Dari sudut sumbernya, dasar-dasar yang meniadakan pidana ada dua macam, yaitu:
Delik selesai, pelaku memenuhi semua unsur tindak pidana, namun pelaku diancam
dengan pidana yang lebih ringan dari yang seharusnya atau lebih ringan dari pelaku
yang lain.
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil
a. Umum
Tindak pidana yang dilakukan oleh anak / orang yang belum dewasa
diatur dalam UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, mengganti
pasal 45-47 KUHP : Anak yang umurnya telah mencapai 8 tahun tetapi
belum 18 tahun dan belum pernah kawin
UU no. 3 tahun 1997: hakim dapat menjatuhkan satu di antara dua
kemungkinan: menjatuhkan pidana atau tindakan (Pasal 21).
Pidana pokoknya ada 4 macam:
o Pidana penjara dibedakan menjadi 2 pada Pasal 26:
Untuk tindak pidana yang tidak diancam dengan pidana mati
atau penjara seumur hidup paling lama dijatuhkan dari
maksimum pidana penjara
Untuk tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau
penjara seumur hidup paling lama 10 tahun (terhadap anak
yang berumur 12 tahun tapi belum 18 tahun)
o Kurungan
o Denda
o Pengawasan
Kategori usia:
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil
Dasar pemberat terjadi ketika seseorang yang sudah melakukan semua anasir dari
unsur tindak pidana, namun ada alasan untuk memperberat perbuatannya sehingga
hukuman yang akan diterima lebih berat.
Dalam KUHP:
1. UMUM
a. Karena jabatan Pasal 52 KUHP Maksimum hukuman ditambah dengan
sepertiga
Pegawai Negeri (ambtenaar) dalam Pasal 92 KUHP: anggota DPR di pusat
dan daerah, anggota TNI dan POLRI.
Pegawai Negeri menurut Hoge Raad mengandung 3 unsur pokok:
Diangkat oleh kekuasaan umum
Untuk menjabat pekerjaan umum
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil
Orang itu telah menjalani seluruh atau sebagian pidana yang telah
dijatuhkan hakim; dibebaskan dari menjalani pidana; hak negara untuk
menjalankan pidananya belum kadaluwarsa
o Beberapa kemungkinan mengenai pelaksanaan pidana yang
telah dijatuhkan:
Telah menjalani seluruh pidana yang dijatuhkan
Telah menjalani sebagian pidana yang dijatuhkan
Narapidana mendapat pelepasan bersyarat
(pelaksanaan pidana dihentikan) jika dia telah menjalani
pidana duapertiga dari lamanya pidana yang dijatuhkan
dengan syarat tertentu. (Pasal 15 KUHP)
Ditiadakan dari menjalani pidana
Hakim menjatuhkan pidana dengan menetapkan
bersyarat (Pasal 14a KUHP).
Diberikan grasi oleh Kepala Negara.
Hak negara untuk menjalankan pidana terhadapnya
belum lampau waktu (belum daluwarsa).
Tenggang daluwarsa: penghitungannya dimulai satu hari
sejak putusan hakim dapat dijalankan
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil
Tenggang waktu:
Pemberatan:
Tujuan:
1. Sebagai pedoman bagi hakim dalam menjatuhkan hukuman atas perkara yang
terdiri dari beberapa tindak pidana
2. Membatasi kewenangan hakim dalam menjatuhkan putusan dengan kumulasi
yang tidak terbatas
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil
3. Bukan gabungan tindak pidana bila beberapa tindak pidana terjadi namun tindak
pidana tersebut telah diatur dalam satu pasal (Misal: 339, 363, 365 KUHP)
Terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh satu orang atau lebih dari satu orang di
mana tindak pidana yang dilakukan pertama kali belum dijatuhi pidana, atau antara
tindak pidana yang awal dengan tindak pidana berikutnya belum dibatasi oleh suatu
putusan hakim. beberapa tindak pidana tersebut akan diadili sekaligus.
Suatu tindak pidana yang terdiri dari beberapa perbuatan, di mana perbuatan
tersebut terdapat hubungan sedemikian rupa sehingga dipandang sebagai
perbuatan berlanjut. Berbagai perilaku harus merupakan pelaksanaan satu
keputusan yang terlarang.
Menurut MvT ada 3 syarat:
Tindakan-tindakan tersebut harus timbul dari suatu kehendak jahat satu
keputusan kehendak (wilsbesluit) si pembuat
Adanya kesengajaan. Satu kehendak dasar yang terbentuk sebelum orang itu
melakukan tindak pidana yang pertama kali, yang kemudian tindak pidana-
tindak pidana yang dilakukan berikutnya bersumber pada kehendak dasar ini,
dan bukan niat yang ditujukan pada setiap kali berbuat.
Contoh: seorang ahli waris memutuskan kehendaknya untuk memiliki seluruh
harta warisan untuk dirinya sendiri dengan cara akan membunuh dengan
meracun tiga orang ahli waris lainnya secara berurutan satu demi satu.
Kehendak dasar hanya terbit satu kali, sedangkan niat terbentuk setiap kali
melakukan tindak pidana. Niat-niat itu terbit dari satu kehendak dasar.
Masing-masing tindakan itu haruslah sejenis
Apa yang dimaksud perbuatan dalam pasal 64 ayat (1)? Perbuatan yang telah
memenuhi semua syarat dari suatu tindak pidana tertentu sebagaimana
dirumuskan dalam UU, bukan perbuatan materiil maupun dalam arti unsur
tindak pidana. perilaku-perilaku seorang tertuduh itu telah menyebabkan
terjadinya tindak pidana yang sejenis.
Tenggang waktu antara masing-masing tindak pidana tidak terlalu lama
Contoh: A melakukan TP :
Tertangkap pada bln Agustus 98, diadili pada bulan Desember 98 dan dijatuhi pidana
penjara 6 tahun. Kemudian diketahui bahwa pada tanggal 15 Juni 1998, A bersama B
melakukan pembunuhan (pasal. 338) terhadap X
Rumus:
Pidana maksimal untuk TP yang diketahui belakangan (P2) = Pidana maksimal jika
diadili sekaligus (Ps) Pidana yang telah dijatuhkan (P1)
ingin meminta pertanggungjawaban pidana dari orang lain
PENYERTAAN (DEELNEMING)
selain pelaku
Pengertian: terlibatnya lebih dari 1 orang dalam 1 tindak pidana (sebelum atau pada
saat tindak pidana terjadi). Permasalahan: bagaimana pertanggungjawaban pidana
dari orang-orang yang terlibat itu?
Bentuk-bentuk penyertaan:
ada 4
1. Yang melakukan (plegen), orangnya disebut pembuat pelaksana (pleger)
Syarat seorang pleger harus sama dengan syarat seorang dader (pembuat tunggal,
yang melakukan tindak pidana secara pribadi, perbuatannya sudah memenuhi
unsur delik, dimaksud barang siapa dalam permulaan rumusan delik).
Perbuatan pleger harus memenuhi semua unsur delik, sama dengan perbuatan
seorang dader.
Perbedaan pleger dengan dader : seorang pleger masih memerlukan keterlibatan
minimal seorang lainnya, baik secara psikis (misalnya terlibat dengan seorang
penganjur) atau secara fisik (dengan pembuat peserta atau pembuat pembantu)
keterlibatan itu tidak semata-mata menentukan untuk terwujudnya tindak pidana
yang dituju.
Dalam tindak pidana formil: pleger ialah siapa yang melakukan dan menyelesaikan
perbuatan terlarang yang dirumuskan dalam tindak pidana yang bersangkutan.
Dalam tindak pidana materiil: pleger ialah orang yang perbuatannya menimbulkan
akibat yang dilarang oleh UU.
2. Yang menyuruh melakukan (doen plegen), orangnya disebut pembuat penyuruh
(doen pleger)
Menurut MvT, unsur-unsur dari pembuat penyuruh adalah:
Melakukan tindak pidana dengan perantaraan orang lain sebagai alat di
tangannya. Orang yang disuruh disebut manus minestra, sementara pembuat
penyuruh disebut manus domina.
Orang lain itu berbuat
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil
a. Orang tersebut sama sekali tidak melakukan perbuatan yang tidak dapat
dikualifikasi sebagai tindak pidana
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil
Contoh: juru rawat yang tidak mengetahui bahwa obat yang diberikan pada
pasien atas perintah seorang dokter adalah obat yang mengandung racun
b. Orang tersebut memang melakukan tindka pidana namun tidak dapat dihukum
karena ada alasan penghapus kesalahan
Orang yang disuruh adalah orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
karena pasal 44 KUHP
Orang yang disuruh berada dalam keadaan overmacht (Pasal 48 KUHP)
Orang yang disuruh melakukan perintah jabatan yang tidak sah tapi dengan
itikad baik ia mengira bahwa perintah itu sah (Pasal 52 ayat (2))
o Untuk mencapai hasil yang berupa tindak pidana (tujuannya harus sama)
kesengajaannya ditujukan pada penyelesaian tindak pidana, dan sama
dengan kesengajaan dari pembuat pelaksana
Para peserta sama-sama melaksanakan tindak pidana yang dimaksudkan
Arrest Hoge Raad: barangsiapa yang turut serta melakukan perbuatan, tidak
usah memiliki semua unsur tindak pidana. perbuatan pembuat peserta
hanya mengambil bagian saja dari pelaksanaan tindak pidana oleh pembuat
pelaksananya.
Pemidanaan: setiap peserta diancam pidana yang sama, dan jika ada peserta yang
melewati batas kesengajaan maka perbuatan beserta sanksinya menjadi tanggung
jawabnya sendiri.
- Contoh kasus tukang bangunan yang lalai menjatukan barang sehingga ada
orang yang luka / tewas
- Contoh kasus kursus mengemudi: instruktur dan murid, murid gugup dan
menabrak orang.
4. Yang sengaja menganjurkan (uitlokken), orangnya disebut pembuat penganjur
(uitlokker) seseorang punya kehendak untuk melakukan tindak pidana, tetapi
tidak melakukannya sendiri, melainkan menggerakkan orang lain untuk
melaksanakn niatnya itu.
5 syarat pembuat penganjur:
Kesengajaan pembuat penganjur dalam 4 hal:
o Digunakannya upaya-upaya penganjuran
o Mewujudkan perbuatan menganjurkan beserta akibatnya
o Ditujukan pada orang lain untuk melakukan perbuatan yang dianjurkan
o Ditujukan pada orang lain yang mampu bertanggungjawab atau dapat
dipidana
Harus menggunakan cara-cara yang diatur dalam Pasal 55 ayat 1 angka 2,
yaitu:
o Memberikan sesuatu
o Memberikan janji
o Menyalahgunakan kekuasaan
Mohon untuk tetap membaca buku pidana agar pemahamannya lebih komprehensif.
Disusun oleh Dominique Virgil
o Menyalahgunakan martabat
o Kekerasan
o Ancaman
o Penyesatan
o Memberi kesempatan
o Memberi sarana
o Memberi keterangan
Terbentuknya kehendak orang yang dianjurkan untuk melakukan tindak pidana
sesuai dengan apa yang dianjurkan adalah disebabkan langsung oleh
digunakannya upaya-upaya penganjuran oleh si pembuat penganjur
Orang yang dianjurkan sudah selesai melaksanakan tindak pidana sesuai yang
dianjurkan
Orang yang dianjurkan adalah orang yang memiliki kemampuan
bertanggungjawab
Jenis-jenis penggerakkan:
Perbedaan turut serta dengan pembantuan (Pada saat tindak pidana dilakukan):
Dalam KUHP:
Di luar KUHP:
Dalam KUHP:
Di luar KUHP:
1. Amnesti
2. Grasi
Pemberian grasi sifatnya memberi pengampunan, dan tidak dapat menghilangkan
atau meniadakan kesalahan terpidana. Sifat pemberian grasi hanyalah sekedar
mengoreksi mengenai pidana yang dijatuhkan, tidak mengoreksi substansi
pertimbangan pokok perkaranya.
3 macam isinya yang dapat diputuskan oleh presiden:
Meniadakan pelaksanaan seluruh pidana yang telah dijatuhkan dalam putusan
pengadilan
Melaksanakan sebagian saja dari pidana yang dijatuhkan dalam putusan
Mengubah jenis pidana (komutasi) yang telah dijatuhkan dalam putusan
menjadi pidana yang lebih ringan baik dalam jenis pidana pokok yang sama
(misalnya pidana penjara seumur hidup menjadi pidana penjara 10 tahun)
maupun jenis pidana pokok yang berbeda (misalnya pidana mati diubah
menjadi pidana penjara 15 tahun)