yang kesatu
- Antara pelanggaran pertama dan kedua harus ada putusan
pemidanaan yang tetap

Tenggang waktu:

- Belum lewat 1 atau 2 tahun (lihat masing-masing pasal)


- Sejak: adanya putusan pemidanaan yang berkekuatan hukum
tetap
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Pemberatan:

- Disebutkan secara khusus dalam tiap-tiap pasal, jadi


pengaturannya berbeda-beda
- Contoh: Denda kurungan (pasal 489), pidana
dilipatgandakan menjadi 2 kali (pasal 492)
Kejahatan
o Recidive khusus:
- Ada 11 jenis kejahatan, contoh Pasal 137 ayat (2), 144 (2),
155 (2), 161 (2) dan 216 (3)
- Kejahatan yang kedua harus sama dengan yang pertama
- Antara kejahatan pertama dan kedua harus sudah ada
putusan hakim berupa pemidanaan yang telah berkekuatan
hukum tetap
- Tenggang waktu:
Belum lewat 2 tahun atau 5 tahun (lihat masing-masing
pasal) sejak adanya putusan hakim yang berkekuatan
hukum tetap
- Pemberatan: disebut secara khusus dalam pasal-pasalnya
o Recidive sistem antara:
- Tussen stelsel Pasal 486, 487, 488 pengelompokkan
kejahatan yang didasarkan pada kepentingan hukum
(rechtsbelang) yang dilanggar
- Syarat recidive menurut pasal 486, 487 dan 488:
1. Kejahatan yang kedua (yang diulangi) harus termasuk
dalam suatu kelompok jenis dengan kejahatan yang
kesatu (yang terdahulu)
Kelompok jenis itu adalah:
Kelompok jenis kejahatan dalam pasal 486 :
kejahatan terhadap dan mengenai harta benda
atau kebendaan
Kelompok jenis kejahatan dalam pasal 487 :
kejahatan terhadap nyawa dan tubuh (kejahatan-
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

kejahatan yang menyerang terhadap


kepentingan hukum mengenai pribadi orang)
Kelompok jenis kejahatan dalam pasal 488
merupakan kejahatan yang menyerang
kepentingan hukum atas nama baik dan harga
diri orang (mengenai penghinaan dan yang
berkaitan dengan penerbitan / percetakan)
2. Antara kejahatan yang kesatu dan kedua harus sudah
ada putusan hakim berupa pemidanaan yang
berkekuatan hukum tetap
3. Pidana yang pernah dijatuhkan hakim terdahulu harus
berupa pidana penjara
4. Ketika mengulangi, tenggang waktunya:
a. Belum lewat 5 tahun:
i. Sejak menjalani seluruh atau sebagian
pidana penjara untuk kejahatan yang kesatu
ii. Sejak pidana penjara sama sekali dihapus
(misalnya karena grasi)
b. Belum lewat tenggang waktu daluwarsa
kewenangan pidana (penjara) atas kejahatan yang
kesatu (Lihat pasal 84 jo 78)
5. Pemberatannya: ancaman pidana + 1/3 nya
2. KHUSUS
Delik yang dikualifisir / diperberat. Contoh: kualifikasi pembunuhan, bentuk
diperberatnya ada pada Pasal 339 dan 340.

GABUNGAN TINDAK PIDANA / PERBARENGAN TINDAK PIDANA (CONCURSUS /


SAMENLOOP)

Tujuan:

1. Sebagai pedoman bagi hakim dalam menjatuhkan hukuman atas perkara yang
terdiri dari beberapa tindak pidana
2. Membatasi kewenangan hakim dalam menjatuhkan putusan dengan kumulasi
yang tidak terbatas
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

3. Bukan gabungan tindak pidana bila beberapa tindak pidana terjadi namun tindak
pidana tersebut telah diatur dalam satu pasal (Misal: 339, 363, 365 KUHP)

Terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh satu orang atau lebih dari satu orang di
mana tindak pidana yang dilakukan pertama kali belum dijatuhi pidana, atau antara
tindak pidana yang awal dengan tindak pidana berikutnya belum dibatasi oleh suatu
putusan hakim. beberapa tindak pidana tersebut akan diadili sekaligus.

Secara konkret, ketentuan perbarengan mengatur dan menentukan mengenai:

a. Cara menyidangkan atau memeriksa (menyelesaikan) perkara Pasal 141


KUHAP: satu berkas perkara dan disidangkan dalam satu perkara
b. Sistem penjatuhan pidananya: apa jenis pidananya dan berapa pidananya

Dalam KUHP, Terdapat 3 macam gabungan tindak pidana:

1. Gabungan berupa satu perbuatan (Eendaadsche Samenloop / Concursus


Idealis), Pasal 63 KUHP sistem hisapan (absorbtie stelsel)
Menurut R. Sianturi, terdapat pembagian atas Concursus Idealis, yaitu:
o Concursus Idealis Homogenius : 1 perbuatan melanggar satu peraturan
pidana yang sama beberapa kali, contoh: satu tembakan mengenai 2
orang sekaligus, 2 kali melanggar Pasal 338 KUHP
o Concursus Idealis Heterogenius : 1 perbuatan melanggar beberapa
peraturan pidana yang berbeda, contoh: memperkosa wanita di taman,
melanggar pasal 281 dan 285 KUHP
Stelsel pemidanaan: Absorpsi Murni, dijatuhkan 1 jenis pidana yang terberat
(Pasal 63 ayat (1))
Pasal 63 ayat (2): lex specialis derogat legi generalis seorang Ibu yang
membunuh anak karena takut ketahuan telah melahirkan tidak dikenai Pasal
338, tapi Pasal 341 KUHP
Apabila satu perbuatan meliputi lebih dari satu pasal ketentuan hukum pidana,
maka hanya satu pasal diberlakukan
Jika hukumannya berlainan, pasal yang memuat hukuman diperberat
2. Satu perbuatan yang dilanjutkan (Voortgezette Handeling), Pasal 64 KUHP
sistem hisapan (absorbtie stelsel)
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Suatu tindak pidana yang terdiri dari beberapa perbuatan, di mana perbuatan
tersebut terdapat hubungan sedemikian rupa sehingga dipandang sebagai
perbuatan berlanjut. Berbagai perilaku harus merupakan pelaksanaan satu
keputusan yang terlarang.
Menurut MvT ada 3 syarat:
Tindakan-tindakan tersebut harus timbul dari suatu kehendak jahat satu
keputusan kehendak (wilsbesluit) si pembuat
Adanya kesengajaan. Satu kehendak dasar yang terbentuk sebelum orang itu
melakukan tindak pidana yang pertama kali, yang kemudian tindak pidana-
tindak pidana yang dilakukan berikutnya bersumber pada kehendak dasar ini,
dan bukan niat yang ditujukan pada setiap kali berbuat.
Contoh: seorang ahli waris memutuskan kehendaknya untuk memiliki seluruh
harta warisan untuk dirinya sendiri dengan cara akan membunuh dengan
meracun tiga orang ahli waris lainnya secara berurutan satu demi satu.
Kehendak dasar hanya terbit satu kali, sedangkan niat terbentuk setiap kali
melakukan tindak pidana. Niat-niat itu terbit dari satu kehendak dasar.
Masing-masing tindakan itu haruslah sejenis
Apa yang dimaksud perbuatan dalam pasal 64 ayat (1)? Perbuatan yang telah
memenuhi semua syarat dari suatu tindak pidana tertentu sebagaimana
dirumuskan dalam UU, bukan perbuatan materiil maupun dalam arti unsur
tindak pidana. perilaku-perilaku seorang tertuduh itu telah menyebabkan
terjadinya tindak pidana yang sejenis.
Tenggang waktu antara masing-masing tindak pidana tidak terlalu lama

Pemidanaan perbuatan berlanjut:

Pasal 64 (1) : prinsipnya sistem absorpsi


Pasal 64 (2) : ketentuan khusus untuk pemalsuan dan perusakan mata uang
hanya diberlakukan satu pidana saja, tanpa pemberatan
Pasal 64 (3) : ketentuan khusus untuk kejahatan ringan
Contoh: 3 kali penipuan ringan sebagai perbuatan berlanjut, tidak diancam 3
bulan penjara (pasal 379) namun 4 tahun penjara (pasal 378)

3. Gabungan beberapa perbuatan (Meerdaadsche Samenloop / Concursus Realis)


Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

a. Concursus Realis Homogenius: melakukan beberapa perbuatan dan


dengan perbuatan-perbuatan tersebut melanggar suatu ketentuan pidana
beberapa kali contoh: dalam 1 bulan membunuh 3 kali, jadi 3 kali
melanggar Pasal 338
b. Concursus Realis Heterogenus: beberapa perbuatan melanggar beberapa
peraturan pidana yang berbeda contoh: hari ini mencuri, besok
menganiaya, minggu depan memperkosa, dst. Melanggar pasal 362, 351,
dan 285 KUHP.
Meerdaadsche Samenloop dibedakan lagi menjadi:
a. Perbarengan antara beberapa kejahatan yang diancam dengan pidana
pokok yang sejenis (Pasal 65) sistem hisapan diperberat
Maksimum pidana : jumlah maksimum pidana yang diancamkan tertapi
tidak lebih dari maksimum pidana terberat ditambah sepertiganya
b. Perbarengan beberapa kejahatan yang diancam dengan pidana pokok
tidak sejenis (Pasal 66) sistem kumulasi terbatas
Pada si pembuatnya dijatuhi pidana sendiri-sendiri sesuai dengan
kejahatan yang dibuatnya, tetapi jumlahnya tidak boleh lebih berat dari
maksimum pidana terberat ditambah sepertiganya.
Pasal 66 (2) : bagi denda harus dihitung lamanya hukuman kurungan
yang harus dijalani apabila denda tidak dibayar
c. Perbarengan antara kejahatan dengan pelanggaran dan pelanggaran
dengan pelanggaran (Pasal 70) sistem kumulasi murni

Pasal 71 KUHP Delik yang tertinggal

Contoh: A melakukan TP :

- Pencurian (Psl. 362) pada tanggal 1 Mei 98


- Penganiayaan (Psl. 351 (2)) pada tanggal 6 Juni 98
- Penipuan (psl. 378) pada tanggal 4 Juli 98

Tertangkap pada bln Agustus 98, diadili pada bulan Desember 98 dan dijatuhi pidana
penjara 6 tahun. Kemudian diketahui bahwa pada tanggal 15 Juni 1998, A bersama B
melakukan pembunuhan (pasal. 338) terhadap X

Berapa pidana maksimal untuk A atas pembunuhan terhadap X?


Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Rumus:

Pidana maksimal untuk TP yang diketahui belakangan (P2) = Pidana maksimal jika
diadili sekaligus (Ps) Pidana yang telah dijatuhkan (P1)
ingin meminta pertanggungjawaban pidana dari orang lain
PENYERTAAN (DEELNEMING)
selain pelaku
Pengertian: terlibatnya lebih dari 1 orang dalam 1 tindak pidana (sebelum atau pada
saat tindak pidana terjadi). Permasalahan: bagaimana pertanggungjawaban pidana
dari orang-orang yang terlibat itu?

Pasal yang mengatur: Pasal 55, 56, 57 KUHP

Bentuk-bentuk penyertaan:
ada 4
1. Yang melakukan (plegen), orangnya disebut pembuat pelaksana (pleger)
Syarat seorang pleger harus sama dengan syarat seorang dader (pembuat tunggal,
yang melakukan tindak pidana secara pribadi, perbuatannya sudah memenuhi
unsur delik, dimaksud barang siapa dalam permulaan rumusan delik).
Perbuatan pleger harus memenuhi semua unsur delik, sama dengan perbuatan
seorang dader.
Perbedaan pleger dengan dader : seorang pleger masih memerlukan keterlibatan
minimal seorang lainnya, baik secara psikis (misalnya terlibat dengan seorang
penganjur) atau secara fisik (dengan pembuat peserta atau pembuat pembantu)
keterlibatan itu tidak semata-mata menentukan untuk terwujudnya tindak pidana
yang dituju.
Dalam tindak pidana formil: pleger ialah siapa yang melakukan dan menyelesaikan
perbuatan terlarang yang dirumuskan dalam tindak pidana yang bersangkutan.
Dalam tindak pidana materiil: pleger ialah orang yang perbuatannya menimbulkan
akibat yang dilarang oleh UU.
2. Yang menyuruh melakukan (doen plegen), orangnya disebut pembuat penyuruh
(doen pleger)
Menurut MvT, unsur-unsur dari pembuat penyuruh adalah:
Melakukan tindak pidana dengan perantaraan orang lain sebagai alat di
tangannya. Orang yang disuruh disebut manus minestra, sementara pembuat
penyuruh disebut manus domina.
Orang lain itu berbuat
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

o Tanpa kesengajaan atau tanpa kealpaan tidak ada kesalahan dalam


perbuatan orang yang disuruh
Contoh: seorang pemilik uang palsu (manus domina) menyuruh
pembantunya berbelanja di pasar dengan menyerahkan 10 lembar uang
yang palsu. Pembantu itu adalah manus ministra dalam kejahatan
mengedarkan uang palsu (245). Pembantu itu tidak mengetahui tentang
palsunya uang yang dibelanjakannya Dalam dirinya tidak ada unsur
kesalahan dalam bentuk kesengajaan.
o Tanpa tanggung jawab, oleh sebab keadaan:
Karena kekerasan
Contoh: A dan B hendak merampok, namun tuan rumah tidak hendak
memberitahu kode pembuka brankas. A dan B melemparkan tuan
rumah keluar jendela rumah yang bertingkat, dan tuan rumah itu
menimpa anak kecil yang bermain di bawah dan mati
pertanggungjawaban pada A dan B.

Karena disesatkan : kekeliruan atau kesalahpahaman akan suatu


unsur tindak pidana yang disebabkan oleh pengaruh dari orang lain (in
casu manus domina)
Contoh: A berkehendak mencuri koper milik B, penumpang kereta. A
sudah menguntit B sejak di stasiun dan A ikut menaiki kereta. Saat B
tertidur, dan kereta itu berhenti di suatu stasiun, A menyuruh seorang
kuli angkut untuk menurunkan koper itu dan membawanya ke sebuah
taksi yang kemudian dipesan. Pencurian koper tidak bisa
dipertanggungjawabkan kepada kuli karena kuli itu tidak tahu bahwa
koper itu milik B.

Yang menyuruh diancam pidana sebagaimana seorang pelaku, yang disuruh


(Sebagai pelaku langsung, pelaku materiil) tidak diancam pidana

Orang yang disuruh melakukan tidak dapat dihukum karena 2 sebab:

a. Orang tersebut sama sekali tidak melakukan perbuatan yang tidak dapat
dikualifikasi sebagai tindak pidana
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Contoh: juru rawat yang tidak mengetahui bahwa obat yang diberikan pada
pasien atas perintah seorang dokter adalah obat yang mengandung racun
b. Orang tersebut memang melakukan tindka pidana namun tidak dapat dihukum
karena ada alasan penghapus kesalahan
Orang yang disuruh adalah orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
karena pasal 44 KUHP
Orang yang disuruh berada dalam keadaan overmacht (Pasal 48 KUHP)
Orang yang disuruh melakukan perintah jabatan yang tidak sah tapi dengan
itikad baik ia mengira bahwa perintah itu sah (Pasal 52 ayat (2))

Dasar penghapus di luar KUHP:

AVAS (tiada kesalahan sama sekali) contoh: kasus arrest susu


Dwaling (Keliru / Sesat) A menyuruh B untuk mencairkan cek yang
ternyata tandatangannya dipalsukan oleh A, sementara B tidak
mengetahuinya
Anak di bawah umur

Menyuruh melakukan dalam delik culpa?

Contoh: X (kuli bangunan) menyuruh Z (kuli bangunan) untuk melemparkan


batu-bata ke bawah. Z mengira bahwa X telah melakukan pengamanan
seperlunya, ternyata tidak. Jika akibat perbuatan Z ada yang luka, maka yang
dapat diancam dengan hukuman adalah X.

3. Yang turut serta melakukan (medeplegen), orangnya disebut pembuat peserta


(mede pleger)
MvT: turut serta melakukan adalah setiap orang yang sengaja turut berbuat
(meedoet) dalam melakukan suatu tindak pidana.
2 kriteria pembuat peserta menurut Hoge Raad:
Antara para peserta ada kerja sama yang diinsyafi
Tidak perlu ada kesepakatan, tapi harus ada kesengajaan:
o Untuk bekerjasama : kehendak yang sama kuat yang ditujukan pada
penyelesaian tindak pidana. Cukup adanya saling pengertian
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

o Untuk mencapai hasil yang berupa tindak pidana (tujuannya harus sama)
kesengajaannya ditujukan pada penyelesaian tindak pidana, dan sama
dengan kesengajaan dari pembuat pelaksana
Para peserta sama-sama melaksanakan tindak pidana yang dimaksudkan
Arrest Hoge Raad: barangsiapa yang turut serta melakukan perbuatan, tidak
usah memiliki semua unsur tindak pidana. perbuatan pembuat peserta
hanya mengambil bagian saja dari pelaksanaan tindak pidana oleh pembuat
pelaksananya.

Pemidanaan: setiap peserta diancam pidana yang sama, dan jika ada peserta yang
melewati batas kesengajaan maka perbuatan beserta sanksinya menjadi tanggung
jawabnya sendiri.

Turut melakukan dalam delik culpa? Misalnya 359 KUHP

- Contoh kasus tukang bangunan yang lalai menjatukan barang sehingga ada
orang yang luka / tewas
- Contoh kasus kursus mengemudi: instruktur dan murid, murid gugup dan
menabrak orang.
4. Yang sengaja menganjurkan (uitlokken), orangnya disebut pembuat penganjur
(uitlokker) seseorang punya kehendak untuk melakukan tindak pidana, tetapi
tidak melakukannya sendiri, melainkan menggerakkan orang lain untuk
melaksanakn niatnya itu.
5 syarat pembuat penganjur:
Kesengajaan pembuat penganjur dalam 4 hal:
o Digunakannya upaya-upaya penganjuran
o Mewujudkan perbuatan menganjurkan beserta akibatnya
o Ditujukan pada orang lain untuk melakukan perbuatan yang dianjurkan
o Ditujukan pada orang lain yang mampu bertanggungjawab atau dapat
dipidana
Harus menggunakan cara-cara yang diatur dalam Pasal 55 ayat 1 angka 2,
yaitu:
o Memberikan sesuatu
o Memberikan janji
o Menyalahgunakan kekuasaan
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

o Menyalahgunakan martabat
o Kekerasan
o Ancaman
o Penyesatan
o Memberi kesempatan
o Memberi sarana
o Memberi keterangan
Terbentuknya kehendak orang yang dianjurkan untuk melakukan tindak pidana
sesuai dengan apa yang dianjurkan adalah disebabkan langsung oleh
digunakannya upaya-upaya penganjuran oleh si pembuat penganjur
Orang yang dianjurkan sudah selesai melaksanakan tindak pidana sesuai yang
dianjurkan
Orang yang dianjurkan adalah orang yang memiliki kemampuan
bertanggungjawab

Pemidanaan terhadap penggerak:

Diancam pidana yang sama dengan pelaku langsung pada: penggerakkan


yang berhasil dan penggerakkan yang sampai pada taraf percobaan yang
dapat dipidana

Jenis-jenis penggerakkan:

Penggerakkan yang berhasil


Penggerakkan yang hanya sampai pada taraf percobaan
Penggerakkan yang gagal
Penggerakan tanpa akibat
5. Yang membantu melakukan, orangnya disebut pembuat pembantu (medeplichtige)
Membantu melakukan mempunyai syarat yang dapat digolongkan ke dalam
pembantuan:
Harus dilakukan dengan kesengajaan
2 jenis pembantuan:
o Membantu sebelum tindak pidana Sarananya kesempatan, daya upaya,
keterangan
o Membantu pada saat terjadinya tindak pidana sarananya boleh apa saja
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Ancaman pidana: - 1/3 dari pelaku kejahatan

Deelneming Niat Memenuhi Pertanggungjawaban


Unsur
Doenpleger Penyuruh Yang disuruh Penyuruh: penuh
Yang disuruh: tidak
dipidana
Medepleger Semuanya Semuanya / Semuanya dikenai
bersama-sama pidana penuh
Uitlokking Awalnya si Yang terbujuk Si pembujuk dan
pembujuk, yang dibujuk
akhirnya yang dipidana penuh
terbujuk
Medepletigheid Yang dibantu, si Yang dibantu Yang dibantu : penuh
pembantu Yang membantu :
sebatas dikurangi sepertiga
membantu

Perbedaan antara membantu dengan menggerakkan / menganjurkan:

Menggerakkan / Menganjurkan Membantu


Keterangan, sarana, kesempatan Keterangan, sarana, kesempaan
digunakan oleh penggerak untuk digunakan oleh pembantu untuk
menimbulkan kehendak melakukan memberikan bantuan pada pelaku
tindak pidana pada pelaku langsung langsung

Perbedaan turut serta dengan pembantuan (Pada saat tindak pidana dilakukan):

Turut Melakukan Membantu melakukan


Menurut ajaran obyektif: Menurut ajaran obyektif:
Perbuatannya merupakan perbuatan Perbuatannya merupakan perbuatan
pelaksanaan yang membantu / menunjang
Menurut ajaran subyektif: Menurut ajaran subyektif:
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Kesengajaan ditujukan untuk Kesengajaannya hanya untuk memberi


terwujudnya delik bantuan saja pada orang lain
Harus ada kerja sama yang disadari Tidak harus ada kerja sama yang
disadari
Punya kepentingan / tujuan sendiri: Tidak mempunyai kepentingan / tujuan
terwujudnya delik sendiri

Perbandingan pembuat penyuruh dengan pembuat penganjur:

Pembuat penyuruh Pembuat penganjur / menggerakkan


Tidak melakukan sendiri tindak pidana, melainkan menggunakan atau melalui
orang lain.
Kesengajaan ditujukan pada penyelesaian tindak pidana dengan menggunakan
orang lain
Boleh menggunakan segala cara Harus menggunakan cara-cara dalam
Pasal 55 ayat (1) ke-2
Yang dibebani tanggung jawab pidana Yang dipidana : pembuat penganjurnya
dan dipidana hanya penyuruhnya saja dan pembuat materiilnya

HAPUSNYA KEWENANGAN MENUNTUT

Dalam KUHP:

1. Tidak adanya pengaduan pada delik-delik aduan (Pasal 72-75 KUHP)


2. Ne Bis In Idem (Pasal 76 KUHP)
Seseorang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya berdasarkan suatu perbuatan,
apabila terhadap perbuatan itu telah ada putusan hakim yang berkekuatan hukum
tetap.
Syarat:
Perbuatannya adalah satu perbuatan tertentu
Orangnya adalah satu orang tertentu
Sudah ada putusan hakim berkekuatan hukum tetap putusan tidak dapat lagi
dilawan dengan upaya hukum biasa
3. Matinya tersangka / terdakwa (Pasal 77 KUHP)
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

4. Daluwarsa (Pasal 78-81 KUHP)


Tidak dapat lagi dilakukan penuntutan terhadap seseorang karena telah
dilampauinya jangka waktu tertentu untuk melakukan penuntutan.
Tenggang waktu daluwarsa penuntutan:
Mulai dihitung sejak keesokan hari setelah perbuatan dilakukan, kecuali:
Pemalsuan atau perusakan uang pada hari sesudah barang yang dipalsu
atau mata uang yang rusak digunakan
Pasal 328, 329, 330, 333 KUHP pada hari sesudah korban dibebaskan atau
meninggal dunia
Pasal 556-558a KUHP dimulai pada hari sesudah daftar-daftar yang memuat
pelanggaran-pelanggaran itu disampaikan pada Panitera Pengadilan yang
bersangkutan.

Pencegahan daluwarsa (stuiting de Penangguhan daluwarsa (schorsing de


verjaring) verjaring)
Tenggang daluwarsa dihentikan Daluwarsa dihentikan selama
sehingga tidak berjalan oleh karena beberapa waktu
suatu hal Karena adanya perselisihan pra-
Contoh: tindakan penuntutan yudisial (kompetensi relatif)
Mulai tenggang daluwarsa yang baru Selama ditunda, perhitungan tenggang
waktu daluwarsa berhenti untuk
sementara waktu

5. Penyelesaian di luar sidang (Pasal 82 KUHP)


Yaitu secara membayar kepada kejaksaan maksimum denda yang diancamkan
ditambah dengan biaya perkara yang telah dikeluarkan oleh jaksa.
Hanya dapat dilakukan apabila:
Tindak pidananya adalah pelanggaran
Hanya diancam dengan pidana denda

Di luar KUHP:

1. Amnesti (Pasal 14 UUD 1945)


Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Hak untuk mengeluarkan pernyataan umum bahwa UU pidana tidak akan


menerbitkan akibat-akibat hukum apapun juga bagi orang-orang tertentu yang
bersalah melakukan suatu atau beberapa tindak pidana tertentu.
Tindakan presiden yang mengakhiri semua akibat hukum bagi orang-orang yang
melakukan tindak pidana dengan melalui UU. Apabila orang-orang sedang dalam
penuntutan, maka dengan dikeluarkannya amnesti, penuntutan itu gugur demi
hukum.
Ditujukan pada peristiwa tertentu.
2. Abolisi (Pasal 14 UUD 1945)
Hak untuk menyatakan bahwa tuntutan pidana terhadap seseorang harus
digugurkan atau suatu tuntutan pidana yang telah dimulai harus dihentikan.
Tindakan presiden untuk meniadakan atau menghentikan kewenangan Penuntut
Umum untuk melakukan penuntutan pidana terhadap seseorang pembuat tindak
pidana.
Ditujukan pada orang tertentu.

HAPUSNYA KEWENANGAN MEMIDANA

Dalam KUHP:

1. Sebab meninggalnya terpidana (Pasal 83 KUHP)


2. Daluwarsa (Pasal 84)
Saat penghitungan tenggang daluwarsa:
Mulai pada keesokan hari setelah putusan hakim tetap dan ada juga putusan
hakim yang memerintahkan terdakwa untuk segera menjalani pidananya,
walaupun terdakwa mengajukan upaya hukum biasa
Pencegahan (Stuiting)
o Terpidana melarikan diri ketika menjalani pidana tenggang waktu
dihitung keesokan harinya setelah melarikan diri
o Pelepasan bersyarat dicabut keesokan harinya setelah dicabut, mulai
waktu daluwarsa baru
Penundaan (schorsing)
o Penjalanan pidana ditunda menurut UU
o Selama terpidana dirampas kemerdekaannya (ada dalam tahanan)
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil

Di luar KUHP:

1. Amnesti
2. Grasi
Pemberian grasi sifatnya memberi pengampunan, dan tidak dapat menghilangkan
atau meniadakan kesalahan terpidana. Sifat pemberian grasi hanyalah sekedar
mengoreksi mengenai pidana yang dijatuhkan, tidak mengoreksi substansi
pertimbangan pokok perkaranya.
3 macam isinya yang dapat diputuskan oleh presiden:
Meniadakan pelaksanaan seluruh pidana yang telah dijatuhkan dalam putusan
pengadilan
Melaksanakan sebagian saja dari pidana yang dijatuhkan dalam putusan
Mengubah jenis pidana (komutasi) yang telah dijatuhkan dalam putusan
menjadi pidana yang lebih ringan baik dalam jenis pidana pokok yang sama
(misalnya pidana penjara seumur hidup menjadi pidana penjara 10 tahun)
maupun jenis pidana pokok yang berbeda (misalnya pidana mati diubah
menjadi pidana penjara 15 tahun)

Daluwarsa penuntutan Daluwarsa menjalankan


pidana
Semua pelanggaran 1 tahun 2 tahun
Kejahatan percetakan 1 tahun 5 tahun
Kejahatan dengan 6 tahun 8 tahun
pidana paling lama 3
tahun
Kejahatan dengan 12 tahun 16 tahun
pidana di atas 3 tahun
Pidana mati dan seumur 18 tahun Tidak terbatas
hidup

Anda mungkin juga menyukai