Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dea Ignacia Manurung

NPM : 2006200356

Sem/Kelas : G1-Pagi

Matkul : Hukum Pidana

Soal

Jelaskan unsur-unsur kemampuan bertanggungjawab dalam hukum pidana dan Jelaskan makna “Geen
straf zonder schuld”

Jawab

 Unsur- unsur kemampuan bertanggungjawab dalam hukum pidana


Berdasarkan Pasal 44 ayat (1) KUHP , Moeljatno menyimpulkan bahwa untuk adanya
kemampuan bertanggung jawab, yaitu harus ada:
1) Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk, yang
sesuai dengan hukum dan yang melawan hukum;
2) Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang baik dan
buruknya perbuatan.

Dalam kemampuan bertanggung jawab, pertama dilihat faktor akal, yaitu apakah pelaku dapat
membedakan antara perbuatan yang diperbolehkan dan yang tidak. kemudian dilihat pula
terhadap faktor perasaan atau kehendak si pelaku, yaitu apakah dapat menyesuaikan tingkah
lakunya dengan kesadaran atas mana yang diperbolehkan dan yang tidak.49 Oleh karena itu
apabila seorang pelaku perbuatan pidana melakukan perbuatan pidana dan tidak mampu
menentukan kehendaknya menurut kesadaran tentang baik dan buruknya perbuatannya itu, maka
pelaku dianggap tidak mempunyai kesalahan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan pidananya.

Selain itu dalam unsur pertanggungjawaban pidana juga dilihat sudut pandang terhadap bentuk
kesalahan dalam perbuatan pidana yang dilakukan tersangka atau terdakwa. Yaitu apakah
perbuatan yang dilakukan tersangka atau terdakwa tersebut terdapat bentuk kesalahan. Bentuk
kesalahan apabila dihubungkan dengan keadaan jiwa seorang pelaku perbuatan pidana, dapat
berupa kesengajaan (opzet) atau karena kelalaian (culpa). Dalam kesengajaan terdapat dua teori
yang berkaitan yaitu teori kehendak dan teori pengetahuan. Dalam teori kehendak kesengajaan
adalah kehendak yang diarahkan pada terwujudnya perbuatan seperti yang dirumuskan undang-
undang. Sedangkan menurut teori pengetahuan, untuk membuktikannya adanya kesengajaan
dapat ditempuh dua cara, yaitu adanya hubungan kausal dalam batin terdakwa antara motif dan
tujuan, atau pembuktian adanya kesadaraan terhadap yang dilakukan beserta akibat.

Kemudian dalam pertanggungjawaban pidana dilhat juga dari sudut pandang adanya alasan
pembenar atau alasan pemaaf yang menghapuskan pertanggungjawaban pidana. Alasan pembenar
atau alasan pemaaf yang menghapuskan pidana terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, yaitu dalam Buku I Bab III Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, dan Pasal 51 KUHP.
Dalam pasal-pasal tersebut disebutkan hal-hal yang menghapuskan pengenaan pidana, yaitu:
tidak mampu bertanggungjawab, daya paksa (overmacht), pembelaan terpaksa, ketentuan
Undang-Undang, dan perintah jabatan yang sah. Dengan adanya alasan pembenar atau alasan
pemaaf maka menghapuskan pertanggungjawaban pidana terhadap seseorang yang telah
melakukan perbuatan pidana

 makna “Geen straf zonder schuld”


Asas dalam pertanggungjawaban pidana adalah “geen straft zonder schuld” atau dalam bahasa
Latin disebut dengan istilah “Actus non facit reum nisi mens sit rea”, atau Nulla
Poena, Sine Culpa. Asas ini tidak tertulis dalam hukum pidana Indonesia sehingga masih berupa
doktrin (pendapat para sarjana). Namun demikian dalam perkembangannya ketentuan ini diatur
dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-undang No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok-pokok
kekuasaan Kehakiman yang kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan kehakiman diatur dalam Pasal 6 ayat (2) dengan rumusan yang sama, yaitu “Tiada
seorangpun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan, karena alat bukti yang sah menurut
undang undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggungjawab,
telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya”
Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan atau Asas Kesalahan mengandung pengertian bahwa
seseorang yang telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan hukum pidana
yang berlaku, tidak dapat dipidana oleh karena ketiadaan kesalahan dalam perbuatannya tersebut.
Asas Kesalahan merupakan asas yang mutlak ada dalam hukum pidana, yaitu sebagai dasar untuk
menjatuhkan pidana.

Anda mungkin juga menyukai