*
Anggota Tim Revisi UU Desain Industri
1
Yoan Nursari Simanjuntak, Hak Desain Industri (Sebuah Realitas Hukum dan Sosial), (Surabaya: Srikandi, 2006), hlm.
160.
2
Ansori Sinungan, Perlindungan Desain Industri: Tantangan dan Hambatan dalam Praktiknya di Indonesia, Ringkasan
Disertasi dalam program Doktor, Universitas Indonesia: Jakarta, 2009, hlm.68
3
Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 31/ Desain Industri/ 2003/PN.Niaga.Jkt. Pst.
4
Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 07/ Desain Industri/ 2004/PN.Niaga.Jkt. Pst
5
Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 02/ Desain Industri/ 2004/ N.Niaga.Jkt.Pst; Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 025/ K/N/ HaKI/2004; Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
010/PK/N/HaKI/2005.
6
Lihat Article 10 of Council Regulation (EC) No 6/2002 of 12 December 2001 on Community Designs.
7
Lihat Article 15 and Article 16 of Australian Design Act 2003.
Industri dapat diberikan perlindungan apabila atau perkembangan masyarakat yang bisa
identik atau kesan keseluruhannya berbeda memberi penjelasan mengapa
dengan Desain Industri yang telah ada pengundang-undang (Pemerintah) atau
sebelumnya. Dengan demikian pengaturan di pengambil inisiatif undang-undang (DPR)
Uni-Eropa dan Australia sangat jelas bergerak atau tergerak mengajukan RUU
menyatakan bahwa dua desain industri itu.
dinyatakan tidak sama apabila tidak identik 5. Interpretasi teleologis yaitu suatu
atau kesan keseluruhannya berbeda sehingga interpretasi yang mengemukakan tujuan
mencakup kemiripan. dari usaha pembentukan perundang-
undangan baru itu, yang digunakan untuk
Oleh karenanya di dalam penulisan ini akan membantu/menunjang argumentasi
dibahas mengenai bagaimana menafsirkan sosiologis di atas.
kata “tidak sama” yang terdapat dalam Pasal 2 6. Interpretasi otentik yaitu interpretasi yang
ayat (2) UU Desain Industri. terdapat dalam ketentuan atau pasal
undang-undang itu sendiri baik berupa arti
Penafsiran kata “Tidak Sama” dalam Pasal 2 kata atau istilah yang digunakan dengan
ayat (2) UU Desain Industri maksud agar tafsir tersebut mengikat.
Karena dengan menjadikan suatu
Dalam analisis terhadap penafsiran kata “tidak pengertian atau istilah ketentuan atas
sama” dalam Pasal 2 Ayat (2) UU Desain suatu pasal dalam undang-undang, ia
Industri ini akan digunakan metode mengikat seperti ketentuan atau pasal
8
interpretasi hukum yakni: lainnya.
1. Interpretasi bahasa atau tata bahasa, di 7. Interpretasi perbandingan, di mana dalam
mana ketentuan atau kaidah hukum metode ini penafsiran dilakukan dengan
tertulis diartikan menurut arti kalimat atau membandingkan antara hukum lama
bahasa sebagaimana diartikan oleh orang dengan hukum positif yang berlaku saat
9
biasa yang menggunakan bahasa secara ini.
biasa (sehari-hari).
2. Interpretasi sejarah, yang merupakan a. Interpretasi Bahasa atau Tata Bahasa
interpretasi berdasarkan pemeriksaan/
penelitian sejarah hukum ( rechts Kata “tidak sama” dalam bahasa Indonesia
historische-interpretatie) atau sejarah dikenal dengan kata “berbeda” yang artinya
perundang-undangan (wets historische sesuatu yang tidak sama atau sesuatu yang
10
interpretatie). berlainan. Maksud dari kata sesuatu dalam
3. Interpretasi sistematis yaitu dengan arti kata “berbeda” tersebut adalah obyek
melakukan tafsir yang baik harus dilakukan yang sedang diperbandingkan yang dalam
secara sistematis, yakni berkaitan dengan konteks penelitian ini adalah “Desain Industri”
ketentuan lain dalam teks undang-undang sebagaimana dimaksud dalam UU Desain
yang sama atau undang-undang lain yang Industri.
bersangkutan atau ada kaitan dengan
ketentuan yang sedang ditafsir. Dalam bahasa Inggris kata “berbeda” dikenal
4. Interpretasi sosiologis melalui suatu dengan kata different yang artinya menurut
interpretasi dengan menyelidiki sebab- Dictionary.Com adalah (1) tidak sama dalam
11
sebab atau faktor apa dalam masyarakat karakter atau kualitas; dan (2) tidak identik.
8
Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum: Suatu Pengenalan Pertama Ruang Lingkup
Berlakunya Ilmu Hukum (Buku I), (Bandung: Penerbit Alumni, 2000), hlm. 100-111
9
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hlm. 108.
10
Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, (Surabaya: Reality Publisher, 2008), kata kunci:”beda”
11
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://dictionary.reference.com/browse/differ
ent, diakses 5 Januari 2010.
Mengacu pada arti (1), maka cakupan kata yang bermula dari Revolusi Industri. Segi yang
berbeda mencakup kemiripan, karena yang membedakannya yaitu pada pemisahan
dijadikan patokan dalam perbandingan adalah desain dari proses pembuatan yang ternyata
13
karakter atau kualitas. Dengan demikian telah ada sebelum Revolusi Industri.
perbedaan terjadi apabila karakternya benar-
benar berbeda. Sedangkan mengacu pada arti Pada abad ke-18, perkembangan desain lebih
(2), maka perbedaan terjadi apabila tidak sama menitikberatkan pada nilai seni dan nilai
persis, jadi sedikit perbedaan sudah dapat estetis daripada nilai komersial dan nilai
dikatakan berbeda. Hal ini juga diperkuat oleh kegunaan, di mana metode yang dipergunakan
Oxford Advanced Learner's Dictionary yang adalah metode kerajinan. Sistem pabrikan
mengartikan kata different adalah (1) not like mulai dikenal pada pertengahan abad ke-18,
12
something; (2) not the same as something. tetapi masih tetap menggunakan metode-
metode tradisional dengan jaringan-jaringan
Kendala yang saat ini dihadapi dalam perkara bengkel kecil. Barulah pada abad 19 dilahirkan
yang sedang dianalisis adalah adanya dua beberapa industri baru yang menerapkan
kemungkinan pengartian kata “berbeda/tidak proses mekanisasi produksi untuk
sama” yang sering menimbulkan multi- menghasilkan berbagai produk baru, sehingga
interpretasi sebagaimana tertulis dalam Pasal konsepsi yang diterima adalah kemanfaatan.
2 Ayat (2) UU Desain Industri. Karena itu untuk Jadi titik beratnya adalah mengembangkan
menginterpretasikan arti kata “tidak sama” mekanisme suatu alat secara fungsional, tanpa
14
dalam Pasal 2 Ayat (2) UU Desain Industri ada sentuhan desain dan estetis. Pada abad
secara tepat dalam konteks pengaturan sistem ke-20 Desain Industri berkembang dengan
perlindungan Desain Industri di Indonesia, pesat yang dibuktikan dengan begitu
maka selanjutnya perlu dilakukan penafsiran banyaknya produk industri yang tidak terlepas
lebih komprehensif tidak hanya melalui dari peranan para pendesain. Sejalan dengan
interpretasi bahasa atau tata bahasa tetapi hal tersebut WIPO memberikan definisi bahwa
juga berdasarkan cara interpretasi lainnya dari sudut pandang hukum HKI, desain industri
yaitu interpretasi sejarah, sistematis, hanya mengacu pada aspek ornamental atau
sosiologis, teleologis, tafsir otentik dan estetika dari suatu produk, dengan kata lain
perbandingan. hanya mengacu pada penampilan suatu
15
produk.
b. Interpretasi Sejarah
Sejarah mengenai pengaturan sistem
Pada dasarnya, Desain Industri merupakan perlindungan Desain Industri di Indonesia awal
suatu proses penciptaan, penemuan, dan mulanya masih diatur melalui Undang-Undang
penentuan yang tidak terpisah dari segi-segi Hak Cipta sejak dari awal kemerdekaan sampai
produksi. Dalam hubungan ini pada gilirannya dengan tahun 2000. Hal ini dikarenakan tidak
Desain Industri mencakup perpaduan antara ada undang-undang yang khusus mengatur
faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor perlindungan hak Desain Industri. Hal ini
yang sering kali bertentangan ke dalam suatu sejalan dengan ketentuan Pasal 2 Ayat (7)
gubahan konsep tiga dimensional serta realitas Konvensi Berne yang menyatakan bahwa:
material yang dapat direproduksi dengan
peralatan mekanik. Oleh karenanya, Subject to the provisions of Article 7(4) of this
perlindungan Desain Industri bertalian dengan Convention, it shall be a matter for legislation
perkembangan industrialisasi dan mekanisme in the countries of the Union to determine the
12
Oxford Advanced Learner's Dictionary, (New York: Oxford University Press, 2005)
13
John Hesket, Desain Industri, (Jakarta: Rajawali, 1986), hlm. 32
14
Ibid, hlm. 33.
15
WIPO, “Looking Good: Designs for Small and Medium-sized Enterprises An Introduction to Industrial”, Op. Cit., pg. 3
Dari analisis sejarah, kata “tidak sama” dalam Dengan demikian untuk membandingkan dua
Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Desain karya Desain Industri, lebih tepat dinilai
Industri, penilaiannya lebih tepat didasarkan berdasarkan kesan yang timbul apabila kedua
pada aspek keindahan/ornamental atau kesan karya Desain Industri tersebut diletakkan
estetis pada suatu produk, di mana jika kreasi berdampingan. Perbedaan kecil antara dua
suatu Desain Industri menghasilkan kesan ka r ya D e s a i n I n d u st r i b e l u m te n t u
estetis yang berbeda dengan pengungkapan memberikan kesan estetis yang berbeda di
sebelumnya maka Desain Industri tersebut antara keduanya. Jadi dalam menilai kesamaan
dapat dianggap memiliki kebaruan. antara dua Desain Industri tidak dapat
16
http://www.antaranews.com/berita/1274867473/kopi-gayo-peroleh-sertifikat-indikasi-geografis
17
Keterangan Pemerintah di Hadapan Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan Undang-
undang tentang Hak Cipta', dalam: JCT Simorangkir, 189-193.
ditentukan bahwa hal tersebut harus identik upayakan agar manfaat ekonomis dapat
atau sama persis. Bisa saja terjadi pengabaian diterima oleh yang berhak dan memberikan
18
terhadap perbedaan kecil atau detil immateril rangsangan bagi tumbuhnya kreativitas.
apabila secara kesan masih menunjukkan
kesamaan (kemiripan). Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, para
pendesain selalu berhadapan dan dibatasi
Ketentuan undang-undang lain yang terkait oleh expected reactions yang datangnya dari
19
dengan pengaturan Desain Industri adalah luar, yaitu konsumen. Secara teoritis, dalam
ketentuan dalam Pasal 25 Ayat (1) Persetujuan suatu hubungan sosial dimana interaksi
TRIPs-WTO yang telah diratifikasi oleh resiprositas menjadi intinya, harapan-harapan
pemerintah Republik Indonesia melalui orang lain merupakan hal yang sangat
20
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang menentukan. Dalam hal ini terdapat kaitan
Perjanjian Pembentukan WTO. Dalam Pasal 25 yang sangat erat antara selera konsumen
Ayat (1) Persetujuan TRIPs-WTO diatur bahwa dengan bentuk, corak, dan kualitas desain.
suatu desain industri dinyatakan tidak baru Desain bagi konsumen juga diterjemahkan
21
atau tidak orisinal apabila desain yang sebagai indikator nilai sebuah produk.
bersangkutan tidak secara nyata berbeda (not
significantly differ) dari desain atau kombinasi Pemaknaan yang terkait dengan obyek fisik,
beberapa desain yang sudah dikenal. Dari umumnya berhubungan dengan daya tarik
22
ketentuan Pasal 25 Ayat (1) Persetjuan TRIPs- suatu barang bagi seseorang. Dalam
WTO ini dapat juga diambil suatu kesimpulan mendesain produk ada beberapa fungsi yang
bahwa apabila suatu Desain Industri walaupun salah satunya fungsi estetis yang menyangkut
memiliki perbedaan kreasi dengan peng- proporsi dari bentuk produk, warna-warna dan
ungkapan sebelumnya yang per-bedaannya lain sebagainya berdasarkan apresiasi
tidak nyata, kecil atau minor namun tetap terhadap yang bagus/cantik serta yang
23
memperlihatkan kesan yang sama, maka berhubungan dengan selera baik. Dalam
Desain Industri tersebut dinyatakan tidak baru proses pengembangan produk, salah satunya
sehingga tidak dapat diberikan hak Desain terkait dengan kualitas estetika produk yang
Industri. berhubungan erat dengan penampilan produk
secara visual, terdiri dari bagian-bagian yang
d. Interpretasi Sosiologis secara keseluruhan memberikan bentuk,
tekstur, warna dan lain sebagainya terhadap
Di dalam masyarakat, pengaturan Desain suatu produk.
24
Undang-undang Desain Industri meng- Untuk membandingkan dua desain, jika kita
18
Yoan Nursari Simanjuntak, Hak Desain Industri (Sebuah Realitas Hukum dan Sosial), Surabaya: Srikandi, 2006, hlm.
156.
19
Ibid, hlm. 143.
20
Paul B. Horton, Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 1991), hlm. 18.
21
Yoan Nursari Simanjuntak, op. cit., hlm. 142.
22
George Rizter, Modern Sociological Theory, (New York: The McGraw Hill Companies Inc., 1996), pg. 182
23
Ita Gambiro, Desain Produk Industri, (Jakarta: Gramedia Offset, 1992), hlm. 16.
24
Ibid, hlm. 17.
25
Budi Santoso, Butir-Butir Berserakan Tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual (Desain Industri), Bandung: CV. Mandar
Maju, 2005, hlm. 31.
26
Vincenzo Scordamaglia, “Design Protection in Europe the Directive and Community Design Regulation: History,
Rationale of Regional Protection in Europe”, Material for National Workshop on a Regional ASEAN Design System, Manila,
th
June 24 2005, pg. 8.
27
Insan Budi Maulana, Bianglala HaKI (Hak Kekayaan Intelektual), (Jakarta: PT. Hecca Mitra Utama, 2005), hlm. 318-319.
28
Lihat Pasal 1 Angka 1 UU No. 31/2000 tentang Desain Industri.
29
“Looking Good: Designs for Small and Medium-sized Enterprises An Introduction to Industrial”, (World Intellectual
Property Organization: Geneva – Switzerland) Booklet WIPO Publication No. 498(E) second edition, pg. 3
30
Insan Budi Maulana, op. cit., hlm. 319.
tetapi kesan estetisnya tetap sama) dengan dapat mengacu pada Ketentuan Umum Pasal 1
pengungkapan sebelum tanggal penerimaan Angka 1 UU Desain Industri. Jika hal ini
pada saat diajukan permohonan pendaftaran dilakukan, tentunya yang menjadi dasar
hak Desain Industri. Hal ini mengingat bahwa pertimbangan adalah kesan estetis yang
kesan estetis artinya kesan dari penampilan dihasilkan oleh kreasi pembentuk Desain
suatu produk yang dapat menimbulkan Industri (bentuk, konfigurasi, komposisi garis
perasaan di mana seseorang merasa tertarik dan/atau warna, atau gabungan daripadanya).
atau senang secara visual. Seseorang
merasakan keindahan ketika melihat bentuk g. Interpretasi Perbandingan
yang memiliki konfigurasi dan susunan artistik
tertentu. Karenanya, pada saat desain Dalam interpretasi perbandingan akan
diekspresikan, maka bentuk dan konfigurasi dilakukan perbandingan antara pengaturan
yang diterapkan pada desain tersebut mungkin Desain Industri yang baru dengan pengaturan
terlihat memiliki satu kombinasi (dalam Desain Industri sebelumnya. Pada dasarnya UU
lingkup kemampuan kreator) yang harus Desain Industri tahun 2000 adalah undang-
diekspresikan sebagai suatu kreasi yang undang yang pertama kali mengatur sistem
memiliki susunan tertentu. Jadi, kreasi perlindungan hak Desain Industri secara
(bentuk, konfigurasi dan susunan artistik) akan khusus. Sebelum adanya Undang-Undang
diakui sebagai obyek yang menghasilkan kesan Desain Industri ini, pengaturan sistem
31
estetik. perlindungan hak Desain Industri diatur
32
melalui Undang-Undang Hak Cipta sebagai
D e n ga n d e m i k i a n d a p at d i nyata ka n ciptaan berupa seni terapan mengacu pada
berdasarkan interpretasi teleologis, bahwa ketentuan dalam Pasal 2 Ayat (7) Konvensi
kata “tidak sama” dalam Pasal 2 Ayat (2) Bern yang menyatakan bahwa untuk negara
Undang-Undang Desain Industri harus dinilai anggota yang tidak mengatur khusus
dengan berpatokan pada kreasi (bentuk, mengenai Desain Industri dalam undang-
konfigurasi, komposisi garis dan/atau warna, undang tersendiri, maka yang dipakai adalah
atau gabungan daripadanya) dan kesan estetis Undang-Undang Hak Cipta di mana karya
yang ditimbulkan pada saat dilakukan Desain Industri termasuk dalam ciptaan seni
perbandingan antara Desain Industri yang terapan.
dimohonkan dengan pengungkapan yang telah
ada sebelumnya. Perbedaan mendasar antara Hak Desain
Industri dengan Hak Cipta adalah perlindungan
f. Interpretasi Otentik Hak Cipta timbul secara otomatis (deklaratif)
tidak memerlukan suatu proses pendaftaran,
Ketentuan Pasal 2 Ayat (2) UU Desain Industrai sedangkan perlindungan Hak Desain Industri
tidak diperjelas dengan adanya penjelasan t i m b u l m e l a l u i p ro s e s p e n d a f t a ra n
lebih lanjut dalam penjelasan pasal, sehingga (konstitutif). Selain itu dari segi kriteria
apabila hanya mengandalkan interpretasi substansi yang dapat diberikan perlindungan
bahasa atau tata bahasa terhadap maksud dari terdapat perbedaan. Hak Cipta diberikan
kata “tidak sama” dalam isi pasal tersebut akan untuk ciptaan yang memiliki orisinalitas
terjadi kemungkinan dua interpretasi yaitu sedangkan Hak Desain Industri diberikan untuk
33
tidak identik atau tidak mirip. Desain Industri yang memiliki kebaruan.
Dengan demikian pengaturan Desain Industri
Namun demikian terkait dengan obyek yang melalui UU Desain Industri tahun 2000
dibandingkan, yaitu Desain Industri, maka merupakan suatu sistem yang berbeda dengan
31
Training Textbook of Industrial Property 2007: Outline of the Japanese Design Law, pg. 14
32
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7
Tahun 1987 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 (Pasal 11 sebagai Seni Terapan)
33
Lihat Penjelasan UU No. 31/2000 tentang Desain Industri.
pengaturan sebelumnya melalui Undang- “tidak sama” dalam Pasal 2 Ayat (2) UU Desain
Undang Hak Cipta. Industri tahun 2000, yang dalam tabel tersebut
ditunjukkan oleh hasil analisis interpretasi
Kesimpulan sejarah, interpretasi sistematis, interpretasi
sosiologis, interpretasi teleologis dan tafsir
Dari hasil analisis, untuk memudahkan dalam otentik.
mengambil kesimpulan dari berbagai
interpretasi/penafsiran yang telah dilakukan, Saran
maka dibuat tabel perbandingan hasil
penafsiran terhadap kata “tidak sama” dalam Ketentuan mengenai konsep kebaruan Desain
Pasal 2 Ayat (2) UU Desain Industri tahun 2000. Industri di dalam UU Desain Industri tahun
2000 agar diperjelas dan disempurnakan. Hal
Berdasarkan tabel Hasil Penafsiran Kata “Tidak ini terkait dengan kejelasan kriteria kebaruan,
Sama” dalam UU Desain Industri tahun 2000, terutama terkait dengan penjelasan kata
dapat diambil kesimpulan bahwa pada “tidak sama” dalam Pasal 2 Ayat (2) UU Desain
dasarnya kata “tidak sama” dalam Pasal 2 Ayat Industri tahun 2000 untuk menghindari
(2) UU Desain Industri tahun 2000 tersebut adanya multi-tafsir. Selanjutnya, untuk
paling tepat didasarkan pada kesan estetis mengurangi unsur subyektifitas dalam menilai
yang ditimbulkan oleh suatu produk, di mana perbandingan dua Desain Industri apakah
Desain Industri dianggap baru apabila pada berbeda secara signifikan atau tidak, maka
saat diajukan permohonan, kesan estetisnya perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai
tidak sama (berbeda secara signifikan) dengan konsep penilaian perbandingan Desain
pengungkapan sebelum tanggal penerimaan. Industri dalam rezim HKI.
Hal ini terlihat dari tabel hasil penafsiran kata
Catatan: (a) Interpretasi Bahasa/Tata Bahasa; (b) Interpretasi Sejarah; (c) Interpretasi Sistematis;
(d) Interpretasi Sosiologis; (e) Interpretasi Teleologis; (f) Tafsir Otentik; (g) Tafsir Perbandingan